PATOFISIOLOGI
DISUSUN OLEH
1. Jelaskan tentang anatomi dan fisiologi sistem muskuloskeletal fokus pada penyusun
persendian.
Artikulasio atau Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-
tulang ini dipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa,
ligament, tendon, fasia, atau otot. Sendi diklasifikasikan sesuai dengan strukturnya.
Struktur Persendian:
Sendi pelana, Sendi pelana yaitu permukaan tulang yang berartikulasi berbentuk
konkaf di satu sisi dan konkaf pada sisi lain, sehingga tulang akan masuk dengan pas
seperti dua plana yang saling menyatu. Satu-satunya sendi plana sejati yang ada pada
tubuh adalah persendian antara tulang karpal daan metacarpal pada ibu jari.
Sendi engsel Bentuk sendi ini mirip engsel pintu sehingga memungkinkan gerakan
fleksi dan ekstensi. Permukaan bundar pada sendi ini berhubungan dengan tulang yang
lain sehingga gerakan hanya dalam satu bidang dan dua arah. Terdiri dari sebuah
tulang yang masuk dengan pas pada permukaan konkaf tulang ke dua, sehingga
memungkinkan gerakan ke satu arah. Contoh, sendi lutut dan siku.
Sendi kondiloid Yaitu merupakan sendi biaksial yang memungkinkan gerakan ke dua
arah di sudut kanan setiap tulang. Permukaan sendi berbentuk konveks dan bersendi
dengan permukaan yang konkaf seperti sendi engsel tapi bergerak dengan dua bidang
dan empat empat arah (fleksekstensi, abduksi, dan adduksi). Contoh, sendi antara
tulang radius dan tulang karpal.
2.
Sendi ellipsoid Permukaan sendi berbentuk konveks elips sehingga pergerakan (fleksi,
ekstensi, abduksi, dan adduksi) dapat dilakukan, tetapi rotasi tidak bisa dilakukan
misalnya sendi ibu jari.
Sendi peluru Kepala sendi berbentuk bola pada salah satu tulang cocok dengan lekuk
sendi yang berbentuk seperti soket, bongkol sendi tepat masuknya pada mangkok sendi
gerakan yang dapat diberikan ke seluruh daerah
Klasifikasi persendian secara struktural terbagi menjadi :
1. Persendian fibrosa (sendi mati), yaitu persendian yang tidak dapat digerakkan,
diimana letak tulang-tulangnya sangat berdekatan dan hanya dipisahkan oleh selapis
jaringan ikat fibrosa. Contohnya : sutura diantara tulang-tulang tengkorak.
2. Persendian kartilago (sendi yang bergerak sedikit), yaitu persendian yang tidak
memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan jaringan kartilago. Pergerakan dari sendi ini
terbatas, dimana tulang-tulangnya dihubungkan oleh tulang rawan hialin, contohnya tulang
iga.
3. Persendian sinovial (sendi yang bergerak bebas), yaitu persendian yang memiliki
rongga sendi dan diperkokoh dengan kapsul dan ligamen artikular yang membungkusnya.
Pergerakannya bebas, contohnya sendi bahu dan panggul, siku dan lutut, sendi pada tulang-
tulang jari tangan dan kaki, pergelangan tangan dan kaki.
3. Sendi diartosis (sendi dengan pergerakan bebas) disebut juga sendi sinovial. Sendi ini
memiliki rongga sendi yang berisi cairan sinovial.
Klasifikasi persendian sinovial terdiri dari :
a. Sendi sferoidal, yang terdiri dari sebuah tulang yang masuk kedalam rongga berbentuk
cangkir pada tulang kain. Contoh : sendi panggul dan bahu.
b. Sendi engsel, terdiri dari sebuah tulang yang masuk dengan pas pada permukaan konkaf
tulang kedua, sehingga memungkinkan gerakan kesatu arah. Contoh : sendi lutut dan siku.
c. Sendi kisar, yaitu tulang bentuk kerucut yang masuk pas cekungan tulang kedua dan
dapat berputar kesemua arah. Contoh : tulang atlas, persendian bagian kepala.
d. Sendi kondiloid, merupakan sendi biaksial, yang memungkinkan gerakan kedua arah
disudut kanan setiap tulang. Contoh : sendi antara tulang radius dan tulang karpal.
e. Sendi pelana, permukaan tulang yang berartikulasi berbentuk konkaf pada sisi lain,
sehingga tulang akan masuk dengan pas seperti dua pelana yang saling menyatu. Satu-
satunya sendi pelana sejati yang ada dalam tubuh adalah persendian antara tulang karpal
dan metakarpal pada ibu jari.
f. Sendi peluru, adalah salah satu sendi yang permukaan kedua tulang berartikulasi
berbentuk datar, sehingga memungkinkan gerakan meluncur antara satu tulang dengan
tulang yang lainnya. Persendian semacam ini disebut sendi nonaksia.
