Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG

INFEKSI TOXOPLASMA DENGAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP


BERSIH DAN SEHAT PADA TATANAN RUMAH TANGGA

Anindya Hapsari

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Jurusan Ilmu Kesehatan


Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang

Alamat korespondensi: Anindya Hapsari, Program Studi Ilmu Kesehatan


Masyarakat Jurusan Ilmu Kesehatan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas
Negeri Malang, Jl.Veteran No.1 Malang 65145, Telepon 0341-551102,
Handphone 085649999005, email anindya.hapsari.fik@um.ac.id

ABSTRAK

Latar belakang: Infeksi toxoplasma atau toxoplasmosis merupakan infeksi


yang disebabkan oleh protozoa intraseluler yang disebut Toxoplasma gondii.
Penyakit ini tidak memiliki gejala yang khas, tetapi apabila diderita oleh wanita
hamil akan membahayakan janin yang dikandungnya. Penyakit ini juga
ditengarai sebagai salah satu penyebab ketidaksuburan pada wanita dan
dihubungkan pula dengan seringnya terjadi abortus. Toxoplasmosis dapat
menyerang siapa saja, tetapi karena yang lebih sering terkena dampak negatifnya
adalah wanita usia subur, maka penyakit ini sering diidentikkan dengan penyakit
wanita. Sumber penularan utama adalah melalui makanan terkontaminasi kista
toxoplasma yang dimasak kurang matang dan juga melalui ookista yang
dikeluarkan kucing bersama tinjanya. Salah satu cara pencegahan penyakit ini
adalah dengan memutus rantai penularan penyakit yang dapat dilakukan dengan
selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan pengetahuan wanita usia
subur tentang infeksi toxoplasma dengan penerapan perilaku hidup bersih dan
sehat pada tatanan rumah tangga di BPM Anis Nurlaily F, AMd. Keb, desa
Klinterejo, kecamatan Sooko, kabupaten Mojokerto. Metode: Jenis penelitian
adalah analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Penarikan
sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Sampel penelitian ini adalah
populasi, yaitu wanita usia subur yang memeriksakan diri di BPM Anis Nurlaily
F, AMd. Keb pada tanggal 20-26 Januari tahun 2014. Hasil: ada hubungan
pengetahuan wanita usia subur tentang infeksi toxoplasma dengan penerapan
perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga.

