Anda di halaman 1dari 31

PENDIDIKAN PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT DAN PERBEDAANYA

DENGAN LIBERALISME DAN KOMUNISME

ANGGOTA KELOMPOK:

Ni Kadek Adi Astuti (1715644015)

Putu Indah Larasati (1715644063)

Ni Luh Intan Muliawati (1715644111)

I Gusti Ayu Agung Pradnya Tri Astuti (1715644159)

Kelas 1C

Jurusan Akuntansi

Program Studi D4 Akuntansi Manajerial

Politeknik Negeri Bali

Badung

2017
KATA PENGANTAR

Puja syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya lah, tugas
makalah ini mampu tersusun dan terselesaikan dengan tepat waktu. Tidak lupa pula kami
sampaikan terima kasih atas bantuan dari pihak-pihak yang telah berkontribusi dengan
membantu dalam bentuk bimbingan, sumbangan pikiran ataupun sumbangan materi.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jimbaran, 18 Oktober 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii

BAB I ............................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 2

1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................................... 2

BAB II .............................................................................................................................. 3

PEMBAHASAN .............................................................................................................. 3

1.1 Pancasila sebagai Suatu Sistem Filsafat ................................................................... 3

1. Pengertian Sistem.......................................................................................................... 3

2.2 Pancasila Sebagai Pandangan Hidup dan Dasar Filsafat Negara ................................ 4

1. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup .......................................................................... 4

2. Pancasila Sebagai Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia..................................... 6

2.3 Hubungan Persamaan dan Perbedaan antara kedudukan Pancasila sebagai Dasar
Filsafat Negara dan Pandangan Hidup Bangsa ....................................................... 8

2.4 Sila-Sila Pancasila sebagai Kesatuan yang Sistematis, Hierarkis dan Logis ......... 11

1. Pancasila Sebagai suatu Sistem ................................................................................... 11

2.5 Liberalisme dan Komunisme ..................................................................................... 13

2.6 Perbedaan antara Pancasila dengan Liberalisme dan Komunisme ............................ 14

BAB III .......................................................................................................................... 16

PENUTUP ..................................................................................................................... 16

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 16

1. Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat ................................................................... 16

iii
2. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup dan Pancasila sebagai Dasar Falsafah Negara 16

3. Hubungan Persamaan dan Perbedaan antara kedudukan Pancasila sebagai Pandangan


Hidup Bangsa dan Dasar Filsafat Negara ............................................................................. 17

4. Sila-Sila Pancasila sebagai Kesatuan yang Sistematis, Hierarkis dan Logis .............. 17

5. Pengertian Liberalisme dan Komunisme .................................................................. 17

6. Perbedaan Antara Pancasila dengan Liberalisme dan Komunisme ......................... 18

3.2 Saran .......................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 19

LAMPIRAN .................................................................................................................. 20

LAMPIRAN .................................................................................................................. 21

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara kepulauan yang mulai merdeka semenjak tahun 1945.
Tercatat secara de jure Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejarah
merdekanya Indonesia dimulai saat pasukan Jepang berada dalam kekalahannya,
sehingga pasukan sekutu memberikan janji kemerdekaan kepada Republik Indonesia.
Dengan membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) dan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
Dengan dibentuknya kedua badan khusus ini tokoh-tokoh Republik Indonesia telah
mampu menghasilkan beberapa keputusan salah satunya terbentuknya Dasar Negara
Republik Indonesia yaitu Pancasila.
Pancasila adalah sebuah sumber ideologi yang bersumber dari kearifan lokal
masyarakat bangsa Indonesia. Pancasila sebagai ideologi negara telah
mengakomodasikan kearifan lokal yang hidup di nusantara. Sedangkan, jika
pancasila dikaji menurut filsafat ilmu adalah hal yang menarik karena di dalam nilai-
nilai Pancasila secara genuine sudah terkandung juga filsafat ilmu. Filsafat
memberikan dasar renungan atas ideologi itu sehingga dapat dijelmakan menjadi
suatu gagasan untuk pedoman bertindak. Filsafat adalah suatu renungan atau
pemikiran yang sedalam dalamnya dalam mencari kebenaran. Filsafat tersusun dalam
suatu keseluruhan, kebulatan dan sistematis, maka pemikiran filsafat harus
berdasarkan kejujuran dalam penemuan hakikat dari suatu objek yang menjadi titik
sentral pemikiran.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, dapat kami tarik sebuah
kesimpulan bahwa penulisan makalah ini juga bertujuan untuk menggali lebih dalam
mengenai bagaimana Pancasila sebagai suatu filsafat, Pancasila sebagai pandangan
hidup dan dasar filsafat negara, hubungan, persamaan dan perbedaan antara
kedudukan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar filsafat negara, Sila-
sila Pancasila sebagai kesatuan yang sistematis, hierarkis dan logis, pengertian
liberalisme, pengertian komunisme, dan perbedaan antara pancasila dengan
liberalism dan komunisme.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana Pancasila sebagai suatu sistem filsafat?
1.2.2 Bagaimana Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar filsafat negara?
1.2.3 Bagaimana hubungan, persamaan dan perbedaan antara kedudukan
Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan pandangan hidup bangsa?
1.2.4 Bagaimana sila-sila pancasila sebagai kesatuan yang sistematis, hierarkis
dan logis?
1.2.5 Apa pengertian liberalisme dan komunisme?
1.2.6 Bagaimana perbedaan antara pancasila dengan liberalisme dan
komunisme?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana Pancasila sebagai suatu sistem filsafat
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana Pancasila sebagai pandangan hidup dan
dasar filsafat negara.
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana hubungan, persamaan dan perbedaan antara
kedudukan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar filsafat
negara.
1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana sila-sila Pancasila sebagai kesatuan yang
sistematis, hierarkis dan logis.
1.3.5 Untuk mengetahui pengertian liberalisme dan komunisme.
1.3.6 Untuk mengetahui perbedaan antara Pancasila dengan liberalism dan
komunisme.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Teoretis
Hasil penyusunan makalah ini berdasar pada teori diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan
mengenai Pancasila sebagai filsafat.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penyusunan makalah ini secara praktis diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran terhadap masalah tentang perbedaan
Pancasila dengan liberalisme dan komunisme.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pancasila sebagai Suatu Sistem Filsafat