Misalnya : persendian intervertebrata, dan persendian antara tulang-tulang karpal dan
tulang-tulang tarsal.
Pergerakan sendi
Pergerakan sendi merupakan hasil kerja otot rangka yang melekat pada tulang yang
membentuk artikulasi dengan cara memberikan tenaga. Tulang hanya berfungsi sebagai
pengungkit dan sendi sebagai penumpu.
Sebagian besar sendi kita adalah sendi sinovial. Permukaan tulang yang bersendi
diselubungi oleh tulang rawan yang lunak dan licin. Keseluruhan daerah sendi dikelilingi
sejenis kantong, terbentuk dari jaringan berserat yang disebut kapsul. Jaringan ini dilapisi
membran sinovial yang menghasilkan cairan sinovial untuk meminyaki sendi. Bagian luar
kapsul diperkuat oleh ligamen berserat yang melekat pada tulang, menahannya kuat-kuat
di tempatnya dan membatasi gerakan yang dapat dilakukan.
Rawan sendi yang melapisi ujung-ujung tulang mempunyai fungsi ganda yaitu untuk
melindungi ujung tulang agar tidak aus dan memungkinkan pergerakan sendi menjadi
mulus/licin, serta sebagai penahan beban dan peredam benturan. Agar rawan berfungsi
baik, maka diperlukan matriks rawan yang baik pula. Matriks terdiri atas dua tipe
makromolekul, yaitu proteoglikan meliputi 10% berat kering rawan sendi, mengandung
70-80% air. Hal inilah yang menyebabkan tahan terhadap tekanan dan memungkinkan
rawan sendi elastis
Kolagen yaitu komponen ini meliputi 50% berat kering rawan sendi, sangat tahan
terhadap tarikan. Makin ke arah ujung rawan sendi makin tebal, sehingga rawan sendi yang
tebal kolagennya akan tahan terhadap tarikan. Di samping itu matriks juga mengandung
mineral, air, dan zat organik lain seperti enzim.
Bagian-bagian Sendi :
SENDI-SENDI KEPALA
Sendi temporomandibular, antara tulang temporal dan kepala mandibula, adalah
satu-satunya sendi kepala yang bisa bergerak dan uniknya gerakan bisa terjadi pada tiga
bidang : ke atas dan ke bawah, ke depan dn ke belakang, dan dari sisi ke sisi.
Fontanela anterior merupakan fontanela terbesar dan terletak pada pertemuan dua
tulang parietal dengan tulang frontal. Fontanela ini berbentuk permata dan tidak menutup
sempurna sampai usia 15-18 bulan.
Sendi siku, adalah kombinasi sendi pelana dan sendi pivot. Terdapat ligamen-
ligamen yang kuat di antara ketiga tulang tersebut dan sebuah ligamen sirkular (ligamen
anular) yang mempertahankan kepala radius pada ceruk radial ulna. Ujung bawah radius
juga membentuk sendi pivot dengan ulna.
Sendi pergelangan tangan, dibentuk oleh ujung bawah radius dengan tulang-tulang
skafoid, lunatum, dan triquetrum. Bersama dengan sendi-sendi si antara tulang karpalia,
dapat dilakukan gerakan fleksi, ekstensi, aduksi (deviasi ulna), abduksi (deviasi radius),
dan sirkumduksi.
Simfisis pubis, merupakan sendi tulang rawan yang sangat sedikit gerakannya.
Namun, selama masa hamil, sendi dan ligamen panggul mengendur untuk memungkinkan
gerakan yang sedikit lebih besar.
Sendi pinggul (pangkal paha), merupakan sendi bola dan mangkuk yang dibentuk
oleh kepala femur yang masuk ke dalam asetabulum yang berbentuk mangkuk. Permukaan
sendi ini dilapisi tulang rawan sendi dan asetabulum (seperti halnya mangkuk glenoid)
diperdalam oleh suatu batas fibrokartilago yang disebut labrum asetabular. Ligamen kepala
femur melekat pada celah kecil kasar (fovea) dekat pusat kepala femur dan membentang
ke asetabulum. Sendi ini memiliki kapsul fibrosa yang kuat dan banyak ligamen, yang salah
satunya ligamen iliofemoral, terletak di depan sendi dan mencegah ekstensi sendi pinggul
melebihi garis lurus terhadap batang tubuh.