Kata kunci: Tooplasmosis, wanita usia subur, PHBS


PENDAHULUAN

Latar Belakang
Infeksi toxoplasma atau toxoplasmosis merupakan infeksi yang disebabkan
oleh protozoa intraseluler yang disebut Toxoplasma gondii. Penyakit ini
ditemukan pada manusia hampir di seluruh dunia. Mammalia digolongkan sebagai
hospes perantara, sedangkan kucing sebagai hospes definitif (Prawita, 2013).
Toxoplasma gondii adalah parasit intraseluler pada monosit dan sel-sel
endothelial pada berbagai organ tubuh. Toxoplasma ini berbentuk bulat atau oval,
jarang ditemukan dalam darah perifer, tetapi sering ditemukan dalam jumlah besar
pada organ tubuh, seperti pada jaringan hati, limpa, sumsum tulang, paru-paru,
otak, ginjal, atau jantung (Hiswani, 2008).
Prevalensi toxoplasmosis di Indonesia belum diketahui pasti. Tetapi,
berdasarkan hasil penelitian Sayoga, dari 288 ibu hamil yang diperiksa, angka
kejadian ibu hamil yang di dalam darahnya positif terinfeksi Toxoplasma adalah
14,25%. Dari ibu-ibu yang terinveksi itu didapatkan, 4 persalinan prematur dan 1
kasus dengan kelainan saat lahir. Hasil survei kesehatan rumah tangga yang
dilakukan Hartono pada 1995 menemukan angka prevalensi zat anti terhadap
toxoplasma pada wanita-wanita hamil sebesar 60,01%. Sedangkan jumlah
penderita penyakit pada hewan-hewan yang hidupnya dekat dengan manusia
dagingnya dikonsumsi manusia menunjukkan angka prevalensi yang cukup tinggi
yakni 15-75% (Subadiyasa, 2009).
Toxoplasma gondii terdapat dalam 3 bentuk, yaitu bentuk trofozoit, kista,
dan ookista. Trofozoit berbentuk oval dengan ukuran 3-7 µm dan dapat
menginvasi semua sel mammalia yang memiliki inti sel. Bentuk trofozoit dapat
ditemukan dalam jaringan selama masa akut dari infeksi. Trofozoit yang aktif
membelah disebut tachizoit. Bila infeksi menjadi kronis, trofozoit dalam jaringan
akan membelah secara lambat dan disebut bradizoit (Alonemisery, 2010). Kista
dibentuk di dalam sel hospes apabila tachizoit yang membelah telah membentuk
dinding dan kista ini dapat ditemukan terutama di dalam jaringan otak, otot
jantung dan otot bergaris hospes seumur hidup. Di otak, kista jaringan akan
berbentuk oval sedangkan di sel otot bentuk kista jaringan akan mengikuti bentuk
sel otot (Gandahusada S dkk, 2004).
Bentuk yang ketiga adalah bentuk ookista yang berukuran 10-12 µm.
Ookista terbentuk di sel mukosa usus kucing dan dikeluarkan bersamaan dengan
feses kucing. Kucing yang terinfeksi Toxoplasma gondii dalam sekali ekskresi
akan mengeluarkan jutaan ookista dalam fesesnya (Alonemisery, 2010).
Infeksi dari parasit ini pada manusia dapat melalui berbagai cara. Cara yang
pertama sering disebut toxoplasmosis kongenital atau diturunkan dari ibu kepada
anaknya. Transmisi parasit ini kepada janin terjadi in utero melalui plasenta
apabila ibu mendapat infeksi primer pada saat kehamilan. Cara penularan yang
kedua adalah toxoplasmosis aquisita. Infeksi ini dapat terjadi apabila manusia
mengkonsumsi daging mentah atau kurang matang yang mengandung kista atau
tachizoit parasit ini atau melalui tertelannya ookista yang dikeluarkan bersama
feses oleh kucing pengidap toxoplasmosis. Kemungkinan yang ketiga adalah
infeksi di laboratorium melalui jarum suntik dan alat laboratorium lain yang
terkontaminasi oleh parasit ini, serta kemungkinan keempat adalah melalui
transplantasi organ dari donor yang merupakan penderita toxoplasmosis laten
(Gandahusada S dkk, 2004).
Melihat cara penularan diatas, maka kemungkinan paling besar untuk
terkena infeksi Toxoplasma gondii adalah melalui makanan daging yang
mengandung ookista dan yang dimasak kurang matang. Kemungkinan kedua
adalah melalui hewan peliharaan yang mengidap toxoplasmosis (Alonemisery,
2010).
Sekitar 80%-90% penderita toxoplasmosis tidak menunjukkan gejala sama
sekali (asimptomatik). Pada beberapa penderita biasanya didapatkan adanya
pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher (cervical lymphadenopathy).
Beberapa penderita juga dapat mengalami sakit kepala, demam (biasanya di
bawah 400C), lemah, dan lesu. Sebagian kecil penderita mungkin mengalami
nyeri otot (myalgia), nyeri tenggorokan, nyeri pada bagian perut, dan kemerahan
pada kulit. Gejala-gejala tersebut dapat menghilang dalam waktu beberapa
minggu, kecuali pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher yang dapat
bertahan selama beberapa bulan. Jika penyakit berlanjut, maka dapat
menimbulkan komplikasi berupa radang paru (pneumonia), radang pada jaringan
