Anda di halaman 1dari 41

HALAMAN JUDUL

MANAJEMEN
BENCANA TSUNAMI DAN BANJIR

Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memenuhi Tugas


Salah Satu Mata Kuliah Keperawatan Kegawat Daruratan

Dosen: Ns. Cipto Susilo, S.Pd., M.Kep

Oleh kelompok: 2
Nabilah Auliya 1701021031
Faizatul Mukaromah 1701021038

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat serta
karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Bencana Tsunami dan Banjir” untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah
Keperawatan Kegawatdaruratan yang dibimbing oleh Bapak Ns. Cipto Susilo,
S.Pd., M.Kep. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Rasulullah SAW
yang menjadi teladan terbaik bagi umat manusia. Rasul yang membawa kita dari
jalan gelap menuju cahaya.
Penyusun menyadari dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Harapan
penulis makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan bagi penelitian berikutnya.

Jember, Juni 2019

Penyusun

2
3
DAFTAR ISI

Contents
HALAMAN JUDUL................................................................................................1
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................3
TINJAUAN TEORI.................................................................................................3
A. Tsunami.....................................................................................................3
1. Definisi..................................................................................................3
2. Proses terjadinya tsunami (Badwi, 2019)..............................................3
3. Macam-Macam Tsunami Berdasarkan Penyebabnya (Tjandra, 2017)..4
4. Penjalaran Tsunami (Tjandra, 2017)......................................................7
5. Dampak Terjadinya Tsunami (Ardhiana, 2017).....................................7
6. Wilayah Rawan Tsunami.......................................................................9
7. Bencana Tsunami Terbesar di Indonesia (Claudia, 2018)...................10
8. Woc (Badwi, 2019)..............................................................................11
9. Mitigasi bencana tsunami (Aediansyah, 2018)....................................11
B. Banjir.......................................................................................................14
1. Definisi................................................................................................14
2. Macam-macam Banjir (Wahyu, 2017).................................................14
3. Proses terjadinya banjir (Adzania, 2017).............................................19
4. Penyebab Banjir (Noor, 2015).............................................................19
5. Dampak Terjadinya Banjir (Mabruri, 2016).......................................20
6. Wilayah Rawan Banjir.........................................................................22
7. Bencana Banjir Terbesar di Indonesia (Claudia dan Prasetyo, 2018)..23

4
8. Penanggulangan Banjir (Noor, 2015)..................................................24
9. Mitigasi Banjir (Wahyu, dkk, 2015)....................................................25
C. Peran Tenaga Kesehatan (Putra, 2017)....................................................27
BAB III..................................................................................................................31
PENTUP.................................................................................................................31
Kesimpulan........................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................32

5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang tergolong rawan
terhadap bencana alam. Secara geografis Indonesia merupakan negara
kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik. Wilayah
Indonesia juga terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu hujan
dan panas, sehingga kondisi ini membuat tanah yang ada di Indonesia
termasuk tanah yang subur. Sebaliknya dampak negatif dari iklim yang ada di
Indonesia dapat menimbulkan beberapa bencana seperti banjir, tanah longsor,
tsunami, gempa bumi, dan sebagainya (Wardaningsih & Munandar, 2018).
Banyaknya bencana, mengakibatkan banyak sekali kerugian.
Berdasarkan nilai kerugian dan frekuensi kejadian bencana terlihat adanya
peningkatan yang cukup berarti. Kejadian bencana tersebut sangat
dipengaruhi oleh faktor alam, contohnya curah hujan yang diatas normal dan
adanya pasang naik air laut, dll. Disamping itu faktor ulah manusia juga
berperan penting seperti penggunaan lahan yang tidak tepat (pemukiman di
daerah bantaran sungai, di daerah resapan, penggundulan hutan, dan
sebagainya), pembuangan sampah ke dalam sungai, pembangunan
pemukiman di daerah dataran banjir dan sebagainya (Ramadhania, 2017).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses terjadinya tsunami?


2. Bagaimana proses terjadinya banjir?
3. Bagaimana peran perawat dalam mengatasi bencana?

C. Tujuan

1. Tujuan Utama
Memahami dan mengaplikasikan pelayanan kesehatan atau
pertolongan terhadap korban bencana
2. Tujuan Khusus
a. Memahami bagaimana proses terjadinya tsunami
b. Memahami bagaimana proses terjadinya banjir
c. Memahami apa saja peran perawat dlam mengatasi bencana
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tsunami
1. Definisi

Kata tsunami secara harfiah berasal dari Jepang, yaitu “tsu” dan
“nami”. Tsu berarti pelabuhan dan nami berarti ombak besar yang
disebabkan oleh gempa bumi (Badwi, dkk, 2019)..
Tsunami adalah gelombang laut gravitasi periode panjang yang
ditimbulkan oleh gangguan seperti gerakan patahan, gempa, longsor,
jatuhnya benda-benda langit (meteor), letusan gunung berapi bawah laut,
dan letusan (explosion) di dekat muka air laut.
Tsunami adalah bencana geologi yang dipicu oleh gempa bumi
(tektonik), letusan gunung api bawah laut (submarine volcano), tanah
longsor bawah laut, atau jatuhnya benda langit (meteor) ke dalam laut.
Dengan demikian peristiwa terjadinya bencana tsunami selalu didahului
oleh bencana geologi lainnya (Tjandra, 2017).
2. Proses terjadinya tsunami (Badwi, 2019)

Gelombang laut jenis ini terjadi oleh karena adanya perubahan


bentuk dasar laut yang terjadi secara tiba-tiba akibat dislokasi massa
batuan di dasar laut. Perubahan posisi massa batuan penyusun dasar laut
(litosfer) merupakan gejala diastropisma dalam bentuk patahan tektonik
atau dapat juga karena masswasting (massmovement, landslides) di dasar
laut, atau karena adanya gunung api dasar laut yang meletus (Badwi, dkk,
2019).
Gelombang tsunami adalah gelombang yang amat besar yang
terjadi (biasanya) segera setelah terjadi gempa bumi; khususnya bila
episentrumnya terdapat di dasar laut. Namun tidak semua peristiwa gempa
yangepisetrumnya di dasar laut.
Gelombang tsunami merambat (secara radial, dari suatu titik) ke
segala arah, dengan kecepatan yang tergantung pada kedalaman laut.
4

Makin dalam laut makin tinggi kecepatan rambatnya. Pada kedalaman


5.000 m (keadaan rata-rata di Samudera Pasifik) kecepatan rambat tsunami
sangat dahsyat mencapai 230m/detik (=828 km/jam), pada kedalaman
4.000 m kecepatannya 200m/detik dan pada kedalaman 40m kecepatannya
20m/detik.
Periode tsunami, yaitu jangka waktu yang diperlukan untuk tibanya
dua puncak gelombang yang berurutan, bisa sangat lama. Jika sumbernya
sangat jauh, periodenya bisa mencapai satu jam. Bandingkan dengan
periode gelombang karena angin yang periodenya hanya 10-20m/detik.
Panjang gelombangnya, yakti jarak dari satu puncak ke puncak
lainnya, sangat luar biasa panjangnya, bisa mencapai 200 km.
Tinggi gelombangnya di tengah samudera biasanya kecil saja,
kadang-kadang hanya seperempat hingga setengah meter, hingga sering
tak dapat dirasakan oleh kapal yang berlayar. Tetapi gelombang ini bila
mendekati pantai yang semakin dangkal akan mendapat teknan yang
semakin besar dari dasar laut dan sebagai kompensasi energinya yang
besar dilampiaskan ke arah permukaan dan menimbulkan gelombang di
panai, bisa mencapai tinggi puluhan meter. Konfigurasi dasar laut sangat
menentukan besarnya bencana yang dapat ditimbulkan. Teknik yang
berbentuk V memberikan efek corong yang dapat menyebabkan
gelombang tsunami sangat besar.
3. Macam-Macam Tsunami Berdasarkan Penyebabnya (Tjandra, 2017)

Terdapat beberapa macam tsunami berdasarkan penyebab


terjadinya diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Tsunami terjadi akibat gempa bumi bawah laut
Gempa bumi (gempa tektonik) bawah laut disebabkan oleh
adanya peristiwa tumpukan antara dua atau lebih lempeng dunia. Yang
dapat mengakibatkan patahan atau dislokasi dadar laut. Apabila
dislokasi yang terjadi berlangsung secara cepat dan tiba-tiba maka
dapat menimbulkan perubahan energi potensial dan genetik pada masa
air yang berada di sekitarnya. Kedua energi tersebut secara cepat dapat
memindahkan dan menggerakan masa air kesegala arah, sebagai
5

tsunami, dengan panjang gelombang hingga capai 200 kilometer.