Sendi lutut, merupakan sendi terbesar pada tubuh manusia. Sendi ini merupakan
sendi gabungan: sebuah sendi kondilar yang terjadi antara kondilus femur dan tibia dan
sebuah sendi plana antara patela dan femur. Sendi ini mempunyai sebuah kapsul fibrosa di
bagian depan struktur yang dimasuki patela dan yang dilapisi membran sinovial.
Sendi tibiofibular atas, merupakan sendi plana sinovial yang memungkinkan sedikit
gerakan meluncur sedangkan pada ujung bawah kedua tulang tersebut terdapat sedikit
terdapat sedikit rotasi fibula ketika sendi pergelangan kaki bergerak.
Sendi pergelangan kaki, merupakan sendi pelana yang dibentuk oleh tibia, fibula, dan talus.
Gerakan sendi ini adalah fleksi dan ekstensi yang biasanya disebut dorsifleksi (mengangkat
kaki) dan fleksi plantar (mengangkat tumit).
Sendi-sendi antara tulang tarsalia dan antara tarsus dan metatarsus, merupakan
sendi luncur dan gerakannya terbatas. Sendi metatarsofalangeal dan interfalangeal
memungkinkan gerakan yang mirip dengan sendi-sendi pada tangan.
3. Jelaskan tentang penyakit osteoartritis mengenai penyebab, patogenesis, patofisiologi, tanda
pengertian osteoatritis
kartilago, lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan nyeri dan kekakuan
OA sebagai kelainan sendi kronik yang disebabkan karena ketidakseimbangan sintesis dan
degradasi pada sendi, matriks ekstraseluler, kondrosit serta tulang subkondral pada usia tua
Etiologi
sekunder.
1. OA primer disebut juga OA idiopatik yang mana penyebabnya tidak diketahui dan
tidak ada hubunganya dengan penyakit sistemik, inflamasi ataupun perubahan lokal
pada sendi
sendi yang berlebihan dalam aktifitas kerja, olahraga berat, adanya cedera sebelumnya,
Cedera pada sendi. Sendi yang mengalami cedera atau pernah menjalani operasi memiliki
Obesitas. Berat badan yang berlebihan menambah beban pada sendi sehingga risiko
Menderita kondisi arthritis lain, misalnya penyakit asam urat atau rheumatoid arthritis.
Patogenesis
OA terjadi karena degradasi pada rawan sendi, remodelling tulang, dan inflamasi.
Terdapat 4 fase penting dalam proses pembentukan osteoartritis yaitu fase inisiasi, fase
inflamasi, nyeri, fase degradasi. - Fase inisiasi : Ketika terjadi degradasi pada rawan sendi,
replikasi dan memproduksi matriks baru. Fase ini dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan
suatu polipeptida yang mengontrol proliferasi sel dan membantu komunikasi antar sel,
faktor tersebut seperti Insulin-like growth factor (IGF-1), growth hormon, transforming
growth factor b (TGF-b) dan coloni stimulating factors (CSFs). Faktor-faktor ini
menginduksi khondrosit untuk mensintesis asam deoksiribo nukleat (DNA) dan protein
seperti kolagen dan proteoglikan. IGF-1 memegang peran penting dalam perbaikan rawan
sendi. - Fase inflamasi : Pada fase inflamasi sel menjadi kurang sensitif terhadap IGF-1
sendi. IL-1(Inter Leukin-1) dan tumor nekrosis faktor-α (TNF-α) mengaktifasi enzim
degradasi seperti collagenase dan gelatinase untuk membuat produk inflamasi pada
osteoartritis. Produk inflamasi memiliki dampak 11 negatif pada jaringan sendi, khususnya
pada kartilago sendi, dan menghasilkan kerusakan pada sendi. - Fase nyeri: Pada fase ini
Proses ini menyebabkan penumpukan trombus dan komplek lipid pada pembuluh darah
subkondral sehingga menyebabkan terjadinya iskemik dan nekrosis jaringan. Hal ini
mengakibatkan lepasnya mediator kimia seperti prostaglandin dan interleukin yang dapat
menghantarkan rasa nyeri. Rasa nyeri juga berupa akibat lepasnya mediator kimia seperti
kinin yang dapat menyebabkan peregangan tendo, ligamen serta spasme otot-otot. Nyeri
juga diakibatkan oleh adanya osteofit yang menekan periosteum dan radiks saraf yang
berasal dari medulla spinalis serta kenaikan tekanan vena intramedular akibat stasis vena
pada pada proses remodelling trabekula dan subkondrial. - Fase degradasi : IL-1
mempunyai efek multipel pada sel cairan sendi yaitu meningkatkan sintesis enzim yang
mendegradasi rawan sendi. Peran makrofag didalam cairan sendi juga bermanfaat, yaitu
apabila terjadi jejas mekanis, material asing hasil nekrosis jaringan atau CSFs akan
memproduksi sitokin aktifator plasminogen (PA). Sitokin ini akan merangsang khondrosit
untuk memproduksi CSFs. Sitokin ini juga mempercepat resorpsi matriks rawan sendi.