otot jantung (miokarditis), radang pada selaput luar jantung (perikarditis), dan
lainnya. Bayi yang dikandung oleh ibu yang menderita toxoplasmosis mempunyai
risiko yang tinggi untuk menderita toxoplasmosis kongenital. Anak dengan
toxoplasmosis kongenital dapat menunjukkan gejala kelainan neurologis seperti
hidrosefalus, mikrosefalus, retardasi mental dan kelainan pada mata
(korioretinitis). Selain itu dapat juga terjadi gangguan pada saat kehamilan dan
persalinan berupa abortus, lahir mati, atau lahir cacat (Kurniawan, 2011).
Karena toxoplasmosis tidak menampakkan gejala yang jelas, sebagian besar
penderita tidak menyadari apabila dirinya mengidap penyakit ini. Penderita,
terutama penderita wanita biasanya baru memeriksakan diri setelah mengalami
keluhan kesuburan atau sering mengalami keguguran. Oleh karena sebagian besar
yang memeriksakan diri adalah wanita, sebagian besar penderita toxoplasmosis
yang diketahui adalah wanita, terutama wanita usia subur yang masih memiliki
kemampuan untuk bereproduksi. Wanita usia subur adalah wanita yang berusia
antara 15-49 tahun yang berada dalam masa reproduksi dan mulai ditandai dengan
timbulnya haid yang pertama kali (menarche) dan diakhiri dengan masa
menopause. Pada masa ini terjadi perubahan fisik, seperti perubahan warna kulit,
perubahan payudara, pembesaran perut, pembesaran rahim, dan mulut rahim. Pada
masa ini terjadi ovulasi kurang lebih 450 kali. Menstruasi pada masa ini paling
teratur dan sangat memungkinkan terjadinya kehamilan. Pada usia di bawah 30
tahun, wanita memiliki kesempatan 95% untuk hamil. Pada usia 30-an tahun
prosentasenya menurun hingga 90%. Sedangkan memasuki usia 40 tahun,
kesempatan hamil berkurang menjadi 40%. Setelah usia 40 tahun, wanita hanya
punya maksimal 10% kesempatan untuk hamil (Kumalasari dan Andhyantoro,
2012).
Toxoplasmosis pada manusia sebenarnya dapat dicegah dengan memutus
rantai penularannya atau dengan mencegah tertelannya kista ataupun ookista.
Sebagaimana telah diketahui, kista kemungkinan terdapat pada daging ataupun
jaringan hewan mammalia pengidap toxoplasmosis. Untuk mematikan kista ini,
salah satunya dapat dilakukan dengan memasak daging hingga matang
menggunakan air bersih. Toxoplasma gondii mudah mati karena suhu panas,
kekeringan dan pembekuan (Hiswani, 2008). Sedangkan tertelannya ookista yang
terdapat pada kotoran kucing dapat dicegah dengan rajin mencuci tangan
menggunakan air bersih dan sabun. Mencuci tangan serta penggunaan air bersih
dalam aktifitas rumah tangga merupakan beberapa indikator dari penerapan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada tatanan rumah tangga.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan
paradigma sehat dalam budaya perorangan, keluarga, dan masyarakat yang
berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara, dan melindungi
kesehatannya baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota
rumah tangga agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih
dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS
merupakan salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk menghasilkan
kemandirian di bidang kesehatan, baik pada masyarakat maupun pada keluarga,
artinya harus ada komunikasi antara kader dengan keluarga/masyarakat untuk
memberikan informasi dan melakukan pendidikan kesehatan. Terdapat 10
indikator PHBS dalam tatanan rumah tangga, yakni: persalinan ditolong oleh
tenaga kesehatan, memberi asi eksklusif, menimbang balita setiap bulan,
menggunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari, mencuci tangan pakai
sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah sekali
seminggu, mengkonsumsi buah dan sayur setiap hari, melakukan aktifitas fisik
setiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah (Depkes, 2013).
Oleh karena toxoplasmosis ini merupakan penyakit yang cukup berbahaya
bagi kesuburan wanita dan memiliki efek fatal bagi bayi yang tertular dan karena
salah satu pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan menerapkan PHBS di
tatanan rumah tangga, maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan wanita usia subur tentang infeksi toxoplasma dengan penerapan
perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga. Penelitian ini
dilaksanakan pada pasien yang memeriksakan diri di BPM Anis Nurlaily F,
Amd.Keb di desa Klinterejo, kecamatan Sooko, kabupaten Mojokerto.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelasional. Penelitian