Hingga tinggi gelombang dari 0,2-30 meter. Kecepatan lambat
gelombang sampai mencapai 950 km/jam, dan periode terjadi dari
menit hingga beberapa jam. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan
gempa tektonik dapat menimbulkan tsunami, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1) Pusat gempa berapa pada dasar samudra atau laut dalam
2) Berupa gempa dangkal ( kedalaman 0-60 km)
3) Pada umumnys bermagnitudo gempa > 6.5 skala richter tetapi
gempa akibat tanah longsor dan gempa tektonik dengan magnitudo
>6.5 skala richter dapat juga menyebabkan terjadinya tsunami
4) Proses penunjaman dan tumbukan menghasilkan sesar normal
5) Terjadi dislokasi secara cepat dan luas
6) Sudut penunjaman antar lempeng cukup besar
7) Volume air diatas pusat gempa cukup besar
Bila pusat terjadinya gempa dilaut dalam terbuka, ketinggian
tsunami tidak tampak karena hanya berkisar dari 0,5-2 meter. Hal ini
dikarenakan panjang gelombangnya lebih besar dibanding dengan
kedalaman lautnya. Namun demikian cepat rambatnya sangat besar
dapat mencapai 950 km/jam dalam perjalanannya dari pusat.
Terjadinya menuju pantai atau daratan kecepatan rambat tsunami
mengalami penurunan. Keadaan ini terjadi karena berkurangnya
kedalaman laut semakin kedalam laut atau daratan, sebagai akibat
penurunan cepat rambat tersebut terjadilah akibat akumulasi massa air
yang membuat ketinggian gelombang bertambah besar yang dapat
mencapai 30 meter bahkan lebih. Ketinggian gelombang akan
mencapai puncaknya pada bentang alam pantai pesisir yang datar atau
landai dan berlekuk (tanjung, letuk dan muara sungai) dengan kata lain
semakin mendekati pantai dan semakin dangkal pantainya semakin
besar tinggi gelombangnya semakin besar tinggi gelombangnya. Tetapi
semakin berkurang cepat rambatnya semakin berkurang kecepatannya.
b. Tsunami akibat letusan gunung api bawa laut (submarine volcano)
6

Letusan gunung api bawah laut akan memberikan dorongan


pada air disekitarnya dsn dapat membangkitkan gelombang.
Terdesaknya sebagian massa air dan kembalinya massa air kedalam
lubang yang terbentuk akibat ledakan tersebut membentuk tsunami
(triatmadja 2010) selain teori tersebut tsunami akibat letusan gunung
api bawah laut dapat dipicu oleh adanya aliran piroklastik kebadan air.
Ledakan dasar laut dan runtuhan kaldera, proses yang terindifikasi
adalah longsoran batuan beku, limpasan basalt, gelombang kejut, lahar
panas yang mengenai air, dan gelombang udara yang terkait dengan
ledakan besar serta aliran lava (abdulrahman dkk 2013).
c. Tsunami akibat tanah longsor
Tsunami akibat tanah longsor terjadi karena massa batuan atau
tanah yang masuk kedalam laut menggeser massa air laut sangat cepat
sehingga belum cepat gerak meninggalkan lokasi aslinya dan
berpindah menempati area yang lebih luas, dengan demikian massa air
akan mengumpul diare longsoran atau didepan longsoran. Massa air
yang besar ini akan bergerak sebagai tsunami menuju perairan bebas
dan mencapai daerah pantai yang akan di terjang. Selain itu faktor
kedalaman laut juga sangat berperan dalam terjadinya tsunami tanah
longsor, tsunami tanah longsor dapat terjadi pada laut dengan kedalam
tidak lebih dari 40 meter (triatmadja 2010) kejadian tsunami murni dari
akibat tanah longsor jarang terjadi, pada umumnya terjadi pada
perairan tertutup sebagai contoh adalah tsunami yang terjadi di
lomben, NTT, 18 juli 1979 yang menelan korban 620 orang.
d. Tsunami akibat jatuhan meteor
Jatuhnya benda langit yaitu meteor dapat menyebabkan
terjadinya tsunami, jika ukuran meteor relatif besae terhadap
kedalaman lautan maka tumbukan meteor dengan laut akan
mengakibatkan timbulkan gelombang panjang yang berbahaya dan
akan menimbulkan tsunami, namun apabila benda langit berukuran
terlalu besar misalnya 100x 100x 1000 meter dan jatuh kedalam laut
7

dalam justru tumbukannya dengan bumi mengakibatkan hancurnya


yang lebih besar lagi.
4. Penjalaran Tsunami (Tjandra, 2017)

Tsunami diperairan dalam dapat menjalar meninggalkan pusat


terjadinya dan menjarah kedaerah sekelilingnya dengan cepat rambat yang
sangat tinggi, yaitu lebih dari 950 km/jam tetapi dalam pejalarannya
menuju pantai atau perairan dangkal kecepatan rambatnya dapat berkurang
menjadi 40-70 km. Berdasarkan dari jarak sumber tsunami kewilayah
perjalarannya tsunami dapat dibagi menjadi beberapa macam berikut:
a. Tsunami dengan sumber jauh (far fed tsunami) perjalarannya meliputi
wilayah yang luas dengan radius perjalanan lebih 1.000 kilometer. Jenis
tsunami ini jarang terjadi tetapi bila terjadi akan menimbulkan dampak
yang sangat berbahaya. Kejadiannya bermula dari tsunami lokal yang
menyebabkan kerusakan dasyat dekat sumbernya, kemudian menjalar
melintasi samudra dengan energi yang cukup besar hingga
menimbulkan korban dan kehancuran di pantai-pantai yang letaknya
lebih dari 1.000 km dari sumbernya.
b. Tsunami regional, yang jarak penjalarannya sekitar radius 1.000 km
dapat menghancurkan suatu wilayah geografis tertentu.
c. Tsunami lokal (near field tsunami) radius penjalaran secara lokal tidak
lebih dari 100 km dari sumbernya. Dampak merusaknya sangat terbatas.
Tsunami lokal umumnya timbul akibat tanah longsor, letusan gunung
api, atau aliran lava bawah laut.
5. Dampak Terjadinya Tsunami (Ardhiana, 2017)

