PENDAHULUAN
berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari rakyatnya dalam kerangka negara kesatuan
Republik Indonesia.
Indonesia sebagai salah satu upaya pendekatan regional untuk mengurangi tingkat
adanya desentralisasi maka muncullah otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hak,
wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
Pemekaran Daerah.
terbentuk 223 Daerah Otonom Baru (DOB) yang terdiri dari Provinsi, Kabupaten
1
perkembangan pembentukan Daerah Otonom Baru di Indonesia pada tahun 1999
Tabel 1.1
Perkembangan Pembentukan DOB Di Indonesia Tahun 1999-2014
Jumlah Daerah Otonom Baru
No Provinsi
Provinsi Kabupaten Kota Total
1 NAD 0 10 3 13
2 Sumatera Utara 0 12 2 14
3 Sumatera Barat 0 4 1 5
4 Riau 0 6 1 7
5 Jambi 0 4 1 5
6 Sumatera Selatan 0 7 3 10
7 Bengkulu 0 6 0 6
8 Lampung 0 7 1 8
9 Kepulauan Bangka Belitung 1 4 0 5
10 Kepulauan Riau 1 4 2 7
11 DKI Jakarta 0 0 0 0
12 Jawa Barat 0 2 4 6
13 Jawa Tengah 0 0 0 0
14 Banten 1 0 3 4
15 Jawa Timur 0 0 1 1
16 DI Yogyakarta 0 0 0 0
17 Bali 0 0 0 0
18 NTB 0 2 1 3
19 NTT 0 9 0 9
20 Kalimantan Barat 0 6 1 7
21 Kalimantan Tengah 0 8 0 8
22 Kalimantan Selatan 0 2 1 3
23 Kalimantan Timur 0 4 1 5
24 Kalimantan Utara 1 3 0 4
25 Sulawesi Utara 0 8 2 10
26 Sulawesi Tengah 0 8 0 8
27 Sulawesi Selatan 0 3 1 4
28 Sulawesi Tenggara 0 11 1 12
29 Gorontalo 1 4 0 5
30 Sulawesi Barat 1 3 0 4
31 Maluku 0 7 1 8
32 Maluku Utara 1 6 2 9
33 Papua 0 22 0 22
34 Papua Barat 1 9 1 11
Total 8 181 34 223
Sumber: Direktorat Otonomi Daerah Kemendagri
2
namun sejak 2015 hingga saat ini pemerintah memberlakukan moratorium
DOB walaupun sudah ada 314 berkas usulan DOB yang sudah diserahkan ke
2013). Gagalnya tercapai tujuan dari pemekaran daerah pada akhirnya akan
satu DOB dengan DOB lainnya. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan potensi
stakeholder dalam aktivitas ekonomi, sumber daya alam, sumber daya manusia dan
latar belakang.
Setiap daerah memiliki potensi yang berbeda, potensi ini baik berupa
sumber daya alam dan non sumber daya alam. Daerah yang memiliki potensi
masyarakat. Namun potensi tersebut akan sia-sia jika pemerintah daerah tidak
3
apabila pemerintah daerahnya hanya mengandalkan dana perimbangan Pemerintah
daerah. Untuk itu, pemerintah daerah harus menciptakan iklim yang kondusif bagi
investor agar investasi ke daerah semakin meningkat. Selain itu sumber daya
masyarakat yang baik tentu akan menjadi modal dasar bagi keberhasilan
mengelola SDM yang dimiliki sehingga berdaya guna dan membantu keberhasilan
dengan daerah lain yang secara progresif membangun keempat unsur diatas.
Perbedaan kondisi inilah yang akan melahirkan perbedaan kondisi ekonomi antara
pembangunan”.
(1999-2014) setelah Provinsi Papua dan Sumatera Utara dengan jumlah DOB 13
Kabupaten/ Kota.