korelasional yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengkaji hubungan antar
variabel (Nursalam, 2008). Sedangkan pendekatan penelitian ini adalah penelitian
cross sectional, yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu
pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya pada satu
kali saja pada satu saat (Nursalam, 2008). Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian (Arikunto,2006). Populasi dalam penelitian ini adalah wanita usia subur
yang memeriksakan diri di BPM Anis Nurlaily F, AMd. Keb pada tanggal 20-26
Januari tahun 2014 sebanyak 98 orang, Sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti (Arikunto,2006). Sampel diambil dengan teknik purposive
sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel
diantara populasi sesuai yang dikehendaki peneliti (Nursalam, 2008). Pada
penelitian ini, seluruh populasi digunakan sebagai sampel penelitian sehingga
penelitian ini merupakan penelitian populasi.
Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan
checklist. Kuesioner digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan wanita
usia subur tentang infksi toxoplasma. Sedangkan checklist digunakan untuk
mengetahui penerapan perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga.
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan wanita usia subur tentang infeksi
toxoplasma dilakukan penyebaran kuesioner tertutup. Data yang diperoleh dari
hasil kuesioner diolah secara manual dengan proses: editing, coding, scoring dan
tabulating. Variasi jawaban kuesioner sebagai berikut :
 Jawaban “benar”, diberikan nilai 1
 Jawaban “salah” diberikan nilai 0
Interpretasi data dengan menggunakan kriteria kualitatif sebagai berikut:
apabila nilai yang didapat responden antara 75%-100%, dikatakan bahwa
responden memiliki pengetahuan yang baik. Apabila nilai yang didapatkan antara
56%-75%, maka pengetahuan responden dikategorikan cukup. Sedangkan apabila
nilai yang didapat ≤55%, maka pengetahuan responden tentang infeksi
toxoplasma dikategorikan kurang (Nursalam, 2008).
Sedangkan, untuk mengetahui gambaran penerapan perilaku hidup bersih
dan sehat pada tatanan rumah tangga dilakukan penyebaran checklist. Data yang
diperoleh dari hasil checklist diolah secara manual dengan proses: editing, coding,
scoring dan tabulating.
Variasi jawaban checklist adalah sebagai berikut: jawaban “tidak pernah”
diberikan nilai 1, “kadang-kadang” diberikan nilai 2, “sering” diberikan nilai 3,
sedangkan jawaban “selalu” diberi nilai 4.
Langkah-langkah dalam menganalisis data yang ada yaitu sebagai berikut
(Wawan, 2010):
 Positif : Jika hasil skor T : > 50
 Negatif : Jika hasil skor T : < 50
Hasil penelitian diuji menggunakan Spearman rho dengan keputusan
pengujian hipotesis penelitian didasarkan pada taraf signifikan 0,05. Uji dilakukan
dengan taraf signifikan 0,05 yang berarti jika  < α (0,05) maka H1 diterima, dan
berarti ada hubungan antara pengetahuan wanita usia subur tentang infeksi
toxoplasma dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Klinterejo
Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto. Akan tetapi, apabila  > α (0,05), maka
H1 ditolak, yang artinya tidak ada hubungan antara pengetahuan wanita usia subur
tentang infeksi toxoplasma dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat di
Desa Klinterejo Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto. Untuk memudahkan
penarikan kesimpulan digunakan perangkat komputer dengan program SPSS versi
17.