1. Pengertian Sistem
Pancasila terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu sistem
1
filsafat. Pengertian sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan, saling bekerjasama untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh. Jadi dapat disebutkan di sini yang merupakan
unsur-unsur dari sistem adalah: suatu kesatuan bagian-bagian, bagian-bagian tersebut
mempunyai fungsi sendiri-sendiri, keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai
suatu tujuan tertentu (tujuan sistem), terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Pancasila terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila Pancasila. Setiap sila pada
hakikatnya merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri-sendiri namun secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sistematis.

2. Pengertian Filsafat
Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau
juga dari bahasa Yunani yaitu philosophia berasal dari kata philien yang berarti cinta
dan Sophia yang berarti kebijaksanaan. Jadi bisa dipahami bahwa filsafat berarti cinta
kebijaksanaan. Dan seorang filsuf merupakan seorang pencari kebijaksanaan, pecinta
kebijaksanaan dalam arti hakikat. 2Seorang Plato mengatakan bahwa: Filsafat adalah
pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli. Sedangkan
muridnya Aristoteles berpendapat kalau filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Lain halnya dengan Al Farabi yang
berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang alam maujud
bagaimana hakikat yang sebenarnya.
Pancasila dapat diartikan sebagai filsafat dalam arti produk, sebagai
pandangan hidup dan filsafat dalam arti praktis. Hal ini berarti filsafat Pancasila

1
Sumarsono, 2002. Pendidikan Kewarganegaraan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
2
Abdullah, Arief. 2014. Pancasila sebagai Filsafat Negara Republik Indonesia.

3
mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah
laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari, dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia dimana pun mereka berada.

3. Pancasila sebagai Suatu Sistem Filsafat


Dasar filsafat negara Indonesia terdiri atas lima sila yang masing-masing
merupakan suatu asas peradaban. Namun demikian, sila-sila Pancasila itu merupakan
suatu kesatuan dan keutuhan yaitu setiap sila merupakan unsur atau bagian yang
mutlak dari Pancasila. Maka Pancasila merupakan suatu kesatuan yang majemuk
tunggal. Konsekuensinya, setiap sila tidak dapat berdiri sendiri-sendiri terlepas dari
sila-sila serta di antara sila satu dengan sila lainnya tidak saling bertentangan.
Pendekatan filsafat Pancasila adalah ilmu pengetahuan yang mendalam tentang
Pancasila. Untuk mendapatkan pengertian yang mendalam, kita harus mengetahui
sila-sila Pancasila tersebut. Dari setiap sila-sila kita cari pula intinya. Setelah
mengetahui hakikat dan inti tersebut, selanjutnya kita cari hakikat dan pokok-pokok
yang terkandung di dalamnya antara lain sebagai berikut: (1) Pancasila sebagai
pandangan hidup, (2) Pancasila sebagai dasar negara, (3) Filsafat Pancasila yang
abstrak tercermin dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, (4)
Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945
merupakan suatu kebulatan yang utuh.
3
Secara filosofis dalam kehidupan bangsa Indonesia diakui bahwa Pancasila
adalah pandangan hidup. Pancasila dijadikan sebagai pedoman dalam bertingkah laku
dan berbuat dalam segala bidang kehidupan, meliputi bidang ekonomi, politik, sosial
budaya dan pertahanan keamanan. Sebagai ajaran filsafat, Pancasila mencerminkan
nilai dan pandangan dasar rakyat Indonesia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang
Maha Esa.
2.2 Pancasila Sebagai Pandangan Hidup dan Dasar Filsafat Negara
1. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup
Kita sebagai makhluk sosial ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, dalam
memperjuangkan untuk mencapai kehidupan yang sempurna, senantiasa memerlukan
nilai-nilai luhur yang dijunjung sebagai suatu pandangan hidup. Nilai-nilai luhur

3
Budiyono K, 2012. Pendidikan Pancasila halaman: 125, Bandung, Alfabeta

4
merupakan suatu tolak ukur kebaikan yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat
dasar dan abadi dalam hidup manusia untuk mencapai suatu cita-cita yang hendak
dicapainya.
4
Dengan pandangan hidup yang jelas sesuatu bangsa akan memiliki pegangan
dan pedoman bagaimana memecahkan masalah-masalah politik, ekonomi, sosial dan
budaya yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju. Dengan berpedoman
pada pandangan hidup itu pula suatu bangsa akan membangun dirinya. Pancasila
merupakan pandangan hidup masyarakat Indonesia yang tercermin dalam kehidupan
bernegara yaitu kewajiban pemerintah dan penyelenggaraan untuk memelihara budi
pekerti kemanusiaan yang luhur. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang
terkandung dalam konsep dasar yang mengenai kehidupan yang dicita-citakan, yang
terkandung dalam dasar pemikiran. Oleh karena itu, Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa Indonesia merupakan suatu kristalisasi nilai-nilai yang hidup di
masyarakat Indonesia.
5
Seperti yang ditujukan dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1979, Pancasila
merupakan jiwa seluruh rakyat Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia dan
dasar negara Indonesia. Di samping itu, Pancasila sekaligus menjadi tujuan hidup
bangsa Indonesia. Pancasila merupakan pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita
moral yang meliputi kejiwaan dan watak yang sudah berakar di dalam kebudayaan
bangsa Indonesia. Pancasila ialah suatu kebudayaan yang mengajarkan bahwa hidup
manusia ini akan mencapai kebahagiaan jika dapat dijalankan dengan baik. Bangsa
Indonesia lahir sesudah melampaui perjuangan yang sangat panjang, dengan
memberikan segala pengorbanan dan menahan segala macam penderitaan. Sebab itu
bangsa Indonesia lahir dengan kepribadiannya sendiri yang bersamaan lahirnya
bangsa dan negara itu, kepribadian itu ditetapkan sebagai pandangan hidup dan dasar
negara Pancasila.
Hal ini tampak dalam sejarah bahwa meskipun dituangkan dalam rumusan
yang agak berbeda, namun dalam tiga buah Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang

4
Nopirin. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila. Cetakan: 9. Jakarta: Pancoran Tujuh.
5
Rochmah, Aini Fadilatul. 2011. Pancasila sebagai Pandangan Hidup dan Dasar Negara Republik
Indonesia. Makalah: Pancasila. Sekolah Tinggi Ilmu Komputer, Yogyakarta.

5
pernah kita miliki yaitu dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, dalam
Mukadimah Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950. Pancasila
tetap tercantum di dalamnya, Pancasila yang lalu dikukuhkan dalam kehidupan
konstitusional itu, Pancasila yang selalu menjadi pegangan bersama saat-saat terjadi
krisis nasional dan ancaman terhadap eksistensi bangsa kita, merupakan bukti sejarah
sebagai dasar kerohanian negara, dikehendaki oleh bangsa Indonesia karena
sebenarnya ia telah tertanam dalam kalbunya rakyat. Oleh karena itu, Pancasila juga
merupakan dasar yang mampu mempersatukan seluruh rakyat Indonesia.
2. Pancasila Sebagai Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia
6
Seorang filsuf Indonesia, Prof. Notonagoro.S.H., membagi nilai dalam tiga
macam nilai pokok, yaitu: Nilai material yaitu apabila sesuatu berguna bagi unsur
jasmani manusia, nilai vital yaitu jika ia berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan (beraktivitas), nilai kerohanian yaitu apabila ia berguna bagi
rohani manusia yang dapat dibedakan berdasarkan nilai kebenarannya, nilai
keindahannya dan nilai religius. Manusia menggunakan penilaiannya terhadap
sesuatu yang bersifat rohaniah menggunakan budi nuraninya dengan dibantu oleh
indera, akal, perasaan, kehendak dan keyakinannya. Dalam bidang pelaksanaannya,
nilai-nilai ini dijabarkan dalam ukuran yang normatif, yang lazim disebut dengan
norma atau kaidah.
Dalam kedudukan sebagai dasar negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat
secara hukum. Sumber dari segala sumber hukum Indonesia maka Pancasila
tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun
1945, kemudian dijabarkan dalam pokok-pokok pikiran yang meliputi suasana
kebatinan dari Undang-Undang Dasar Tahun 1945. 7Sesuai hanya dengan landasan
yuridis sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Tahun 1945, MPR No. V/MPRS/1973 dan Ketetapan No. XX/MPRS/1966,
Ketetapan No. IX/MPRS/1978 menjelaskan bahwa Pancasila merupakan sumber
hukum tertib Indonesia yang merupakan suatu pandangan hidup bangsa, kesadaran
dan cita-cita hukum serta cita-cita moral yang meliputi kebatinan serta watak dari
bangsa Indonesia.

6
Budiyono K, 2012. Pendidikan Pancasila halaman : 142-144, Bandung, Alfabeta
7
Notanogoro. 1974. Pancasila Dasar Falsafah Negara. Jakarta. Cetakan ke-4. Pantjuran Tudjuh.

6
Pancasila yang dikukuhkan dalam sidang pertama dari BPUPKI pada tanggal 1
Juni 1945 adalah dikandung maksud untuk dijadikan dasar bagi negara Indonesia
merdeka. Adapun dasar itu haruslah berupa suatu filsafat yang menyimpulkan
kehidupan dan cita-cita bangsa dan negara Indonesia yang merdeka. Di atas dasar
itulah akan didirikan gedung Republik Indonesia sebagai perwujudan kemerdekaan
politik yang menuju kepada kemerdekaan ekonomi, sosial dan budaya.
Sidang BPUPKI telah menerima secara bulat Pancasila itu sebagai dasar negara
Indonesia merdeka. Dalam keputusan sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945,
Pancasila tercantum secara resmi dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia, undang-undang dasar yang menjadi sumber ketatanegaraan harus
mengandung unsur-unsur pokok yang kuat yang menjadi landasan hidup bagi seluruh
bangsa dan negara, agar peraturan dasar itu tahan uji sepanjang masa. Peraturan-
peraturan yang bersumber pada undang-undang dasar itu disebut peraturan-peraturan
organik yang menjadi pelaksanaan dari undang-undang dasar.
Oleh karena Pancasila tercantum dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan
bahkan menjiwai seluruh isi peraturan dasar tersebut yang berfungsi sebagai dasar
negara sebagaimana jelas tercantum dalam alinea keempat Pembukaan Undang-
Undang Dasar Tahun 1945, maka semua peraturan perundang-undangan Republik
Indonesia (Ketetapan MPR, Undang-undang, Peraturan Pemerintah sebagai
pengganti undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan peraturan-
peraturan pelaksanaan lainnya) yang dikeluarkan oleh negara dan pemerintah
Republik Indonesia haruslah pula sejiwa dan sejalan dengan Pancasila (dijiwai oleh
dasar negara Pancasila).
Isi dan tujuan dari peraturan perundang-undangan Republik Indonesia tidak
boleh menyimpang dari jiwa Pancasila. Bahkan dalam Ketetapan MPRS No.
XX/MPRS/1966 ditegaskan, bahwa Pancasila itu adalah sumber dari segala sumber
hukum (sumber hukum formal, undang-undang, kebiasaan, traktat, yurisprudensi,
hakim, ilmu pengetahuan hukum). Di sinilah tampak titik persamaan dan tujuan
antara jalan yang ditempuh oleh masyarakat dan penyusun peraturan-peraturan oleh
negara dan pemerintah Indonesia.

7
2.3 Hubungan Persamaan dan Perbedaan antara kedudukan Pancasila sebagai
Dasar Filsafat Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Pada dasarnya Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara sama-sama
membahas tentang penerapan sila-sila Pancasila terhadap tingkah laku masyarakat
Indonesia. Namun jika ditelusuri secara sifat dan maknanya, Pancasila sebagai
pandangan hidup dan pancasila sebagai dasar negara memiliki perbedaan.
8
Pancasila sebagai dasar negara memiliki sifat objektif, yang berarti sesuai
dengan objeknya, umum, dan universal. Rumusan dari sila-sila Pancasila
menunjukkan adanya sifat-sifat yang abstrak, umum dan universal. Pancasila yang
terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, menurut ilmu
hukum memenuhi syarat sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, tidak dapat
diubah oleh orang atau lembaga kecuali pembentuk negara. Ini berarti nilai-nilai
Pancasila akan abadi dan objektif. 9Hal ini sesuai dengan dasar yuridis sebagaimana
tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, ketetapan No.
XX/MPRS/1966.
Dijelaskan bahwa Pancasila sebagai sumber tertib hukum Indonesia pada
hakikatnya adalah merupakan suatu pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum
serta cita-cita moral yang meliputi suasana kebatinan serta watak dari bangsa
Indonesia. Dikatakan bahwa cita-cita tersebut adalah meliputi cita-cita mengenai
kemerdekaan bersama, kemerdekaan bangsa, perikemanusiaan, keadilan sosial,
perdamaian dunia dan mondial, cita-cita politik mengenai sifat, bentuk dan tujuan
negara, cita-cita moral mengenai kehidupan kemasyarakatan dan keagamaan sebagai
pengejawantahan dari budi nurani manusia.
Unsur-unsur ini terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun
1945 alinea keempat, susunan tersebut menunjukkan bahwa Pancasila pada
hakikatnya merupakan dasar atau basis filosofi bagi negara dan tertib hukum
Indonesia. Dalam pengertian ini Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala
sumber hukum Indonesia yang tercantum dalam ketentuan tertib hukum tertinggi
yaitu Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, kemudian dijelmakan lebih
lanjut dalam pokok-pokok pikiran, yang meliputi suasana kebatinan dari Undang-

8
Budiyono K, 2012. Pendidikan Pancasila halaman : 142, Bandung, Alfabeta
9
Darmodiharjo D, 1979. Pancasila Suatu Orientasi Singkat. PN Jakarta: Balai Pustaka.

8
Undang Dasar Tahun 1945 yang perlu dijabarkan dalam Undang-Undang Dasar
Tahun 1945 (pasal-pasal Undang-Undang Dasar Tahun 1945) serta hukum positif
lainnya. Kedudukan Pancasila yang demikian ini dapat dirinci sebagai berikut:
Pancasila adalah merupakan sumber dari segala sumber hukum di Indonesia.
Sehingga, Pancasila merupakan asas kerohanian tertib hukum yang dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dijelmakan lebih lanjut ke dalam
empat pokok pikiran. Pancasila meliputi suasana kebatinan dari undang-undang
dasar, mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara secara tertulis maupun
tidak tertulis mengandung norma di setiap sila yang menuntut kita masyarakat
Indonesia untuk mendalaminya di setiap tindakan dan perilakunya, dan merupakan
sumber semangat bagi Undang-Undang Dasar Tahun 1945.
Sedangkan, Fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa memiliki sifat
yang subjektif. Yang berarti nilai-nilai Pancasila timbul dari gambaran perilaku
masyarakat Indonesia itu sendiri yang diyakini bangsa Indonesia sebagai petunjuk
yang paling baik, benar, adil dan bijaksana.
Dengan demikian semua tingkah laku dan tindak perbuatan setiap manusia
Indonesia harus dijiwai semua sila-sila Pancasila. Menurut Ittihad Jurnal Kopertais
Wilayah XI Kalimantan Volume 14 No.25 April 2016. Setiap nilai-nilai Pancasila
meliputi, Nilai-nilai dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung arti bahwa
negara yang didirikan adalah sebagai pengejawantahan tujuan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu segala hal yang berhubungan dengan
kegiatan kehidupan baik secara individu maupun secara umum sebagai penyelenggara
negara, sebagai penegak hukum dan peraturan perundang-undangan dan sebagai
kebebasan hak-hak asasi manusia sebagai warga negara harus dijiwai dan
mengamalkan nilai-nilai yang terdapat dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa, seperti
saling menghormati antar umat beragama, saling toleransi dalam kegiatan umat
beragama dan selalu berusaha agar menjadi umat beragama.
Menurut Kaelan 2004, nilai-nilai dalam sila kedua yaitu Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab, nilai kemanusiaan ini bersumber pada dasar filosofis dan antropologi,
bahwa hakikat manusia adalah susunan kodrat rohani dan raga. Nilai kemanusiaan
yang adil mengandung arti bahwa hakikat manusia sebagai makhluk yang berbudaya
harus berkodrat adil, hal ini mengandung suatu pengertian bahwa hakikat manusia

9
harus adil dalam hubungan dengan diri sendiri, adil terhadap manusia lain, adil
terhadap bangsa dan negara, adil terhadap lingkungannya dan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
Oleh karena itu dalam kehidupan kenegaraan terutama dalam peraturan
perundang-undangan negara harus mewujudkan tercapainya tujuan ketinggian
martabat dan harkat manusia, terutama hak-hak dasar kodrat manusia (hak asasi).
Kesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia adalah perwujudan dari pengamalan
nilai-nilai kemanusiaan sebagai makhluk yang berbudaya bermoral dan beragama.
Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, tenggang rasa, tidak
semena-mena terhadap sesama manusia dan menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan (Darmodiharjo 1996: 35).
Nilai-nilai yang terkandung dalam sila Persatuan Indonesia mengandung arti
bahwa negara adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yaitu
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Negara adalah merupakan persekutuan
hidup bersama di antara elemen-elemen yang membentuk negara yang berupa suku,
ras, kelompok golongan dan kelompok agama, konsekuensinya adanya perbedaan,
negara adalah beranekaragam tetapi tetap satu, mengikatkan diri dalam suatu
persatuan yang dilukiskan dalam suatu seloka Bhineka Tunggal Ika. Tujuan negara
dirumuskan untuk melindungi segenap warganya dan seluruh tumpah darahnya,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan warganya dan ikut serta
dalam ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Nilai-nilai yang terkandung dalam sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan mengandung arti bahwa hakikat
negara adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial. Hakikat rakyat adalah merupakan sekelompok manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang bersatu dan berdaulat bertujuan mewujudkan
harkat dan martabat manusia dalam suatu wilayah negara. (Kaelan, 2004; 82).
Nilai-nilai yang terkandung dalam sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia mengandung arti bahwa nilai keadilan yang harus terwujud dalam
kehidupan bersama, dengan didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan kemanusiaan
yaitu keadilan dalam hubungan manusia secara individu, hubungan manusia dengan
masyarakat, bangsa dan negara serta hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa.

10
Nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang harus terwujud adalah
bahwa pihak negara yang wajib memenuhi keadilan sosial dalam bentuk keadilan
membagi tentang kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia, bantuan untuk rakyat,
subsidi untuk rakyat dan kesempatan dalam hidup bersama yang didasarkan atas hak
dan kewajiban seluruh rakyat Indonesia.

2.4 Sila-Sila Pancasila sebagai Kesatuan yang Sistematis, Hierarkis dan Logis
1. Pancasila Sebagai suatu Sistem
10
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem
filsafat. Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerjasama untuk satu tujuan dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan
yang utuh. Sistem ini memiliki ciri-ciri: (1) Suatu kesatuan bagian-bagian, (2)
Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi tersendiri, (3) Saling berhubungan, saling
ketergantungan, (4) Semuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama,
(5) Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Pada hakikatnya setiap sila Pancasila merupakan suatu asas sendiri memiliki
fungsi tersendiri namun secara keseluruhan memiliki suatu kesatuan yang sistematis
dengan tujuan (bersama) suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila. Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya
merupakan suatu kesatuan antara sila-sila Pancasila itu saling berkaitan, saling
berhubungan, bahkan saling mengklasifikasikan. Sila yang satu senantiasa di
kualifikasi oleh sila-sila lainnya.
Pancasila sebagai suatu sistem juga dapat dipahami melalui pemikiran dasar
yang terkandung dalam pancasila yaitu sila pertama, yaitu pemikiran tentang manusia
dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan dirinya sendiri, dengan
sesama manusia, dengan masyarakat bangsa yang nilai-nilanya telah dimiliki oleh
bangsa Indonesia. Dengan demikian Pancasila merupakan suatu sistem dalam
pengertian kefilsafatan sebagaimana sistem filsafat lainnya seperti materialisme,
idealisme, rasionalisme, sosialisme, dan sebagainya.

10
Zubaidi, Achmad. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan hal: 9, Yogyakarta: Paradigma.

11
2. Pancasila sebagai Kesatuan yang Hierarkis dan Logis
Pancasila secara ilmiah harus merupakan satu kesatuan dan keutuhan, bahkan
Pancasila itu sendiri pada dasarnya juga merupakan suatu kebulatan yang sistematis,
logis dan tidak ada pertentangan di dalam sila-silanya. Syarat bersistem yang dipenuhi
oleh Pancasila menunjukkan bahwa Pancasila merupakan hasil pemikiran para
pendahulu negara yang dirumuskan dengan kecermatan yang tinggi dan bersifat logis.
Sila-sila Pancasila tersusun secara logis sehingga membentuk suatu pemikiran yang
sistematis.
11
Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa ditempatkan pada urutan paling atas,
karena bangsa Indonesia meyakini segala sesuatu itu berasal dari Tuhan dan akan
kembali kepada-Nya. Tuhan dalam bahasa filsafat disebut dengan Causa Prima, yaitu
Sebab Pertama, artinya sebab yang tidak disebabkan oleh segala sesuatu yang disebut
oleh berbagai agama.
Sila kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab ditempatkan setelah
ketuhanan, karena yang akan mencapai tujuan atau nilai yang didambakan adalah
manusia sebagai pendukung dan pengemban nilai-nilai tersebut. Manusia yang
bersifat monodualis, yaitu yang mempunyai susunan kodrat yang terdiri dari jasmani
dan rohani. Sifat kodrat manusia, yaitu sebagai makhluk individu, dan makhluk
sosial.
Sila ketiga tidak mempergunakan awalan ke- dan akhiran -an, tetapi awalan per-
dan akhiran -an. Hal ini dimaksudkan ada dimensi yang bersifat dinamik dari sila ini.
Persatuan atau nasionalisme Indonesia terbentuk bukan atas dasar persamaan suku
bangsa, agama, bahasa, tetapi dilatarbelakangi oleh historis dan etis. Historis artinya
karena persamaan sejarah, senasib sepenanggungan akibat penjajahan. Etis artinya
berdasarkan kehendak luhur untuk mencapai cita-cita moral sebagai bangsa yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Sila keempat merupakan cara-cara yang harus ditempuh ketika suatu negara
ingin mengambil kebijakan. Kekuasaan negara diperoleh bukan karena warisan,
tetapi berasal dari rakyat. Jadi rakyatlah yang berdaulat.

