Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala dan
infeksi atau sindrom yang timbul akibat rusaknya sistem kekebalan di dalam tubuh
manusia akibat infeksi virus HIV. Virus penyebab penyakit dinamakan Human
Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV). Virus ini bekerja dengan memperlemah
sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga orang yang terkena virus ini akan rentan
terhadap infeksi opportunity. Infeksi opportunity adalah infeksi yang disebabkan oleh
organisme yang biasanya tidak menyebabkan penyakit pada orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang normal, tetapi dapat menyerang orang dengan sistem kekebalan
tubuh yang buruk. Mereka membutuhkan “kesempatan” untuk menginfeksi seseorang.
HIV tidak dapat disembuhkan, obat-obatan hanya dapat memperlambat laju
perkembangan virus (Ditjen PP&PL 2012; Kemenkes 2012).
Depresi yang tidak tertanggulangi dengan baik dapat menurunkan sistim imunitas
penderita HIV (Nursalam dan Kurniawati, 2011 ; Alemu, Mariam,Tsui, Ahmed ,
Shewamare, 2011). Keadaan depresi dapat menurunkan fungsi imun, fungsi selsel“natular
killer” dan reaksi lymphocyte sehingga berkontribusi pada percepatan penurunan jumlah
CD4 penderitanya, dengan demikian kemungkinan infeksi opportunity lebih tinggi
(Burack, Barrett, & Stall, 1993). Depresi juga dapat memperburuk kondisi kesehatan
penderita HIV (Ironson, Balbin, Stuetzle, Fletcher, O’Cleirigh, Laurenceau,
Schneiderman, Solomon, 2005) karena secara fisiologis HIV menyerang sistim kekebalan
tubuhnya. Jika penderitanya juga mengalami depresi maka dapat mempercepat terjadinya
AIDS dan meningkatkan kematian (Nursalam dan Kurniawati, 2011). Penderita HIV
yang mengalami depresi rentan terhadap penyakit dua kali lebih sering dibanding
penderita HIV yang tidak mengalami depresi (Ironson dkk., 2005). Selain itu keadaan
depresi yang dialami oleh penderita HIV dapat memengaruhi ketidakpatuhannya terhadap
pengobatan (Carter, 2011).
SEFT merupakan salah satu terapi komplementer yang dapat digunakan untuk
menurunkan tingkat depresi. Keefektifan SEFT terletak pada pengabungan antara
Spiritual Power dengan Energy Psychology. Spiritual Power memiliki lima prinsip utama
yaitu ikhlas, yakin, syukur, sabar dan khusyu. Energy Psychology merupakan seperangkat
prinsip dan teknik memanfaatkan sistem energi tubuh untuk memerbaiki kondisi pikiran,
emosi dan perilaku (Freinstein dalam Zainudin, 2012 ). Ketidakseimbangan kimia dan
gangguan energi dalam tubuh manusia dapat menyebabkan gangguan emosi, termasuk
depresi. Intervensi SEFT pada sistim energi tubuh inilah yang dapat mengubah kondisi
kimia di dalam otak (neurotransmitter) yang selanjutnya dapat mengubah kondisi emosi
seseorang termasuk kondisi depresi. Selain itu SEFT efektif, mudah, cepat, murah,
efeknya dapat permanen, tidak terdapat efek samping, bersifat universal, memberdayakan
individu (tidak tergantung pada pemberi terapi), dapat dijelaskan secara ilmiah (Zainudin,
2012).

1.2 Tujuan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian SEFT

Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) merupakan pengembangan dari


Emotional Freedom Technique (EFT). EFT merupakan teknik mengatasi emosi yang
dilakukan dengan cara mengetuk ringan ujung jari dengan menstimulasi titik-titik
meridian tertentu pada tubuh individu sambil merasakan masalah yang sedang dihadapi.
EFT dikembangkan oleh Gary Craig dari Callahan, yaitu Thought Field Therapy (TFT)
yang dapat menetralisir energy negatif yang ada dalam tubuh individu (Craig, 2003).
Craig memodifikasi TFT menjadi EFT karena EFT merupakan metode yang sangat aman
dan sederhana untuk dipelajari dapat dilakukan oleh individu, keluarga dan orang lain.