HASIL PENELITIAN
Tabel 1.Distribusi Frekuensi Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang Infeksi
Toxoplasma

Pengetahuan Frekuensi Persen


Kurang 61 62.2
Cukup 28 28.6
Baik 9 9.2
Jumlah 98 100

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


pada Tatanan Rumah Tangga

PHBS Frekuensi Persen


Negatif 61 62.2
Positif 37 37.8
Jumlah 98 100

Tabel 3. Distribusi Penerapan PHBS pada Tatanan Rumah Tangga


Berdasarkan Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang Infeksi Toxoplasma di BPM
Anis Nurlaily F, AMd. Keb, Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko, Kabupaten
Mojokerto Tahun 2014

Penerapan PHBS
Pengeta
Negatif Positif Total
huan
f % f % F %
Kurang 6 62. 0 0 61 62.
1 2 2
Cukup 0 0 2 28.6 28 28.
8 6
Baik 0 0 9 9.2 9 9.2
Jumlah 6 62. 3 37.8 98 10
1 2 7 0
Sig. 0.000, α = 0.05, n = 98

Hasil penelitian pengetahuan tentang infeksi toxoplasma menunjukkan


dari 98 responden sebagian besar berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 61
responden (62,2%) dan sebagian kecil berpengetahuan baik yaitu sebanyak 9
responden (9,2%).
Hasil penelitian penerapan perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan
rumah tangga menunjukkan dari 98 responden sebagian besar berperilaku
negatif, yaitu sebanyak 61 responden (62,2%). Sedangkan sebagian kecil
berperilaku positif, yaitu sebanyak 37 responden (37,8%).
Hasil tabulasi silang hubungan pengetahuan wanita usia subur tentang
infeksi toxoplasma dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat pada
tatanan rumah tangga di BPM Anis Nurlaily F, AMd. Keb di Desa Klinterejo,
Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto menunjukkan paling banyak adalah
responden yang berpengetahuan kurang dan berperilaku negatif yaitu sebanyak 61
responden (62,2%). Hasil analisis dengan menggunakan uji Spearman rho
ditemukan sig.0.000 < α (0.05). Dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak,
yang artinya ada hubungan pengetahuan wanita usia subur tentang infeksi
toxoplasma dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah
tangga di BPM Anis Nurlaily F, AMd. Keb, Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko,
Kabupaten Mojokerto

PEMBAHASAN

Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang Infeksi Toxoplasma


Hasil penelitian pengetahuan tentang infeksi toxoplasma menunjukkan dari
98 responden sebagian besar berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 61 responden
(62,2%) dan sebagian kecil berpengetahuan baik yaitu sebanyak 9 responden
(9,2%).
Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang
memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.
Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui
pengalaman orang lain. Semenjak adanya sejarah kehidupan manusia telah
berusaha mengumpulkan fakta. Dari fakta-fakta ini kemudian disusun dan
disimpulkan menjadi berbagai teori, sesuai dengan fakta yang dikumpulkan
tersebut (Nursalam, 2008). Pengetahuan adalah kegiatan ingin tahu manusia
tentang apa saja melalui cara-cara dan dengan alat-alat tertentu. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpengetahuan kurang tentang
infeksi toxoplasma yang meliputi definisi infeksi toxoplasma, etiologi, siklus
hidup, cara penularan, gejala, pencegahan dan pengobatan infeksi toxoplasma.

Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Tatanan Rumah Tangga
Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Dengan demikian perilaku manusia terjadi melalui proses:
Stimulus > Organisme > Respons, sehingga teori Skinner ini disebut teori “S-O-
R” (stimulus-organisme-respons). Perilaku adalah merupakan keseluruhan
(totalitas) pemahaman dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama
antara faktor internal dan eksternal tersebut. Perilaku seseorang adalah sangat
kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat luas (Wawan, 2010). Hasil
penelitian penerapan perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga
menunjukkan dari 98 responden sebagian besar berperilaku negatif, yaitu
sebanyak 61 responden (62,2%) dan sebagian kecil berperilaku positif, yaitu
sebanyak 37 responden (37,8%).