Bencana alam merupakan peristiwa sangat kejadiannya sungguh


sangat tidak diharapkan dan tidak dirindukan. Bagaimana tidak, bencana
alam hanya akan membawa dampak buruk, seperti kehilangan,
kemiskinan, kelaparan, dan kesedihan. Apapun jenis bencana alam yang di
bumi, maka tidak ada satupun dari mereka yang diharapkan kedatangannya
olah manusia. seperti halnya bencana tsunami ini. seperti jenis bencana
alam lainnya, bencana tsunami juga menimbulkan banyak sekali dampak
8

atau kerugian. Beberapa dampak tsunami antara lain adalah sebagai


berikut:
a. Terjadi kerusakan dimana- mana
Dampak terjadinya tsunami yang pertama adalah terjadinya
kerusakan dimana- mana. Kerusakan yang dimaksud adalah kerusakan
fisik baik bangunan dan non bangunan. Gelombang besar yang timbul
karena tsunami ini dapat menyapu area daratan, baik daerah pantai
(baca: manfaat pantai) maupun daerah- daerah di sekitarnya. Kerusakan
yang terjadi ini adalah di daerah yang terkena sapuan ombak.
Gelombang ombak yang berkekuatan tinggi ini dalam sekejap bisa
meluluh lantakkan bangunan, menyapu pasir atau tanah, merusak
perkebunan dan persawahan masyarakat, merusak tambak dan ladang
perikanan, dan lain sebagainya. Kerusakan yang terjadi ini akan
menimbulkan banyak kerugian, terutama kerugian berupa material.
b. Lahan pertanian dan perikanan rusak
Gelombang tsunami yang dasyat juga dapat menyebabkan lahan
pertanian dan perikanan rusak. Gelombang tsunami dengan kekuatan
yang besar mampu menyapu bersih apa saja yang ada di daratan.
Jangankan tanaman yang ada di sawah, bahkan bangunan pun banyak
sekali yang roboh. Selain itu ikan- ikan yang ditanam di kolam
perikanan juga akan tersapu oleh air dari gelombang tsunami tersebut.
c. Menghambat kegiatan perekonomian
Kita sepakat bahwa semua bencana alam dapat mengacaukan
kegiatan perekonomian di suatu wilayah. Hal ini juga termasuk bencana
tsunami. Kerusakan dan kehilangan yang terjadi akibat gelombang
tsunami akan melumpuhkan kegiatan perekonomian sampai beberapa
waktu. Tidak hanya itu saja, namun kerugian yang disebabkan oleh
tsunami mungkin akan menggantikan kegiatan produksi dan
perdagangan dalam waktu tertentu.
d. Kerugian material
Semua bencana alam dapat menimbulkan kerugian yang bersifat
materiil, termasuk juga gelombang tsunami. Kerugian material
9

diantaranya karena robohnya bangunan, rusak lahan pertanian dan


perikanan, dan kehilangan harta bendanya.
e. Kerugian spiritual
Selain kerugian yang bersifat material atau yang dapat diukur
dengan uang, bencana tsunami juga dapat menimbulkan kerugian
spiritual. Yang dimaksud dengan kerugian spiritual adalah kerugian
yang tidak berupa harta benda, namun lebih ke jiwa. Bagaimana
seorang anak kecil akan tabah setelah mengalami bencana alam yang
besar, apalagi apabila ia kehilangan anggota keluarganya, maka hal itu
akan menimbulkan trauma di jiwa anak kecil. Akibatnya anak tersebut
harus menjalani beberapa terapi agar terbebas dari traumanya itu.
Bahkan hal seperti ini hanya dialami oleh anak kecil saja, namun juga
orang dewasa dan bahkan lanjut usia
f. Menimbulkan bibit penyakit
Dampak selanjutnya dari bencana alam tsunami adalah
timbulnya bibit penyakit. Ketika gelombang laut yang tinggi meluluh
lantakkan daratan, maka yang akan kitemukan adalah benda- benda
kotor, tanah yang berlumpur dan sebagainya. Lingkungan yang tidak
bersih akan meimbulkan bayak sekali bibit penyakit. Apalagi jika
ditambah dengan jasad- jasad makhluk hidup yang meninggal, maka
lingkungan akan semakin tidak sehat. Disamping itu, apabila tinggal di
pengungsian maka yang akan terjadi adalah timbulnya bibit penyakit
karena kurangnya saranan dan pra sarana.
6. Wilayah Rawan Tsunami
10

Gambar 2.1. Peta Wilayah Rawan Tsunami (Nugroho,2016).

Gambar 2.2. Peta Wilayah Rawan Tsunami (Nugroho,2016).


7. Bencana Tsunami Terbesar di Indonesia (Claudia, 2018)

26 Desember 2004, pukul 08.58 WIB, gelombang tsunami yang


dahsyat menghantam Aceh dan beberapa wilayah di Samudra Hindia.
Empat belas tahun berlalu, bencana alam yang amat mematikan ini, masih
memberikan luka tersendiri bagi para korban. Tsunami Aceh terjadi karena
11

adanya interaksi antara lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Sebelumnya,


gempa besar dengan magnitudo 9,0 terjadi–berpusat di dasar laut pada
kedalaman 10 kilometer. Gempa terjadi sekitar 8-10 menit. Setelah gempa
yang panjang dan memiliki magnitudo besar, gelombang pasang menyerbu
pantai didahului surutnya air laut. Kemudian, diikuti oleh gelombang yang
sangat besar.

Ratusan bangunan di Aceh luluh lantak setelah diterjang tsunami pada 2004
8. Woc (Badwi, 2019)
12

9. Manajemen bencana tsunami (BNBP, 2018)


a. Prabencana
1) Ketahui tanda-tanda sebelum tsunami terjadi, terutama setelah
gempa bumi (intensitas gempa bumi lama dan terasa kuat, air laut
surut, bunyi gemuruh dari tengah lautan, banyak ikan menggelepar
di pantai yang airnya surut, dan tanda-tanda alam lain).
2) Memantau informasi dari berbagai media resmi mengenai potensi
tsunami setelah gempa bumi terjadi.
3) Cepat berlari ke tempat yang tinggi dan berdiam diri di sana untuk
sementara waktu setelah satu gempa bumi besar mengguncang.
4) Segera menjauhi pantai dan tidak perlu melihat datangnya tsunami
atau menangkap ikan yang terdampar di pantai karena air surut.
5) Mengetahui tingkat kerawanan tempat tinggal akan bahaya tsunami
dan jalur evakuasi tercepat ke dataran yang lebih tinggi.
b. Saat bencana
1) Setelah gempa bumi berdampak pada rumah Anda, jangan
berupaya untuk merapikan kondisi rumah, Waspada gempa bumi
susulan
2) Jika Anda berada di rumah, usahakan untuk tetap tenang dan segera
membimbing keluarga untuk menyelamatkan diri ke tempat yang
lebih tinggi dan aman.
3) Tidak semua gempa bumi memicu tsunami.Jika mendengar sirine
tanda bahaya atau pengumuman dari pihak berwenang mengenai
bahaya tsunami, Anda perlu segera menyingkir dari daerah
pantai.Perhatikan peringatan dan arahan dari pihak berwenang
dalam proses evakuasi.
4) Jika telah sampai di daerah tinggi, bertahanlah disana karena
gelombang tsunami yang kedua dan ketiga biasanya lebih besar
dari gelombang pertama serta dengarkan informasi dari pihak yang
berwenang melalui radio atau alat komunikasi lainnya.
5) Jangan kembali sebelum keadaan dinyatakan aman oleh pihak
berwenang.
13

6) Tsunami tidak datang sekali, tetapi bisa sampai lima kali. Oleh
karena itu, sebelum ada pengumuman dari pihak berwenang bahwa
kondisi telah aman, janganlah meninggalkan tempat evakuasi
karena seringkali gelombang yang datang kemudian justru lebih
tinggi dan berbahaya.
7) Hindari jalan melewati jembatan. Anda dianjurkan untuk
melakukan evakuasi dengan berjalan kaki.
8) Bagi Anda yang melakukan evakuasi menggunakan kendaraan dan
terjadi kemacetan, segera kunci dan tinggalkan kendaraan serta
melanjutkan evakuasi dengan berjalan kaki.
9) Apabila Anda berada di kapal atau perahu yang tengah berlayar,
upayakan untuk tetap berlayar dan menghindari wilayah pelabuhan.
c. Pascabencana
1) Tetap utamakan keselamatan dan bukan barang-barang
Anda.Waspada dengan instalasi listrik dan pipa gas.
2) Anda dapat kembali ke rumah setelah keadaan dinyatakan aman
dari pihak berwenana.
3) Jauhi area yang tergenang dan rusak sampai ada informasi aman
dari pihak berwenang.
4) Hindari air yang menggenang karena kemungkinan kontaminasi
zat-zat berbahaya dan ancaman tersengat aliran listrik.
5) Hindari air yang bergerak karena arusnya dapat membahayakan
Anda.
6) Hindari area bekas genangan untuk menghindari terperosok atau
terjebak dalam kubang.
7) Jauhi reruntuhan di dalam genangan air karena sangat
berpengaruh terhadap keamanan perahu penyelamat dan orang-
orang di sekitar
10. Mitigasi bencana tsunami (Aediansyah, 2018)

Mitigasi adalah suatu aktivitas untuk mengurangi dampak


kerusakan atau kehilangan nyawa. Aktivitas mitigasi bencana alam
diperoleh melalui berbagai tindakan analisis risiko untuk menghasilkan
14

berbagai informasi perencanaan mitigasi. Mitigasi bencana adalah istilah


yang digunakan untuk menunjuk pada semua tindakan untuk mengurangi
dampak dari suatu bencana yang dapat dilakukan sebelum suatu bencana
terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan risiko
jangka panjang. Mitigasi bencana tsunami dapat didekati dengan dua
pendekatan, yaitu pendekatan non fisik dan pendekatan fisik.
a. Pendekatan Mitigasi Non Fisik
Mitigasi bencana tsunami dengan pendekatan non fisik biasanya
dilakukan dengan memetakan tingkat kerawanan daerah tertentu
terhadap bencana tsunami selanjutnya diadakan kegiatan sosialisasi
kepada masyarakat terkait dengan berbagai hal yang berkaitan dengan
tsunami. Hal-hal yang disosialisasikan kepada masyarakat biasanya
mengenai:
a. Pengertian tsunami
b. Penyebab terjadinya tsunami
c. Ciri-ciri akan terjadinya tsunami
d. Dampak bencana alam tsunami
e. Cara penyelamatan diri dan evakuasi jika terjadi bencana
Sosialisasi ini penting agar masyarakat nantinya paham dan
mengerti bagaimana cara mereka untuk menyelamatkan diri, andaikata
terjadi bencana alam ini. Selain dengan sosialisasi, perlu diadakan juga
simulasi aksi bencana tsunami. Simulasi ini dimaksudkan agar
masyarakat tidak panik saat memperoleh informasi ketika akan terjadi
bencana alam tsunami. Dengan adanya simulasi ini juga, masyarakat
akan terbiasa dengan keadaan yang genting sehingga ketika saat terjadi
bencana masyarakat sudah mengerti apa yang harus mereka lakukan.
b. Pendekatan Mitigasi Fisik
Mitigasi bencana dengan pendekatan fisik dapat dilakukan
dengan upaya struktural, non struktural, maupun gabungan antar
keduanya. Pemilihan upaya mitigasi fisik ini bergantung pada kondisi
fisik pantai, tata ruang, tata guna lahan, serta modal yang tersedia.
15

Mitigasi fisik tsunami dapat dilakukan dengan beberapa cara,


diantaranya adalah:
1) Pendekatan non struktural dengan sabuk hijau (green belt)
Pendekatan non struktural dengan sabuk hijau misalnya
perlindungan daerah pantai dari bencana tsunami dengan
menggunakan vegetasi, seperti cemara laut (Casuarina
equisetifolia), bakau, pohon api-api, nipah, dan vegetasi lainnya
yang berhabitat di pantai.
Mitigasi dengan cara ini harus memenuhi persyaratan
teknis dari vegetasi tersebut dalam meredam gelombang. Salah
satu parameter yang paling penting adalah nisbah dari lebar hutan
bakau dari pantai sampai ujung hutan mangrove yang menghadap
langsung ke laut (B) dengan panjang gelombang tsunami (L), atau
dapat dirumuskan dengan B/L. Semakin besar nilai B/L maka
semakin efektif metode mitigasi bencana tsunami dengan sabuk
hijau.
Hutan mangrove atau hutan bakau juga sangat efektif dalam
meredam gelombang air laut atau ombak. Hutan mangrove ini
dapat mencegah terjadinya abrasi juga.
2) Pendekatan struktural dengan peringatan dini
Salah satu upaya struktural dalam mitigasi bencana ini
adalah pemberitahuan dini terjadinya tsunami. Penyampaian
informasi ini dapat menggunakan sirine, lonceng, bel, dan
sebagainya. Pemasangan alat pendeteksi dini mutlak harus
dilakukan pada metode ini. Sistem peringatan dini menggunakan
alat sensor kenaikan tinggi muka air laut, satelit, dan receiver
gelombang yang langsung terhubung dengan alat pemberitahu
bahaya bencana tsunami.
3) Bangunan sipil penahan tsunami
Bangunan sipil yang dikhususkan untuk menahan bencana
tsunami di Indonesia belum pernah dibangun. Bangunan sipil ini
dapat kita temui di negara Jepang. Meskipun sangat efektif dalam
16

meredam terjangan gelombang air, bangunan ini dinilai merusak


nilai estetik dari suatu lansekap di pantai.
4) Bangunan sipil untuk evakuasi
Lokasi evakuasi harus mudah dijangkau apabila bencana
tsunami benar-benar terjadi. Lokasi evakuasi dapat berupa lahan
yang memiliki ketinggian tertentu dan bangunan tinggi yang tahan
terhadap gelombang dan getaran gempa. Apabila suatu pemukiman
jauh dari dataran yang memiliki elevasi yang tinggi maka perlu
dibuat suatu bangunan sipil yang dikhususkan untuk evakuasi.
Bangunan ini sangat penting untuk mengurangi jumlah korban
akibat dari lambatnya proses evakuasi ke daerah yang lebih tinggi.
B. Banjir
1. Definisi

Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu


kawasan yang banyak dialiri oleh alirasn sungai dan saat ini sepertinya
sudah menjadi langganan bagi beberapa daerah dan kota besar di
Indonesia ketika musim penghujan tiba. Banjir pada hakikatnya hanyalah
salah satu outputdari pengelolan DAS yang tidak tepat. Banjir bisa
disebabkan oleh beberapa hal yaitu curah hujan yang sangat tinggi,
karakteristik DAS, penyempitan saluran drainase dan perubahan
penggunaan lahan (Noor, 2017).
2. Macam-macam Banjir (Wahyu, 2017)

Sebenarnya, UU Nomor 24 tahun 2007 selain mendefinisikan


pengertian dari bencana, juga menyebutkan beberapa pengertian dari
bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial. Dari lingkup
bencana alam, terdapat definisi dari dua buah jenis banjir, yakni banjir dan
banjir bandang. Banjir adalah terendamnya suatu daerah karena volume air
yang meningkat. Sementara, banjir bandang adalah banjir yang datang
secara tiba-tiba dengan debit air yang besar yang disebabkan
terbendungnya aliran sungai pada alur sungai.
Terdapat tiga jenis banjir disertai dengan bagaimana penyebab
17

terjadinya banjir tersebut. Jenis banjir yang disebutkan yakni: Banjir kilat,
Banjir luapan sungai, dan banjir pantai.
a. Banjir Kilat
Banjir kilat adalah banjir yang terjadi hanya dalam waktu
delapan jam setelah hujan lebat mulai turun. Biasanya jenis banjir ini
sering dihubungkan dengan banyaknya awan kumulus, kilat dan petir
yang keras, badai tropis atau cuaca dingin.Umumnya banjir kilat
diakibatkan oleh meluapnya air hujan yang sangat deras. Namun, selain
hal tersebut juga dapat disebabkan oleh faktor lain, seperti: bendungan
yang gagal menahan debit air yang meningkat, es yang tiba-tiba
meleleh, dan berbagai perubahan besar dibagian hulu sungai.
b. Banjir Luapan Sungai
Banjir luapan sungai adalah banjir yang terjadi dengan proses
yang cukup lama, walaupun terkadang proses tersebut tidak
diperhatikan, sehingga datangnya banjir terasa mendadak dan
mengejutkan. Banjir tipe ini biasanya bertipe musiman atau tahunan,
dan mampu berlangsung sangat lama. Penyebab utamanya adalah
kelongsoran di daerah yang biasanya mampu menahan kelebihan debit
air.
c. Banjir Pantai
Banjir pantai biasanya dikaitkan dengan terjadinya badai
tropis. Banjir yang membawa bencana dari luapan air hujan sering
bertambah parah karena badai yang dipicu angin kencang di sepanjang
pantai. Hal ini mengakibatkan air garam akan membanjiri daratan
karena dampak perpaduan gelombang pasang.
Pada gambar 2.1 (a), 2.1 (b), dan 2.1 (c) berikut, akan
ditunjukkan ilustrasi dari ketiga jenis banjir yang telah disebutkan
diatas, berikut merupakan ilustrasi dari banjir kilat, banjir luapan, dan
banjir pantai:
18