EFT kemudian dikembangkan oleh Zainuddin (2008) menjadi Spiritual Emotional


Freedom Technique (SEFT) yaitu teknik penyembuhan yang memadukan keampuhan
energi psikologi dengan kekuatan do’a dan spiritualitas. Energi psikologi adalah ilmu
yang menerapkan berbagai prinsip dan teknik berdasarkan konsep sistem energi tubuh
untuk memperbaiki kondisi pikiran, emosi dan perilaku seseorang melalui tiga teknik
sederhana yaitu set-up, tune-in, dan tapping.
Menurut Zainuddin (2010), terapi SEFT merupakan terapi dengan menggunakan
gerakan sederhana yang dilakukan untuk membantu menyelesaikan permasalahan sakit
fisik maupun psikis, meningkatkan kinerja dan prestasi, meraih kedamaian dan
kebahagiaan hidup. Rangkaian yang dilakukan adalah; the set up (menetralisir energi
negatif yang ada di tubuh), the tune-in (mengarahkan pikiran pada tempat yang
dirasakan), dan the tapping (mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik
tertentu di tubuh manusia).
Terapi SEFT menggabungkan antara sistem kerja energi psikologi dengan
kekuatan spiritual, sehingga menyebutnya dengan Ampliflying Effect (efek
pelipatgandaan). Pada tahap-tahap pelaksanaannya dibutuhkan tiga hal yang harus
dilakukan dengan serius, yaitu khusyu’, ikhlas, dan pasrah. Ketiga hal inilah yang
menjadi kunci kesuksesan pada pelaksanaan terapi SEFT (Zainuddin, 2010).
Anwar & Triana (2011) mengartikan SEFT sebagai sebuah teknik yang antara
spiritualitas melalui doa, keikhlasan, dan kepasrahan, dengan psikologi energi. Adanya
unsur spiritualitas adalah suatu hal yang membedakan teknik SEFT dengan berbagai
teknik terapi yang berbasis psikologi energi lainnya. Aziz (Maryati dkk, 2013)
mengatakan bahwa SEFT adalah metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan
tingkat spiritualitas dan bersatu dengan kekuatan ilahi yang memungkinkan orang untuk
menjadi lebih bahagia, lebih puas dalam hidup, kepastian hidup sehingga tidak mudah
mengalami stress.
Menurut Hakam dkk (2009), Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)
merupakan teknik penggabungan dari terapi sistem energi tubuh dan spiritualitas.
Stimulasi titik energi tubuh dilakukan dengan menggunakan metode tapping pada
beberapa titik tertentu pada tubuh sambil berdoa yang disertai sikap pasrah kepada
Tuhan. Pemahaman sistem energi tubuh menjadi dasar ilmu pengobatan timur seperti
akupunktur, akupresur, refleksiologi, dan sebagainya. Para ahli akupunktur percaya
bahwa gangguan pada sistem energi tubuh dapat menyebabkan penyakit fisik seperti
jantung, sakit kepala, sesak nafas dan sebagainya. Cara penyembuhannya dengan
merangsang titik-titik tertentu yang berhubungan dengan sumber penyakit. Meski metode
ini dibilang baru, namun bagi praktisi SEFT, SEFT disebut metode yang paling efektif
mengatasi berbagai masalah kesehatan, karena SEFT merupakan gabungan antara 14
metode terapi. Di antaranya hypnotherapy, akupresur, dan yang lain dipadu dengan do’a.
Efek do’a dan spiritualitas telah diteliti secara mendalam oleh Dossey, yang
hasilnya menunjukkan adanya bukti ilmiah bahwa do’a dan spiritualitas berpengaruh
positif terhadap kesehatan. Pada penyakit yang umum sekalipun, kondisi pikiran, emosi,
sikap kesadaran, dan do’a yang dipanjatkan sangat berpengaruh bagi kesembuhan
(Zainuddin, 2010).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terapi Spiritual Emotional
Freedom Technique (SEFT) adalah sebuah teknik terapi yang berbasis psikologi energi
dimana penggunanya melakukan sebuah ketukan pada titik-titikmeridian tubuh sepanjang
jalur meridian sambil melakukan doa terhadap sang Pencipta.
2.2 Teknik yang Melandasi Terapi SEFT
Menurut Zainuddin (2010), terdapat tiga teknik utama yang mendasari SEFT, yaitu :
a. Energy Therapy dan Akupunktur
Pada saat seseorang memiliki permasalahan karena ketidakteraturan jalannya
energi meridian maka permasalahan fisik maupun psikologis dapat terjadi. Dengan
merangsang beberapa titik akupunktur yang mewakili 12 jalur energi meridian, maka
penyakit atau permasalahan tersebut dapat diatasi karena kekacauan energi meridian
disebabkan adanya ketidakseimbangan energi atau “chi”dalam aliran meridian. SEFT
menggunakan terapi energi pada tahap tapping, dengan mengetuk-ngetuk ke-18 titik
yang mewakili jalannya energi meridian tersebut, sehingga mengurangi atau
menghilangkan permasalahan fisik maupun psikologis yang ada (Zainuddin, 2010).
b. Powerfull prayer
Segala aktivitas terapinya dengan kekuatan doa. Berdasarkan beberapa
penelitian ilmiah dinyatakan bahwa kekuatan doa akan membantu klien dalam
menyelesaikan permasalahannya, baik fisik maupun psikologis. Zainuddin (2010) juga
mengatakan bahwa dengan penyerahan segala tindakan kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa, maka segala sesuatu usaha tersebut akan memiliki energi dua kali lipat. Pada
saat seseorang menyerahkan segalanya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, maka energy
yang dihasilkan adalah energi positif dan mendapatkan kejernihan pikiran, sehingga
secara ilmiah individu tersebut mampu berpikir secara jernih dan merasakan segala
permasalahan yang dihadapinya mendapatkan solusi. Oleh karena itu, SEFT
menempatkan powerfull prayer ke dalam salah satu faktor keberhasilan terapinya, dan
hal ini sesuai dengan penelitian Dossey (1993) tentang efek do’a terhadap
penyembuhan pasiennya.
c. Eye Movement Desentisation Reprocecesing (EMDR)
Pada terapi SEFT, EMDR dilakukan pada tahap akhir, yakni setelah tahap
tapping, yakni pada titik gamut spot. Titik gamut spot ini terletak di antara ruas tulang
jari kelingking dan jari manis. Terdapat 9 langkah, yang dalam terapi EMDR disebut
The ninth gamut procedure. Ke-9 langkah
tersebut dilakukan dalam versi lengkap SEFT, tetapi dalam versi inti SEFT.
Keseluruhan terapi tersebut, merupakan terapi-terapi yang mendasari SEFT. Dari
terapi-terapi tersebut di atas, akhirnya dibentuk sebuah terapi yang sifatnya sederhana
sehingga mampu dipahami oleh orang-orang awam. SEFT lebih ditekankan pada
perkembangan teknik pada terapinya, bukan
pada teori yang mendukungnya, tetapi pada beberapa banyak orang bisa merasakan
manfaat dari SEFT, dan bagaimana efektivitas terapi itu di lapangan.
Berdasarkan paparan yang diuraikan, maka disimpulkan bahwa teknikteknik yang
mendasari SEFT, antara lain: energy therapy dan akupunktur, powerfull prayer, dan eye
movement desentisation reprocecesing (EMDR).