sendi sedangkan faktor pertumbuhan merangsang sintesis (Sudoyo et. al, 2007).
Patofisiologi
Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari proses penuaan dan tidak dapat
metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur yang penyebabnya masih belum jelas
perlindungan sendi serta diikuti oleh beberapa mekanisme lain sehingga pada akhirnya
menimbulkan cedera (Felson, 2006). Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh pelindung
sendi yaitu : Kapsula dan ligamen sendi, otot-otot, saraf sensori aferen dan tulang di dasarnya.
Kapsula dan ligamen-ligamen sendi memberikan batasan pada rentang gerak (Range of
Cairan sendi (sinovial) mengurangi gesekan antar kartilago pada permukaan sendi
sehingga mencegah terjadinya keletihan kartilago akibat gesekan. Protein yang disebut dengan
lubricin merupakan protein pada cairan sendi yang berfungsi sebagai pelumas.Protein ini akan
berhenti disekresikan apabila terjadi cedera dan peradangan pada sendi (Felson, 2006).
Ligamen, bersama dengan kulit dan tendon, mengandung suatu mekano reseptor yang
memungkinkan otot dan tendon mampu untuk memberikan tegangan yang cukup pada titik-
Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung
sendi.Kontraksi otot yang terjadi ketika pergerakan sendi memberikan tenaga dan akselerasi
yang cukup pada anggota gerak untuk menyelesaikan tugasnya. Kontraksi otot tersebut turut
meringankan stres yang terjadi pada sendi dengan cara melakukan deselerasi sebelum terjadi
sendi sehingga meringankan dampak yang diterima. Tulang di balik kartilago memiliki fungsi
Kartilago berfungsi sebagai pelindung sendi. Kartilago dilumasi oleh cairan sendi sehingga
kartilago yang dapat dimampatkan berfungsi sebagai penyerap tumbukan yang diterima sendi.
Perubahan pada sendi sebelum timbulnya OA dapat terlihat pada kartilago sehingga penting
Terdapat dua jenis makromolekul utama pada kartilago, yaitu Kolagen tipe dua dan
Aggrekan. Kolagen tipe dua terjalin dengan ketat, membatasi molekul – molekul aggrekan
dengan asam hialuronat dan memberikan kepadatan pada kartilago (Felson, 2006). Kondrosit,
sel yang terdapat di jaringan avaskular, mensintesis seluruha elemen yang terdapat pada
(IL-1), Tumor Necrosis Factor (TNF)}, dan faktor pertumbuhan. Umpan balik yang diberikan
enzim tersebut akan merangsang kondrosit untuk melakukan sintesis dan membentuk
keseimbangannya oleh sitokin faktor pertumbuhan, dan faktor lingkungan (Felson, 2006).
Kondrosit mensintesis metaloproteinase matriks (MPM) untuk memecah kolagen tipe dua dan
aggrekan. MPM memiliki tempat kerja di matriks yang dikelilingi oleh kondrosit.Namun,
pada fase awal OA, aktivitas serta efek dari MPM menyebar hingga kebagian
namun stimulasi IL-1 yang berlebih malah memicu proses degradasi matriks. TNF
menginduksi kondrosit untuk mensintesis prostaglandin (PG), oksida nitrit (NO), dan protein
lainnya yang memiliki efek terhadap sintesis dan degradasi matriks. TNF yang berlebihan
aggrekan dan meningkatkan proses pemecahan protein pada jaringan. Hal ini berlangsung
Kartilago memiliki metabolisme yang lamban, dengan pergantian matriks yang lambat dan
keseimbangan yang teratur antara sintesis dengan degradasi Namun, pada faseawal
Pada proses timbulnya OA, kondrosit yang terstimulasi akan melepaskan aggrekandan
kolagen tipe dua yang tidak adekuat ke kartilago dan cairan sendi. Aggrekan pada 7 kartilago
akan sering habis serta jalinan-jalinan kolagen akan mudah mengendur (Felson,2006).
Kegagalan dari mekanisme pertahanan oleh komponen pertahanan sendi akan meningkatkan
1. Nyeri sendi
2. Hambatan gerakan sendi Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan
sejalan dengan pertambahan rasa nyeri, bahkan pada stadium/grade 4 bisa menyebabkan
pergerakan minimal.
3. Kaku pagi Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak
melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup
Krepitasi atau rasa gemertak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini umum
dijumpai pada pasien OA genu. Pada awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu
yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Seiring
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi yang biasanya
tidak banyak (< 100 cc) atau karena adanya osteofit, sehingga bentuk permukaan sendi
berubah
6. Tanda-tanda peradangan
Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat
yang merata, dan warna kemerahan) dapat dijumpai pada OA karena adanya
penyakit yang lebih jauh. Gejala ini sering dijumpai pada OA Genu.
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan ancaman yang
besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih pada pasien lanjut usia. Keadaan ini selalu
berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat badan terutama pada OA Genu
Komplikasi
Osteoartritis merupakan penyakit degeneratif yang memburuk dari waktu ke waktu. Nyeri
sendi dan kekakuan sendi akan memburuk dan akan terasa semakin sulit untuk melakukan
kegiatan sehari-hari. Beberapa orang tidak mampu bekerja terlalu lama. Ketika nyeri sendi
Pemeriksaan X_RAY untuk menentukan diagnosis OA cukup dengan foto polos karena
lebih cost-effective disbanding modalitas lain. Selain itu juga lebih mudah dibaca dan
prosesnya cepat.
MRI untuk masalah tertentu seperti deteksi awal fraktur osteocartilaginous, edema tulang,
atau nekrosis avascular. Keuntungan dari MRI ini ialah bisa langsung memvisualisasi sendi
Pemerikssaan Laboratorium
Tes darah: darah rutin,Asam Urat untuk dapat membantu mencari penyebab lain dari
Analisis cairan sendi. Dokter dapat melakukan ini dengan menggunakan jarum untuk
mengambil cairan sendi dari sendi yang terkena. Pemeriksaan cairan sendi dapat
menentukan apakah ada inflamasi di sana dan apakah nyeri sendinya disebabkan karena
Penatalaksanaan
Pengeloaan OA berdasarkan atas sendi yang terkena dan berat ringannya OA yang diderita
a. Edukasi
Edukasi atau penjelasan kepada pasien perlu dilakukan agar pasien dapat
penyakitnya tidak bertambah semakin parah, dan agar persendiaanya tetap terpakai (
Soeroso, 2006 ).
Pasien dapat mengalami kesulitan berjalan akibat rasa sakit. Terapi ini dilakukan
untuk melatih pasien agar persendianya tetap dapat dipakai dan melatih pasien
Berat badan yang berlebih merupakan faktor yang memperberat OA. Oleh karena
itu, berat badan harus dapat dijaga agar tidak berlebih dan diupayakan untuk melakukan
Terapi farmakologis.
Penanganan terapi farmakologi melingkupi penurunan rasa nyeri yang timbul, mengoreksi
Asetaminofen.
Untuk mengobati rasa nyeri yang timbul pada OA lutut, penggunaan obat AINS dan
Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif daripada penggunaan asetaminofen. Namun karena risiko
toksisitas obat AINS lebih tinggi daripada asetaminofen, asetaminofen tetap menjadi obat pilihan
pertama dalam penanganan rasa nyeri pada OA. Cara lain untuk mengurangi dampak toksisitas
dari obat AINS adalah dengan cara mengombinasikannnya dengan menggunakan inhibitor COX-
2 ( Felson, 2006 ).
b. Chondroprotective Agent
adalah obat – obatan yang dapat menjaga atau merangsang perbaikan dari kartilago pada pasien
OA. Obat – obatan yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah : tetrasiklin, asam hialuronat,
Terapi pembedahan
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit
dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang mengganggu aktivitas
sehari – hari.