Hubungan Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang Infeksi Toxoplasma


Dengan Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada tatanan Rumah
Tangga
Hasil tabulasi silang hubungan pengetahuan wanita usia subur tentang
infeksi toxoplasma dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat pada
tatanan rumah tangga di BPM Anis Nurlaily F, AMd. Keb di Desa Klinterejo,
Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto menunjukkan paling banyak adalah
responden yang berpengetahuan kurang dan berperilaku negatif yaitu sebanyak 61
responden (62,2%). Hasil analisis dengan menggunakan uji Spearman rho
ditemukan sig.0.000 < α (0.05). Dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak,
yang artinya ada hubungan antara pengetahuan wanita usia subur tentang infeksi
toxoplasma dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah
tangga di BPM Anis Nurlaily F, AMd. Keb, Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko,
Kabupaten Mojokerto.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan pengetahuan wanita usia
subur tentang infeksi toxoplasma dengan penerapan perilaku hidup bersih dan
sehat pada tatanan rumah tangga di BPM Anis Nurlaily F, AMd. Keb, Desa
Klinterejo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, yaitu bahwa responden
terbanyak adalah yang berpengetahuan kurang dan berperilaku negatif. Kurangnya
pengetahuan wanita usia subur tentang infeksi toxoplasma dan jarangnya mereka
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga
menyebabkan mereka rentan terinfeksi toxoplasma. Infeksi toxoplasma yang
diderita selama kehamilan dapat berakibat fatal pada bayi yang dikandungnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan tentang infeksi toxoplasma pada
wanita usia subur di BPM Anis Nurlaily F, AMd. Keb di Desa Klinterejo,
Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto menunjukkan dari 98 responden,
sebagian besar, yaitu sebanyak 61 responden (62,2%) berpengetahuan kurang.
Sedangkan hasil penelitian penerapan perilaku hidup bersih dan sehat pada
tatanan rumah tangga menunjukkan 61 responden (62,2%) berperilaku negatif dan
sebagian kecil berperilaku positif yaitu sebanyak 37 responden (37,8%). Hasil
analisis menunjukkan terdapat hubungan pengetahuan wanita usia subur tentang
infeksi toxoplasma dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat pada
tatanan rumah tangga di BPM Anis Nurlaily F, AMd. Keb di Desa Klinterejo,
Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto.

Saran
Bagi wanita usia subur, hasil penelitian ini supaya dijadikan masukan untuk
lebih meningkatkan pengetahuannya tentang infeksi toxoplasma agar termotivasi
untuk senantiasa melaksanakan tindakan pencegahan penularan infeksi, salah
satunya dengan selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, terutama di
tatanan rumah tangga.
Bagi tenaga kesehatan, hasil penelitian ini diharapkan dijadikan bekal dalam
melaksanakan tugasnya dan untuk lebih memacu dalam memberikan penyuluhan
kepada penduduk, terutama kepada wanita usia subur tentang infeksi toxoplasma
dan cara pencegahannya yang paling mudah, yaitu dengan selalu menerapkan
perilaku hidup bersih dan sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Alonemisery, 2010. Makalah Toxoplasmosis. www.kesmasunsoed.or.id. Diakses


tanggal 10 Januari 2014.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian dan Pendekatan Praktek. Jakarta :Rineka
Cipta
Depkes. 2013. Bahan Pedoman Umum PHBS.
www.promkes.depkes.go.id/bahan/pedoman-umum-PHBS.pdf. Diakses
tanggal 12 Januari 2014.
Gandahusada S dkk. 2004. Parasitologi Kedokteran. Ed 3. Jakarta: EGC.
Hiswani, 2008. Toxoplasmosis Penyakit Zoonosis Yang Perlu Diwaspadai Oleh
Ibu Hamil. Tidak diterbitkan: Direktori Perpustakaan USU.
Kumalasari, I., Andhyantoro, I. 2012. Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba
Medika.
Kurniawan, S. 2011. Pemeriksaan Toxoplasmosis dengan Metoda ELISA.
http://www.sodiycxacun.web.id/. Diakses tanggal 10 Januari 2014.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Prawita, I., Kardiwinata, M. 2013. Tingkat Pengetahuan dan Upaya Pencegahan
Petugas Kesehatan terhadap Infeksi Toxoplasmosis di Kabupaten Badung.
Jurnal Community Health 1 (3): 247-256.
Subadiyasa, I.M.A. 2009. Mengenali dan Mencegah Toxoplasmosis pada
Kehamilan. www.balipost.co.id. Diakses 2 Januari 2014.
Wawan A. dkk. 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai