Metoda Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi
Metoda Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi
Bagian-bagian struktur utama dari konstruksi jembatan adalah struktur pondasi, struktur
abutment, struktur pilar, struktur lantai jembatan, struktur kabel, dan struktur oprit. Bagian
metoda konstruksi terpenting dalam konstruksi jembatan adalah proses erection lantai jembatan,
dimana banyak metoda dimungkinkan untuk melakukan erection tersebut.
Kondisi medan,
Tipe alat yang telah dimiliki,
Kondisi akses menuju ke lokasi proyek,
Pertimbangan lalu lintas lama,
Tipe material dan struktur jembatan yang digunakan, apakah baja atau beton.
Pertimbangan waktu pelaksanaan
Berikut adalah beberapa tipe metoda erection lantai jembatan yang umumnya digunakan untuk
berbagai konstruksi jembatan :
Sistem Perancah
Sistem Service Crane
Sistem Launching Truss
Sistem Penggunaan Counter Weight dan Link-set
Sistem Launching Gantry
Sistem Traveller atau Heavy Gantry
Sistem Perancah
Keuntungan sistem perancah adalah
Minimnya alat angkat berat (service crane atau gantry) yang diperlukan, mengingat
pengecoran yang dilakukan adalah ditempat
Lebih minimnya biaya erection akibat tidak terlibatnya alat angkat berat, khususnya bila
tipe ini telah dimiliki (heavy duty shoring)
žProduktivitas yang relatif rendah, karena pekerjaan cor ditempat menuntut waktu yang
lebih lama untuk proses persiapan (formwork dan peracah) dan proses setting beton.
žMenurut tipe tanah yang harus baik, dan bila tanah yang ada untuk dudukan perancah
kurang baik maka akan berakibat perlunya struktur pondasi khusus (luasan telapak yang
lebar atau penggunaan pondasi dalam).
Metode Perancah
Sistem Servis Crane
Keuntungan sistem servis crane adalah
Umumnya penggunaan alat berat seperti ini menuntut biaya tinggi mengingat biaya sewa
crane dengan kapasitas angkat tinggi adalah relative mahal.
Perlunya access road yang memadai untuk memobilisasi service crane.
Metode Servis Crane
Sistem Launching Truss
Keuntungan sistem launching truss adalah
Umumnya penggunaan alat berat seperti ini juga menuntut biaya tinggi.
Diperlukan system booking alat yang memadai mengingat tipe ini belum dimiliki banyak
oleh sub kontraktor erection.
Produktivitas relatif lebih rendah dibandingkan sistem service crane, dimana perlu waktu
extra untuk erection truss dan sistem angkat dan menempatkan girder.
1. Pertama, semua pilar jembatan ditempatkan di lokasi yang dijadikan sebagai penyokong
launching gantry.
2. Baja pada launching gantry digerakkan dan mempunyai derek untuk penempatan beton.
3. Memindahkan segmental blok. Pemindahan segmental blok ke bangunan cukup mudah karena
segmental blok dibuat dengan berat tertentu dan rata – rata dalam ukuran kecil.Alat transport
yang biasanya digunakan adalah truk yang digunakan untuk mengantar segmental blok melalui
jalan atau menyeberangi bangunan jembatan yang hampir jadi.
4.Segmental blok selanjutnya diputar 90 derajat dari posisi semula dan di puncaknya diberi
selang air. Selang air ini digunakan untuk menentukan apakah segmental blok berada di posisi
yang benar.
5. Semua segmental blok diletakkan pada launching gantry setu per satu sampai rentangannya
lengkap.
6. Salah satu sisi jembatan kemudian diberi tendon baja di segmental bloknya yang kemudian
ditarik.
7. Kabel – kabel baja tadi kemudian diberikan semacam pemberat.Launching gantry kemudian
dipindahkan ke sisi jembatan yang akan dibangun. Terakhir ujung dari tendon ditanam.
Saluran irigasi merupakan bagian dari bendung yang berfungsi menyalurkan air dari bendung ke
petak-petak sawah yang akan di aliri air. Berikut ini adalah pekerjaan irigasi secara umum :
Pekerjaan pokok adalah pembuatan saluran irigasi yang terdiri dari saluran induk, saluran
sekunder saluran sub sekunder dan bangunan pengatur air
Lokasi pekerjaan sangat luas, karena panjang total saluran irigasi yang dibuat bisa
mencapai puluhan kilometer
Pekerjaan dominan adalah pekerjaan tanah, berupa pekerjaan galian tanah, pekerjaan
timbunan tanah atau kombinasi keduanya yaitu pekerjaan cut and fill
Pekerjaan akan padat peralatan berat dan sangat tergantung pada cuaca (musim
hujan/musim kemarau)
Karena lokasi yang sangat luas, kemungkinan terjadi masalah sosial sangat besar
Pekerjaan tanah
Pekerjaan stripping, membuang top soil yang jelek, agar timbunan tidak mengalami
penurunan
Pekerjaan timbunan, menimbun lokasi-lokasi sepanjag saluran yang rendah dengan tanah
hasil galian atau dari borrow area
Pekerjaan galian, menggali lokasi-lokasi sepanjang saluran yang terlalu tinggi dan tanah
hasil galian dibuang ke lokasi timbunan atau disposal area
Pekerjaan galian saluran, menggali dan membentuk saluran irigasi, setelah pekerjaan gali
dan timbunmencapai rata datar meja
Pekerjaan trimming slope, menggali atau menambah tepian tanggul timbunan agar
mencapai desain elevasi
Dipasang profil pada jarak setiap 25 meter, sehingga operator alat berat mempunyai
pedoman untuk penggalian saluran
Dilakukan stock spare parts terutama yang bersifat fast moving, antara lain selang
hydraulics
Diadakan pengecekan elevasi dan hasil kerja alat setiap jarak 5 meter, sehinga jika terjadi
kesalahan dapat langsung diperbaiki
Dibuat mal dari kayu balok dengan tebal sama dengan ketebaan concrete lining (8 cm)
Perataan permukaan dengan menggunakan pipa galvanis persegi, baru kemudian dengan
sendok semen
Dibuat grup pekerja tersendiri, khusus untuk persiapan lahan cor, terutama untuk
trimming tanah
Pengecoran dengan sistem papan catur
Gambar pekerjaan lining concrete
Dipasang profil pada jarak setiap 25 meter, sehingga operator alat berat mempunyai
pedoman untuk menggali saluran
Bentuk bucket excavator diubah/disesuaikan dengan bentuk dan ukuran saluran (bentuk
trapesium). Agar galian bisa presisi dan tidak banyak pekerjaan trimming slope.
Metode ini digunakan bila lubang bor sangat mudah longsor, misal tanah di lokasi adalah pasir
bersih di bawah muka air tanah. Untuk menahan agar lubang tidak longsor digunakan pipa
selubung baja (casing). Pemasangan pipa selubung ke dalam lubang bor dilakukan dengan cara
memancang, menggetarkan atau menekan pipa baja sampai kedalaman yang ditentukan. Sebelum
sampai menembus muka air tanah, pipa selubung di masukkan. Tanah di dalam pipa selubung
dikeluarkan saat penggalian atau setelah pipa selubung sampai kedalaman yang diinginkan.
Larutan bentonite kadang-kadang digunakan untuk menahan longsornya dinding lubang, bila
penggalian sampai di bawah muka air tanah. Setelah pipa selubung sampai pada kedalaman yang
diinginkan, lubang bor lalu dibersihkan dan tulangan yang telah dirangkai dimasukkan ke dalam
pipa selubung. Adukan beton dimasukkan ke dalam lubang dan pipa selubung ditarik ke atas,
namun kadang-kadang pipa selubung ditinggalkan di tempat.
advertisements
Prosedur pengecoran tiang bor di bawah muka air tanah dengan menggunakan pipa tremile
adalah sebagai berikut :
Bila lubang bor menembus lapisan kerikil terendam air tanah yang di dasari oleh lempung kaku,
maka digunakan pipa selubung (casing) unutk menahan agar lubang bor pada lapisan kerikil
tidak longsor. Pipa selubung dipasang sedikit saja menancap di lapisan lempung, sedemikian
hingga air tanah tidak masuk ke dalam piapa selubung. Dengan cara ini, maka pengeboran beton
dapat dilakukan dalam kondisi kering. Namun, bila di lapangan lapisan terdiri tanah granuler
yang terendam air tanah, maka pipa selubung harus dipasang hingga mencapai dasar lubang bor.
Untuk kondisi yang terakhir ini, saat pengecoran digunakan pipa tremie. Pipa tremie (diameter
minimum 150 mm untuk diameter agregat maksimum 20 mm) dan corong penampung adukan
harus tahan terhadap bocoran air dan bersih agar adukan beton tidak terhambat mengalir ke
bawah. Langkah-langkah pengecoran tiang bor dengan menggunakan pipa tremie ditunjukkan
dalam gambar berikut :
Dari gambar tersebut terlihat tahapan pelaksanaannya sebagai berikut :
1. Tulangan dan pipa tremie dimasukkan dalam lubang bor saat akan dimulai pengecoran.
2. Pengecoran dimulai dengan menuangkan air hingga kotoran kental tipis di bawah
diangkat. Jika kontribusi kapasitas dukung oleh tahanan ujung signifikan, kotoran kental
harus dibersihkan dengan pompa sebelum pengecoran.
3. Air keluar saat pengecoran.
4. Pipa selubung (casing) ditarik keluar (bila digunakan casing sementara).
5. Pekerjaan tiang bor sudah selesai.
Panjang pengecoran tiang harus dilebihkan ke atas sedikit, karena bagian atas tiang terbentuk
oleh beton dengan kualitas buruk (lunak). Bagian ini nanti, betonnya dipecah dan tulangannya di
cor dengan plat penutup tiang (pile cap). Kualitas dari tiang bor sangat bergantung pada kualitas
dari proses pelaksanaan, yaitu tahanan gesek dan tahanan ujung tiang. Hal yang paling penting
adalah agar selalu menjaga kebersihan dari lubang bor.
Diposkan oleh taufikhur rohman di 8:36 PM
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Bekisting
Perencanaan sebuah sistem serta metode kerja bekisting menjadi tanggung jawab dari pihak
pemborong kerja. Sehingga segala resiko dalam pekerjaan tersebut sudah pasti menjadi hal yang
harus ditekan serendah mungkin. Tentunya hal ini dapat dilakukan dengan perencanaan yang
sematang mungkin dengan memperhatikan segala faktor yang menjadi pendukung atau yang
menjadi kendala dalam pelaksanaan nantinya. Pada pokoknya sebuah konstruksi bekisting
menjalani tiga fungsi :
Bekisting menentukan bentuk dari beton yang akan dibuat. Bentuk sederhana dari sebuah
konstruksi beton menuntut bekisting yang sederhana.
Bekisting harus dapat menyerap dengan aman beban yang ditimbulkan oleh spesi beton
dan berbagai beban luar serta getaran. Dalam hal ini perubahan bentuk yang timbul dan
geseran-geseran dapat diperkenankan asalkan tidak melampaui toleransi-toleransi
tersebut.
Bekisting harus dapat dengan cara sederhana dipasang, dilepas, dan dipindahkan.
Dalam menentukan sistem serta metode kerja yang akan dipakai, dari beberapa alternatif yang
ada pasti terlebih dahulu dilihat kelemahan dan keunggulan dari masing-masing metode. Dalam
kenyataan di lapangan, faktor pengambilan keputusan mengenai penentuan metode ini juga
tergantung dari pengalaman dan jam terbang dari pemborong kerja tersebut. Ada 3 tujuan
penting yang harus dipertimbangkan dalam membangun dan merancang bekisting, yaitu :
1. Kualitas
Bekisting harus didesain dan dibuat dengan kekakuan (stiffness) dan keakurasian sehingga
bentuk, ukuran, posisi, dan penyelesaian dari pengecoran dapat dilaksanakan sesuai dengan
toleransi yang diinginkan.
2. Keselamatan
Bekisting harus didirikan dengan kekuatan yang cukup dan faktor keamanan yang memadai
sehingga sanggup menahan atau menyangga seluruh beban hidup dan mati tanpa mengalami
keruntuhan atau berbahaya bagi pekerja dan konstruksi beton.
3. Ekonomis
Bekisting harus dibuat secara efisien, meminimalisasi waktu dan biaya dalam proses pelaksanaan
dan jadwal demi keuntungan kontraktor dan owner (pemilik).
Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan untuk mengambil suatu keputusan mengenai
metode bekisting yang akan dipakai yaitu :
1. Kondisi struktur yang akan dikerjakan
Hal ini menjadi pertimbangan utama sebab sistem perkuatan bekisting menjadi komponen utama
keberhasilan untuk menghasilkan kualitas dimensi struktur seperti yang direncanakan dalam
bestek. Metode bekisting yang diterapkan pada bangunan dengan dimensi struktur besar tentu
tidak akan efisien bila diterapkan pada dimensi struktur kecil.
2. Luasan bangunan yang akan dipakai
Pekerjaan bekisting merupakan pekerjaan yang materialnya bersifat pakai ulang (memiliki siklus
perpindahan material). Oleh karena itu, luas bangunan ini menjadi salah satu pertimbangan
utama untuk penentuan berapa kali siklus pemakaian material bekisting. Hal ini juga akan
berpengaruh terhadap tinggi rendahnya pengajuan harga satuan pekerjaan.
3. Ketersediaan material dan alat
Faktor lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah kemudahan atau kesulitan untuk memperoleh
material atau alat bantu dari sistem bekisting yang akan diterapkan.
Selain faktor-faktor tersebut masih banyak pertimbangan lain termasuk waktu pengerjaan proyek
(work-time schedule), harga material, tingkat upah pekerja, sarana transportasi dan lain
sebagainya. Setelah melakukan pertimbangan secara matang terhadap faktor-faktor tersebut
maka diambil keputusan mengenai metode bekisting yang akan diterapkan.
Pada pekerjaan kontruksi bekisting menjalankan 5 fungsi yaitu :
Bekisting menentukan bentuk dari konstruksi beton yang akan dibuat. Bentuk sederhana
dari sebuah konstruksi beton menghendaki sebuah bekisting yang sederhana.
Bekisting harus dapat menyerap dengan aman beban yang ditimbulkan oleh spesi beton
dan berbagai beban luar serta getaran. Dalam hal ini perubahan bentuk yang timbul dan
geseran-geseran dapat diperkenankan asalkan tidak melampaui toleransi-toleransi
tersebut.
Bekisting harus dapat dengan cara sederhana dipasang, dilepaskan, dan dipindahkan.
Mencegah hilangnya basahan dari beton yang masih baru.
Memberikan isolasi termis.
Jenis-Jenis Bekisting
Bekisting adalah cetakan sementara yang digunakan untuk menahan beton selama beton dituang
dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan, maka berikut ini adalah jenis-jenis
bekisting.
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa bekisting konvesional adalah bekisting yang menggunakan
kayu ini dalam proses pengerjaannya dipasang dan dibongkar pada bagian struktur yang akan
dikerjakan. Pembongkaran bekisting dilakukan dengan melepas bagian-bagian bekisting satu per
satu setelah beton mencapai kekuatan yang cukup. Jadi bekisting tradisional ini pada umumnya
hanya dipakai untuk satu kali pekerjaan, namun jika material kayu masih memungkinan untuk
dipakai maka dapat digunakan kembali untuk bekisting pada elemen struktur yang lain.
Bekisting Fiberglass
Material fiber untuk pengganti kayu pada bekisting merupakan ide brillian. Hal ini disebabkan
karena fiber memiliki keunggulan yang lebih baik daripada kayu, disamping untuk kepentingan
pelestarian lingkungan. Berikut ini adalah keunggulan bekisting fiber:
Terlihat bekisting fiber banyak keunggulan dibanding dengan bekisting kayu baik dari sisi mutu,
biaya, dan waktu. Bagi Owner dan Perencana, bekisting fiber akan menurunkan biaya proyek.
Sedangkan bagi kontraktor, bekisting fiber akan mempercepat pelaksanaan. Bagi pemerintah dan
masyarakt luas, bekisting fiber akan mengurangi penggunaan kayu secara signifikan sehingga
sangat membantu dalam pelestarian lingkungan.
Gambar Bekisting fiberglass
Menurut Blake (1975), ada beberapa aspek yang harus diperhatikan pada pemakaian bekisting
dalam suatu pekerjaan konstruksi beton. Aspek tersebut adalah :
1. Aspek pertama adalah kualitas bekisting yang akan digunakan harus tepat dan layak serta
sesuai dengan bentuk pekerjaan struktur yang akan dikerjakan. Permukaan bekisting yang
akan digunakan harus rata sehingga hasil permukaan beton baik.
2. Aspek kedua adalah keamanan bagi pekerja konstruksi tersebut, maka bekisting harus
cukup kuat menahan beton agar beton tidak runtuh dan mendatangkan bahaya bagi
pekerja sekitarnya.
3. Aspek yang ketiga adalah biaya pemakaian bekisting yang harus direncanakan
seekonomis mungkin.
Metode bekisting yang biasanya digunakan pada bangunan dengan material utama beton, adalah
metode bekisting konvensional. Bahan yang digunakan pada bekisting konvensional diantaranya
kayu, multiplex, papan, dan paku yang mudah didapat tetapi masa pemakaiannya lebih pendek
dikarenakan penyusutan yang besar. Ini mengharuskan pembelian material berulang kali. Selain
itu dalam pengerjaannya harus dipasang dan dibongkar atau dibuat pada setiap elemen struktur
yang membutuhkan tenaga kerja yang kurang terampil. Sehingga pengerjaan dengan metode ini
memerlukan waktu dan biaya pengerjaan yang cukup besar.
Pada awalnya bekisting yang dipakai pada pekerjaan konstruksi, biasanya terbuat dari kayu
dengan kadar kelembaban antara 15%-20%. Bekisting tradisional dengan menggunakan material
kayu ini dapat dipakai hampir pada semua struktur jenis bangunan, misalnya: pondasi, kolom,
balok, pelat lantai, dinding, dan sebagainya.
Bekisting tradisional dengan menggunakan material kayu ini dalam proses pengerjaannya
dipasang dan dibongkar pada bagian struktur yang akan dikerjakan. Pembongkaran bekisting
dilakukan dengan melepas bagian-bagian bekisting satu per satu setelah beton mencapai
kekuatan yang cukup. Jadi bekisting tradisional ini pada umumnya hanya dipakai untuk satu kali
pekerjaan, namun jika material kayu masih memungkinan untuk dipakai maka dapat digunakan
kembali untuk bekisting pada elemen struktur yang lain.
Hasil akhir permukaan beton yang diperoleh dengan menggunakan bekisting material kayu ini
tidak terlalu baik, namun pemakaian bekisting ini mempunyai tingkat fleksibilitas yang tinggi.
Dikatakan tinggi, karena bekisting tradisional ini dapat dibuat dan dipakai untuk struktur
bangunan dengan bentuk yang bervariasi. Sehingga walaupun dalam perkembangan selanjutnya
terdapat jenis material bekisting baru yang dapat digunakan dalam pembuatan bekisting,
biasanya tetap mengkombinasikan pemakaian bekisting tradisional dengan bekisting yang
modern untuk pekerjaan-pekerjaan struktur yang kecil.
Dengan menggunakan bekisting metode konvensional kekurangannya adalah:
Proses pembangunan bangunan sipil (gedung, jalan, jembatan, dll) adalah untuk mewujudkan
perencanaan menjadi kenyataan di lapangan. Sehingga produk memenuhi syarat.
1. Tepat waktu
2. Tepat biaya
3. Tepat mutu
—Kecelakaan kerja adalah kejadian yang menimpa seseorang ditempat kerja yang berdampak
buruk pada pekerja, pengusaha dan lingkungan tempat kerja.
1. Tower Crane
2. Passenger Hoist
Tower Crane
Tower crane adalah alat pengangkat yang biasa digunakan didalam proyek konstruksi. Cara kerja
crane adalah dengan mengangkat material yang akan dipindahkan, memindahkan secara
horizontal, kemudian menurunkan material ditempat yang diinginkan.
Pada prinsipnya, tower crane merupakan pesawat pengangkat dan pengangkut yang memiliki
mekanisme gerakan yang cukup lengkap, yakni : kemampuan mengangkat muatan (lifting)
menggeser (trolleying), menahannya tetap di atas bila diperlukan dan membawa muatan ke
tempat yang ditentukan (slewing dan travelling). Operasi kerja yang identik dan muatan yang
seragam yang diangkutnya, memungkinkan fasilitas transport dilakukan secara otomatis. Bukan
hanya untuk memindahkan, melainkan juga untuk proses bongkar muatan.
Sementara itu, untuk kapasitas tower crane tergantung beberapa faktor. Jika material yang
diangkut oleh crane melebihi kapasitasnya, maka akan terjadi jungkir. Oleh karena itu, berat
material yang diangkut harus mengikuti ketentuan dan perlu memperhatikan faktor-faktor, antara
lain :
1. Helm Kerja
2. Kacamata/Glass Eye
3. Wearpack
4. Safety Belt/Sabuk Pengaman
5. Sepatu
Macam-macam Crane
Passenger Hoist
Passenger Hoist adalah alat yang digunakan untuk memudahkan pekerjaan dalam proyek. Fungsi
alat ini sebagai alat transfer material maupun pekerja/tukang. Untuk pekerjaan di bangunan yang
tinggi.
Macam-macam passenger hoist
Gambar alat-alat K3
Simbol-simbol K3 di Lapangan
Klasifikasi Menurut Jenis Kecelakaan
Terjatuh
Tertimpa benda jatuh
Terkena benda-benda
Terjepit oleh benda
Gerakan melebihi kemampuan
Pengaruh suhu tinggi
Terkena arus listrik
Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi
Penyebab
Hasil analisa menunjukkan bahwa penyebab utama kecelakaan kerja crane ditinjau dari segi
manusia yaitu tidak adanya orang yang memberi aba-aba, sedangkan ditinjau dari segi
lingkungan kerja yaitu kondisi cuaca pada daerah lokasi kerja crane, dan ditinjau dari segi
peralatan yaitu kapasitas beban yang diangkut melebihi kapasitas beban crane.
Diposkan oleh taufikhur rohman di 6:24 AM
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Metode Pelaksanaan Jembatan Le Viaduc De
Millau
Posted on March 12, 2011 by budisuanda
Memiliki panjang hampir 2,5 km dengan ketinggian puncak tiang yang lebih tinggi dari Menara
Eiffel. Dikerjakan pada ketinggian awan, tentu merupakan tantangan yang tinggi dalam
pengerjaan jembatan ini. Faktor alam tak pelak menjadi sandungan utama dalam pengerjaannya.
Metode pekerjaannya haruslah dengan cerdik menjawab segala tantangan yang ada.
Jembatan ini dibangun dengan menggunakan metode pelaksanaan ILM (Incremental Launching
Method). ILM adalah suatu metode erection pada jembatan bentang panjang yang sudah
diimplementasikan di Rio Caroni Bridge di Venezuela pada tahun 1962. Metode ini ditemukan
oleh Prof. Dr. Ing. F. Leonhardt dan partnernya Willi Baur. Metode ini telah dipatentkan sejak
tahun 1967.
Syarat teknis untuk menggunakan metode erection ILM pada jembatan ini antara lain adalah:
Metode jembatan ini dibangun biasanya karena adanya syarat bahwa tidak diperbolehkan adanya
gangguan pada sisi bawah lantai jembatan. Metode ini mengharuskan tersedianya lahan yang
cukup luas di lokasi belakang abutment untuk produksi segment lantai jembatan.
Adapun mekanisme proses pelaksanaan erection jembatan dengan menggunakan metode ILM ini
dapat dijelaskan secara prinsip sebagai berikut:
1. Lantai jembatan diproduksi di area belakang jembatan secara kontinu tiap segment.
Segment tersebut dihubungkan secara monolit dengan segment sebelumnya. Panjang segment
berkisar 15 – 25 m.
2. Pada bagian Ujung depan lantai dipasang Nose yang terbuat dari struktur baja. Nose
tersebut akan berfungsi sebagai tambahan lantai sedemikian mengurangi momen yang besar
yang terjadi ketika rangkaian pelat lantai membentuk struktur Cantilever. Nose berfungsi
mengurangi besarnya momen kantilever yang terjadi. Nose didesign jeringan mungkin untuk
mengurangi tambahan beban yang harus dipikul oleh struktur lantai jembatan. Struktur Nose
memiliki panjang sekitar 65% terhadap bentang jembatan yang typical.
3. Pada saat segment yang telah diproduksi dan umur beton telah mencukupi, maka seluruh
lantai jembatan didorong dengan menggunakan metode Pulling Jack yang dipasang di abutment.
4. Permukaan pilar dikondisikan memiliki tahanan geser yang kecil. Hal ini untuk
memudahkan proses mendorong rangkaian segment lantai jembatan. Dapat menggunakan suatu
alat khusus dengan permukaan teflon.