(a) (b) (c)


Gambar 2.1 (a) Banjir Kilat, (b) Banjir luapan sungai (c) Banjir pantai
Gambar 2.1 (a) merupakan peristiwa banjir kilat yang terjadi
di Malaysia pada tahun 2007 silam yang diambil dari citizen
journalism (cy.my). Sementara, gambar 2.1 (b) diambil dari warta
(viva.news.com) yang memberitakan peristiwa meluapnya sungai
Bengawan Solo pada tahun 2009 dan setidaknya menggenangi 7
kabupaten di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang terlewati oleh aliran
sungai tersebut. Terakhir, pada gambar 2.1 (c) merupakan gambaran
dari mulai surutnya banjir air laut yang terjadi di pinggiran pantai
kota Bandar Lampung diambil dari warta (lampung.
Antaranews.com).
Selain ketiga jenis banjir yang telah disebutkan diatas, salah
satu banjir yang sering terjadi di Indonesia adalah Banjir Bandang.
Banjir bandang (flash flood) adakah penggenangan akibat limpasan
keluar alur sungai karena debit sungai yang membesar tiba-tiba
melampaui kapasitas aliran, terjadi dengan cepat melanda daeraah-
daerah rendah permukaan bumi, di lembah sungai-sungai dan
cekungan- cekungan dan biasanya membawa material sampah
(debris) dalam alirannya. Banjir bandang bisa berlangsung cepat
(biasanya kurag dari enam jam) dan mempunyai tinggi permukaan
gelombang banjir berkisar 3 hingga 6 meter dengan membawa
material sampah hasil dari sapuannya di sepanjang lajurnya.
Apabila dihubungkan dengan klasifikasi banjir, banjir
bandang dapat dikategorikan sebagai jenis banjir tipe kilat. Karena
19

dapat terjadi dengan waktu yang singkat dan juga disertai membawa
material-material sampah atau debris. Untuk mengetahui ilustrasi dari
banjir bandang, akan ditunjukkan melalui gambar 2.2 sebagai berikut
Gambar 2.2 Peristiwa Banjir Bandang
Gambar 2.2 diatas merupakan salah satu peristiwa banjir
bandang yang terjadi di Negara Iran pada tahun 2015 ini. Banjir ini
disebabkan karena hujan lebat yang turun di daerah pegunungan
sebelah utara negara tersebut.
Selain itu, dampak dari meningkatnya curah hujan di
kawasan selatan Indonesia adalah ancaman banjir lahar dari gunung
Merapi. Banjir lahar mempunyai dampak yang merusak.
Karakteristik aliran lahar yang melaju cepat dengan tenaga besar
karena gunung Merapi termasuk dalam gunung api tipe strato
volcano yang mempunyai lereng curam.
Kombinasi aliran material vulkanik seperti abu gunung api, kerikil,
kerakal, dan bongkahan batu dengan lereng curam menjadikan aliran

banjir lahar juga dikendalikan oleh percepatan gaya gravitasi bumi.


Selain itu, banjir ini juga mempunyai bongkahan batu yang besar
yang terangkut dengan aliran akibat aliran lahar mempunyai berat
jenis yang sama dengan bongkahan batu tersebut. Gambar berikut
20

menggambarkan tentang dampak dari banjir lahar yang terjadi di


kaki gunung Merapi, tepatnya berada di daerah Kabupaten
Magelang, JawaTengah.
Secara umum, faktor terjadinya bencana banjir sama seperti
terjadinya bencana pada umumnya. Bencana dapat dibagi menjadi
dua buah faktor, yakni bencana akibat faktor alam sendiri, dan
bencana akibat ulah manusia. Bencana akibat alam disebabkan oleh
adanya fenomena alam yang dikenal sebagai bencana alam.
Pada faktanya, manusia tetap berkontribusi paling besar
dengan terjadinya bencana alam yang sering terjadi saat ini.
Sementara itu, bencana akibat ulah tangan manusia diakibatkan oleh
adanya ulah manusia yang membuat perubahan situasi alam yang
ada saat ini. Salah satu contohnya adalah pemenuhan kebutuhan
hidup manusia. Pemenuhan kebutuhan hidup manusia ini bermacam-
macam bentuknya, mulai dari melakukan penebangan hutan secara
liar, mendirikan pemukiman di daerah bantaran sungai, perusakan
kawasan hutan mangrove di daerah tepian pantai, dan menjadikan
aliran sungai sebagai tempat pembuangan sampah.
Ilustrasi dari bencana yang disebabkan oleh ulah manusia
akan ditunjukkan melalui Gambar 2.3 (a), (b), dan (c) sebagai
berikut

(a) (b) (c)


Gambar 2.3 (a) Penebangan hutan (b) Pemukiman kumuh (c) Membuang
sampah tidak pada tempatnya.
Gambar 2.3 (a) merupakan gambar dari penebangan hutan di hutan Amazon,
Amerika selatan yang diambil dari situs (pemanasanglobal.net). Gambar 2.3
21

(b) merupakan gambar pemukiman kumuh di bantaran sungai Ciliwung


Jakarta yang diambil dari situs (lensaindonesia.com). Sementara, gambar
2.3 (c) merupakan gambar dari menumpuknya sampah yang menumpuk di
suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) yang diambil dari situs
(leuserantara.com). Hal-hal seperti inilah yang menyebabkan bencana
banjir.
3. Proses terjadinya banjir (Adzania, 2017)

Secara alamiah banjir disebabkan oleh terjadinya hujan lokal dan


propagasi limpasan dari daerah hulu pada satu daerah tangkapan. Secara
non ilmiah banjir dapat terjadi karena ulah manusia.
Proses terjadinya banjir secara alamiah itu seperti,turunnya hujan
jatuh kepermukaan bumi dan tertahan oleh tumbuh-tumbuhan setelah itu
masuk kepermukaan tanah mengalir ketempat yang lebih rendah setelah
itu terjadi penguapan dan keluar kepermukaan daratan. Banjir yang
terjadi secara almiah dapat menjadi bancana bagi manusia bila banjir itu
mengenai manusia dan menyebabkan kerugian bagi manusia.
Sedangkan proses terjadinya banjir secara non alamiah karena
ulah manusia seperti,membuang sampah tidak pada tempatnya dan
menyebabkan aliran air tidak lancar sehingga air tersebut terapung di
tempat pembuangannya semakin lama semakin menguap setelah itu
tinggi dan keluar sehingga mengenai daratan dan menyebabkan banjir.
Proses banjir itu dapat terjadi secara alamiah dan karena ulah
manusia. Manusia dapat mengalami kerugian karena banjir itu karena
mereka mendiami tempa tinggal yang secara alamiah merupakan dataran
banjir. Jadi bila manusia bertampat tinggal di dataran yg sering terkena
banjir bukan banjirlah yg mendatangi manusia tapi manusialah yang
mendatangi banjir.
4. Penyebab Banjir (Noor, 2015)

a. Curah hujan tinggi


b. Permukaan tanah lebih rendah dibandingkan muka air laut
22

c. Terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan


pengaliran air keluar sempit
d. Banyak permukiman yang dibangun pada dataran sepanjang sungai
e. Aliran sungai tidak lancar akibat banyaknya sampah serta bangunan di
pinggir sungai
f. Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai
5. Dampak Terjadinya Banjir (Mabruri, 2016)

Bencana banjir tidak dapat dihindari bila musim hujan


berkepanjangan telah melanda. Banyak dampak yang menyebabkan
kerusakan dan dapat merugikan banyak orang bila terkena musibah
banjir. Oleh karena itu perlindungan jiwa pun diperlukan bagi yang
tinggal di pemukiman rawan banjir. Berikut dampak-dampak terhadap
lingkungan karena banjir :
a. Merugikan secara umum
Banjir yang terjadi selalu menimbulkan kerugian bagi mereka
yang terkena banjir baik secara langsung maupun tidak langsung yang
dikenal sebagai dampak banjir.
Dampak banjir akan dialami langsung oleh mereka yang
rumah atau lingkungannya terkena air banjir. Jika banjir berlangsung
lama akan sangat merugikan karena aktivitas akan banyak terganggu.
Segala aktivitas tidak nyaman dan lingkungan menjadi kotor yang
berdampak kurangnya sarana air bersih dan berbagai penyakit mudah
sekali menjangkiti warga yang terserang banjir.
b. Penyakit Yang Timbul Sebagai Dampak Banjir
Dampak banjir yang terjadi sering kali menganggu kesehatan
lingkungan dan kesehatan warga. Lingkungan tidak sehat karena
segala sampah dan kotoran yang hanyut seringkali mencemari
lingkungan.
Sampah-sampah terbawa air dan membusuk mengakibatkan
penyakit gatal-gatal di kulit, dan lalat banyak beterbangan karena
sampah yang membusuk sehingga sakit perut juga banyak terjadi.
Sumber air bersih tercemar sehingga mereka yang terkena banjir
23

kesulitan air bersih dan mengkonsumsinya karena darurat, sebagai


penyebab diare.
c. Mematikan Usaha
Dampak banjir memang luar biasa luas.Rumah bisa rusak
gara-gara terendam banjir. Barang-barang perabotan rumah tangga
jika tidak segera diselamatkan bisa hanyut dan rusak pula. Yang lebih
parah jika penduduk yang memiliki usaha rumahan bisa terganggu
aktivitas produksinya sehingga mengakibatkan kerugian.
Kerugian akibat tidak bisa produksi berdampak pada karyawan
yang bergantung nasib pada usaha tersebut. Kerugian tidak
berjalannya produksi bisa kehilangan pelanggan, kemacetan modal
serta kerusakan alat gara-gara banjir. Jika terus menerus situasi terjadi
demikian mengakibatkan macetnya ekonomi kerakyatan yang
kemudian berdampak pada semakin meningkatnya masalah sosial di
lingkungan masyarakat yang sering di landa banjir.
d. Kerugian Administratif
Sering kali dampak banjir ini bukan sekedar membawa
dampak kerugian material. Akibat banjir sering kantor, sekolah atau
instansi bahkan pribadi harus kehilangan dokumen penting
kependudukan dan sejenisnya.
Akibat banjir sering kali sekolah harus diliburkan paksa dari
aktivitas belajar. Seluruh siswa dan dan guru tidak bisa beraktivitas
rutin, bahkan terkadang banyak berkas dan data penting yang
disimpan sekolah rusak terendam banjir.
Banjir memang tidak bisa diketahui kapan datangnya, namun
juga dapat diantisipasi dengan menyiapkan diri menyelamatkan
dokumen penting ke tempat yang lebih tinggi. Membuat bangunan
khusus yang bertingkat yang aman untuk meletakkan dokumen
penting serta alat-alat belajar yang rentan rusak bila terendam banjir
bagi sekolah yang berada di daerah rawan banjir adalah perlu. Adapun
dampak yang lain yaitu :
24

1) Banjir dapat merusak sarana dan prasarana, karena banjir dapat


merusak bahkan menghancurkan rumah, gedung, mobil atau
angkutan umum.
2) Banjir dapat melumpuhkan jalur transportasi. Bila bencana banjir
datang banyak jalanan yang lumpuh dan tidak bisa dilewati oleh
semua jenis kendaraan, baik itu mobil maupun motor. Karena
genangan air yang cukup tinggi sehingga membuat motor atau
mobil tidak mampu melewati daerah tersebut dan menyebabkan
jalanan tersebut lumpuh dan macet total. Selain mobil dan motor,
lalu lintas kereta api pun jadi terhambat akibat banjir.
3) Banjir dapat merusak dan menghilangkan harta benda, peralatan,
bahkan jiwa manusia. Banyak yang kehilangan harta benda bila
benca banjir datang, dan juga kehilangan berbagai macam
peralatan rumah karena banjir yang memasuki rumah terutama
benda elektronik. Yang paling berharga apabila bencana banjir ini
sampai merenggut korban jiwa.
4) Banjir menghentikan aktivitas sehari-hari, seperti kegiatan bekerja
dan sekolah. Bencana banjir membuat semua orang kehilangan
kegiatan karena banyak sekolah yang terkena banjir dan jalur
transportasi lumpuh yang menyebabkan banyak orang tidak dapat
berangkat kekantor.
5) Banjir dapat menyebabkan pemadaman listrik. Jika bencana banjir
melanda suatu tempat, maka tempat tersebut akan terkena
pemadaman listrik untuk mencegah terjadinya musibah lain seperti
listrik kornslet. Dengan tidak adanya listrik akan membuat aktifitas
terhenti.
6) Banjir dapat mencemari lingkungan sekitar. Luapan air banjir dapat
membuat lingkungan menjadi kotor akibat sampah-sampah yang
menumpuk atau sampah yang tergenang akibat banjir tersebut.
7) Banjir dapat menyebabkan erosi dan tanah longsor. Semakin deras
hujan turun maka semakin tinggi air banjir yang menyebabkan
tanah dan jalana terkikis dan dapat menjadi longsor.
25

6. Wilayah Rawan Banjir

7. Bencana Banjir Terbesar di Indonesia (Claudia dan Prasetyo, 2018)

a. Banjir bandang di Sumatera Barat (2016)

Ilustrasi Banjir Bandang (Foto: Igoy El Fitra/Antara)


Banjir bandang dan longsor terjadi di 10 kabupaten dan
kota di Sumatera Barat pada Desember 2016. Kabupaten
Limapuluh Kota dan Kabupaten Solok Selatan tercatat sebagai dua
lokasi terparah yang terdampak banjir bandang.
Sedangkan wilayah lainnya yakni Sijunjung, Tanah Datar,
Pasaman, Dharmasaraya, Sawahlunto, Payakumbuh, dan Solok.
Banjir bandang menyebabkan ribuan rumah di tiga kecamatan
terendam. Sedangkan jalan sepanjang 35,5 meter mengalami
26

gempa reruntuhan akibat longsor. Banjir bandang terjadi karena


meluapnya Sungai Maek dan Sungai Batang Sinamat. 5 orang
dilaporkan tewas akibat bencana banjir bandang tersebut.
b. Banjir bandang Sumbawa (2017)

Banjir bandang di Bima, NTB. (Foto: Dokumen BNPB dan BPBD Bima)
Sebanyak 129.187 orang terdampak banjir yang terjadi di
enam kecamatan di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, pada Januari
2017. Banjir terjadi setelah beberapa hari hujan lebat dan
menyebabkan air sungai meluap juga diperparah dengan air laut
yang pasang sehingga sulit surut. Tak hanya merendam rumah
penduduk, banjir tersebut juga mengakibatkan 175 hektare sawah
gagal panen.
8. Penanggulangan Banjir (Noor, 2015)

Pada umunya, pencegahan fisik untuk semua jenis bencana banjir


biasanya dihitung untuk siklus 100 tahunan dengan pertimbangan resiko
yang dapat diterima dan umumnya dibutuhkan oleh pihak perusahaan
asuransi, khususnya yang menangani asuransi kerugian properti yang
disebabkan oleh bencana banjir. Terdapat 4 cara untuk mengurangi potensi
banjir, yiutu:
a. Rekayasa keteknikan
27

b. Kebijakan tataguna lahan dan regulasi


c. Sistem peringatan dini
d. Asuransi
Dalam penanggulangan bencana banjir, metode pertama dan
kedua merupakan metode yang menjadi perhatian utama. Metode
pendekatan rekayasa keteknikan dapat dilakukan dengan pembangunan
sistem drainase yang baik dan kontruksi bangunan yang tahan banjir serta
membangun sistem peringatan dini, sedangkan pendekatan kebijakan dan
peraturan melalui penerbitan aturan-aturan yang berkaitan dengan
pemanfaatan lahan, khususnya peruntukan lahan melalui zonasi
kerentanan terhadap bahaya banjir. Hal yang terpenting dalam membuat
kebijakan dan peraturan adalah bahwa dengan adanya peraturan dapat
memastikan masyarakat yang bermukim di wilayah rawan bencana banjir
tidak menjadi subjek dari bencana yang akan menimpa dan aktivitas
masyarakat tidak terganggu apabila terjadi banjir.
Salah satu pendekatan di dalam pengendalian banjir adalah
dengan cara melakukan perencanaan yang disesuaikan dengan zona-zona
genangan air, dan diikuti dengan pembuatan aturan-aturan yang
berhubungan dengan persyaratan konstruksi bangunan yang diijinkan
pada setiap zona. Agar dapat efektif maka dalam perencanaan umum
harus ada peta dokumen tentang zona-zona genangan air serta frekuensi
kejadian banjir.
Dalam pemanfaatan lahan dapat juga terjadi dan sangat
dimungkinkan membangun bangunan di daerah dataran banjir, akan
tetapi misalnya konstruksi jembatan yang melintasi sungai harus
ditingkatkan guna menghindari terpaan arus air ketika terjadi banjir, dan
dapat juga bagian dari areal dataran banjir dibiarkan sebagai ruang
terbuka atau digunakan sebagai taman atau sarana olah raga. Dalam
persiapan perencanaan, pertimbangan harus diberikan untuk pemanfaatan
lahan yang berada pada bagian hulu yang dapat membantu mengurangu
frekuensi terjadinya banjir. Pemanfaatan lahan dan penggunaan aspal
28

beton oada lahan harus diminimalkan untuk membantu penyerapan air


dan mengurangi runoff.

9. Manajeen bencana banjir (BNBP, 2018)


1. Prabencana
a. Mengetahui istilah-istilah peringatan yang berhubungan dengan
bahaya banjir, seperti Siaga I sampai dengan Siaga IV dan langkah-
langkah apa yang harus dilakukan.
b. Mengetahui tingkat kerentanan tempat tinggal kita, apakah berada
di zona rawan banjir.
c. Mengetahui cara-cara untuk melindungi rumah kita dari banjir.
d. Mengetahui saluran dan jalur yang sering dilalui air banjir dan apa
dampaknya untuk rumah kita.
e. Melakukan persiapan untuk evakuasi, termasuk memahami rute
evakuasi dan daerah yang lebih tinggi.
f. Membicarakan dengan anggota keluarga mengenai ancaman banjir
dan merencanakan tempat pertemuan apabila anggota keluarga
terpencar-pencar.
g. Mengetahui bantuan apa yang bisa diberikan apabila ada anggota
keluarga yang terkena banjir.
h. Mengetahui kebutuhan-kebutuhan khusus anggota keluarga dan
tetangga apabila banjir terjadi.
i. Membuat persiapan untuk hidup mandiri selama sekurangnya tiga
hari, misalnya persiapan tas siaga bencana, penyediaan makanan
dan air minum.
j. Mengetahui bagaimana mematikan air, listrik, dan gas, dan.
empertimbangkan asuransi banjir
k. Berkaitan dengan harta dan kepemilikan, maka Anda bisa
membuat catatan harta kita, mendokumentasikannya dalam foto,
dan simpan dokumen tersebut di tempat yang aman.
2. Saat bencana
29

a. Apabila banjir akan terjadi di wilayah Anda, maka simaklah


informasi dari berbagai media mengenai informasi banjir untuk
meningkatkan kesiapsiagaan.
b. Apabila terjadi banjir, segeralah evakuasi ke tempat yang lebih
tinggi.
c. Waspada terhadap arus bawah, saluran air, kubangan, dan tempat-
tempat lain yang tergenang air.
d. Ketahui risiko banjir dan banjir bandang di tempat Anda, misalnya
banjir bandang dapat terjadi di tempat Anda dengan atau tanpa
peringatan pada saat hujan biasa atau deras.
e. Apabila Anda harus bersiap untuk evakuasi: amankan rumah Anda.
Apabila masih tersedia waktu, tempatkan perabot di luar rumah
atau di tempat yang aman dari banjir.
f. Barang yang lebih berharga diletakan pada bagian yang lebih tinggi
di dalam rumah.
g. Matikan semua jaringan listrik apabila ada instruksi dari pihak
berwenang.
h. Cabut alat-alat yang masih tersambung dengan listrik.
i. Jangan menyentuh peralatan yang bermuatan listrik apabila Anda
berdiri di atas/dalam air.
3. Pascabencana
a. Hindari air banjir karena kemungkinan kontaminasi zat-zat
berbahaya dan ancaman kesetrum.
b. Waspada dengan instalasi listrik.
c. Hindari air yang bergerak.
d. Hindari area yang airnya baru saja surut karena jalan bisa saja
keropos dan ambles.
e. Hindari lokasi yang masih terkena bencana, kecuali jika pihak yang
berwenang membutuhkan sukarelawan.
f. Kembali ke rumah sesuai dengan perintah dari pihak yang
berwenang.
g. Tetap di luar gedung/rumah yang masih dikelilingi air.
30

h. Hati-hati saat memasuki gedung karena ancaman kerusakan yang


tidak terlihat seperti pada fondasi.
10. Mitigasi Banjir (Wahyu, dkk, 2015)

Mitigasi adalah segala sesuatu yang meliputi jenis yang luas dari
perhitungan yang dilakukan sebelum suatu kejadian terjadi yang mana
akan mencegah korban sakit, cidera, dan meninggal serta mengurangi
sekecil- kecilnya dampak kehilangan harta benda. Rencana mitigasi pada
umumnya meliputi : kemampuan untuk memelihara fungsi, desain
bangunan, lokasi bangunan di luar dari zona bahaya, kemampuan esensial
bangunan, proteksi dari bagian dari suatu bangunan, asuransi, edukasi
publik, peringatan, dan evakuasi.
Mitigasi dilaksanakan sebelum, sesudah, dan sebelum terjadinya
suatu bencana. Untuk bencana banjir sendiri, salah satu tindakan mitigasi
bencana banjir adalah melakukan peringatan dini bencana banjir. Salah
satu contoh apabila tidak ada peringatan dini banjir, maka semua daerah
yang dilalui aliran banjir akan memakan kerugian yang besar. Pada
daerah hulu, dapat dilakukan beberapa cara peringatan dini, seperti:
menempatkan pengukur hujan di hulu dengan akses komunikasi ke
wilayah hilirnya, melakukan identifikasi jenis material yang terbawa arus
banjir, dan melihat dan mengamati kondisi awan dan lamanya hujan.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun
2006 tentang Pedoman umum mitigasi bencana menjelaskan tentang
langkah-langkah yang dilakukan dalam mitigasi bencana banjir seperti:
pengawasan penggunaan lahan, pembangunan infrastruktur yang kedap
air, pengerukan dan pembangunan sudetan sungai, pembuatan tembok
pemecah ombak, pembersihan sedimen, pembuatan saluran drainase,
pelatihan pertanian yang sesuai dengan daerah banjir, dan juga
menyiapkan persiapan evakuasi bencana banjir.
Sementara (KEMENKES, 2014) melalui buku panduannya memberikan
beberapa langkah yang haru dilakukan pada saat sebelum, ketika, dan
setelah banjir terjadi.
31

Gambar 2.4 Buku Panduan Kesiapan Bencana Banjir


Dari buku tersebut, didapatkan beberapa langkah mitigasi yang dilakukan
ketika banjir melanda yakni :
1. Mematikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk
mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena bencana.
2. Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih
memungkinkan untuk diseberangi.
3. Menghindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret
arus banjir.
4. Segera mengamankan barang-barang berharga ketempat yang lebih
tinggi.
5. Jika air terus meninggi, menghubungi instansi yang terkait dengan
penanggulangan bencana.

C. Peran Tenaga Kesehatan (Putra, 2017)


No Aspek Peran
1. Pencarian dan Melokalisasi korban.
penyelamatan
32

Memindahkan korban dari daerah berbahaya ke


tempat pengumpulan/ penampungan.

Memeriksa status kesehatan korban (triase di tempat


kejadian).

Memberi pertolongan pertama jika diperlukan.

Memindahkan korban ke pos medis lapangan jika


diperlukan.
2. Triase Identifikasi secara cepat korban yang membutuhkan
stabilisasi segera (perawat di lapangan).

Identifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan


dengan pembedahan darurat (life saving surgery).

Pasien harus diidentifikasi dan diletakkan secara cepat


dan tepat, mengelompokkan korban sesuai dengan
keparahan pada masing-masing warna tag yaitu
kuning dan merah.

Area tidak harus ditentukan sebelumnya dan diberi


tanda.

Penemuan, isolasi dan tindakan pasien terkontaminasi/


terinfeksi harus diutamakan.
3. Pertolongan Mengobati luka ringan secara efektif dengan
pertama melakukan teknik pertolongan pertama, seperti kontrol
perdarahan, mengobati shock dan menstabilkan patah
tulang.

Melakukan pertolongan bantuan hidup dasar seperti


manajemen perdarahan eksternal, mengamankan
pernafasan, dan melakukan teknik yang sesuai dalam
penanganan cedera.

Mempunyai keterampilan Pertolongan pertama seperti


membersihkan jalan napas, melakukan resusitasi dari
mulut-mulut, melakukan CPR/RJP, mengobati shock,
dan mengendalikan perdarahan.

Membuka saluran udara secepat mungkin dan


memeriksa obstruksi saluran napas harus menjadi
tindakan pertama, jika perlu saluran udara harus
dibuka dengan metode Head-Tilt/Chin-Lift.

Mengalokasikan pertolongan pertama pada korban


dengan perdarahan, maka perawat harus mnghentikan
33

perdarahan, karena perdarahan yang tidak terkontrol


dapat menyebabkan kelemahan dan apabila akhirnya
shock dapat menyebabkan korban meninggal
4. Proses Pemeriksaan kondisi dan stabilitas pasien dengan
pemindahan memantau tandatanda vital.
korban
Pemeriksaan peralatan yang melekat pada tubuh
pasien seperti infus, pipa ventilator/oksigen, peralatan
immobilisasi dan lain-‐lain.
5. Perawatan di Mengukur kapasitas perawatan rumah sakit.
rumah sakit
Lokasi perawatan di rumah sakit

Hubungan dengan perawatan di lapangan.

Arus pasien ke RS harus langsung dan terbuka.

Arus pasien harus cepat dan langsung menuju RS,


harus ditentukan, tempat tidur harus tersedia di IGD,
OK, ruangan dan ICU.

6. RHA Menilai kesehatan secara cepat melalui pengumpulan


informasi cepat dengan analisis besaran masalah
sebagai dasar mengambil keputusan akan kebutuhan
untuk tindakan penanggulangan segera.
7. Peran perawat Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan
dalam posko cek kesehatan sehari-hari.
pengungsian dan
posko bencana Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan
harian.

Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang


memerlukan penanganan kesehatan di RS.

Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian.

Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan,


makanan khusus bayi, peralatan kesehatan.

Membantu penanganan dan penempatan pasien


dengan penyakit menular maupun kondisi kejiwaan
labil hingga membahayakan diri dan lingkungannya
berkoordinasi dengan perawat jiwa.

Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada


korban (ansietas, depresi yang ditunjukkan dengan
seringnya menangis dan mengisolasi diri) maupun
reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia,
34

fatigue, mual muntah, dan kelemahan otot).

Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-


anak, dapat dilakukan dengan memodifikasi
lingkungan misal dengan terapi bermain.

Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya


oleh para psikolog dan psikiater.

Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai


pemeriksaan kesehatan dan kebutuhan masyarakat
yang tidak mengungsi.
8. Peran perawat Membantu masyarakat untuk kembali pada kehidupan
dalam fase normal melalui proses konsultasi atau edukasi.
postimpact
Membantu memulihkan kondisi fisik yang
memerlukan penyembuhan jangka waktu yang lama
untuk normal kembali bahkan terdapat keadaan
dimana kecacatan terjadi.
BAB III
PENTUP

Kesimpulan
Tsunami adalah bencana geologi yang dipicu oleh gempa bumi (tektonik),
letusan gunung api bawah laut (submarine volcano), tanah longsor bawah laut,
atau jatuhnya benda langit (meteor) ke dalam laut. Dengan demikian peristiwa
terjadinya bencana tsunami selalu didahului oleh bencana geologi lainnya,
sedangkan banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan
yang banyak dialiri oleh alirasn sungai dan saat ini sepertinya sudah menjadi
langganan bagi beberapa daerah dan kota besar di Indonesia ketika musim
penghujan tiba. Banjir pada hakikatnya hanyalah salah satu outputdari pengelolan
DAS yang tidak tepat. Banjir bisa disebabkan oleh beberapa hal yaitu curah hujan
yang sangat tinggi, karakteristik DAS, penyempitan saluran drainase dan
perubahan penggunaan lahan.

Saran
Berdasarkan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, diharapkan
perawat dapat memahami dan mengaplikasikan bagaimana cara memberikan
penolongan terhadap korban bencana. Diharapkan kepada masyarakat dapat
memahami dan mengaplikasikan penanggulangan, dan pencegahan bencana untuk
mencegah banyak korban.
36

DAFTAR PUSTAKA

Tjandra, K. (2017). Empat Bencana Paling Mematikan. Gajah Mada University


Perss: Yogyakarta

Wardaningsih, S & Munandar, A. (2018). Kesiapsiagaan Perawat Dalam


Pelaksanaan Apek Psikologis Akibat Bencana Alam. JOURNAL UMM. Vol.
9, No. 2

Badwi, N. (2019). Geologi Tata Lingkungan Edisi Revisi. Yogyakarta: Depublish

Fatma, D. (2017). Dampak Tsunami. Jakarta: Ilmu Geografi

Nugroho, S.P. (2016). Manajemen Bencana di Indonesia. Jakarta: BNBP

Ardiansyah, T. (2018). Pengertian, Dampak, Mitigasi Tsunami. Jakarta: Forester


Act News

Wahyu, dkk. (2015). Mitigasi Bencana Banjir. Yogyakarta: Universitas Negeri


Sebelas Maret

Noor, D. (2015). Mitigasi Bencana Banjir. Deepublish: Yogyakarta

Mabruri, S. (2016). Banjir. Yogyakarta: Universitas Negeri Sebelas Maret

Adzania, D. (2017). Proses Terjadinya Banjir. Jakarta: Unknown

Claudia & Prasetyo. (2018). Bencana Banjir Terbesar di Indonesia.


Kumparan.com: Jakarta

Putra, A. (2017). Peran Kepemimpinan Perawat dalam Manajemen Bencana


Pada Fase Tanggap Darurat. Idea Nursing Journal Vol. IV, No. 1

BNBP. (2018). Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana

Anda mungkin juga menyukai