2.3 Tahap –Tahap SEFT


Menurut Zainuddin (2010), SEFT dikembangkan menjadi 4 domain, diantaranya :
1) SEFT for healing, yaitu meraih kesehatan dan kesembuhan baik fisik maupun
psikis secara maksimal;
2) SEFT for success, yaitu meraih apapun yang individu secara pribadi inginkan;
3) (3), SEFT for happiness, yaitu meraih kebahagiaan;
4) SEFT for individual greatness, yakni bagaimana membentuk pribadi yang baik
dan benar dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
SEFT memiliki dua versi. Pertama adalah versi lengkap, dan yang kedua versi
ringkas. Keduanya terdiri dari tiga langkah sederhana, perbedaannya hanya pada langkah
yang ke tiga (the tapping). Pada versi singkat, langkah ketiga dilakukan hanya pada 9
titik, pada versi lengkap tapping dilakukan pada 18 titik. Tahap-tahap tersebut diuraikan
berikut ini :
a. The Set Up
The set up bertujuan untuk memastikan agar aliran energy psychology terarahkan
dengan tepat. Langkah ini dilakukan untuk menetralisasi perlawanan psikologis,
berupa pikiran negatif spontan atau keyakinan bawah sadar negatif. Beberapa contoh
perlawanan psikologis antara lain:
1) “Saya tidak bisa mencapai impian saya”
2) “Saya tidak dapat bicara di depan publik dengan percaya diri”
3) “Saya adalah korban pelecehan seksual yang malang”
4) “Saya tidak bisa menghindari rasa bersalah yang terus menerus
menghantui hidup saya”
5) “Saya marah dan kecewa kepada istri/suami saya karena dia tidak
seperti yang saya harapkan”
6) “Saya kesal dengan anak-anak, karena mereka susah diatur”
7) “Saya tidak bisa melepaskan diri dari kecanduan merokok”
8) “Saya tidak termotivasi untuk belajar, saya pemalas”
9) “Saya tidak mungkin bisa memenangkan pertandingan ini”
10) “Saya menyerah, saya tidak mampu melakukannya”
11) “Saya……saya…….saya….. dan lain sebagainya”.
Jika keyakinan atau pikiran negatif seperti contoh di atas terjadi, maka yang
perlu dilakukan adalah The Set-Up Words, yaitu beberapa kata yang perlu diucapkan
dengan penuh perasaan untuk menetralisir psychological reversal (keyakinan dan
pikiran negatif). Dalam bahasa eligius, the set-up words adalah “doa kepasrahan”
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Bahwa apapun masalah dan rasa sakit yang dialami
saat ini, diikhlaskan menerimanya, dan dipasrahkan kesembuhannya pada Tuhan Yang
Maha Kuasa.
The set-up terdiri dari 2 aktivitas, yang pertama adalah mengucapkan kalimat
seperti di atas dengan penuh rasa khusyu’, ikhlas dan pasrah sebanyak 3 kali. Yang
kedua adalah sambil mengucapkan dengan penuh perasaan, menekan dada, tepatnya di
bagian “Sore Spot” (titik SEFT yang terletak di dada bagian atas) atau mengetuk
dengan dua ujung jari di bagian “Karate Chop” yaitu disamping telapak tangan bagian
yang digunakan untuk mematahkan balok saat karate. Cara untuk dapat mengakses
persoalan yang dihadapi adalah dengan mengingat persoalan yang dihadapi oleh
pengguna SEFT. Adapun pola susunan doa dalam teknik SEFT adalah sebagai berikut:
Ya Tuhan Yang Maha Kuasa…meskipun saya merasa -___________(disesuaikan
dengan kondisi pengguna SEFT) karena ________ saya ikhlas menerima rasa
____________ ini, dan saya pasrahkan kepadaMu ketenangan hati dan pikiran saya.
(dengan penuh rasa khusyu’ ikhlas dan pasrah sebanyak 3 kali).
b. The Tun In
Pada permasalahan fisik, dapat dilakukan tune-indengan cara merasakan rasa
sakit yang dialami, lalu mengarahkan pikiran ke tempat rasa sakit dan sambil terus
melakukan 2 hal tersebut, hati dan mulut mengatakan seperti:
“Ya Tuhan Yang Maha Kuasa saya ikhlas, saya pasrah,”atau “Ya Allah (Ya Tuhan
YME) saya Ikhlas menerima sakit saya ini, saya pasrahkan padaMu kesembuhan
saya”.
Pada masalah emosi, dapat dilakukan tune-in dengan cara memikirkan sesuatu
atau peristiwa spesifik tertentu yang dapat membangkitkan emosi negatif yang ingin
dihilangkan. Ketika terjadi reaksi negatif (marah, sedih, takut, dan sebagainya) hati
dan mulut mengatakan seperti:
“Ya Tuhan Yang Maha Kuasa..saya ikhlas..saya pasrah”.
c. The Tapping
Tahap ini adalah tahap yang dilakukan bersamaan dengan tahap tunein. Pada
proses inilah (tune-in yang dibarengi tapping) menetralisasikan emosi negatif atau rasa
sakit fisik. Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik
tertentu pada tubuh sambil terus tune in. Titiktitik ini adalah titik-titik kunci dari major
energy meridians, yang jika diketuk beberapa kali akan berdampak pada
ternetralisasinya gangguan emosi atau rasa sakit yang dirasakan, karena aliran energy
psychology berjalan dengan normal dan seimbang kembali.
Tahap ini akan area prefrontal korteks di otak yang dapat merangsang korpus
amigdala. Rangsangan pada korpus amigdala akan reaksi emosi, sehingga diharapkan
sugesti yang diiringi dengan ketukan ringan (tapping) dapat mengubah persepsi yang
salah dan mengubahnya menjadi persepsi yang benar mengenai penerimaan diri. Titik-
titik tersebut adalah:
1) Cr (Crown), pada titik di bagian atas kepala.
2) EB (Eye Brown), pada titik permulaan alis mata.
3) SE (Side of the Eye), di atas tulang disamping mata.
4) UE (Under the Eye), 2 cm di bawah kelopak mata.
5) UN (Under the Nose), tepat di bawah hidung.
6) Ch (Chin), di antara dagu dan bagian bawah bibir.
7) CB (Collar Bone), diujung tempat bertemunya tulang dada, collar bone,
dan tulang rusuk pertama.
8) UA (Under the Arm), di bawah ketiak sejajar dengan puting susu (pria)
atau tepat di bagian tengah tali bra (wanita).
9) BN (Bellow Nipple), 2,5 cm di bawah putting susu (pria) atau di
perbatasan antara tulang dada dan bagian bawah payudara.
10) IH (Inside of Hand), di bagian luar tangan yang berbatasan dengan
telapak tangan.
11) OH (Outside of Hand), di bagian luar tangan yang berbatasan dengan
telapak tangan.
12) Th (Thumb), ibu jari disamping luar bagian bawah kuku.
13) IF (Index Finger), jari telunjuk di samping luar bagian bawah kuku (di
bagian yang menghadap ibu jari).
14) MF (Middle Finger), jari tengah samping luar bagian bagian bawah
kuku (di bagian yang menghadap ibu jari).
15) RF (Ring Finger), jari manis di samping luar bagian bawah kuku (di
bagian yang menghadap ibu jari).
16) BF (Baby Finger), di jari kelingking di samping luar bagian bawah
kuku (dibagian bawah menghadap ibu jari).
17) KC (Karate Chop), disamping telapak tangan, bagian yang digunakan
untuk mematahkan balok saat karate.
18) GS (Gamut Spot), di bagian antara perpanjangan tulang jari manis dan
tulang jari kelingking.
Gambar 1 di bawah ini menunjukkan letak titik-titik kunci energy meridian.

Gambar 1. Titik-Titik Meridian Tubuh (Sumber: Zainuddin, 2010)


Khusus untuk titik terakhir, gamut point, sambil melakukan tapping pada titik
tersebut, maka dilakukanlah the ninth gamut procedure, merupakan 9 gerakan untuk
merangsang otak. Tiap gerakan (yang mungkin kelihatan aneh) dimaksudkan untuk
merangsang otak bagian tertentu. Sembilan gerakan itu dilakukan sambil tapping pada
salah satu titik energy psychology yang dinamakan Gamut Spot. Titik gamut terletak di
antara ruas jari kelingking dan jari manis.
Ke-9 gerakan tersebut, yakni:
1) menutup mata,
2) membuka mata,
3) mata digerakkan dengan kuat ke kanan bawah,
4) mata digerakkan dengan kuat ke kiri bawah,
5) memutar bola mata searah jarum jam,
6) memutar bola mata berlawanan arah jarum jam,
7) bergumam dengan berirama selama 2 detik,
8) menghitung 1-5 dan
9) bergumam lagi selama 2 detik.
Langkah ini dianggap sebagai langkah yang seringkali mengundang tawa, akan
tetapi di dalam beberapa kasus yang tidak dituntaskan dengan versi inti (versi ke-2),
langkah ini terbukti efektif. Dalam teknik terapi kontemporer, teknik ini disebut teknik
Eye Movement Desensitization Repatterning (EMDR). Setelah menyelesaikan 9 gamut
procedure, langkah terakhir adalah mengulangi lagi tapping dari titik pertama hingga ke-
17 (berakhir di karate chop), diakhiri dengan mengambil napas panjang dan
menghembuskannya, sambil mengucapkan rasa syukur terima kasih Tuhan.
Versi kedua terapi SEFT, disebut dengan versi inti, sedangkan versi yang pertama
disebut dengan versi lengkap. Versi inti adalah versi yang paling sering digunakan,
karena selain lebih singkat, versi ini terbukti cukup efektif untuk beberapa kasus. Versi
lengkap dilakukan hanya apabila versi inti dianggap kurang tuntas dalam menyelesaikan
permasalahan klien yang sedang diterapi. Dalam versi inti, langkah pertama (the set up)
dan langkah kedua (the tun-in beserta kata pengingatnya atau do’a: “Saya ikhlas, saya
pasrah”) sama dengan versi pertama sedangkan langkah ketiga (the tapping) hanya
dilakukan sebagian, mulai dari titik pertama (the crown) hingga titik ke-9 (below nipple),
langsung diakhiri dengan menarik napas panjang dan kemudian dihembuskan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa SEFT adalah sebuah
teknik enggabungan antara spiritual power dan energy psychology yang terdiri dari dua
versi, yaitu :
1) versi lengkap, dan
2) versi inti, yang masingmasing tiga tahapan dalam terapi SEFT yaitu: set up, tune in,
dan tapping.
Penggunaan versi lengkap dan versi inti dapat diterapkan pada empat domain SEFT,
yaitu :
1) seft for healing,
2) seft for happiness
3) seft for greatness dan
4) seft for succes.
Semakin kompleks permasalahan yang dialami maka versi lengkap yang cenderung
igunakan, dan jika permasalahannya ringan dapat diatasi dengan menggunakan versi inti.
2.4 Faktor Keberhasilan SEFT
Menurut Zainuddin (Verasari, 2012), ada lima hal yang harus diperhatikan agar
SEFT berdampak efektif. Kelima hal ini harus dilakukan selama proses terapi, mulai dari
set up, tune-in, hingga tapping, yakni :
a) Yakin, dimana keyakinan di dalam diri klien bahwa emosi dan semua penyakit yang
dirasakannya dapat disembuhkan, menegaskan bahwa kepercayaan dan keyakinan
orang sakit untuk sembuh merupakan setengah dari kesembuhan, bahkan juga lebih.
Dengan keyakinan yang dimiliki oleh seorang klin tentang kesembuhannya tersebut,
secara tidak langsung akan mngubah perspektif pemikirannya, misalnya banyak
waktu yang digunakan untuk memikirkan enyakitnya, namun setelah adanya
keyakinan untuk sembuh, maka waktu yang biasanya digunakan untuk emikirkan
penyakit, maka keyakinan akan menumbuhkan rasa optimisme dan kepercayaan diri.
b) Khusyu’. Menurut Kahil (Verasari, 2012), selama melakukan terapi khususnya pada
saat tahap set up, klien diharuskan berkonsentrasi, atau khusyu’ dengan memusatkan
pikiran pada saat berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Setiap kali seseorang
dalam kondisi khusyu’, getaran gelombangnya yang dipancarkan otak menjadi
semakin berkurang. Hal ini mengistirahatkan otak dan membantunya untuk
memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh penyakit atau dikarenakan gangguan
jiwa. Oleh karena itu, beberapa peneliti yakin bahwa emosi membuat otak lelah
sehingga dapat memperpendek umur seseorang. Dengan khusyu’, maka akan
mengaktifkan area sensitif otak dengan aktifitas positif dengan menghapus akumulasi
negatif dan kerusakan yang menimpa bagian-bagian tersebut akibat berbagai
peristiwa yang pernah dilaluinya. Secara psikologis akan muncul perasaan tenang
(rileks), pernapasan, dan denyut jantung yang teratur, serta kestabilan emosi dan
memunculkan kesabaran diri dalam diri seseorang yang menjalaninya.
c) Ikhlas, artinya ridho atau menerima rasa sakit (baik fisik maupun emosi) dengan
sepenuh hati. Saat seseorang mampu merasakan ikhals, maka akan terdapat
ketenangan dalam hati dan ejernihan pikiran, karena tidak timbulnya rasa tergesa-
gesa, cemas akan situasi yang terjadi, dah terjadi atau belum terjadi, dan tidak mudah
mengeluh. Hal ini akan menghasilkan pikiran positif, dan kemudian mampu
memberikan kekuatan pada diri sendiri dan kepercayan diri, karena mampu berpikir
objektif terhadap setiap permasalahan yang dihadapinya. Individu-individu yang
ridho atau ikhlas terhadap diri sendiri dan kondisi mereka akan lebih banyak
mendapatkan kesuksesan hidup (Verasari, 2012).
d) Pasrah, berbeda dengan ikhlas. Menurut Dwoskin (Verassari, 2012), pasrah yaitu
keyakinan disertai usaha secara optimal untuk mencari solusi. Pengalaman mesrahkan
diri menjadikan seseorang merasakan energi yang bergerak dalam tubuhnya, dan
perubahan-perubahan ini dapat menjadi lebih nyata dengan berjalannya waktu.
Adapun tambahan sensasi fisik, yaitu etika seseorang pasrah maka pikirannya akan
menjadi semakin tenang dan menyisakan pikiran yang lebih jernih. Ketika hal itu
terjadi, seseorang akan mulai merasakan lebih banyak solusi terhadap permasalahan
yang sementara dialaminya. Dengan berjalannya waktu, pengalaman pelepasan ini
menjadikan seseorang merasa bahagia secara positif.
e) Syukur. Emmons & McCullough (Verassari, 2012) menemukan bahwa dengan
berpikir untuk bersyukur seseorang akan memiliki emosi positif.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa SEFT akan efektif
jika prosesnya dilakukan dengan yakin, khusyu’, ikhlas, pasrah, dan dengan rasa
syukur. Pada akhirnya, hasil akhir yang paling menakjubkan dari SEFT bukan hanya
kesembuhan dan selesainya masalah yang dihadapi, tetapi adalah tumbuhnya
perasaan cinta kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Jika hal itu terjadi, maka apapun
yang akan dihadapi dan dialami, baik sehat ataupun sakit, kaya atau miskin, ada
masalah ataupun tidak, dapat dihadapi dengan penuh keikhlasan dan keyakinan
terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa dan senantiasa berbuat sebaik mungkin dan
bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

2.5 Penerapan Terapi EFT/SEFT


Terapi EFT/SEFT dapat diterapkan baik dalam kelompok maupun individu :

1. Individu

Penerapan terapi EFT/SEFT dalam individu merupakan media Pengembangan


diri.Ini adalah bidang spesialisasi EFT/SEFT, termasuk di dalamnya adalah
penggunaan EFT/SEFT untuk mengatasi berbagai masalah pribadi. Berapa banyak
orang yang stagnan atau terhenti pengembangan dirinya hanya karena tidak dapat
mengatasi satu atau beberapa masalah pribadi.Ini bisa berupa trauma masa lalu yang
terus menghantui hidup kita, kebiasaan jelek yang sukar kita tinggalkan, ketakutan
untuk mengambil resiko, dan sebagainya.

Berusaha mengembangkan diri dengan masih memikul beban emosi yang belum
terselesaikan ibarat mengendarai mobil dengan hand rem terkunci. Bisa maju, tetapi
tersendat-sendat, tidak bisa full-speed. EFT/SEFT adalah terapi yang membantu
membebaskan diri dari masalah masalah pribadi tersebut. Dengan kata lain,
menyelesaikan unfinished businessyang tertunda, konflik batin yang belum
terselesaikan. Setelah bebas dari belenggu “penjajahan emosi”, barulah dapat
melangkah lebih jauh untuk mengembangkan potensi diri dengan optimal.Mengolah
diri menjadi manusia sempurna.

2. Kelompok
a) Keluarga
Keluarga adalah tempat mendapatkan “Kepuasan terbesar”, tetapi juga
berpotensi menjadi sumber “Kepedihan terdalam”.Orang bilang keluarga bisa
menjadi surga dunia, tetapi juga bisa menjadi neraka dunia.Kebahagiaan atau
kepedihan dalam keluarga sebagian besar berkaitan dengan “hubungan” yang
terbangun antara suami-istri dan orang tua anak. Dalam bidang ini (membangun
hubungan yang kokoh), EFT/SEFT bisa menjadi alat bantu yang sangat
bermanfaat. Menggunakan EFT/SEFTbermanfaat untuk menetralisir emosi
negatif yang sering timbul dalam keluarga, misalnya rasa cemburu yang
berlebihan, mudah tersinggung atau mudah marah, rasa kecewa karena
istri/suami/anak tidak bersikap seperti yang kita harapkan, rasa terlalu posesif
atau protektif yang tidak produktif, rasa takut kehilangan, hilangnya romantisme
atau rasa cinta, dll.
b) Sekolah
Guru dapat mengajarkan EFT/SEFTatau melakukan EFT/SEFTpada muridnya
yang mengalami gangguan emosi seperti: bandel, sukar konsentrasi, malas
belajar, moody, masalah yang berkaitan dengan perubahan hormon seksual pada
remaja, dan sebagainya.
c) Organisasi
Memimpin atau menjadi bagian dari satu organisasi menuntut kecerdasan emosi
yang tinggi.Beberapa ketrampilan vital dalam berorganisasi adalah menejemen
konflik, kerjasama kelompok, dan kepemimpinan. EFT/SEFT dapat ikut
berperan dalam mengendalikan emosi negatif yang sering kali muncul saat
timbul konflik, misalnya, marah, kecewa, takut, dendam, apatis, pesimis, cemas ,
dsb.
d) Bisnis
Dunia bisnis saat ini penuh dengan tantangan yang semakin berat karena
ketatnya persaingan, sekaligus menawarkan peluang yang sangat besar bagi
mereka yang siap berjuang untuk menang. Kunci kemenangan dalam dunia
bisnis (juga dalam bidang lain) adalahpeak performance (kinerja unggul).
Kinerja unggul ini bisa berupa prestasi penjualan yang mengesankan, tingkat
produksi yang tinggi, ide ide kreatif inovatif, budaya kerja yang efisien dan
sebagainya. Dalam hal ini EFT/SEFTdapat digunakan untuk mengatasi berbagai
masalah yang sering menghambat businessmanatau woman untuk melakukan
kinerja unggul seperti, takut gagal dan takut sukses, kesulitan dalam menyusun
target (goals) atau dalam mengeksekusinya, takut berbicara di depan publik
(memberikan presentasi), dsb

2.6 Perkembangan Terapi SEFT (spiritual emotional freedom technique)


SEFT dikembangkan dari Emotional Freedom Technique (EFT), oleh Gary Craig
(USA), yang saat ini sangat popular di Amerika, Eropa dan Australia sebagai solusi
tercepat dan termudah untuk mengatasi berbagai masalah fisik, dan emosi, serta untuk
meningkatkan performa kerja. Saat ini EFT telah digunakan oleh lebih dari 100.000
orang di seluruh dunia.
 SEFT Efektif, mampu menyelesaikan berbagai masalah fisik dan emosi, bahkan
untuk beberapa masalah yang divonis tidak ada harapan lagi oleh dokter.
 SEFT Mudah, semua orang, bahkan anak-anak dan orang lanjut usia, bisa
melakukan.
 SEFT sangat cepat, hanya membutuhkan waktu 5-50 menit. Umumnya sudah dapat
terasa efektivasnya dalam waktu sekitar 15 menit.
 SEFT Aman, tanpa efek samping, karena tidak menggunakan obat-obatan apapun,
alat-alat khusus, atau teknik yang berisiko.
 SEFT Murah, sekali belajar dapat dipakai selamanya.
 SEFT Memberdayakan, tidak tergantunng kepada terapis, setiap orang bisa
melakukannya sendiri bahkan bisa membantu orang lain.
 SEFT Universal, dapat digunakan untuk berbagai macam masalah dan dapat
dipraktekan oleh berbagai orang tanpa memerdulikan latar belakang apapun dari
orang tersebut.
 SEFT Compatible, dapat digabungkan dengan berbagai macam teknik lain dan dapat
meningkatkan efektivitas teknik-teknik lain tersebut.
Berapa banyak orang yang stagnan atau terhenti pengembangan dirinya hanya
karena tidak dapat mengatasi satu atau beberapa masalah pribadi.Berusaha
mengembangkan diri dengan masih memikul beban emosi yang belum terselesaikan
ibarat mengendarai mobil dengan hand brake terkunci.Kita tetap bisa maju, tetapi
tersendat-sendat, tidak bisa full-speed.
SEFT adalah terapi yang membantu membebaskan diri dari masalah masalah
pribadi tersebut. Dengan kata lain, menyelesaikan unfinished business yang tertunda,
konflik batin yang belum terselesaikan. Setelah bebas dari belenggu “penjajahan emosi”,
barulah dapat melangkah lebih jauh untuk mengembangkan potensi diri dengan
optimal.Mengolah diri menjadi manusia sempurna.
Teknik SEFT ini dimulai dari SEFT for Healing yakni menghilangkan hambatan-
hambatan negatif berupa penyakit fisik maupun emosi. Penyakit fisik seperti using,
keseloeo hingga stroke, kanker, juga penyakit emosi seperti stress, depresi, trauma,
phobia, mudah marah, takut, sedih, kecanduan rokok, kurang konsentrasi. Dalam waktu
relative singkat 5 sampai 50 menit beberapa penyakit fisik maupun emosi bisa diatasi
oleh SELF for Healing
Selanjutnya teknik ini melangkah ke teknik SELF for Succes. Setelah hambatan
emosi di atasi maka baru dipacu untuk sukses. Teknk ini berbeda dengan teknik sukses
lainnya. Jika pada teknik yang lain orang dipacu untuk sukses tapi hambatannya tidak
dihilangkan, maka SEFT for Succes justru menghilangkan hambatannya dahulu, baru
kemudianorang tersebut dipacu untuk sukses. Ibaratsebuah mobil, pada SEFT for Succes,
orang baru boleh tancap gas setelah handreamnya dilepas.

SEFT for SUCCES menggunakan dua pendekatan yaitu the luck factor (yakni
teknik yang membuat orang hidup bisa lebih beruntung) dan teknik Deep SEFT (yakni
teknik SEFT untuk lebih menarik energy positif, sehingga apa yang kita inginkan bisa
tercapai). Teknik berikutnya disebut dengan istilah SEFT for Happiness.Pada teknik ini,
yang banyak diajarkan adalah bagaimana mencapai kebahagiaan. Hal ini karena banyak
orang sukses dan berhasil mencapai posisi tertinggi namun tidak merasa bahagia. SEFT
for Happiness dilakukan dengan pendekatan mapping 7 dimensi kebutuhan manusia yang
disebut HOPES (Holystic Person Empowerment System)

2.7 Manfaat Terapi SEFT (spiritual emotional freedom technique)


Terapi SEFT (Spiritual Emosional Freedom Technique) termasuk teknik
relaksasi, merupakan salah satu bentuk mind-body therapy dari terapi komplementer dan
alternatif dalam keperawatan.SEFT (Spiritual Emosional Freedom Technique)
merupakan teknik penggabungan dari sistem energy tubuh (energy medicine) dan terapi
spiritual dengan menggunakan metodetapping pada beberapa titik tertentu pada tubuh.
Terapi SEFT (Spiritual Emosional Freedom Technique) bekerja dengan prinsip yang
kurang lebih sama dengan akupuntur dan akupresur. Ketiganya berusaha merangsang
titiktitik kunci pada sepanjang 12 jalur energi (energy meridian) tubuh. Bedanya
dibandingkan metode akupuntur dan akupresur adalah teknik SEFT (Spiritual Emosional
Freedom Technique) menggunakan unsur spiritual, cara yang digunakan lebih aman,
lebih mudah, lebih cepat dan lebih sederhana, karena SEFT (Spiritual Emosional
Freedom Technique) hanya menggunakan ketukan ringan (tapping).
Terapi SEFT (Spiritual Emosional Freedom Technique) dapat digunakan sebagai
salah satu teknik terapi untuk mengatasi masalah emosional dan fisik, yaitu dengan
melakukan totok ringan (tapping) pada titik syaraf atau meridian tubuh. Spiritual dalam
SEFT (Spiritual Emosional Freedom Technique) adalah doa yang diafirmasikan oleh
klien pada saat akan dimulai hingga sesi terapi berakhir. Terapi SEFT (Spiritual
Emosional Freedom Technique) bersifat universal, artinya untuk semua kalangan tanpa
membeda-bedakan latar belakang keyakinan klien

 Mengatasi Berbagai Masalah Fisik: Sakit Kepala, Nyeri Punggung, Maag, Asma,
Sakit Jantung, Kelebihan Berat Badan, Alergi,dan sebagainya.
 Mengatasi Berbagai Masalah Emosi: Takut (phobia), Trauma, Depresi, Cemas,
Kecanduan Rokok, Stress, Sulit Tidur, Mudah Marah, atau Sedih, Gugup Menjelang
Ujian, atau Presentasi, Latah, Kesurupan, Kesulitan Belajar, Tidak Percaya Diri, dan
sebagainya.
 Mengatasi Berbagai Masalah Keluarga dan Anak-anak: Ketidak harmonisan
Keluarga, Selingkuh, Masalah Seksual, di ambang Perceraian, Anak Nakal, Anak
Malas Belajar, anak Mengompol, dan sebagainya.
 Meningkatkan Prestasi: Meningkatkan Prestasi OlahRaga, Prestasi di Tempat Kerja,
Prestasi Belajar, Meningkatkan Omset Penjualan, Meningkatkan Performa Sales,
Memperlancar Negosiasi, Mencapai goals dan Target yang di tetapkan.
 Meraih Kesuksesan Hidup, Meningkatkan Pendapatan, Menjadi Money Magnet.
 Mendapatkan Pencerahan Spiritual, Meningkatkan Kedamaian Hati dan Kebahagiaan
Diri.

2.8 Terapi Spiritual Emotional Fredom Technique (SEFT) Untuk Meningkatkan


Kualitas Hidup Pasien ODHA
Menjadi ODHA merupakan suatu yang berat dalam hidup, dimana permasalahan
yang kompleks selalu dihadapi setiap hari, bukan hanya berurusan dengan kondisi
penyakit, tetapi kondisi penyakit yang disertai dengan stigma sosial yang sangat
diskriminatif. Stigma dan diskriminasi ini seringkali menyebabkan menurunnya semangat
hidup ODHA yang kemudian membawa efek dominan menurunnya kualitas hidup
ODHA. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap secara mendalam kualitas hidup
ODHA yang mengikuti terapi SEFT dilihat dari segi fisik, psikologis, sosial, dan
spiritual. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dalam bentuk studi
kasus. Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah Orang dengan HIV AIDS yang
mengikuti terapi Antiretroviral. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara tidak berstruktur dan observasi nonpartisipan. Sedangkan alat bantu
pengumpulan data penelitian menggunakan wawancara, observasi, alat perekam dan alat
tulis. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan kualitas hidup ODHA yang mengikuti
terapi SEFT dalam aspek fisik adalah baik karena ketiga subjek menyadari pentingnya
menjaga kesehatan fisik sebagai ODHA dengan minum obat Antiretroviral tepat waktu
sehingga tidak ada infeksi opportunistik yang muncul, sedangkan kualitas hidup ODHA
secara emosional, sosial, dan spiritual adalah rendah dimana pada hasil penelitian
menunjukkan bahwa ODHA kurang mengembangkan hubungan sosial dan kehidupan
spiritualnya serta kurang memperoleh dukungan sosial baik dari keluarga dan orang-
orang di sekitarnya yang menggambarkan bahwa stigma dan diskriminasi masih banyak
yang dialami oleh ODHA.
Orang dengan HIV/AIDS yang memiliki penerimaan diri rendah merasa tidak
puas dengan diri sendiri, yang disebabkan oleh munculnya pikiran-pikiran negatif
terhadap kondisi yang mereka miliki, kemudian akan memunculkan perasaan kurang
percaya diri, tidak berharga, muncul perasaan takut dalam menerima keadaannya. Hal ini
di dukung dalam penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati (2014), bahwa orang
dengan HIV/AIDS (ODHA) menunjukkan adanya perasaan dan pikiran bahwa mereka
tidak yakin menjalani kehidupan, perasaan tidak berharga, ada perasaan bersalah, tidak
percaya pada kondisi dan memiliki pikiran untuk ditolak oleh lingkungan sekitar dan
upaya membatasi bahkan menarik diri dari lingkungan. Kondisi ODHA dengan pikiran
dan perasaan tersebut menggambarkan bahwa mereka memiliki pandangan negatif dan
rendah tentang dirinya. Dimana perasaan bahkan pikiran negatif akan muncul, karena
selain dampak secara fisik pada umumnya ODHA merasakan lebih berat secara
psikologis.
Pikiran negatif yang muncul dapat merugikan dan mengganggu individu dalam
melakukan kehidupan sehari-hari. Melakukan pencegahan merupakan hal yang utama
yang harus dilakukan individu. Salah satu cara untuk mereduksi halhal yang negatif yaitu
melakukan terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT).
Pemanfaatan terapi SEFT untuk meningkatkan penerimaan diri ODHA ini
didasari asumsi bahwa kesembuhan fisik dan psikis berasal dari Tuhan, begitu individu
ikhlas dan pasrah. Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) nekankan pada
keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, secara tepat dan sederhana memperbaiki
The Major Energy Meridians untuk menetralisir permasalahan fisik dan emosi sebagai
penyebab kurangnya penerimaan diri (Zainuddin, 2010).
SEFT merupakan teknik penyembuhan yang memadukan keampuhan energi
psikologi dengan kekuatan do’a dan spiritualitas. Energi psikologi adalah ilmu yang
menerapkan berbagai prinsip dan teknik berdasarkan konsep sistem energi tubuh untuk
memperbaiki kondisi pikiran, emosi dan perilaku yang dilakukan dengan tiga teknik
sederhana, yaitu set-up, tune-in, dan tapping.
Teknik set-up dilakukan dengan dua cara. Pertama, menekan titik nyeri (score
spot) yang terletak di dada sebelah kiri. Secara fisiologis, set-up dilakukan dengan cara
menekan titik nyeri yang terletak di jantung, yang merupakan pusat dari aliran darah
dalam tubuh. Tujuan menekan titik ini adalah untuk menstimulasi pusat aliran darah agar
otot yang tadinya menegang saat berlangsung masalah dapat mulai mengendur, denyut
jantung yang berdetak dengan cepat dapat menjadi lambat sehingga aliran darah dapat
berjalan dengan lancar dan seimbang ke seluruh tubuh (Ulfah, 2013).
Teknik set-up kedua, mengucapkan kalimat set-up (do’a) secara berulangulang
sebanyak tiga kali dengan penuh keikhlasan dan kepasrahan kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa. Senada dengan itu, Cornah (2006) menjelaskan bahwa salah satu cara spiritual
yang telah terbukti dapat mengatasi masalah psikis adalah dengan meditasi pada sebuah
kata atau frasa dengan makna spiritual. Secara fisiologis, dijelaskan oleh Cornah (2006)
bahwa meditasi dan berdo’a dalam diam dapat menurunkan tingkat norepinefrin dan
kortisol, dapat mengurangi perasaan negatif dan kesehatan mental lainnya. Penurunan
tingkat norepinefrin dan kortisol didukung oleh penelitian yang menunjukkan adanya
hubungan antara aktivitas yoga dan perbaikan pada masalah psikis.
Spiritualitas dapat memengaruhi berbagai mekanisme fisiologis yang terlibat
dalam kesehatan. Ada banyak emosi yang didorong dalam spiritualitas, yaitu mencakup