11
Kaelan. 2004. Pendidikan Pancasila halaman: 10. Yogyakarta: Paradigma Offset.

12
Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia ditempatkan pada
sila terakhir, karena sila ini merupakan tujuan dari negara Indonesia yang merdeka.
Oleh karena itu, masing-masing sila mempunyai makna dan peran sendiri-sendiri.
Semua sila berada dalam keseimbangan dan berperan dengan bobot yang sama. Akan
tetapi karena masing-masing unsur mempunyai hubungan yang organis, maka sila
yang di atas menjiwai sila yang berada di bawahnya.
Susunan sila-sila pancasila merupakan kesatuan yang organis, satu dengan yang
lain membentuk suatu sistem yang disebut dengan istilah majemuk tunggal. Majemuk
tunggal artinya Pancasila terdiri dari lima sila tetapi merupakan satu kesatuan yang
berdiri sendiri secara utuh. Selanjutnya, Notonagoro berpendapat bahwa bentuk dan
susunan Pancasila seperti tersebut adalah Hierarkis Piramidal. Hierarkhis berarti
tingkat, sedangkan piramidal dipergunakan untuk menggambarkan hubungan
bertingkat dari sila-sila
2.5 Liberalisme dan Komunisme
Liberalisme dan komunisme merupakan dua paham yang berbeda dan memiliki
penganut terbanyak di dunia. Hal ini sudah menyebar semenjak perang dingin yang
berlangsung selama adanya Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Ideologi liberalisme
yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan ideologi komunisme yang dipimpin oleh Uni
Soviet. Kedua paham tersebut memiliki banyak hal yang dilatarbelakangi oleh
pemahaman yang sangat bertolak belakang secara nyata.
12
Liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh
kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak adanya
pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama. Liberalisme menghendaki
adanya, pertukaran gagasan yang bebas, ekonomi pasar yang mendukung usaha
pribadi (private enterprise) yang relatif bebas, dan suatu sistem pemerintahan yang
transparan, dan menolak adanya pembatasan terhadap pemilikan individu. Oleh
karena itu paham liberalisme lebih lanjut menjadi dasar bagi tumbuhnya kapitalisme.

12
Sutrisno, Tanio. 2013. Perbedaan Ideologi Komunis, Liberal, dan Pancasila. Tersedia di:
https://taniosutrisno.wordpress.com/2013/01/28/perbedaan-ideologi-komunis-liberal-dan-pancasila/
(Diakses pada Sabtu, 14 Oktober 2017 pukul 18.00 WITA)

13
13
Di sisi lain, negara yang menganut ideologi komunisme lebih menekankan
pada penyamarataan derajat. Oleh karena itu, setiap warga negaranya ikut untuk patuh
dalam setiap peraturan yang telah ditegaskan oleh negara kepada warganya. Negara
berkuasa atas segalanya untuk rakyatnya. Setiap aspek kehidupan rakyatnya sudah
diatur dalam peraturan negara. Komunisme sebagai anti-kapitalisme menggunakan
sistem partai komunis sebagai alat pengambil alihan kekuasaan dan sangat menentang
kepemilikan akumulasi modal atas individu.
2.6 Perbedaan antara Pancasila dengan Liberalisme dan Komunisme
14
Pancasila adalah bagian dari Ideologi bangsa yang diangkat dari nilai-nilai adat
istiadat kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup
masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia menggunakan Pancasila sebagai
ideologi bangsa sebagaimana nilai-nilai Pancasila lebih cocok dan masuk dalam
budaya Indonesia. Banyak faktor yang menyebabkan ketidakcocokan antara
Indonesia dengan ideologi liberal ataupun komunis.
Mulai dari segi agama yang diketahui bahwa agama merupakan hal yang wajib
untuk dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia yang sudah dicantumkan dalam
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dengan panduan sila pertama Pancasila. Ideologi
liberalisme memberikan kebebasan rakyatnya untuk beragama ataupun tidak, dan
ideologi komunisme memiliki pendapat bahwa agama merupakan hal yang candu dan
harus dijauhkan dari masyarakat sehingga penganut komunisme merupakan ateisme.
Selanjutnya adalah dalam segi hukum. Negara yang baik merupakan negara
yang dapat melindungi rakyatnya dengan pimpinan dan kekuasaan hukum yang adil
dalam segi hak asasi manusia. Pancasila mengakui dan melindungi serta menuntun
rakyatnya dengan hukum yang sudah ditulis. Selain dalam segi hukum, Pancasila juga
mengakui dan melindungi hak-hak individu maupun hak masyarakat.
Peran negara sebagai penganut ideologi komunisme melakukan hal tersebut
sebaliknya, yaitu negara yang bebas menjalankan dan menerapkan hukum di

13
Sutrisno, Tanio. 2013. Perbedaan Ideologi Komunis, Liberal, dan Pancasila. Tersedia di:
https://taniosutrisno.wordpress.com/2013/01/28/perbedaan-ideologi-komunis-liberal-dan-pancasila/
(Diakses pada Sabtu, 14 Oktober 2017 pukul 18.00 WITA)
14
Purwastuti, L, Andriani. 2002, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta: UNY Press. (tersedia pada :
https://thehilmanscoy.blogspot.com,Perbandingan-Ideologi-Pancasila-dengan-Ideologilainnya,
Diakses pada Sabtu, 14 Oktober 2017 pukul 18.00 WITA).

14
lingkungan masyarakat. Ideologi liberalisme hampir sama dengan ideologi Pancasila
dengan hal ini, yaitu negara sudah menerapkan hukum di masyarakat tetapi rakyatnya
bebas melakukan hal apapun asalkan tidak melanggar aturan hukum. Pada segi
ekonomi pun kedua paham tersebut merupakan hak negara dalam sumber daya yang
dimilikinya.
Ideologi Pancasila yang merupakan ideologi negara dan dasar negara,
mempunyai kedudukan penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Sebagai dasar
negara, Pancasila merupakan dasar bagi semua peraturan perundang-undangan
Negara Republik Indonesia. Sebagai sarana persatuan bangsa Indonesia, Pancasila
sebagai ideologi bangsa Indonesia memiliki berbagai perbedaan dengan sistem
ideologi liberal dan komunis. Pancasila mengakui dan melindungi baik hak individu
maupun masyarakat baik di bidang ekonomi maupun di bidang politik dengan
demikian ideologi kita mengakui secara selaras baik kolektif maupun individualisme.
Pancasila berfungsi sebagai pengikat seluruh bangsa dalam bidang ideologi
politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan penduduk Indonesia.
Fungsi Pancasila yang demikian, menyebabkan bangsa Indonesia memerlukan
keberadaan ideologi ini demi kelangsungan hidup bangsa dan negara kesatuan
republik Indonesia. Ideologi asing seperti liberalis dan komunis tidak cocok
diterapkan di Indonesia karena bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat
Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan,
saling bekerjasama untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan
suatu kesatuan yang utuh. Setiap sila pada hakikatnya merupakan suatu asas
sendiri, fungsi sendiri-sendiri namun secara keseluruhan merupakan suatu
kesatuan yang sistematis. Pancasila dapat diartikan sebagai filsafat dalam arti
produk, sebagai pandangan hidup dan filsafat dalam arti praktis. Hal ini berarti
filsafat Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan
dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari, dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia.
2. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup dan Pancasila sebagai Dasar Falsafah
Negara
Pandangan hidup merupakan suatu acuan baik untuk menata kehidupan
diri sendiri, interaksi dengan antar manusia dalam masyarakat maupun alam
sekitarnya. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang terkandung dalam
konsep dasar yang mengenai kehidupan yang di cita-citakan, yang terkandung
dalam dasar pemikiran. Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia,
pandangan hidup bangsa Indonesia dan dasar negara kita. Di samping itu
Pancasila sekaligus menjadi tujuan hidup bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai dasar negara, berarti bahwa Pancasila juga merupakan
suatu asas kerohanian yang meliputi cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu
sumber nilai, norma serta kaidah baik moral maupun hukum. Dalam kedudukan
sebagai dasar negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara hukum.
Sumber dari segala sumber hukum Indonesia maka Pancasila tercantum dalam
ketentuan tertinggi yaitu Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945,
kemudian dijabarkan dalam pokok-pokok pikiran yang meliputi suasana
kebatinan dari Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

16
3. Hubungan Persamaan dan Perbedaan antara kedudukan Pancasila sebagai
Pandangan Hidup Bangsa dan Dasar Filsafat Negara
Pancasila sebagai dasar negara memiliki sifat objektif, yang berarti sesuai
dengan objeknya, umum, dan universal. Rumusan dari sila-sila Pancasila
menunjukkan adanya sifat-sifat yang abstrak, umum dan universal. Inti dari nilai-
nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa Indonesia
dan mungkin juga pada bangsa lain, baik dalam adat istiadat, kebiasaan,
kebudayaan, kenegaraan maupun dalam hidup keagamaan dan lain-lainnya.
Pancasila sebagai pandangan hidup memiliki sifat yang subjektif yang
berarti nilai-nilai Pancasila timbul dari gambaran perilaku masyarakat Indonesia
itu sendiri yang diyakini bangsa Indonesia sebagai petunjuk yang paling baik,
benar, adil dan bijaksana. Semua tingkah laku dan tindak perbuatan setiap
manusia Indonesia harus dijiwai semua sila-sila Pancasila..
4. Sila-Sila Pancasila sebagai Kesatuan yang Sistematis, Hierarkis dan Logis
Pada hakikatnya setiap sila Pancasila merupakan suatu asas sendiri,
memiliki fungsi tersendiri namun demikian, secara keseluruhan adalah suatu
kesatuan yang sistematis dengan tujuan (bersama) suatu masyarakat yang adil dan
makmur berdasarkan Pancasila. Antara sila-sila Pancasila itu saling berkaitan,
saling berhubungan, bahkan saling mengklasifikasikan. Pancasila pada
hakikatnya merupakan sistem, dalam pengertian bahwa bagian dari sila-silanya
saling berhubungan atau berkaitan secara erat sehingga membentuk suatu susunan
yang menyeluruh.
Pancasila secara ilmiah harus merupakan satu kesatuan dan keutuhan,
bahkan Pancasila itu sendiri pada dasarnya juga merupakan suatu kebulatan yang
sistematis, logis dan tidak ada pertentangan di dalam sila-silanya. Syarat bersistem
yang dipenuhi oleh Pancasila menunjukkan bahwa Pancasila merupakan hasil
pemikiran para pendahulu negara yang dirumuskan dengan kecermatan yang
tinggi dan bersifat logis.
5. Pengertian Liberalisme dan Komunisme
Liberalisme dan komunisme merupakan dua paham yang berbeda dan
memiliki penganut terbanyak di dunia. Liberalisme mencita-citakan suatu
masyarakat yang bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu. Di

17
sisi lain, negara yang menganut ideologi komunisme lebih menekankan pada
penyamarataan derajat. Setiap aspek kehidupan rakyatnya sudah diatur dalam
peraturan negara. Komunisme sebagai anti-kapitalisme menggunakan sistem
partai komunis sebagai alat pengambil alihan kekuasaan dan sangat menentang
kepemilikan akumulasi modal atas individu.
6. Perbedaan Antara Pancasila dengan Liberalisme dan Komunisme
Pancasila adalah bagian dari ideologi bangsa yang diangkat dari nilai-nilai
adat istiadat kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup
masyarakat Indonesia. Pancasila sebagai ideologi bangsa menunjukkan adanya
keseimbangan ide dan gagasan serta tidak bersifat absolut dalam memandang
manusia dan kehidupan bernegara. Oleh karena itu, Indonesia menggunakan
Pancasila sebagai ideologi bangsa sebagaimana nilai-nilai Pancasila lebih cocok
dan masuk dalam budaya Indonesia. Berbeda dengan paham liberalisme dan
komunisme yang lebih menekankan aspek ke individunya.
3.2 Saran
Kami menyarankan kepada pembaca untuk memberikan kritik dan sarannya untuk
makalah yang kami tulis ini. Dalam bentuk penambahan materi, penyuntingan materi
dan gagasan untuk membenahi makalah ini agar menjadi makalah yang mampu
memberikan edukasi kepada pembaca lainnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Arief. 2014. Pancasila sebagai Filsafat Negara Republik Indonesia.


Tersedia pada: https://www.scribd.com/mobile/doc/44879544/Pancasila-Sebagai-
Filsafat-Negara-RI/ (Diakses pada Rabu, 18 Oktober 2017 pukul 08.00 WITA)
Bertens. 2002. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Darmodiharjo. 1996. Santiaji Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional.
Dwiyanto. Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan Volume 14 No.25 April 2016.
Hamim Nova. 2010. Mengenal Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Hanindita Grahawidya.
Kaelan. 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma Offset.
Kaelan. 2004. Filsafat Pancasila sebagai Pandangan Hidup. Yogyakarta: Paradigma
Offset.
Kartono. 1981. Gangguan-gangguan Psyches. Bandung: Sinar Baru.
Nopirin. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila. Cetakan: 9. Jakarta:
Pancoran Tujuh.
Notanogoro. 1974. Pancasila Dasar Falsafah Negara. Jakarta. Cetakan ke-4. Pantjuran
Tudjuh.
Pramono, Andi Joko. 2013. Analisa Perbedaan Antara Ideologi Pancasila, Komunisme
Dan Liberalisme.

Tersedia di : https://andijokopramono.wordpress.com/2013/04/26/tugas-pendidikan-
pancasila-analisa-perbedaan-antara-ideologi-pancasila-komunisme-dan-liberalisme/
(Diakses pada Sabtu, 14 Oktober 2017 pukul 17.25 WITA)

Rochmah, Aini Fadilatul. 2011. Pancasila sebagai Pandangan Hidup dan Dasar Negara
Republik Indonesia. Makalah: Pancasila. Sekolah Tinggi Ilmu Komputer,
Yogyakarta.
Sutrisno, Tanio. 2013. Perbedaan Ideologi Komunis, Liberal, dan Pancasila. Tersedia di:
https://taniosutrisno.wordpress.com/2013/01/28/perbedaan-ideologi-komunis-
liberal-dan-pancasila/ (Diakses pada Sabtu, 14 Oktober 2017 pukul 18.00 WITA)
Sofa. 2001. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Spranger. 2001. Orientasi Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Liberty.
Wahana. 1993. Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Kanisius.

19
LAMPIRAN

BERITA ACARA I

Hari, tanggal : Jumat, 13 Oktober 2017.

Waktu : 11.30 s/d 15.00

Tempat : Perpustakaan Politeknik Negeri Bali.

Agenda : 1. Mencari referensi pendukung materi.

2. Pembuatan Bab I.

3. Pembagian tugas pengetikan materi tiap anggota.

Daftar Kehadiran Anggota:

No Nama Anggota NIM Keterangan

1. Ni Kadek Adi Astuti 1715644015 Hadir

2. Putu Indah Larasati 1715644063 Hadir

3. Ni Luh Intan Muliawati 1715644111 Hadir

4. I Gusti Ayu Agung Pradnya Tri Astuti 1715644159 Hadir

Lampiran Foto:

20
LAMPIRAN

BERITA ACARA II

Hari, tanggal : Rabu, 18 Oktober 2017.

Waktu : 10.00 s/d 14.00

Tempat : Wantilan Politeknik Negeri Bali.

Agenda : 1. Mencari referensi pendukung materi.

2. Pembuatan Bab II.

Daftar Kehadiran Anggota:


No Nama Anggota NIM Keterangan

1. Ni Kadek Adi Astuti 1715644015 Hadir

2. Putu Indah Larasati 1715644063 Hadir

3. Ni Luh Intan Muliawati 1715644111 Hadir

4. I Gusti Ayu Agung Pradnya Tri Astuti 1715644159 Hadir

21
LAMPIRAN
BERITA ACARA III

Hari, tanggal : Kamis, 19 Oktober 2017.

Waktu : 12.30 s/d 18.00

Tempat : Wantilan Politeknik Negeri Bali.

Agenda : 1. Mencari referensi pendukung materi.

2. Pembuatan Bab III

3. Finishing.

Daftar Kehadiran Anggota:


No Nama Anggota NIM Keterangan

1. Ni Kadek Adi Astuti 1715644015 Hadir

2. Putu Indah Larasati 1715644063 Hadir

3. Ni Luh Intan Muliawati 1715644111 Hadir

4. I Gusti Ayu Agung Pradnya Tri Astuti 1715644159 Hadir

Lampiran Foto:

22
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

23
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan

24
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pancasila sebagai Suatu Sistem Filsafat
2.2 Pancasila Sebagai Pandangan Hidup dan Dasar Filsafat Negara
2.3 Hubungan Persamaan dan Perbedaan antara kedudukan Pancasila sebagai
2.4 Dasar Filsafat Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
2.5 Sila-Sila Pancasila sebagai Kesatuan yang Sistematis ,Hierarkis dan Logis
2.6 Liberalisme dan Komunisme
2.7 Perbedaan antara Pancasila dengan Liberalisme dan Komunisme

25
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

26
27

Anda mungkin juga menyukai