Oleh :
ALYA NABILLA
1510442048
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
MARET, 2019
i
LEMBAR PENGESAHAN 1
Laporan Praktek Kerja Lapangan ini telah diseminarkan di depan Tim Penguji
Seminar Praktek Kerja Lapangan Fakultas MIPA pada tanggal .................2019
dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
Padang, 2019
Penulis
Alya Nabilla
NIM.1510442048
Mengetahui
ii
LEMBAR PENGESAHAN 2
Alya Nabilla
NIM 1510442048
Laporan praktek kerja lapangan ini telah diperiksa oleh Pembimbing Praktek
kerja lapangan dan telah disetujui untuk diseminarkan
iii
RANCANGAN BAHASA PEMOGRAMAN
DALAM UJI KESESUAIAN SLICE CT SCAN
BERBASIS MATLAB
ABSTRAK
iv
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
penyayang. Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah
mampu menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini. Laporan ini berjudul
Laporan ini dapat diselesaikan dengan adanya bantuan dari berbagai pihak,
1. Kedua orang tua yang selalu mengirimkan doa dan dukungan selama PKL
5. Ibu Dr. Dian Fitriyani selaku dosen pembimbing dari jurusan fisika
FMIPA UNAND
v
6. Rekan-rekan magang di BATAN PTKMR
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna dan
Untuk kesempatan inilah penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun, sehingga laporan Praktik Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
vii
3.2 Radiodiagnostik............................................................................................22
3.4 CT-Scan........................................................................................................27
A. Program .........................................................................................................54
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.4 Gambar yang Akan Diuji (RS Siloam Purwakarta) ...........................45
Gambar 4.7 Gambar yang Akan Diuji (RS Mitra Keluarga Kemayoran)..............49
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Efek biologi pada sistem organ atau jaringan ........................................27
x
BAB I PENDAHULUAN
1970-an dimana pada 1972, Sir Godfrey Newbold Hounsfield dan Ambrose
dengan sangat cepat dan menjadi teknologi imaging yang sangat mengagumkan.
tidaknya suatu kelainan pada organ tubuh manusia dengan menggunakan radiasi
diagnosis yang lebih optimal. Tetapi, selain memberikan dampak positif bagi
memberikan dampak negatif bagi pasien yang menggunakan alat ini yaitu
adanya radiasi pengion yang berakibat luka bakar di daerah penyinaran hingga
kematian jaringan(Apriliyanti,2013)
1
memberikan dosis radiasi minimal ke pasien. Dengan demikian, mutu pelayanan
diharapkan akan terpenuhi secara baik. Untuk itu, perlu dilakukan adanya
program jaminan mutu, baik secara klinis maupun fisika. Monitoring kinerja
pesawat Sinar-X merupakan salah satu bagian penting dalam jaminan mutu.
pesawat dapat dipakai untuk menghasilkan citra dengan kualitas tinggi secara
konsisten, dengan dosis radiasi yang diterima pasien minimum. Dalam hal ini,
pekerja radiasi harus mengikuti teknik, protokol dan prosedur yang benar.
terjadi perubahan kinerja pesawat dan dengan demikian dapat segera mengambil
Selain berkaitan dengan pembentukan citra, kinerja pesawat yang baik, juga akan
a) Uji Penerimaan (Acceptance Test) yang dilakukan pada pesawat yang baru
2
b) Uji kesesuaian (Compliance Test) yang dilakukan secara periodik pada
pesawat Sinar-X yang sudah digunakan untuk pelayanan. Ada beberapa jenis
bulan sekali.
2. Uji tahunan (annual test) untuk menguji seluruh parameter vital pesawat
Salah satu program uji kesesuaian pada pemakaian pesawat CT-Scan adalah
uji ketepatan posisi laser dengan slices. Ketepatan posisi laser dengan slice
ditentukan dengan posisi sudut perubahan antara gambar standar uji dengan
kalkulasi matematika yang akurat dalam hal perbandingan hasil citra. Ada
beberapa bahasa pemograman yang bisa mengolah data imaging dengan baik,
3
dengan fungsi dan karakteristik yang berbeda dengan bahasa pemograman lain
yang sudah ada lebih dulu seperti Delphi maupun C++. MATLAB merupakan
mengetahui adanya pergeseran posisi laser dengan slice CT-Scan sehingga dapat
dilakukan evaluasi oleh pihak rumah sakit dan peralatan CT-Scan tersebut agar
ini dilakukan dengan menggunakan data hasil penyinaran CT-Scan yang telah di
proses oleh pihak BATAN. Penelitian ini dibatasi dari 3 rumah sakit yaitu RS Eka
4
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari kegiatan PKL ini adalah untuk memperoleh rancangan bahasa
Tahun 2011.
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan
PTKMR-BATAN.
5
BAB IV : METODE PENELITIAN
lapangan.
BAB VI : PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
6
BAB II PTKMR BATAN
salah satu unit kerja di lingkungan BATAN yang melaksanakan litbang dan
dan metrologi radiasi yang mengacu pada peraturan peundangan, dan standar
yang berlaku. Saat ini PTKMR telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi
salah satu unit kerja di Batan Tenega Nuklir Nasional yang berada di Pusat
Penelitian Tenaga Nuklir (PPTN) Pasar Jumat Jakarta Selatan. PTKMR BATAN
berlokasi di Jl. Lebak Bulus Raya No. 49, RT.3/RW.2, Lebak Bulus, Cilandak,
salah satu unit kerja di Badan Tenaga Nuklir Nasional yang berada di Pusat
Penelitian Tenaga Nuklir (PPTN) Pasar Jumat Jakarta Selatan. Ditinjau dari
7
sejarah dan perkembangannya, PTKMR-BATAN sebagai unit Eselon II di
lingkungan Deputi Bidang Sains dan Aplikasi Tenaga Nuklir telah mengalami
beberapa kali tahapan mulai dari tahap penyiapan dan tahap penyempurnaan
Tanggal 13 April 1981 inilah yang ditetapkan sebagai awal berdirinya unit
8
Tahun 1998 yang dijabarkan lebih lanjut dalam Surat Keputusan Dirjen
a. Kepala;
b. Sekretariat Utama;
f. Inspektorat;
9
2.3 Visi dan Misi
meterologi radiasi.
kesehatan, keselamatan dan metrologi radiasi yang bermutu tinggi serta layanan
radiasi.
10
2.5 Tugas Pokok dan Fungsi PTKMR-BATAN
PTKMR adalah salah satu Unit Kerja Eselson II di BATAN yang berada
dibawah Deputi Kepala BATAN Bidang Sains dan Aplikasi Teknologi Nuklir
Organisasi dan Tata Kerja Badan Tenaga Nuklir Nasional, PTKMR mempunyai
nuklir kedokteran dan biologi radiasi, keselamatan kerja dan dosimetri, dan
metrologi radiasi.
serta pelaporan:
radioekologi:
dan dosimetri;
metrologi radiasi;
11
7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Deputi Bidang Sains dan Aplikasi
Teknologi Nuklir.
Tata Kerja BATAN, sebagaimana telah diubah dengan Perka BATAN Nomor 16
Tahun 2014 dan Perka BATAN Nomor 20 Tahun 2014, Pusat Teknologi
12
Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) mempunyai tugas perumusan dan
kedokteran dan biologi radiasi, keselamatan kerja dan dosimetri, dan metrologi
radiasi, serta pelayanan kesehatan dan pelayanan medik dalam kedaruratan radiasi.
PTKMR terdiri atas Bagian Tata Usaha, Bidang Radioekologi, Bidang Teknik
Nuklir Kedokteran dan Biologi Radiasi, Bidang Keselamatan Kerja dan Dosimetri,
Bidang Metrologi Radiasi, Unit Jaminan Mutu, Klinik dan Kelompok Jabatan
Fungsional.
tangga, dokumentasi ilmiah dan publikasi serta pelaporan. Bagian tata usaha terdiri
dari atas:
pelaporan.
2. Bidang Radioekologi
13
Bidang Radioekologi (RE) mempunyai tugas melaksanakan penelitian
- Japan.
nuklir kedokteran dan biologi radiasi serta pelayanan kesehatan radiasi. Bidang
dan sitogenetik.
14
Subbidang Kesehatan Radiasi, sebagai bagian dari Bidang TNKBR, mempunyai
sitogenetik.
limbah, dan pelayanan dosimetri medik. Bidang Keselamatan Kerja dan Dosimetri
menyelenggarakan fungsi:
dosimetri;
pengembangan di bidang metrologi radiasi dan pelayanan kalibrasi alat ukur dosis
menyelenggarakan fungsi:
15
dan pemeliharaan ketertelusuran standar tingkat nasional satuan
diantaranya:
November 2016.
sejak tahun 2009 dengan Sertifikat Akreditasi terakhir Nomor PLM 022-INA
berlaku dari tanggal 25 April 2017–24 April 2021 dan sejak tahun 2008 dengan
16
sertifikat Akreditasi terakhir Nomor LK-142IDN dengan masa berlaku dari
masa berlaku dari tanggal 5 November 2015-4 November 2018 untuk sistem
manajemen mutu,
Kalibrasi Alat Ukur Radiasi dan Keluaran Sumber Radiasi Terapi, dan
Nasional, masa berlaku 9 Januari 2018-24 April 2021 dan Perka BAPETEN
7. Klinik KNPJ
17
pelaksanaan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif, preventif dan kuratif
kepada pegawai;
radiasi;
radiasi/nonradiasi; dan
2. Laboratorium Radiometrik
3. Laboratorium Aerosol
4. Laboratorium TENORM
7. Laboratorium Radon
18
c. Laboratorium Klinik Kawasan Pasar Jumat dan Fasilitas Penanganan Medik
Neutron)
dan lain-lain.
19
BAB III LANDASAN TEORI
3.1 Radiasi
salah satu bentuk dari radiasi ionisasi yang memberikan manfaat yang cukup
besar bagi dunia kesehatan karena energi yang dimilikinya mampu mengionisasi
dilingkungan dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu sumber radiasi alam
1. Radiasi Alam
Radiasi alam berasal dari sinar kosmos, sinar gamma dari kulit bumi,
peluruhan radon dan thorium di udara, dan radionuklida yang ada dalam bahan
makanan.
2. Radiasi Buatan
Radiasi buatan adalah radiasi yang timbul karena atau berhubungan dengan
Berdasarkan bentuknya radiasi dapat dibagi menjadi dua yaitu radiasi bukan
20
1. Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat mengionisasi atom-atom atau
Radiasi pengion meliputi sinar kosmik, Sinar-X, partikel alpha, partikel beta,
2. Radiasi bukan pengion adalah jenis radiasi yang apabila melewati bahan atau
jaringan biologi tidak akan mengionkan bahan atau jaringan tersebut, contohnya :
cahaya matahari, gelombang radio, sinar infra merah dan sinar ultra violet (
Akhadi, 2000).
Radiasi pengion dapat dibagi menjadi dua bagian menurut jenisnya yaitu
1. Radiasi Eksterna
Radiasi eksterna adalah radiasi yang terletak di luar tubuh pasien atau pasien
mendapat pajanan radiasi dari luar tubuhnya yang dapat mengenai seluruh tubuh
Radiasi eksterna ada yang dimanfaatkan untuk keperluan diagnosa maupun untuk
keperluan terapi selain digunakan sumber radiasi Sinar-X dengan orde tegangan
Mega Volt juga biasa digunakan sinar gamma dari radioisotp Cobaltdan Cessium.
2. Radiasi Interna
pasien. Sumber radiasi yang diperlukan adalah radioisotop non toksik yang
21
mempunyai waktu paro pendek dan aktivitas rendah, misalnya TC 99 atau I 131.
3.2 Radiodiagnostik
3.2.1 Sinar-X
gelombangnya sangat pendek yaitu 1/10.000 dari panjang gelombang cahaya yang
1. Daya Tembus
Sinar-X dapat menembus bahan, dengan daya tembus sangat besar dan
tegangan) yang digunakan, makin besar daya tembusnya. Makin rendah berat
atom atau kepadatan suatu benda, makin besar daya tembus sinarnya. (Rasad,
2005)
22
2. Pertebaran
Apabila berkas Sinar-X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas
(radiasi hambur) pada bahan/zat yang dilaluinya. Hal ini akan mengakibatkan
terjadinya gambar radiografi dan pada film akan tampak pengaburan kelabu
3. Penyerapan
Sinar-x dalam radiografi diserap oleh bahan/zat sesuai dengan berat atom
4. Efek Fotografik
– X saja.
23
6. Ionisasi
Efek primer Sinar – X apabila mengenai suatu bahan atau zat akan
7. Efek Biologi
bergantung pada jumlah dosis dan luas lapangan radiasi yang diterima. Efek
biologi utama dari radiasi adalah merusak sel dan jaringan tubuh manusia.
Adapun jenis efek biologi radiasi dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Efek Stokastik
Efek stokastik adalah efek yang kemunculannya pada individu tidak bisa
terjadinya, sungguh pun tidak berat dianggap merupakan fungsi dari dosis
karena kerusakan dari sel-sel reproduksi. Efek tersebut dapat berupa kelainan
24
2. Efek Deterministik
Efek deterministik adalah efek yang pasti muncul apabila jaringan tubuh
terkena radiasi. Efek deterministik dicirikan oleh hubungan sebab akibat yang
bersifat antara dosis yang diterima (sebab) dengan efek yang ditimbulkannya
lainnya. Keluhan umum bisa berupa nafsu makan berkurang, mual, lesu,
Keluhan lokal yang biasanya muncul adalah erythema atau kulit memerah,
deterministik lainnya yang dapat muncul akibat paparan radiasi dosis tinggi
(100 Sv) atau lebih mengakibatkan kerusakan sistem syaraf pusat yang akan
25
mengakibatkan kematian setelah 1 – 2 minggu kemudian. Kematian timbul
karena dehidrasi berat. Efek biologi yang akan terjadi adalah gejala mual,
yang terjadi pada kerusakan sistem pencernaan adalah kanker pada epitel
salura pencernaan.
dalam sumsum tulang. Efek somatik stokastik pada kerusakan sumsum tulang
mutasi gen atau kromosom pada sel kelamin. Sedangkan efek somatik non
stokastik pada organ reproduksi adalah sterilisasi. Dimana efek yang terjadi
adalah terganggunya produksi sperma pada pria dan kerusakan ovum pada
lensa mata. Lensa mata yang terpapar radiasi dalam waktu cukup lama akan
26
Tabel 3.1 Efek Biologi pada Sistem Organ atau Jaringan
1. Darah dan Sumsum Penurunan jumlah sel darah putih, butir pembeku
Tulang Merah dan darah merah.
Kerusakan permanen pada sumsum tulang merah
dan berakhir dengan kematian pada dosis lethal 3-5
Sv.
Kecenderungan pendarahan pada infeksi Anemia
dan kekurangan hemoglobin Efek stokastik adalah
leukemia
2. Kulit Efek somatik non stokastik adalah luka bakar dan
kematian jaringan.
Efek somatik stokastik adalah kanker kulit
3. Kelenjer Gondok Kelenjar gondok mudah rusak karena kontaminasi
interna oleh yodium radioaktif
4. Paru-paru Umumnya mengalami kerusakan akibat penyinaran
dari gas, atau partikel dalam bentuk aerosol yang
bersifat radioaktif yang terhirup dan melalui sistem
pernapasan.
5. Hati dan Ginjal Hati dan ginjal relatif tahan terhadap radiasi.
Sumber : Wiharto, Kunto, Efek Radiasi Pada Sistem Biologi, 2001
3.4 CT-Scan
menggunakan metode dua diantara tiga komponen (sumber radiasi, objek dan
27
Gambar 3.1 Pesawat CT-Scan
saja tapi juga digunakan dalam bidang keamanan, industri, biologi dan dunia
arkeologi.
Prinsip dasar CT-Scan mirip dengan perangkat radiografi yang sudah lebih
terusan setelah melewati suatu objek untuk membentuk citra (gambar). Perbedaan
antara keduanya adalah pada teknik yang digunakan untuk memperoleh citra dan
pada citra yang dihasilkan. Tidak seperti citra yang dihasilkan dari teknik
radiografi, informasi citra yang ditampilkan oleh CT-Scan tidak tumpang tindih
(overlap) sehingga dapat memperoleh citra yang dapat diamati, tidak hanya pada
bidang tegak lurusberkas sinar (seperti pada foto rontgen), citra CT-Scan dapat
menmpilkan informasi tampang lintang objek yang diinspeksi. Oleh karena itu,
28
citra ini dapat memberikan sebaran kerapatan struktur internal objek sehingga
citra yang dihasilkan oleh CT-Scan lebih mudah dianalisis daripada citra yang
Sinar-X transmisi dengan tingkat perbedaan koefisien atenuasi linier (μ) yang
komputer berdaya tinggi yang berfungsi memproses hasil scan untuk memperoleh
gambaran penampang lintang dari badan. Pasien dibaringkan diatas suatu meja
digunakan sampai seluruh proses scanning ini selesai berkisar dari 45 menit
sampai 1 jam, tergantung pada jenis CT-Scan yang digunakan (waktu ini termasuk
waktu check in nya) (Ramadhani, 2006). Pada saat yang bersamaan detektor
referensi menangkap Sinar-X yang lansung dari sumber. Berkas Sinar-X tersebut
diubah oleh detektor menjadi sinyal listrik dan sinyal listrik ini kembali diubah
oleh ADC (Analog to Digital Converter) menjadi data digital dan selanjutnya
dikirim ke komputer untuk diolah dan direkontruksi. Setelah proses selesai maka
data yang telah diperoleh berupa data digital diubah kembali jadi data analog dan
scanning pada pasien, pasien disarankan tidak makan atau meminum cairan
tertentu selama 4 jam sebelum proses scanning yang mengharuskan pasien untuk
29
meminum suatu material cairan kontras yang mana digunakan untuk melakukan
1. Meja Pemeriksaan
Carbon Graphitr Fiber. Setiap scanning satu slice selesai, maka meja
digerakkan maju, mundur, naik, turun dengan cara menekan tombol yang
(Hafid, 2012).
30
2. Gantry
System). Serta lampu indikator untuk sentrasi. Pada gantry ini juga
2011):
a. Tabung Sinar-X
dengan ukuran focal spot yang bervariasi. Hal ini karena volume
adalah daya yang tinggi dan focal spot yang besar, sementara
31
tegangan harus dikurangi untuk scanning yang lama.
b. Shielding (penahan)
oleh DAS. Adapun fungsi detektor dan DAS secara garis besar adalah
32
3.6 Uji Kesesuaian
Eropa Timur, kawasan Afrika, dan Asia termasuk Indonesia. Awalnya riset
terpadu tersebut hanya untuk radiografi dan mencakup aspek optimisasi proteksi
tomography (CT), dengan cakupan utamanya hanya dosis pasien dan jaminan
mutu peralatan, serta tidak termasuk aspek reduksi dosis pasien dalam fluoroskopi
dan CT. Tujuan utama dari riset terpadu tersebut adalah untuk menginisiasi
standar, maka perlu untuk dilakukan uji kesesuaian (Compliance Test) terhadap
pesawat Sinar-X yang digunakan untuk paparan medik. Hal tersebut sesuai
pada paparan medik yaitu tingkat panduan paparan medik maka uji kesesuaian
sehingga pasien tidak mendapat paparan yang tidak diperlukan, dan menerapkan
33
Terdapat 2 (dua) hal yang harus diperhatikan pada pelayanan radiologi
diagnostik harus menghasilkan gambaran atau citra yang memenuhi kriteria, dan
diharapkan akan terpenuhi secara baik. Untuk itu, perlu dilakukan adanya
program jaminan mutu, baik secara klinis maupun fisika. Monitoring kinerja
pesawat Sinar-X merupakan salah satu bagian penting dalam jaminan mutu.
pesawat dapat dipakai untuk menghasilkan citra dengan kualitas tinggi secara
konsisten, dengan dosis pasien minimum. Dalam hal ini, staf harus mengikuti
teknik, protokol dan prosedur yang benar. Pemeriksaan pesawat Sinar-X secara
kualitas citra. Selain berkaitan dengan pembentukan citra, kinerja pesawat yang
retake akan memperkecil dosis pasien dan juga mengurangi anggaran operasional
c) Uji Penerimaan (Acceptance Test) yang dilakukan pada pesawat yang baru
34
d) Uji kesesuaian (Compliance Test) yang dilakukan secara periodik pada
pesawat Sinar-X yang sudah digunakan untuk pelayanan. Ada beberapa jenis
bulan sekali.
5. Uji tahunan (annual test) untuk menguji seluruh parameter vital pesawat
Sesuai dengan lingkup tersebut maka dapat diuraikan mengenai parameter uji
35
1. Generator dan tabung Sinar-X Sesuai dengan parameter tersebut, maka
dalam uji kesesuaian diperlukan parameter yang harus diketahui dan dipatuhi
seperti:
- linieritas mA
kriteria penerimaan yang ada maka perlu dilakukan uji kualitas berkas
untuk mengetahui dan memastikan radiasi yang bocor masih ada dalam
mengatur berkas radiasi yang keluar dari tabung pesawat Sinar-X. Pengaturan
mengetahui dan memastikan bahwa berkas radiasi yang keluar dari peralatan
pengatur berkas ini sesuai dengan kriteria penerimaan maka perlu dilakukan
pengujian:
36
a. Akurasi kolimator
akurasi kolimator.
b. Ketegaklurusan berkas
Cahaya dari lampu kolimator harus dapat terlihat jelas sehingga luas
penyinaran. Kuat cahaya dari lampu kolimator perlu diuji untuk memastikan
d. Kebocoran radiasi
tertutup sempurna dan radiasi yang bocor dari kolimator masih dalam kriteria
penerimaan.
adalah:
37
a) uji standar
3.7 MATLAB
dengan nama TOOL BOX. Dengan toolbox ini pengguna diharapkan dapat
2015).
pendeklarasian array seperti pada bahasa lainnya. Selain itu juga diintegrasikan
38
dengan aplikasi dan bahasa pemrograman eksternal seperti C, Java, .NET, dan
39
BAB IV PELAKSANAAN PKL
Cilandak, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Kegiatan PKL
dilaksanakan dari tanggal 27 Desember 2018 sampai 31 Januari 2019 setiap Senin
hingga Jumat. Untuk hari Senin sampai Kamis PKL dimulai pukul 07.30-16.00
WIB dan pada hari Jumat PKL dimulai pukul 07.30 - 16.30 WIB. Bidang kerja
tepatnya di bagian sub bidang Keselamatan Kerja dan Proteksi Radiasi (KKPR).
Program kerja yang dilakukan selama PKL di divisi KKD adalah membuat
Data yang diberikan ada tiga rumah sakit yaitu RS Eka BSD, RS Mitra Keluarga
yaitu data dari RS Eka BSD. Dasar dilakukan uji kesesuaian ini berdasarkan dari
40
Tahapan kegiatan selama PKL
literatur tentang uji kesesuaian, lalu di coba untuk membuat program sederhana.
Total ada tiga data rumah sakit yang akan di buat rancangan uji
Purwakarta, dan yang menjadi standar perhitungan adalah RS Eka BSD. Data
untuk membaca data tersebut yaitu ImageJ. Disoftware ini bukan hanya
melihatkan gambar saja tapi juga detail data seperti nilai Full Widht at Half
Maximum (FMWH) dari masing-masing garis yang terdapat pada hasil gambaran
potongan hantom.
41
ROI
42
Gambar 4.2 Data yang terbaca pada ImageJ
direkomendasikan yaitu tipe R2015a karena memiliki tools yang tidak terlalu
sebagai referensi dan RS Siloam Purwakarta sebagai gambar uji. Dari kedua
43
gambar yang dibaca oleh ImageJ, kedua gambar sama-sama memiliki 4 ROI
settingan fwhm. Setelah selasai dengan data referensi selanjutnya ke data yang
akan di uji, langkahnya sama yaitu masukkan gambar uji dengan perintah
44
Gambar 4.4 Gambar yang Akan Diuji (RS Siloam Purwakarta)
Perintah selanjutnya adalah gambar referensi dan gambar yang akan diuji di
bandingkan dengan cara membuat scala dan sudut acuan. Lalu dari kedua gambar
yang dibandingkan ada beberapa titik yang tidak sama, maka dibuat mana titik
45
Gambar 4.5 Matced Point
46
Gambar 4.6 Matced Point Inliers Only
sc = scale*cos(theta)
ss = scale*sin(theta)
tx=0;
ty=0;
Tinv = [sc -ss 0;
ss sc 0;
tx ty 1]
Tinv = tform.invert.T;
47
Lalu perintah untuk menampilkan hasil perhitungan yang diperoleh
MATLAB
ss = Tinv(2,1);
sc = Tinv(1,1);
scaleRecovered = sqrt(ss*ss + sc*sc)
thetaRecovered = atan2(ss,sc)*180/pi
scaleRecovered =
1.0028
thetaRecovered =
-0.6072
terdapat 6 ROI, sehingga sulit untuk dibandingkan dengan RS Eka BSD yang
memiliki 4 ROI.
perubahan antara gambar standar uji dengan gambar yang akan diuji, belum bisa
Sehingga program ini belum digunakan dalam uji kesesuaian slice CT-Scan.
48
Gambar 4.7 Gambar yang Akan Diuji (RS Mitra Keluarga Kemayoran)
49
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
berbasis MATLAB dalam uji kesesuan ketepatan posisi laser dengan slice
referensi.
2011.
4. Program ini belum bisa digunakan untuk uji kesesusian slice CT-Scan
5.2 Saran
diberikan yaitu :
50
2. Untuk PTKMR BATAN diharapkan agar bukan hanya slice CT-Scan
51
DAFTAR PUSTAKA
4, New York.
Akhadi, M., 2000, Dasar – Dasar Proteksi Radiasi. Rineka Cipta, Jakarta.
Apriliyanti,D. D., dkk, 2013, Pengaruh Diameter Phantom dan Tebal Slice
Contran, R., Robbins, S., dan Kumar, A. 1999. Pathologic Basic of Disease. 7nd .
Hafid, T., 2012, Analisis Nilai Noise Citra CT Scan dengan Variasi Filter dan
52
Marpaung, T., 2000, Kecelakaan Radiasi yang Terkait dengan Peralatan
Munir, M., 2011, Dosis Radiasi dan Faktor Resiko pada Pemeriksaan Computed
UH, Makassar
Wiharto, Kunto., 2001, Efek Radiasi pada Sistem Biologi, BAPETEN, Jakarta.
53
DAFTAR LAMPIRAN
A. Program
close all
clear all
%ref
file=['Z36']%axial mode
folder=['.\rs_eka_bsd_20082018\A\'];
nama_file=[folder,file];
info_gambar=dicominfo(nama_file);
CT_calib=info_gambar.RescaleIntercept;
%cari phantom
Iref=dicomread(nama_file);
lev=0.5;%set level untuk fwhm
I2=Iref;
[~, threshold] = edge(Iref, 'sobel');
fudgeFactor = .05;
I_edge_ref = edge(Iref,'sobel', threshold * fudgeFactor);
imshow(I_edge_ref)
%data
file=['Z09']%axial mode
folder=['.\2018_046_siloam_pwkt\A\'];
nama_file=[folder,file];
info_gambar=dicominfo(nama_file);
CT_calib=info_gambar.RescaleIntercept;
%cari phantom
54
Idata=dicomread(nama_file);
lev=0.5;%set level untuk fwhm
I2=Idata;
[~, threshold] = edge(Idata, 'sobel');
fudgeFactor = .05;
I_edge_data = edge(Idata,'sobel', threshold *
fudgeFactor);
imshow(I_edge_data)
%original = imread('cameraman.tif');
original = I_edge_ref;
imshow(original);
text(size(original,2),size(original,1)+15, ...
'Image Rs Eka BSD VS Rs Siloam Purwakarta', ...
'FontSize',7,'HorizontalAlignment','right');
scale = 1.;
% J = imresize(original, scale); % Try varying the scale
factor.
%
theta = 2;
% distorted = imrotate(J,theta); % Try varying the angle,
theta.
distorted = I_edge_data;
figure, imshow(distorted)
ptsOriginal = detectSURFFeatures(original);
ptsDistorted = detectSURFFeatures(distorted);
55
[featuresOriginal, validPtsOriginal] =
extractFeatures(original, ptsOriginal);
[featuresDistorted, validPtsDistorted] =
extractFeatures(distorted, ptsDistorted);
indexPairs = matchFeatures(featuresOriginal,
featuresDistorted);
matchedOriginal = validPtsOriginal(indexPairs(:,1));
matchedDistorted = validPtsDistorted(indexPairs(:,2));
figure;
showMatchedFeatures(original,distorted,matchedOriginal,
matchedDistorted);
title('Putatively matched points (including outliers)');
figure;
showMatchedFeatures(original,distorted,inlierOriginal,i
nlierDistorted);
title('Matching points (inliers only)');
legend('ptsOriginal','ptsDistorted');
sc = scale*cos(theta)
ss = scale*sin(theta)
tx=0;
ty=0;
Tinv = [sc -ss 0;
ss sc 0;
tx ty 1]
56
Tinv = tform.invert.T;
ss = Tinv(2,1);
sc = Tinv(1,1);
scaleRecovered = sqrt(ss*ss + sc*sc)
thetaRecovered = atan2(ss,sc)*180/pi
outputView = imref2d(size(original));
recovered =
imwarp(distorted,tform,'OutputView',outputView);
figure, imshowpair(original,recovered,'montage')
>> test_gbrCTEkavsSiloam
file =
Z36
file =
Z09
sc =
-0.4161
ss =
0.9093
Tinv =
-0.4161 -0.9093 0
0.9093 -0.4161 0
57
0 0 1.0000
scaleRecovered =
1.0028
thetaRecovered =
-0.6072
58
59
60
61
62