Sejarah Filsafat Dalam Dunia Islam2

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 3

Dalam sejarah, pertemuan Islam (kaum muslimin) dengan filsafat, terjadi pada abad-abad ke-8

masehi atau abad ke-2 Hijriah, pada saat Islam berhasil mengembangkan sayapnya dan
menjangkau daerah-daerah baru. Dalam abad pertengahan, filsafat dikuasai oleh umat Islam.
ilsafat Islam adalah pengetahuan tentang segala yang ada dan harus di buktikan melalui metode
atau cara yang digunakan untuk menyelidiki asas dan sebab suatu benda tersebut1

Berdasarkan pemikiran agama islam yang sesuai dengan al-quran dan al-hadits. Filsafat
islam masuk dan di jumpai kaum muslimin pada abad ke-8 M/ 2 H melalui filsafat Yunani.
Kebudayaan dan filsafat Yunani masuk ke daerah – daerah islam (Siriah, Persia, Mesopotamia dan
Mesir) melalui ekspansi Alexander Agung. Alexsander datang dengan tidak menghancurkan
perdaban dan kebudayaan Persia, bahkan sebaliknya ia berusaha menyatukan kebudayaan Yunani
dan Persia. Hal ini memunculkan pusat – pusat kebudayaan Yunani di daerah tersebut di antaranya
filsafat kemudian pada masa Dinasti Bani Umayyah filsafat mulai berpengaruh kepada
kebudayaan arab. Seiring dengan zaman dan waktu, barulah pada masa Bani Abbasiyah
kebudayaan Yunani berkembang semakin cepat terutama filsafat karena orang – orang Persia pada
masa itu memiliki peranan penting dalam struktur pemerintahannya. Dan pada zaman Al-Makmun
melakukan penerjemahan naskah – naskah ilmu filsafat dan berbagai cabang ilmu pengetahuan ke
dalam bahasa arab. Ketersediaan buku – buku terjemahan tersebut dimanfaatkan oleh kalangan
muslim untuk berkenalan denga ilmu pengetahuan dan filsafat. Dari wilayah – wilayah dari
belahan timur tersebut terutama Baghdad, ilmu filsafat dalam islam mulai berkembang luas. 2
Pada abad ke-4 H dengan dorongan dan bantuan dari pihak penguasa, terutama pada masa
pemerintahan khalifah Hakam II (350-366 H/ 937-953 M) di Andalusia Spanyol, filsafat islam
belahan timur baru masuk secara besar – besaran ke dunia islam belahan barat tersebut (Spanyol).
Berkembangnya ilmu filsafat di dunia islam ini pada akhirnya telah melahirkan sejumlah filsof
terkenal dari kalangan muslim. Meraka antara lain Al-Kindi, Ar-Rozi, Al-Farabi, Ibnu
maskawaih,Ibnu Sina, Ibnu Bajjah, Ibnu Tufail, dan Ibnu Rusyd. Mereka memanfaatkan materi
filsafat dari para filsuf Yunani, seperti Plato, Aritoteles, Pitagoras, Demokritos dan Plotinus, serta
berpegang teguh pada ajaran Al-quran dan Al-hadits Rosulullah SAW. 3
Dalam sejarah perkembangan filsafat Islam, filosof pertama yang lahir dalam dunia Islam
adalah al-Kindi (796-873 M). Nama aslinya abu Yusuf bi Ishak al-kindi, ia berasal dari Kindah di
Yaman tetapi lahir di kufah di tahun 796 M. orang tuanya adalah Gubernur dari Basrah. Setelah
dewasa ia pergi ke Baghdad dan mendapat lindungan dari kahlifah Al –Makmun , di sana
kemudian ia belajar ilmu pengetahuan dan pemikir islam. Tidak lama kemudian, Al-Kindi
mengalami kemajuan pemikiran islam dan penerjemahan buku asing ke dalam bahasa arab, bahkan
ia termasuk pelopornya. Bermacam – macam ilmu telah dikajinya terutama filsafat. Al-Kindi tidak
banyak membicarakan persoalan – persoalan filsafat yang rumit dan yang telah dibahas

1
Tim penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Filsafat, (Surabaya : Sunan Ampel Press, 2012),
halm. 6-10
2
http://ridhoscript.blogspot.com/2012/09/sejarah-filsafat-islam.html 9/22/2012 02:43:00 PM
3
http://ulielambry.wordpress.com/ Sejarah Munculnya Filsafat Islam, Posted: 14 Februari 2012 in Article
sebelumnya, tetapi ia lebih tertarik dengan definisi – definisi dan penjelasan kata – kata serta lebih
mengutamakan ketelitian pemakaian kata – kata dari pada menyalami problem – problem filsafat.
4
Bagi Al-Kindi filsafat merupakan pengetahuan tentang yang benar, di sinilah terlihat persamaan
filsafat dan agama. Tujuan agama ialah menerangkan apa yiang benar dan apa yang baik, filsafat
itulah pula tujuannya5
Tuhan dalam filsafat Al-Kindi tidak mempunyai hakekat dalam arti aniah (juz`i) atau mahiah
(universal). Tidak aniah karena tuhan tidak termasuk dalam benda – benda yang ada dalam alam,
bahkan ia adalah pencipta alam. Selain itu, tuhan juga tidak mempunyai hakekat dalam bentuk
mahiah, karena tuhan tidak merupaka genus atau spesies. Tuhan adalah yang benar pertama dan
tunggal, hanya ialah yang satu, selain dari tuhan mengandung arti banyak. Sesuai dalam paham
yang ada dalam islam, tuhan bagi Al-Kindi adalah pencipta dan bukan penggerak pertama
sebagaimana pendapat Aristoteles. Alam bagi Al-kindi bukan kekal di zaman lampau tetapi
mempunyai permualaan.6
Filosof besar kedua dalam sejarah perkembangan filsafat Islam ialah al-Farabi (872-950
M). ama aslinya Abu Nasr Muhammad Al-Farabi, ia lahir di Wasij suatu desa di Farab tahun 870
M. sejak kecil, ia suka belajar dna ia mempunyai kecakapan luar biasa dalam bidang bahasa.
Setelah dewasa ia mulai belajar filsafat dan ilmu logika ke Baghdad, dan ia pula belajar ilmu
pengetahuan yang lain. Al-Farabi adalah seorang filofsof islam yang pertama dengan sepenuh arti
kata. Ia telah dapat menciptakan suatu system filsafat yang lengkap dan memainkan peranan yang
penting dalam dunia islam sehingga ia mendapat gelar “guru kedua” (al-mu`allim ats-tsani)
sebagai kelanjutan dari Aristoteles yang mendapat gelar “guru pertama” (al-muallim al-awwal).
Al-Farabi memiliki gelar tersebut karena banyak yang berguru kepadanya di antaranya Ibnu Sina,
Ibnu Rusyd, dan filosof – filosof lain yang datang sesudahnya. Pada abad pertengahan, Al-Farabi
menjadi sangat terkenal, sehingga orang – orang Yahudi banyak yang mempelajari karangan –
karangannya dan di salin ke dalam bahasa ibrani. Sampai sekarang salinnan tersebut masih
tersimpan di perpustakaan – perpustakaan Eropa.7
Selanjutnya adalah Ibnu Sina. Nama aslinya adalah Abu Ali Husein Ibnu Abdillah Ibnu
Sina, ia lahir di Afsyana suatu tempat yang terletak di dekat Bukhara tahun 980 M. orang tuanya
berkedudukan sebagai pegawai tinggi pada pemerintahan Dinasti Samani. Semenjak kecil ia telah
banyak mempelajari ilmu – ilmu kedokteran, hokum, filsafat dan lain – lain. Seiring dengan
perkembangannya, Ibnu Sina dalam pemikiran filsafatnya, pemikiran terpenting yang di hasilkan
Ibnu Sina ialah filsafatnya tentang jiwa. Menurutnya, ada tiga obyek pemikiran : Tuhan, dirinya
sebagai wajib wujudnya dan dirinya sebagai mungkin wujudnya. Dari pemikiran tentang tuhan

4
Drs. Atang Abdul Hakim, M.A, Filsafat Umum Dari Metologi Sampai Teofilosofi, (Bandung : Pustaka Setia, 2008),
halm. 440 - 443
5
Muzairi,M.Ag, Filsafat Umum, (Yogyakarta : Teras, 2009), halm. 109
6
Ibid, halm. 109-111
7
Drs. Atang Abdul Hakim, M.A, Filsafat Umum Dari Metologi Sampai Teofilosofi, (Bandung : Pustaka Setia, 2008),
halm. 445 - 455
timbul akal – akal dan dari pemikiran tentang dirinya sebagai wajib wujudnya timbul jiwa – jiwa
dan dari pemikiran tentang dirinya sebagai mungkin wujudna timbul langit – langit.8
Ibnu Rusyd Ia adalah Abul Walid Muhammad bin Ahmad ibnu Rusyd, lahir di Codova
pada tahun 520 H. ia berasal dari kalangan keluarga besar yang terkenal dengan keutamaan dan
mempunyai kedudukan tinggi di Andalusia. Ayahnya adalahl seorang hakim, dan neneknya yang
terkenal dengan sebutan “Ibnu Rusyd al-jadd” adalah kepala hakim di Cordova. Ibnu Rusyd adalah
seorang ulama besar dan pengulas terhadap filsafat Aristoteles. Ia memandang Aristoteles sebagai
manusia sempurna dan ahli piker terbesar yang telah mencapai kebenaran yang tidak mungkin
bercampur kesalahan, ia juga berkeyakinan bahwa filsafat Aristoteles apabila dipahami sebaik –
baiknya tidak akan berlawanan dengan pengetahuan tertinggi yang bisa di capai oleh manusia
bahkan perkembangan kemanusiaan telah mencapai tingkat yang tertinggi pada diri Aristoteles
sehingga tidak ada orang yang melebihinya. Dari itulah sehingga Ibnu Rusyd berusaha keras untuk
menjelaskan pemikiran – pemikiran Aristoteles yang masih gelap dan memperbandingkannya satu
sama lain. Oleh karena itu, ia hanya bermaksud mengabidkan hidupnya untuk menjelaskan filsafat
Aristoteles dan pemikiran – pemikirannya yang sukar di pahami. 9 Ibnu Rusyd menjelaskan filsafat
Aristoteles neo-platonisme yang sukar dipahami tersebut. sehingga ibnu Rusyd terpengaruh dan ia
mempunyai aliran filsafat sendiri. Dari alirannya filsafatnya, ibnu Rusyd mengatakan bahwa tiap
muslimmesti percaya pada tiga dasar keagamaan yaitu: adanya tuhan, adanya rosul dan adanya
pembangkitan. Hanya orang yang tidak pada salah satu dari ketiga dasar inilah yang boleh dicap
kafir.10

8
Muzairi,M.Ag, Filsafat Umum, (Yogyakarta : Teras, 2009), halm. 112-115
9
Drs. Atang Abdul Hakim, M.A, Filsafat Umum Dari Metologi Sampai Teofilosofi, (Bandung : Pustaka Setia, 2008),
halm. 503-505
10
Muzairi,M.Ag, op.cit, halm. 122

Anda mungkin juga menyukai