harapan, kepuasan, cinta dan memberi maaf, dapat melayani individu dengan
mempengaruhi aliran saraf yang terhubung ke endokrin serta hormon kortisol. Emosi-
emosi negatif yang secara aktif mengganggu, seperti marah atau takut, dapat memicu
pelepasan neurotrasnmitter norepinefrin dan endokrin serta hormon kortisol. Pelepasan
neurotransmitter menyebabkan terjadinya hambatan dalam sistem imun tubuh (Comah,
2006).
Orang dengan HIV/AIDS akan mengalami penerimaan diri yang cenderung
rendah. Ronaldson & Kauman (Nursalam, 2007) mengungkapkan bahwa do’a akan
secara langsung memberi respon spiritual yang meliputi harapan yang realistis, tabah, dan
sabar serta pandai mengambil hikmah. Melalui sistem limbik dan korteks diharapkan
ODHA akan mempunyai respon positif yaitu penerimaan diri. Dari penerimaan diri akan
mendapatkan koping positif sehingga ODHA dalam menjalani hidup menjadi positif.
Teknik kedua dalam terapi SEFT adalah tune-in. Tune-in, yaitu merasakan sakit yang
dialami akibat kurangnya penerimaan diri dengan tujuan untuk menyadari emosi negatif
yang dialami subjek dan mau menerima rasa sakit secara fisik atau emosi negatif dengan
ikhlas dan pasrah. Selain itu, tune-in juga dilakukan dengan memikirkan dan
membangkitkan emosi negatif yang ingindihilangkan. Teknik tune-in juga dilakukan
dengan memfokuskan pikiran pada rasa sakit dengan tujuan untuk memusatkan pikiran
subjek terkait rasa sakit yang dialami.
Teknik ketiga dalam terapi SEFT adalah tapping. Tapping dilakukan dalam
beberapa proses, antara lain mengetuk ringan titik-titik tertentu dalam tubuh dengan
tujuan untuk menstimulasi aliran darah dalam tubuh agar berjalan dengan lancar dan
seimbang. Feinstein (2008) mengungkapkan bahwa ketukan ringan yang dilakukan untuk
mengatasi gangguan psikologis dapat memberikan efek biokimia berupa
teridentifikasinya neurotransmitter, endoprin, dan zat kimia lain dalam otak. Titik-titik
meridian dalam tubuh merupakan kunci dari “The Major Energy Meridians” , yang jika
diketuk beberapa kali akan berdampak ternetralisirnya ganguan emosi atau rasa sakit
yang dirasakan, karena aliran energy tubuh berjalan dengan normal dan seimbang
kembali. Sebagaimana penelitian EFT yang dilakukan oleh Chusch, Yount, dan Brools
(Feinstein, 2012) menunjukkan bahwa tapping tidak hanya efektif menurunkan distres
diri, akan tetapi tapping secara signifikan dapat menurunkan tingkat kortisol dalam
tubuh, sehingga mengakibatkan kondisi individu lebih rileks, santai, dan tenang serta
dapat melancarkan dan menselaraskan aliran darah dalam tubuh.
Nitz (Hidayati, 2009), mengungkapkan bahwa individu yang mengalami
penerimaan diri yang rendah proses tapping lebih spesifik pada Thumb (Th) atau bagian
ibu jari. Titik ini adalah titik penerimaan diri yang didalamnya terdapat ketidaktoleran
terhadap diri, arogansi, dan kesedihan. Individu dengan penerimaan diri rendah sangat
beresiko terhadap perasaan sedih yang mendalam, tidak berdaya, tidak berharga, tidak
percaya diri, dan pesimis terhadap masa depan. Dengan mengetuk titik tersebut
diharapkan perasaan-perasaan negatif yang muncul dapat berkurang bahkan hilang
sehingga diharapkan dengn berkurang atau hilangnya perasaan negatif tersebut,
penerimaan diri dapat meningkat.
Selanjutnya dalam proses tapping, dilakukan juga beberapa gerakan yang disebut
dengan the nine gamut procedur yaitu sembilan gerakan untuk merangsang otak yang
dilakukan bersamaan dengan mengetuk ringan pada titik gamut spot. Dalam psikologi
kontemporer, gerakan ini dikenal juga dengan istilah Eye Movement Desensitisation and
Resprocessing (EMDR). Setelah itu menarik dan mengeluarkan nafas sebanyak tiga kali
dengan tujuan untuk menarik pengalaman atau emosi negatif yang dialami dan
mengumpulkannya kemudian mengeluarkan semua emosi negatif yang pernah dirasakan
sehingga menjadi tenang, rileks, dan nyaman. Kemudian sebelum terapi SEFT diakhiri,
subjek mengucap syukur (terima kasih Tuhan) dengan tujuan untuk mensyukuri setiap
kejadian yang terjadi dalam kehidupan, baik suka, duka maupun senang, dan bahagia.
Kecenderungan penerimaan diri yang rendah pada orang dengan HIV/AIDS merupakan
masalah yang harus segera diatasi agar tidak menjadi permasalahan fisik maupun
psikologis. Salah satu alternatif penanganan psikologis yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah fisik dan emosi pada ODHA adalah dengan melakukan terapi SEFT.
Secara psikofisiologis, terapi SEFT dapat menurunkan hormon kortisol, epinefrin, dan
norepinefrin dalam tubuh dan meningkatkan rasa tenang, rileks, dan nyaman pada subjek
serta dapat melancarkan dan menselaraskan aliran darah dalam tubuh (Feinstein, 2012).
Terapi SEFT diasumsikan dapat meningkatkan penerimaan diri orang dengan
HIV/AIDS (ODHA). Dengan pemberian terapi SEFT, maka ODHA akan memiliki
pengetahuan dan ketrampilan untuk mereduksi atau meredakan ketegangan baik
ketegangan fisik maupun psikis sehingga akan menghasilkan respon SEFT yang
menjadikan sistem energi tubuh menjadi selaras dan seimbang. Dengan adanya
keselarasan dan keseimbangan sistem energi tubuh memberikan dampak positif untuk
orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dapat lebih percaya pada kemampuan dirinya,
memiliki perasaan sederajat, berpendirian, berorientasi keluar, bertanggung jawab,
menerima sifat kemanusiaan serta menyadari keterbatasannya.
BAB III
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai