Disusun Oleh :
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat-Nya
Kotemporer” dapat terselesaikan dengan baik. Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini
tidaklain untuk memenuhi salah satu dari sekian kewajiban Mata Kuliah Konsep Dasar
Keperawatan II serta merupakan bentuk langsung tanggung jawab penulis pada tugas yang
diberikan.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ns.
Noor Rochmad Ida Ayu S.Kep, M.Kep. selaku dosen pengampu serta semua pihak yang
telah membantu penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan. Kami berharap
Terimakasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb
2
“RAPUHNYA KENIRMALAAN PROFESI PERAWAT DI MASA
KOTEMPORER”
Kesejahteraan yang merata belum dirasakan oleh profesi perawat, meskipun Undang-
Undang Keperawatan telah dicanangkan oleh pemerintah sejak tahun 2014 silam. Lima tahun
sudah undang-undang tersebut berjalan, tetapi nyatanya profesi perawat masih terbelenggu
‘Pembantu dokter’ dua kata tersebut merupakan julukan yang diberikan oleh sebagian
besar masyarakat terhadap profesi perawat. Anggapan ini termasuk sebuah penghinaan bagi
profesi perawat. Kompetensi dan pengetahuan yang dimiliki seorang perawat seolah dinilai
inferior dibandingkan dengan profesi dokter. Faktanya, masih banyak perawat dengan mutu
pengetahuan dan kompetensi yang lebih memadai, bahkan sejajar dengan dokter.
Tingkat pendidikan seorang perawat yang mayoritas hanya sampai D3 dijadikan alasan
oleh masyarakat untuk menilai rendah profesi tersebut. Memang, tidak dapat dimungkiri bahwa
ada beberapa oknum kurang bertanggung jawab dalam mengemban tugas mulia sebagai
seorang perawat.
Mereka hanya menunggu arahan dari dokter tanpa mengambil tindakan terlebih dahulu
terhadap klien. Aspek-aspek yang perlu diterapkan pun belum dilaksanakan secara
Salah satu aspek yang perlu dipahami oleh seorang perawat adalah konsep etik dan
moral dalam keperawatan. Etika merupakan bentuk penerapan dari teori mengenai filosofi
Etika berfokus pada prinsip-prinsip serta konsep yang membimbing manusia dalam
berpikir dan bertindak dengan berlandaskan nilai-nilai yang dianut dalam kehidupannya. Istilah
etik umumnya digunakan untuk menggambarkan etika dari suatu profesi yang berkaitan dengan
kode etik profesional seperti Kode Etik Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Suatu
3
profesi menyusun kode etik berlandaskan pada penghormatan atas nilai serta kondisi individu
yang dilayani.
Kode etik merupakan pedoman bagi pengemban profesi dalam berperilaku sesuai hak
dan kewajiban yang didasari moral untuk mendukung standar profesi (Praptianingsih, 2006).
Kode etik menerapkan konsep etis berupa menghargai kepercayaan serta nilai-nilai individu
Kode etik berfungsi sebagai petunjuk dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang
ideal dan sarana kontrol sosial untuk mencegah terjadinya konflik. Kode etik juga berperan
sebagai penghubung antara perawat dengan teman sejawat, klien, dan tenaga kesehatan lain.
Hal ini bertujuan agar dapat menciptakan kolaborasi yang optimal dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada klien. Kode etik disusun serta disahkan oleh suatu organisasi yang
International Council of Nurse (ICN) adalah perhimpunan perawat nasional di seluruh dunia
yang menguraikan kode etik keperawatan dalam empat unsur (Nasrullah, 2014). Keempat
unsur tersebut adalah hubungan perawat dan klien, perawat dan praktik, perawat dan profesi,
serta perawat dan rekan kerja. Musyawarah Nasional yang dilaksanakan PPNI juga telah
keperawatan Indonesia.
Berbeda dengan ICN, PPNI menggolongkan kode etik keperawatan dalam hal interaksi
dan kompetensi seorang perawat. Kode etik keperawatan yang dicetuskan oleh PPNI terdiri
dari lima unsur. Kelima unsur tersebut adalah perawat dan klien, perawat dan praktik, perawat
dan masyarakat, perawat dan teman sejawat, serta perawat dan profesi.
Pada April 2018, terjadi malapraktik di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa yang
dilakukan oleh seorang perawat. Korbannya adalah seorang bayi berumur tiga hari yang
meninggal dunia karena kesalahan pemasangan alat di ruang inkubator (Redaksi, 2018).
4
Kelalaian tersebut disebabkan karena perawat terlalu sibuk bermain handphone dan selfie,
sehingga kurang teliti dalam melakukan pemasangan selang. Dalam kasus ini, perawat tidak
menjalankan asuhan keperawatan yang sesuai dengan kode etik keperawatan, terutama pada
Pada poin tersebut, ditegaskan bahwa perawat bertanggung jawab atas klien yang
membutuhkan asuhan keperawatan. Perawat perlu memahami konsep dari kebutuhan dasar
Perawat tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan secara fisik dan psikologis,
tetapi semua aspek dari klien menjadi tanggung jawab perawat. Hal ini belum direalisasikan
pada kasus di atas karena perawat tidak memikirkan kondisi klien yang sedang dirawat.
Perawat juga belum memiliki pengetahuan dan kompetensi yang memadai dalam melakukan
praktik keperawatan.
Kelalaian yang dilakukan oleh perawat pada kasus di atas dapat menimbulkan rasa
ketidakpuasan dari klien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan. Hal ini dapat
menambah tingkat ketidakpuasan klien di Rumah Sakit Umum Daerah yang telah mencapai
Faktor penyebab dari ketidakpuasan pasien dapat berupa faktor kesalahan identifikasi,
pemberian obat, komunikasi, dan risiko jatuh. Pada kasus di atas, diperlukan adanya
peningkatan pengawasan serta evaluasi dalam penerapan keselamatan klien oleh seluruh
perawat di RSUD Langsa. Kepala ruangan perlu memastikan perawat di ruang rawat telah
melaksanakan reassessment pada pasien sesuai dengan penerapan sasaran keselamatan pasien
(SKP).
konsep etik dan moral akan mempengaruhi tingkat kepedulian perawat terhadap klien. Rasa
5
kepedulian yang besar dapat menyadarkan seorang perawat untuk memeriksa dan menilai
Seorang perawat yang mampu memahami konsep etik dan moral secara mendalam
dapat memberikan asuhan keperawatan yang bermutu kepada klien. Kasus penggunaan
pemahaman yang rendah mengenai konsep etik dan moral. Hal ini disebabkan karena perawat
tersebut hanya memikirkan kelangsungan hidupnya sendiri, tanpa peduli dengan kelangsungan
hidup kliennya.
Peran seorang perawat sangat penting bagi kesembuhan klien jika ditelaah secara
mendalam. Sosok yang selalu ada untuk melayani klien selama 24 jam bukanlah seorang
Seorang perawat harus mampu merangkap sebagai profesi dokter, psikiater, apoteker,
dan psikolog guna memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu kepada klien. Mirisnya,
bentuk perhatian dari seorang perawat terhadap klien hanya dianggap sebagai pekerjaan
pembantu oleh masyarakat. Pengetahuan masyarakat mengenai tugas perawat di rumah sakit
Berdasarkan pengalaman yang saya alami sebagai mahasiswa keperawatan, masih ada
profesi lain yang terlihat meremehkan profesi perawat. Mulai dari dokter sampai sopir taksi
menilai rendah profesi perawat. Hal ini disebabkan karena minimnya pengetahuan mereka
tentang tugas dari seorang perawat selain melayani kebutuhan sehari-hari klien. Misalnya
mendiagnosa, menemani klien, menjadi tempat curhat, menyarankan obat, serta memberi
Harus diawali dari pembenahan sikap perawat yang masih melenceng, seperti jarang senyum
6
Kepribadian yang lembut dan penuh kasih sayang perlu dimiliki oleh setiap perawat
mengenai konsep etik dan moral oleh perawat. Tidak hanya itu, perawat juga perlu memahami
kode etik keperawatan secara menyeluruh agar dapat melakukan praktik keperawatan dengan
baik.
Bertepatan pada Hari Perawat Internasional tanggal 12 Mei lalu, saya berharap seluruh
perawat di dunia, terutama Indonesia, dapat memperoleh kesejahteraan. Kualitas dari profesi
perawat di Indonesia perlu ditingkatkan agar mampu bangkit menjadi profesi dengan pekerjaan
pengetahuan dan keterampilan agar dapat menjadi seorang perawat yang ideal kelak. Saya akan
memanfaatkan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan untuk menjaga citra perawat
dengan cara meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien.
7
Kritisi dari artikel diatas
Meskipun Undang-Undang Keperawatan pada tahun 2014 telah diterbitkan oleh
pemerintah, kesejahteraan perawat belum dirasakan oleh profesi perawat padahal Undang-
Undang tersebut telah berjalan Lima tahun. Masih saja sekarang profesi perawat terbelenggu
pada paradigma dan penilaian negatif dari masyarakat. “Pembantu dokter” dua kata tersebut
merupakan julukan yang diberikan oleh sebagian besar masyarakat terhadap profesi perawat.
Tingkat pendidikan seorang perawat yang mayoritas hanya sampai D3 dijadikan alasan
oleh masyarakat untuk menilai rendah profesi tersebut. Memang, tidak dapat dimungkiri bahwa
ada beberapa oknum kurang bertanggung jawab dalam mengemban tugas mulia sebagai
seorang perawat. Faktanya, masih banyak perawat dengan mutu pengetahuan dan kompetensi
Undang tahun 2014 bagian kedua “Tugas dan wewenang” pasal 29 ayat (1) dalam
menyelenggarakan praktik keperawatan perawat bertugas sebagai : (1) huruf a, pemberi asuhan
keperawatan (1) huruf b, penyuluh dan konselor klien (1) huruf c, pengelola pelayanan
keperawatan (1) huruf d, peneliti keperawatan (1) huru e, peleaksana tugas dalam pelimpahan
wewenang, dan atau (1) huruf f, pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu. Ayat (2)
Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan sendiri dan bersama-sama.
Ayat (3) pelaksana tugas perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilaksanakan
Dan diperkuat dalam pasal 32 ayat (1) pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan
wewenang sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 ayat (1) huruf e, hanya dapat diberikan
secara tertulis oleh tenaga medis kepada perawat untuk melakukan evaluasi pelaksanaanya.
Ayat (2) pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara
8
delegatif atau mandat. Ayat (7) dalam melaksanakan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), perawat berwenang; ayat (7) huruf a melakukan tindakan
medis sesuai dengan kompetensi nya atas pelimpahan wewenang delegatif tenaga medis; ayat
(7) huruf b melakukan tindakan medis dibawah pengawasan atas pelimpahan wewenang
mandat; dan ayat (7) huruf c memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan program
pemerintah.
Dalam Undang-Undang tersebut, tidak ada satupun yang menegaskan bahwa perawat
adalah pembantu dokter atau asisten dokter. Namun perawat adalah rekan kerja atau tim
Pada April 2018, terjadi malapraktik di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa yang
dilakukan oleh seorang perawat. Korbannya adalah seorang bayi berumur tiga hari yang
meninggal dunia karena kesalahan pemasangan alat di ruang inkubator (Redaksi, 2018).
Kelalaian tersebut disebabkan karena perawat terlalu sibuk bermain handphone dan selfie,
sehingga kurang teliti dalam melakukan pemasangan selang. Dalam kasus ini, perawat tidak
PPNI menggolongkan kode etik keperawatan dalam hal interaksi dan kompetensi
seorang perawat. Kode etik keperawatan yang dicetuskan oleh PPNI terdiri dari lima unsur.
Kelima unsur tersebut adalah perawat dan klien, perawat dan praktik, perawat dan masyarakat,
Pada kasus diatas, perawat tidak menjalankan kode etik keperawatan poin ‘perawat dan
klien’ yang berbunyi sebagai berikut : (1) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh
pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warnakulit, umur, jeniskelamin, aliran politik dan agama
yang dianutserta kedudukan sosial. (2) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
senantiasa memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat
9
dan kelangsungan hidup beragama klien. (3) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada
mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan. (4) Perawat wajib merahasiakan segala
sesuatu yang dikehendaki sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika
diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Saya mengajak semua teman-teman selaku mahasiswa keperawatan juga akan berusaha
untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan agar dapat menjadi seorang perawat
yang ideal kelak. Saya akan memanfaatkan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan
untuk menjaga citra perawat dengan cara meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang
10
DAFTAR PUSTAKA
Nasrullah, D. (2014). Etika dan Hukum Keperawatan untuk Mahasiswa dan Praktisi
Praptianingsih, S. (2006). Kedudukan Hukum Perawat dan Upaya Pelayanan Medis. Jakarta:
Rajawali Pers.
http://waspadamedan.com/index.php/2018/04/05/perawat-rsud-langsa-diduga-
malpraktek/
Widiasari, W., Handiyani, H., & Novieastari, E. (2019). Kepuasan pasien terhadap penerapan
Nissa Cantika, Ade. (2019). Rapuhnya Kenirmalaan Profesi Perawat di Masa Kotemporer.
Artikel Keperawatan Indonesia. Retrieved from
https://www.kompasiana.com/adenissacantika6949/5ce376c695760e2c3d18a492/rapu
hnya-kenirmalaan-profesi-perawat-di-masa-kontemporer?page=all
11