Adapun Daerah Otonom Baru yang terbentuk di provinsi Aceh sejak tahun
4
Tabel 1.2
Pembentukan DOB di Provinsi Aceh Tahun 1999-2007
DAERAH OTONOM
DAERAH INDUK (DI) UU
No BARU (DOB) TANGGAL
Kab/Kota PEMBENTUKAN
Kab/Kota
1 Aceh Singkil Aceh Selatan No 14 thn 1999 20-04-1999
2 Bireun Aceh Utara No 48 thn 1999 04-10-1999
3 Simeulue Aceh Barat No 48 thn 1999 04-10-1999
4 Lhokseumawe Aceh Utara No 2 thn 2001 21-06-2001
5 Langsa Aceh Timur No 3 thn 2001 21-06-2001
6 Aceh Barat Daya Aceh Selatan No 4 thn 2002 10-04-2002
7 Aceh Tamiang Aceh Timur No 4 thn 2002 10-04-2002
8 Aceh Jaya Aceh Barat No 4 thn 2002 10-04-2002
9 Gayo Lues Aceh Tenggara No 4 thn 2002 10-04-2002
10 Nagan Raya Aceh Barat No 4 thn 2002 10-04-2002
11 Bener Meriah Aceh Tengah No 41 thn 2003 18-12-2003
12 Pidie Jaya Pidie No 7 thn 2007 02-01-2007
13 Subulussalam Aceh Singkil No 8 thn 2007 02-01-2007
banyak pekerjaan rumah untuk membangun daerahnya baik dari segi ekonomi yang
dapat dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi agar dapat mengejar ketertinggalan
pembangunan yang terjadi dapat diperkecil. Jika dilihat dari Laju PDRB,
5
Laju Pertumbuhan Ekonomi
15
10
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
-5
-10
-15
-20
-25
Dari gambar 1.1 yang tersaji diatas, terlihat laju PDRB Kabupaten/Kota
hasil pemekaran kecuali Kota Lhokseumawe dan Provinsi Aceh memiliki trend
positif, walaupun nilainya masih fluktuatif. Kota lhokseumawe hampir setiap tahun
mengalami penurunan nilai PDRB. Laju positif hanya terjadi pada tahun 2012
dengan laju 1.93% dan pada tahun 2017 dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar
tahun 2015 dengan nilai -20.34. penurunan laju PDRB ini disebabkan oleh factor
6
laju perekonomian yang signifikan, bahkan lajunya bernilai negatif. Pada tahun
2008 laju PDRB Provinsi Aceh sebesar -5,27, pada tahun 2009 semakin menurun
menjadi -5,51%. Penurunan laju perekonomian yang drastic pada tahun 2008-2009
ini dipengaruhi oleh krisis ekonomi global sehingga perekonomian masyarakat pun
sebesar 5,14%, kemudian pada tahun 2009 kembali mengalami penurunan hingga
tahun 2015 dengan laju PDRB sebesar -0,73, dan pada tahun 2016 dan 2017
kemiskinan absolut. Jadi pertumbuhan PRDB yang cepat tidak secara otomatis
meningkatkan taraf hidup masyarakatnya. Dengan kata lain bahwa apa yang disebut
dengan “Trickle Down Effects” atau efek cucuran kebawah dari manfaat
pertumbuhan ekonomi bagi penduduk miskin tidak terjadi seperti apa yang
Ada berbagai macam cara untuk melihat ketimpangan pada suatu daerah,
antara lain dengan menggunakan indeks williamson, indeks Theil dan gini rasio.
7
pendapatan secara menyeluruh. Nilai Koefisien Gini berkisar antara 0 hingga 1.