Terapi bedah :
c. Osteotomi
Terapi fisik berguna untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat dipakai dan melatih
pasien untuk melindungi sendi. Terapi fisik membuat penderita dapat beraktivitas seperti biasanya
sekaligus mengurangi resiko fisik yang tidak berfungsi dengan baik. Terapi fisik pada penderita
osteoartritis dapat berupa fisioterapi ataupun olahraga ringan seperti bersepeda dan berenang.
Terapi fisik ini berusaha untuk tidak memberikan beban yang terlalu berat pada penderita (Nur,
2009).
4. Jelaskan tentang penyakit gout artritis mengenai penyebab, patogenesis, patofisiologi, tanda
Artritis gout merupakan salah satu penyakit metabolik (metabolic syndrom) yang
terkait dengan pola makan diet tinggi purin dan minuman beralkohol. Penimbunan kristal
monosodium urat (MSU) pada sendi dan jaringan lunak merupakan pemicu utama
terjadinya keradangan atau inflamasi pada gout artritis (Nuki dan Simkin, 2006).
Peningkatan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia) merupakan faktor utama
jika berlanjut akan menimbulkan nyeri hebat yang sering menyertai serangan artritis gout
(Carter, 2006).
Etiologi
Etiologi dari artritis gout meliputi usia, jenis kelamin, riwayat medikasi, obesitas,
konsumsi purin dan alkohol. Pria memiliki tingkat serum asam urat lebih tinggi daripada
wanita, yang meningkatkan resiko mereka terserang artritis gout. Perkembangan artritis
gout sebelum usia 30 tahun lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita. Namun
angka kejadian artritis gout menjadi sama antara kedua jenis kelamin setelah usia 60 tahun.
Prevalensi artritis gout pada pria meningkat dengan bertambahnya usia dan mencapai
adanya penurunan fungsi ginjal), peningkatan pemakaian obat diuretik, dan obat lain yang
Patogenesis
berlebih, sekitar 7,0 mg/dl. Kadar monosodium urat pada plasma bukanlah satu-satunya
faktor yang mendorong terjadinya pembentukan kristal. Hal ini terbukti pada beberapa
penderita hiperurisemia tidak menunjukkan gejala untuk waktu yang lama sebelum
serangan artritis gout yang pertama kali. Faktor-faktor yang mendorong terjadinya
serangan artritis gout pada penderita hiperurisemia belum diketahui pasti. Diduga kelarutan
asam urat dipengaruhi pH, suhu, dan ikatan antara asam urat dan protein plasma (Busso
Patofisiologi
monosodium urat (MSU). Reaksi inflamasi di sekeliling kristal terutama terdiri dari sel
mononuklir dan sel giant. Erosi kartilago dan korteks tulang terjadi di sekitar tofus. Kapsul
fibrosa biasanya prominen di sekeliling tofus. Kristal dalam tofus berbentuk jarum (needle
shape) dan sering membentuk kelompok kecil secara radier (Tehupeiory, 2006).
Komponen lain yang penting dalam tofus adalah lipid glikosaminoglikan dan
plasma protein. Pada artritis gout akut cairan sendi juga mengandung kristal monosodium
urat monohidrat pada 95% kasus. Pada cairan aspirasi dari sendi yang diambil segera pada
saat inflamasi akut akan ditemukan banyak kristal di dalam lekosit. Hal ini disebabkan
Faktor pencetus serangan akut antara lain berupa trauma lokal, diet tinggi purin,
kelelahan fisik, stres, tindakan operasi, pemakaian obat diuretik atau penurunan dan
peningkatan asam urat. Radang sendi pada stadium ini sangat akut dan yang timbul sangat
cepat dalam waktu singkat. Pasien tidur tanpa ada gejala apa-apa. Pada saat bangun pagi
terasa sakit yang hebat dan tidak dapat berjalan. Biasanya bersifat monoartikuler dengan
keluhan utama berupa nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik berupa
Serangan artritis gout akut terjadi ditandai dengan nyeri pada sendi yang berat dan
serangan mungkin bersifat poliartikular dan menyerang ankles, knee, wrist, dan sendi-
Komplikasi
sekunder, batu ginjal dan fraktur pada sendi. Sitokin, kemokin, protease, dan oksidan yang
berperan dalam proses inflamasi akut juga berperan pada proses inflamasi kronis sehingga
Artritis gout telah lama diasosiasikan dengan peningkatan resiko terjadinya batu
ginjal. Penderita dengan artritis gout membentuk batu ginjal karena urin memilki pH
rendah yang mendukung terjadinya asam urat yang tidak terlarut (Liebman et al, 2007)
Pemeriksaan diagnosis
foto sinar-X : tampak pembengkakan sendi asimetris dan kista subkortikal tanpa erosi,
dimana pada penderita artritis gout mengandung monosodium urat yang negatif
birefringent (refraktif ganda) yang juga ditelan oleh neutrofil (dilihat dengan
Analisis cairan sinovial dan kultur sangat penting untuk membedakan artritis septik
urine analisis.
Kimia serum: kreatinin, tes fungsi hati, kadar glukosa dan lemak.
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan pada penderita artritis gout adalah untuk mengurangi rasa nyeri,
diberikan harus dipertimbangkan sesuai dengan berat ringannya artrtitis gout (Neogi, 2011)
Penatalaksanaan utama pada penderita artritis gout meliputi edukasi pasien tentang
Medikasi
a. Pengobatan serangan akut dengan Colchine 0,6 mg PO, Colchine 1,0 – 3,0 mg ( dalam
d. Nostreoid, obat – obatan anti inflamasi ( NSAID ) untuk nyeri dan inflamasi.
e. Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan untuk mencegah
serangan.
f. Uricosuric untuk meningkatkan eksresi asam urat dan menghambat akumulasi asam
urat.
0,5 g/hrai atau sulfinpyrazone ( Anturane ) pada pasien yang tidak tahan terhadap
2x/hari.
Perawatan
a. Anjurkan pembatasan asupan purin : Hindari makanan yang mengandung purin yaitu
jeroan ( jantung, hati, lidah, ginjal, usus ), sarden, kerang, ikan herring, kacang –
b. Anjurkan asupan kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus benar
disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan.
c. Anjurkan asupan tinggi karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi
sangat baik di konsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan
Pengertian
diketahui dan ditandai oleh sinovitis erosif yang simetris dan pada beberapa kasus disertai
monosiklik, polisiklik dan progresif. Sebagian besar kasus perjalananya kronik kematian
Kata arthritis berasal dari bahasa Yunani, “arthon” yang berarti sendi, dan “itis”
yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang pada sendi. Sedangkan
Rheumatoid Arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya tangan
dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali
Penyebab
1. Genetik
2. Usia
3. Jenis kelamin
Dapat dimodifikasi :
1. Gaya hidup (status sosial ekonomi, merokok, diet, infeksi, dan pekerjaan.)
2. Faktor hormonal
3. Bentuk tubuh
Patogenesis dan patofisiologi
Penyebab pasti masih belum diketahui secara pasti dimana merupakan penyakit
autoimun yang dicetuskan faktor luar (infeksi, cuaca) dan faktor dalam (usia, jenis kelamin,
keturunan, dan psikologis). Diperkirakan infeksi virus dan bakteri sebagai pencetus awal
RA. Sering faktor cuaca yang lembab dan daerah dingin diperkirakan ikut sebagai faktor
pencetus. Patogenesis terjadinya proses autoimun, yang melalui reaksi imun komplek dan
reaksi imunitas selular. Tidak jelas antigen apa sebagai pencetus awal, mungkin infeksi
virus. Terjadi pembentukan faktor rematoid, suatu antibodi terhadap antibodi abnormal,
Proses autoimun dalam patogenesis RA masih belum tuntas diketahui, dan teorinya
masih berkembang terus. Dikatakan terjadi berbagai peran yang saling terkait, antara lain
peran genetik, infeksi, autoantibodi serta peran imunitas selular, humoral, peran sitokin, dan
berbagai mediator keradangan. Semua peran ini, satu sam lainnya saling terkait dan pada
akhirmya menyebabkan keradangan pada sinovium dan kerusakan sendi disekitarnya atau
mungkin organ lainnya. Sitokin merupakan local protein mediator yang dapat menyebabkan
pertumbuhan, diferensiasi dan aktivitas sel, dalam proses keradangan. Berbagai sitokin
berperan dalam proses keradangan yaitu TNF α, IL-1, yang terutama dihasilkan oleh monosit
atau makrofag menyebabkan stimulasi dari sel mesenzim seperti sel fibroblast sinovium,
Proses keradangan karena proses autoimun pada RA, ditunjukkan dari pemeriksaan
laboratorium dengan adanya RF (Rheumatoid Factor) dan anti-CCP dalam darah. RF adalah
antibodi terhadap komponen Fc dari IgG. Jadi terdapat pembentukan antibodi terhadap
antibodi dirinya sendiri, akibat paparan antigen luar, kemungkinan virus atau bakteri. RF
didapatkan pada 75 sampai 80% penderita RA, yang dikatakan sebagai seropositive. Anti-
CCP didapatkan pada hampir 2/3 kasus dengan spesifisitasnya yang tinggi (95%) dan
terutama terdapat pada stadium awal penyakit. Pada saat ini RF dan anti-CCP merupakan
Sel B, sel T, dan sitokin pro inflamasi berperan penting dalam patofisiologi RA. Hal ini
terjadi karena hasil diferensiasi dari sel T merangsang pembentukan IL-17, yaitu sitokin
yang merangsang terjadinya sinovitis. Sinovitis adalah peradangan pada membran sinovial,
jaringan yang melapisi dan melindungi sendi. Sedangkan sel B berperan melalui
diawali dengan reaksi inflamasi dan pembentukan pembuluh darah baru pada membran
sinovial. Kejadian tersebut menyebabkan terbentuknya pannus, yaitu jaringan granulasi yang
terdiri dari sel fibroblas yang berproliferasi, mikrovaskular dan berbagai jenis sel radang.
Pannus tersebut dapat mendestruksi tulang, melalui enzim yang dibentuk oleh sinoviosit dan
kondrosit yang menyerang kartilago. Di samping proses lokal tersebut, dapat juga terjadi
proses sistemik. Salah satu reaksi sistemik yang terjadi ialah pembentukan protein fase akut
(CRP), anemia akibat penyakit kronis, penyakit jantung, osteoporosis serta mampu
Keluhan biasanya mulai secara perlahan dalam beberapa minggu atau bulan. Sering pada
keadan awal tidak menunjukkan tanda yang jelas. Keluhan tersebut dapat berupa keluhan
umum, keluhan pada sendi dan keluhan diluar sendi (Putra dkk,2013).
Keluhan umum
Keluhan umum dapat berupa perasaan badan lemah, nafsu makan menurun,
Kelainan sendi
Terutama mengenai sendi kecil dan simetris yaitu sendi pergelangan tangan, lutut
dan kaki (sendi diartrosis). Sendi lainnya juga dapat terkena seperti sendi siku, bahu sterno-
klavikula, panggul, pergelangan kaki. Kelainan tulang belakang terbatas pada leher. Keluhan
sering berupa kaku sendi di pagi hari, pembengkakan dan nyeri sendi.
Komplikasi
Cervical myelopaty
Syndrom sjorgen
Limfoma
Penyakit jantung
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
a. Penanda inflamasi : Laju Endap Darah (LED) dan C-Reactive Protein (CRP)
meningkat
b. Rheumatoid Factor (RF) : 80% pasien memiliki RF positif namun RF negatif tidak
menyingkirkan diagnosis
c. Anti Cyclic Citrullinated Peptide (anti CCP) : Biasanya digunakan dalam diagnosis
dini dan penanganan RA dengan spesifisitas 95-98% dan sensitivitas 70% namun
Radiologis
sendi, demineralisasi “juxta articular”, osteoporosis, erosi tulang, atau subluksasi sendi.
Penanganan
diperlukan, serta edukasi kepada pasien dan keluarga. Tujuan pengobatan adalah menghilangkan
inflamasi, mencegah deformitas, mengembalikan fungsi sendi, dan mencegah destruksi jaringan
Diberikan sejak awal untuk menangani nyeri sendi akibat inflamasi. NSAID yang dapat
diberikan atara lain: aspirin, ibuprofen, naproksen, piroksikam, dikofenak, dan sebagainya.
Namun NSAID tidak melindungi kerusakan tulang rawan sendi dan tulang dari proses
destruksi.
DMARD (Disease-Modifying Antirheumatic Drug)
Digunakan untuk melindungi sendi (tulang dan kartilago) dari proses destruksi oleh
sulfasalazine, garam emas, penisilamin, dan asatioprin. DMARD dapat diberikan tunggal
Kortikosteroid
terapi untuk mengurangi keluhan pasien sambil menunggu efek DMARDs yang baru
Rehabilitasi
Terapi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Caranya dapat dengan
latihan, dan sebagainya. Setelah nyeri berkurang, dapat mulai dilakukan fisioterapi.
Pembedahan
Jika segala pengobatan di atas tidak memberikan hasil yang diharapkan, maka dapat