sempurna, atau setiap orang memiliki pendapatan yang sama. (Wijaya, 2017)
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Gambar 1.2
Perkembangan Gini Rasio Provinsi Aceh Tahun 2008-2017
gini rasio dengan nilai koefesien 0 < x > 0.4, maka ketimpannga pendapatan di wilayah
tersebut sangat rendah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa distribusi pendapatan di
ekonomi suatu wilayah. Investasi dibagi menjadi dua yaitu investasi yang dilakukan
swasta (penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri
8
peranan penting untuk meningkatkan perekonomian suatu wilayah melalui
penyerapan tenaga kerja pada wilayah tersebut. Provinsi Aceh terdapat PMA
dan PMDN yang lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
5000000.00
4000000.00
3000000.00
2000000.00
1000000.00
0.00
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
PMA PMDN
Gambar 1.3
PMA dan PMDN Di Provinsi Aceh Tahun 2008-2017
(Pembentukan tahun 1999-2007) di Provinsi Aceh dapat dilihat pada gambar 1.3
9
Persentase Pengangguran
16
14
12
10
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Gambar 1.4
Persentase Tingkat Pengangguran DOB (Tahun Pembentukan 1999-2007)di
Provinsi Aceh tahun 2008-2017
Provinsi Aceh. Persentease tingkat pengangguran yang fluktuatif tiap tahunnya. Hal
tersebut. Pada tahun 2008 dan 2018 persentase pengangguran terbesar berada di
sedangkan yang terendah di Kota Bener Meriah sebesar 3.4 persen dan 1.07. secara
10
Selain dari investasi dan tenaga kerja, Pemerintah juga memiliki andil
untuk mengurangi ketimpangan pembangunan daerah tersebut. Salah satu cara yang
tahun 2017 sebesar Rp. 6.667.402.294.763,53. Hal ini menunjukkan bahwa peranan
11
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan selanjutnya akan mengurangi
ketimpangan.
Aceh Pasca Pemekaran dalam bentuk tesis dengan judul “Analisis Determinan
Provinsi Aceh
12
2. Menganalisis pengaruh factor investasi, pengangguran dan pengeluaran
di kemudian hari.
13
BAB II.
KAJIAN PUSTAKA
pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih, atau penggabungan
menjadi dua daerah atau lebih. Sementara dalam prakteknya sampai dengan tahun
menjadi lebih dari satu wilayah, dengan tujuan meningkatkan pelayanan dan
1. Perbedaan agama
16
2. Perbedaan etnis dan budaya
Sama halnya dengan perbedaan agama, perbedaan etnis dan budaya juga
ketersediaan sumber daya alam bernilai tinggi, seperti minyak bumi, gas
17
4. Luas daerah
masyarakat, maka salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan
menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam
jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 2010).
18
Suatu proses pembangunan tidak terlepas dari tujuan yang ingin dicapai. Menurut
Todaro (2006) proses pembangunan paling tidak memiliki tiga tujuan inti yaitu 1)
ekonomis dan sosial. Disamping memiliki tujuan inti, pembangunan secara garis
menjadi dua yaitu indikator ekonomi dan indikator sosial. Yang termasuk sebagai
indikator ekonomi adalah GNP per kapita, laju pertumbuhan ekonomi, GDP per
kapita dengan Purchasing Power Parity, sedangkan yang termasuk indikator sosial
adalah Human Development Index (HDI) dan Physical Quality Life Index (PQLI)
proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada
dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor
kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi
19
Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai
tersedia di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam
maka pembangunan dan hasilnya tidak dapat dirasakan oleh seluruh daerah secara
daerah akan membawa implikasi bahwa cakupan campur tangan pemerintah untuk
daerah akan mempunyai pengaruh yang merugikan bagi daerah-daerah lain, karena
tenaga kerja yang ada, modal, perdagangan, akan pindah kedaerah yang melakukan
ekspansi tersebut seperti yang diungkapkan Myrdal (1957) dalam Jhingan (2010)
suatu proses pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara atau wilayah.
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi hanya salah satu syarat dari banyak syarat yang
20
mencatat peningkatan kapasitas penawaran atau produksi barang dan jasa yang
komposisi produksi, perubahan pada pola penggunaan dan alokasi sumber daya
(Todaro, 2006).
Thomas Robert Malthus dan John Straurt Mill, maupun ekonom neo klasik seperti
Robert Solow dan Trevor Swan, mengemukakan bahwa pada dasarnya ada empat
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu (1) jumlah penduduk, (2)
jumlah stok barang modal, (3) luas tanah dan kekayaan alam, dan (4) tingkat
pertumbuhan atau bekembang apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi dari
21
Menurut Todaro (2006), ada tiga faktor utama dalam pertumbuhan
ekonomi:
1. Akumulasi modal
Akumulasi modal akan terjadi jika ada sebagian dari pendapatan sekarang
jumlah angka kerja (labor force) secara tradisional telah dianggap sebagai
3. Kemajuan teknologi
modal
22
2.3.1 Produk Domestik Regional Bruto
PDRB merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit
usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa
akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Untuk menghitung angka PDRB
1. Pendekatan Produksi, PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang
perubahan stok, dan (e) ekspor neto, dalam jangka waktu tertentu (biasanya
satu tahun).
penduduk suatu daerah serta menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga pada setiap tahun. PDRB ADHK digunakan untuk
PDRB ADHK lebih menggambarkan perkembangan produksi riil barang dan jasa
yang dihasilkan oleh kegiatan ekonomi daerah tersebut. PDRB ADHB menurut
23
sektor menunjukkan peranan sektor ekonomi dalam suatu daerah,sektor-sektor
perbedaan kandungan sumber daya alam dan perbedaan kondisi demografi yang
berbeda. Oleh karena itu pada setiap daerah biasanya terdapat wilayah maju
2012).
dari seluruh masyrakat, sebab kesenjangan antar wilayah yaitu adanya perbedaan
faktor anugrah awal (endowment factor). Perbedaan ini yang menyebabkan tingkat
Neo Klasik. Dalam teori tersebut dimunculkan sebuah prediksi tentang hubungan
24
antara tingkat pembangunan ekonomi nasional suatu negara dengan ketimpangan
pembangunan antar wilayah. Hipotesa ini kemudian lebih dikenal sebagai Hipotesa
mencapai titik puncak. Setelah itu, bila proses pembangunan terus berlanjut maka
sedangkan pada negara maju ketimpangan tersebut akan menjadi lebih rendah.
Dengan kata lain, kurva ketimpangan pembangunan antar wilayah adalah berbentuk
huruf u terbalik.
antar wilayah pada negara maju dan negara sedang berkembang dengan
menggunakan data time series dan cross section. Hasil penelitian tersebut
terbukti benar secara empirik. Ini berarti bahwa proses pembangunan suatu negara
pada tahap permulaan justru terjadi hal yang sebaliknya (Sjafrizal, 2012).
25
pembangunan ekonominya disekitar ide ketimpangan regional pada taraf nasional
dan internasional. Untuk menjelaskan hal itu menggunakan spread effect dan
effect) yang mencakup aliran manusia dari wilayah sekitar atau pinggiran
Menurut Sjafrizal (2012) Salah satu model yang cukup representatif untuk
26
williamson yang dikemukakan oleh Williamson (1965). Williamson
jumlah penduduk) dan Vuw (tidak tertimbang atau un-weighted index) untuk
mengukur tingkat ketimpangan pendapatan per kapita suatu negara pada waktu
tertentu. Walaupun indeks ini mempunyai beberapa kelemahan, yaitu antara lain
yaitu:
Vw = Indeks Williamson
27
1. Perbedaan kandungan sumber daya alam
daerah tersebut.
kelebihan produksi suatu daerah tidak dapat di jual ke daerah lain yang
28
wilayah akan cenderung tinggi, sehingga daerah terbelakang sulit
masyarakat.
Alokasi dana ini bisa berasal dari pemerintah maupun swasta. Pada sistem
transpor baik bahan baku dan hasil produksi yang harus dikeluarkan
usaha dan sewa tanah. Oleh karena itu investai akan cenderung lebih
29
2.5 Investasi
untuk memproduksi output di masa yang akan datang. Menurut Sukirno (2010),
barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Besar kecilnya investasi
dalam suatu kegiatan ekonomi ditentukan oleh tingkat suku bunga, tingkat
faktor lainnya.
untuk penggunaan masa depan. Investasi dapat dibedakan dalam tiga macam,
pembelian rumah baru, baik yang akan ditinggali oleh pemilik sendiri maupun yang
Investasi dibagi menjadi dua yaitu investasi yang dilakukan oleh pihak
swasta dan investasi yang dilakukan oleh pemerintah. Investasi Swasta dibagi
menjadi dua yaitu penananaman modal asing (PMA) dan penananaman modal
dalam negeri (PMDN). Krugman (2005), menjelaskan bahwa yang dimaksud FDI
30
atau PMA adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu
terhadap perusahaan di luar negeri. Dan PMDN adalah kegiatan menanam modal
untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh
maka diperlukan investasi-investasi baru sebagai stok tambahan modal. Teori ini
distribusi investasi ini dianggap sebagai salah satu faktor utama yang
empiris oleh Nita Tri Hartini (2017) yang meneliti tentang “Pengaruh PDRB
31
2.6 Pengangguran
tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu
tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat
memperolehnya. Seseorang yang tidak bekerja, tetapi tidak secara aktif mencari
pengangguran pada suatu wilayah bisa didapat dari prosentase membagi jumlah
tiga persen dari jumlah tenaga kerja maka ekonomi itu sudah dipandang
karena tidak dapat memperoleh kerja, tetapi karena sedang mencari kerja
32
b. Pengangguran siklikal
sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah dari pada penawaran kerja.
c. Pengangguran struktural
lapangan kerja.
d. Pengangguran teknologi
manusia oleh mesin-mesin dan bahan kimia. Racun lalang dan rumput
a. Pengangguran terbuka
b. Pengangguran tersembunyi
Tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alas an
tertentu.
c. Pengangguran Bermusim
musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak dapat melakukan pekerjaan
33
mereka dan terpaksa menganggur. Pengangguran seperti ini digolongkan
d. Setengah Menganggur
Tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan
Pembangunan
sebagai suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja
yang lebih tinggi sehingga akan mendorong peningkatan investasi ke daerah yang
34
2.7 Pengeluaran Pemerintah
yang dikemukakan oleh para ahli ekonomi pada prinsipnya dapat digolongkan
pemerintah terhadap total investasi sangat besar sebab pada tahap ini
besar pada tahap ini karena peranan swasta yang semakin besar akan
yang lebih banyak. Selain itu pada tahap menengh, perkembangan ekonomi
35
menyebabkan terjadinya hubungan antar sektor ekonomi yang makin
2. Hukum Wagner
36
mendasarkan teori mereka pada suatu teori bahwa masyarakat
khususnya pendapatan asli daerah dan dana perimbangan dari pemerintah pusat.
untuk fungsi pelayanan umum, fungsi ketertiban dan keamanan, fungsi ekonomi,
fungsi lingkungan hidup, fungsi perumahan dan fasilitas umum, fungsi kesehatan,
fungsi pariwisata dan budaya, fungsi pendidikan dan belanja untuk fungsi
1. Belanja langsung
adanya dan kegiatan yang direncanakan. Jenis belanja langsung terdiri dari
belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja barang modal.
37
belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja
Pembangunan
kegiatan untuk mendorong produktivitas sumber daya yang ada, sehingga akan
Nobuo Akai dan Masayo Sakata tahun 2005 meneliti tentang “Fiscal
Cross-sectional Data for the United States” dengan menggunakan analisis regresi
dan panel dengan menggunakan data Desentralisasi, GDP per kapita, panjang jalan,
pengangguran dan populasi dengan hasil variabel desentralisasi, GDP per kapita,
38
Carlos Chrisyanto pada tahun 2006 meneliti tentang “Faktor-faktor yang
pendapatan per kapita dan pengeluaran daerah yang digunakan untuk pembangunan
selama masa sebelum dan sesudah krisis ekonomi. Data yang digunakan adalah data
perkapita DKI Jakarta sementara di luar pulau jawa disebabkan oleh tingginya
pada saat 2 tahun sebelum dan pada saat terjadi krisis, sementara dengan factor non
disparitas pendapatan, PMDN, Tenaga kerja lulusan SD, Tenaga kerja lulusan SMP,
dan Tenaga kerja lulusan SMA. Dengan menggunakan analisis Indeks ketimpangan
regional Williamson, analisis data panel dengan metode Fixed Effect. Hasil yang
didapatkan adalah dari 25 Kabupaten dan Kota ada 8 daerah yang terdiri dari 7
Kabupaten dan 1 Kota yang memiliki indeks Disparitas yang lebih besar dari rata-
rata Kaabupaten/ Kota di Jawa Barat. Hasil estimasi pertumbuhan ekonomi dan
Dilihat dari tingkat Pendidikan tenaga kerja, lulusan SMA memberikan pengaruh
39
Budiantoro Hartono (2008) menulis tentang “Analisis Ketimpangan
ekonomi di Provinsi Jawa Tengah yang diukur dengan Indeks Williamson dalam
kurun waktu 1981 sampai dengan 2005 cenderung relatif meningkat. Ketiga
variabel independen yaitu investasi swasta perkapita, ratio angkatan kerja, dan
pembangunan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah dapat dijelaskan oleh variasi dari
ketiga variabel independent yaitu investasi swasta perkapita, ratio angkatan kerja,
dan alokasi dana pembangunan perkapita sebesar 93,7 persen sedangkan sisanya
Shanti Shintia Nugraha dan Maruto Umar Basuki ( 2010) menulis tentang
Williamson, dan analisis data panel mendapatkan hasil Secara rata-rata nilai indeks
40
ketimpangan investasi yang terjadi tidak berpengaruh signifikan, sedangkan
Penelitian yang dilakukan oleh Sultan dan Jamzani Sodik (2010) dengan
adalah untuk mengetahui tingkat ketimpangan regional antar kabupaten di DIY dan
Jawa Tengah serta pengaruh penanaman modal asing dan ekspor terhadap
time series dalam kurun waktu 5 tahun (time series)mulai tahun 2000-2004. Tahun
2000 dipilih sebagai tahun awal penelitian karena tahun tersebut telah terjadi
hasil penelitian dan analisis ini dapat diperoleh bahwa: terdapat ketimpangan
pendapatan regional di DIY dan Jawa Tengah dalam tahun 2000 sampai dengan
41
Tri Dewi Yunisti pada tahun 2012 menulis tentang “Analisis Ketimpangan
analisis Indeks Williamson, Indek Theil, Tipologi Klasen dan Pearson Correlation,
pemekaran provinsi Banten mendapatkan hasil yaitu dari segi ketimpangan PDRB
Per kapita, Indeks Theil menunjukkan perkembangan yang positif. Sejak tahun
analisis data panel menggunakan data Indeks Williamson, Investasi, IPM dan
sampai satu. Semakin besar angka Indeks Williamson atau mendekati satu maka
semakin besar ketimpangan atau kesenjangan, sebaliknya jika mendekati nol maka
semakin merata.
42
untuk mengurangi tingkat ketimpangan pembangunan pada
digunakan analisis data panel dengan menggunakan model Fixed Effect (FEM).
2.10 Hipotesis
penelitian yang disusun berdasarkan pada teori yang terkait, dimana suatu
Subulussalam.
Subulussalam.
43
Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan pada
DOB (Pembentukan Tahun 1999-2007) di
Provinsi Aceh
45
BAB III.
METODOLOGI PENELITIAN
dependen dan variabel independen. Variabel dependen adalah tipe variabel yang
menggunakan PDRB per kapita atas dasar harga konstan tahun 2000 dan
61
2010 untuk Kabupaten Aceh Singkil, Kota Subulussalam, Kabupaten
Simeulue, Kabupaten Aceh Tamiang dan Provinsi Aceh dari tahun 2008
2. Investasi
DOB hasil pemekaran tahun 1999-2007 di Provinsi Aceh dari tahun 2008
sampai dengan tahun 2017. Satuan data rasio Investasi adalah rupiah
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐼
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐼 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
62
untuk mencerminkan variabel pengeluaran pemerintah (GE). variabel
4. Tingkat Pengangguran
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan
63
Meriah, Kota Langsa, Kota Lhoksemawe, Kabupaten Simeulue, dan
(BKPM)
64
6. Realisasi APBD Kabupaten Aceh Singkil, Kota Subulussalam, Kabupaten
65
3.4 Metode Analisis
Vw = Indeks Williamson
Data panel adalah gabungan antara data silang (cross section) dengan data
runtun waktu (time series). Menurut Wibisono (2005) dalam Ajija (2011), dengan
section maupun time series, data panel secara substansial mampu menurunkan
66
panel lebih tepat untuk digunakan (Ajija, 2011). Hsiao (1986) dalam Firmansyah
2. Panel data dapat memberikan informasi lebih banyak yang tidak dapat
diberikan hanya oleh data cross section atau time series saja.
3. Panel data dapat memberikan penyelesaian yang lebih baik dalam inferensi
beberapa permasalahan yang muncul dalam pemamfaatan data jenis panel, yaitu
A. Model Penelitian
67
Yit = 1 X1it + 2 X2it + 3 X3it + it …………………………….(3.1)
dimana :
I = Investasi
UE = tingkat pengangguran
i = cross section
t = time series
β = koefisien
µ = error
fixed effect model (FEM). Estimasi model tergantung pada asumsi yang
kita buat mengenai intersep, koefisien kemiringan (slope), dan error term
konstan antar waktu (time) dan ruang (space) dan error term
68
Dalam literature, asumsi tersebut dikenal dengan nama fixed effect
effect, model ini juga dikenal dengan nama least square dummy
dan individu.
sepanjang individu.
Pengujian ini digunakan untuk melihat apakah model yang diteliti akan
mengalami penyimpangan asumsi klasik atau tidak, model regresi yang diperoleh
69
dari metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square/OLS) merupakan model
regresi yang menghasilkan estimator linier tidak bias yang terbaik (Best Linier
Unbias Estimator/BLUE) kondisi ini terjadi jika dipengaruhi beberapa asumsi yang
a) Multikolinearitas
determinasi majemuk (R2) regresi awal atau yang disebut dengan metode
(Gujarati, 2003).
b) Autokorelasi
dengan yang lain saling berhubungan, atau dengan kata lain uji korelasi
70
autokorelasi tersebut adalah dengan memasukkan lag variabel dependen
c) Heterokedastisitas
dengan membagi model regresi semula dengan salah satu variabel bebas
White Test, yaitu dengan cara meregresi residual kuadrat ( Ui2 ) dengan
heterokedastisitas.
tidak dapat ditolak. Dari hasil uji White Test tersebut dapat disimpulkan
χ2 -hitung) > χ2 –tabel, berarti Ho dapat ditolak. Dari hasil uji White Test
nilai probabilitas Obs*R square lebih kecil dari α (5%) maka data bersifat
heterokedastisitas.
Selain uji asumsi klasik, juga dilakukan uji statistik yang dilakukan untuk
mengukur ketepatan fungsi regresi dalam menaksir nilai aktualnya. Uji statistik
secara serentak (uji F), dan pengujian koefisien regresi secara individual (uji t).
secara parsial. Uji t ini pada tingkat kepercayaan 95 persen dengan derajat
kebebasan n-k-1.
Apabila:
terhadap variabel terikat. Jika Ho ditolak, berarti variabel bebas yang diuji
uji F (Fisher Test) pada tingkat keyakinan 95 persen dan derajat kebebasan
Ho : bi ≠ 0, bi berarti berpengaruh
Apabila:
persentase variasi total dalam variabel tak bebas (Y) yang dijelaskan oleh
73
variabel bebas (X) (Gujarati, 2010). Koefisien determinasi dirumuskan
sebagai berikut:
terbatas.
74
DAFTAR PUSTAKA
Sjafrizal. 2012. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Padang: Baduose Media.
Sukirno, Sadono. 2010. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Todaro, Michael P., dan Stephen C. Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi di Dunia
Ketiga, Edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga.
75
Wijaya, J. L. (2017, juni 5). Apakah yang dimaksud dengan Koefisien Gini?
Diambil kembali dari www.dictio.id: https://www.dictio.id/t/apakah-yang-
dimaksud-dengan-koefisien-gini/8371
76