Anda di halaman 1dari 20

Bahasa Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal, yaitu dari tataran terendah sampai tertinggi
adalah kata, frase, klausa dan kalimat. Ketika anda menulis atau berbicara, kata adalah kunci pokok
dalam membentuk tulisan dan ucapan. Maka dari itu kata-kata dalam bahasa Indonesia harus
dipahami dengan baik, supaya ide dan pesan seseorang dapat dimengerti dengan baik. Kata–kata
yang digunakan dalam komunikasi harus dipahami dalam konteks alinia dan wacana. Tidak
dibenarkan menggunakan kata-kata degnan sesuka hati, tetapi harus mengikuti kaidah-kaidah yang
benar.

Menulis merupakan kegiatan yang menghasilkan ide secara terus menerus dalam bentuk tulisan
yang teratur yang mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan dan perasaan (ekspresif). Untuk itu
penulis atau pengarang membutuhkan keterampilan dalam hal struktur bahasa dan kosa kata. Yang
terpenting dalam menulis adalah penguasaan kosa kata yang merupakan bagian dari diksi. Ketepatan
diksi dakam membuat suatu tulisan atau karangan tidak dapat diabaikan demi menghasilkan tulisan
yang mudah dimengerti.

Ketika membuat sebuah karangan kita dituntut memilih kata yang tepat dan selaras dalam
pengunaanya agar pembaca dan juga penulis mudah memahami maksud yang diutarakan. Dalam hal
ini pemahaman tentang diksi sangat berperan penting untuk tujuan tersebut. Sehubungan dengan
tujuan karangan tersebut, pemahaman tentang definisi juga penting karena, definisi adalah suatu
pernyataan yang memberikan arti pada sebuah kata atau frase.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain :

1. Apa pengertian diksi ?

2. Bagaimana menggunakan ketepatan kata, kesesuaian kata, dan perubahan makna?


3. Apa yang dimaksud dengan denotasi, konotasi, sinonim, dan idiomatik?
4. Apa yang dimaksud dengan kata abstrak, kata konkret, kata umum, dan kata khusus?
5. Apa yang dimaksud dengan kata baku dan non baku?
6. Apa yang dimaksud dengan homonim, homofon, dan homograf?

7. Apa pengertian definisi?


Diksi dan Definisi Halaman 1
Bahasa Indonesia

8. Apa tujuan dan syarat definisi?

9. Apa saja jenis-jenis definisi ?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, pembahasan materi dari makalah ini bertujuan untuk :
1. Untuk memenuhi tugas matakuliah bahasa Indonesia.

2. Untuk menambah wawasan penulis serta pembaca tentang diksi dan definisi.

3. Untuk memahami cara-cara pengunaan kata yang baik.

1.4 Metode Penulisan


Penulisan makalah ini melalui prosedur studi pustaka, baik media buku maupun internet. Semua
informasi dan gagasan yang telah diperoleh dalam makalah ini, kami gabungkan menjadi satu
kesatuan dan menyeluruh, untuk menjelaskan makalah kami tentang hukum termodinamika kedua,
sehingga kami dapat menarik kesimpulan dari intisari pembahasan makalah ini.

Diksi dan Definisi Halaman 2


Bahasa Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diksi

Diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan sebuah cerita. Diksi
bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau
menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan
sebagainya.

Gaya bahasa ditentukan oleh ketepatan dan kesesuaian pilihan kata. Kalimat, paragraf, atau
wacana menjadi efektif jika dieksprikan dengan gaya bahasa yang tepat. Gaya bahasa mempengaruhi
terbentuknya suasana, kejujuran, kesopanan, kemenarikan, tingkat keresmian, atau realita. Gaya
resmi misalnya dapat membawa pembaca/ pendengar ke dalam suasana serius dan penuh perhatian.
Suasana tudak resmi mengarahkan pembaca/ pendengar ke dalamsituasi rileks tapi efektif. Gaya
percakapan membawa suasana ke dalam situasi realistis.

Selain itu, pilihan dan kesesuaian kata yang didukung dengan tanda baca yang tepat dapat
menimbulkan nada kebahasaan, yaitu sugesti yang terekspresi melalui rangkaian kata yang disertai
penekanan mampu menghasilkan daya persuasi yang tinggi. Gaya bahasa berdasarkan nada yang
dihasilkan pilihan kata ini ada tiga macam, yaitu:

1. Gaya bahasa bernada rendah (gaya sederhana) menghasilkan ekspresi pesan yang mudah
dipahami oleh berbagai lapisan pembaca, misalnya dalam buku-buku pelajaran, penyajian
fakta, dan pembuktian.
2. Gaya bahasa bernada menengah, rangkaian kata yang disusun berdasarkan kaidah sintaksis
dengan menimbulkan suasana damai dan kesejukan, misalnya: dalamseminar, kekeluargaan,
dan kesopanan.
3. Gaya bahasa bernada tinggi mengekspresikan maksud degnan penuh tenaga, menggunakan
pilihan kata yang penug vitalitas, energi, dan kebenaran universal. Gaya ini menggunakan kata-
kata yang penuh keagungan dan kemuliaan yang dapat menghanyutkan emosi pembaca dan
pendengarnya. Gaya ini sering digunakan untuk menggerakkan massa dalam jumlah yang
sangat banyak.

2.2 Ketepatan Kata

Diksi adalah ketetapan pilihan kata. Penggunaan ketepatann pilihan kata ini dipengaruhi oleh
kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai

Diksi dan Definisi Halaman 3


Bahasa Indonesia

dan menggunakan sejumlah kosa kata secara aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat
sehingga mapu mengomunikasikannya secaraefektif kapada pembaca dan pendengarnya. Indicator
ketepatan kata ini, antara lain:

1. Mengomunikasikan gagasan berdasarkan pilihan kata yang tepat dan sesuai berdasarkan kaidah
bahasa Indonesia.
2. Menghasilkan komunikasi puncak (yang paling efektif) tanpa salah penafsiran atau salah
makna.
3. Menghasilkan respon pembaca atau pendengar sesuai dengan harapan penulis atau pembicara.
4. Menghasilkan target komunikasi yang diharapkan.

Selain pilihan kata yang tepat, efektivitas komunikasi menurut persyaratan yang harus dipenuhi oleh
penggunga bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai degnan tuntutan komunikasi.

Syarat-syarat ketepatan pilihan kata:

1. Membedakan makna denotasi dan konotasi dengan cermat, denotasi yaitu kata yang bermakna
lugasdan tidak bermakna ganda. Sedangkan konotasi dapat menimbulkan dapat menimbulkan
makna yang bermacam-macam, lazim digunakan dalam pergaulan, untuk tujuan estetika, dan
kesopanan.
2. Memebedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim, kata yang hampir
bersinonom misalnya: adalah, ialah, yaitu, merupakan dalam pemakainnya berbeda-beda.
3. Membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip ejaanya, misalnya: infrensi
(kesimpulan) dan iterferensi (saling mempengaruhi), sarat (penuh, bunting), dan syarat
(ketentuan).
4. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektive berdasarkan pendapat sendiri, jika
pemahaman belum dapat dipastikan, pemakaian kata harus menemukan makna yang tepat
dalam kamus, misalnya: modern sering diartikan secara subjektive canggih menurut kamus
modern berarti terbaru atau mutakhir; canggih berarti banyak cakap, suka mengganggu, banyak
mengetahui, bergaya intelektual.
5. Menggunakan imbuhan asing (jika diperlukan) harus memahami maknanya secara tepat,
misalnya: dilegalisir seharusnya dilegalisasi, koordinir seharusnya koordinasi.
6. Menggunakan kata-kata idiomatik berdasarkan susunan (pasangan) yang benar, misalnya:
sesuai bagi seharusnya sesuai dengan.
7. Menggunakan kata umum dan kata khusus, secara cermat. Untuk mendapatkan pemahaman
yang spesifik karangan ilmiah sebaiknya menggunakan kata khusus, misalnya: mobil (kata
umum) corolla (kata khusus, sedan buatan toyota).
Diksi dan Definisi Halaman 4
Bahasa Indonesia

8. Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat, misalnya: isu (berasal dari bahasa
Inggris issue berarti publikasi, kesudahan, perkara) isu (dalam bahasa Indoenesia berarti kabar
yang tidak jelas asal usulnya, kabar angin, desas-desus).
9. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim, misalnya: pria dan laki-laki, saya dan aku, serta
buku dan kitrab) ; berhomofoni; misalnya bang dan bank, ke tahanan dan ketahanan); dan
berhomografi (misalnya: apel buah, apel upacara; buku ruas, buku kitab)
10. Menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat, kata abstrak (konseptual), misalnya:
pendidikan, wirausaha, dan pengobatan modern) dan kata konkret atau kata khusus (misalnya:
minggu, serapan, dan berenang).

2.3 Kesesuain Kata

Selain ketepatan pilihan kata itu, pengguna bahasa harus pula memperhatikan kesesuaian kata agar
tidak merusak makna, suasana dan situasi yang hendak ditimbulka, atau suasana yang sedang
berlangsung.

Syarat kesesuaian kata:

1. Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampuradukan penggunaannya dengan
kata tidak baku yang hanya digunakan dalam pergaulan, misalnya: hakikat (baku) hakekat
(tidak baku), konduite (baku), kondite (tidak baku).
2. Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial engan cermat, misal: kencing (kurang
sopan), buang air kecil (lebih sopan), pelacur (kasar), tunasusila (lebih halus).
3. Menggunakan kata dengan nuansa tertentu, misalnya; berjalan lambat, mengesot, dan
merangkak; merah darah, merah hati.
4. Menggunakan kata berpasangan (idiomatik) dan berlawanan makna dengan cermat, misalnya:
sesuai bagi (salah), sesuai dengan (benar), bukan hanya....melainkan juga (benar), bukan hanya
..... tetapi juga (salah), tidak hanya.... tetapi juga (benar)
5. Menggunakan kata ilmiah untuk penulisan karangan ilmiah, dan komunikasi nonilmiah (surat-
menyurat, diskusi umum ) menggunakan kata populer, misalnya: argumentasi (ilmiah),
pembuktian (populer), psikologi (ilmiah), ilmu jiwa ( populer).
6. Menghindarkan penggunaan ragam lisan (pergaulan) dalam bahasa tulis, misalnya: tulis, baca,
kerja (bahasa lisan), menulis, menuliskan, membaca, bekerja, mengerjakan, dikerjakan (bahasa
tulis).

Ketepatan kata terkait degnan konsep, logika, dan gagasan yang hendak ditulis dalam karangan.
Ketepatan itu menghasilkan kepastian makna. Sedangkan kesesuaian kata menyangkut kecocokan

Diksi dan Definisi Halaman 5


Bahasa Indonesia

antara kata yang dipakai dengan situasi yang hendak diciptakan sehingga tidak mengganggu suasana
batin, emosi, atau psikis antara penulis dan pembacanya, pembicara dengan pendengarnya. Misalnya:
keformalan, keilmiahan, keprofesionalan, dan situasi tertentu yang hendak diwujudkan oleh penulis.
Oleh karena itu, untuk menghasilkan karangan berkualitas, penulis harus memperhatikan ketepatan
dan kesesuaian kata.

Penggunaan kata dalam surat, profosal, laporan, pidato, diskusi ilmiah, karangan ilmiah, dan lain-
lain harus tepat dan sesuai dengan situasi yang hendak diciptakan. Dalam karangan ilmiah, diksi
dipakai untuk menyatakan sebuah konsep, pembuktian, hasil pemikiran, atau solusi suatu masalah.
Tegasnya, diksi merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas sebuah karangan. Pilihan kata
yang tidak tepat dapat menurunkan kualitas karangan.

Memilih kata yang tepat untuk menyampaikan gagasan ilmiah menentukan penguasaan :

1. Keterampilan yang tinggi terhadap bahasa yang digunakan


2. Wawasan bidang ilmiah yang ditulis,
3. Konsistensi penggunaan sudut pandang, istilah, baik dalam makna maupun bentuk agar tidak
menimbulkan salah penafsiran
4. Syarat ketepatan kata
5. Syarat kesesuaian kata.

Fungsi diksi:

1. Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.


2. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga
menyenangkan pendengar atau pembaca.
3. Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
4. Menciptakan suasana yang tepat.
5. Mencegah perbedaan penafsiran.
6. Mencegah salah pemahaman.
7. Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.

2.4 Perubahan Makna

Bahasa berkembang sesuai dengan tuntutan masyarakat pemakainya.

Pengembangan diksi terjadi pada kata. Namun, hal ini berpengaruh pada penyusunan kalimat,
paragraph, dan wacana. Pengembangan tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan komunikasi.
Komunikasi kreatif berdampak pada perkembangan diksi, berupa penambahan atau pengurangan

Diksi dan Definisi Halaman 6


Bahasa Indonesia

kuantitas maupun kualitasnya. Selain itu, bahasa berkembang sesuai dengan kualitas pemikiran
pemakainya. Perkembangan dapat menimbulkan perubahan yang mencakup perluasan, penyempitan,
pembatasan, pe;emahan, pengaburan, dan pergeseran makna.

Faktor penyebab perubahan makna:

1. Kebahasaan

Perubahan makna yang ditimbulkan oleh factor kebahasaan meliputi perubahan intonasi, bentuk
kata, dan bentuk kalimat.

a. Perubahan intonasi adalah perubahan makna yang diakibatkan oleh perubahan nada, irama, dan
rekanan. Kalimat berita Ia makan. Makna berubah jika intonasi kalimat diubah, misalnya: Ia
makan? Ia makan? Ia maakaaan. Perbedaan kalimat berikut ini diakibatkan oleh perubahan
intonasi.

Paman teman saya belum menikah.

Paman, teman saya belum menikah.

Paman, teman, saya belum menikah.

Paman, teman, saya, belum menikah.

b. Perubahan struktur frasa: kaleng susu ( kaleng bekas tempat susu) susu kaleng (susu yang
dikemas dalam kaleng), dokter anak (dokter spesialis penyakit anak) anak dokter (anak yang
dilahirkan oleh orang tua yang menjadi dokter)

c. Perubahan bentuk kata adalah perubahan makna yang ditimbulkan oleh perubahan bentuk.

tua (tidak muda) jika ditambah awalan ke- menjadi ketua, makna berubah menjadi pemimpin;
sayang (cinta) berbeda dengan penyayang (orang yang mencintai); memukul (orang yang
memukul) berbeda dengan dipukul (orang yang dikenai pukulan).

d. Kalimat akan berubah makna jika strukturnya berubah. Perhatikan kalimat berikut ini:

1) Ibu Rina menyerahkan laporan itu lantas dibacanya.


2) Karena sudah diketahui sebelumnya, satpam segera dapat meringkus pencuri itu.

Kalimat pertama: salah bentuk kata sehingga menghasilkan makna Ibu ratna dibaca setelah
menyerahkan surat. (Aneh bukan?) kesalahan terjadi pada kesejajaran bentuk
kata menyerahkan dan diserahkan,seharusnya menyerahkan dibentuk pasif menjadi diserahkan.

2. Kesejarahan

Diksi dan Definisi Halaman 7


Bahasa Indonesia

Kata perempuan pada zaman penjajahan Jepang digunakan untuk menyebut perempuan
penghibur. Orang menggantinya dengan kata wanita. Kini setelah orang melupakan peristiwa
tersebut menggunakannya kembali, dengan pertimbangan, kata perempuan lebih mulia disbanding
kata wanita.

Perhatikan penggunaan kata yang bercetak miring pada masa lalu dan bandingkan degnan
pemakaian pada masa sekarang.

Prestasi orang itu berbobot. (sekarang berkualitas)

Prestasi kerjanya mengagumkan. (Sekarang kinerja)

3. Kesosialan

Masalah social berpengaruh terhadapa perubahan makna. Kata gerombolan yang pada mulanya
bermakna orang berkumpul atau kerumunan. Kemudian kata itu tiak digunakan karena berkonotasi
dengan pemberontak, perampok, dan sebagainya.

Perhatikan kata-kata berikut:

Petani kaya disebut petani berdasi

Militer disebut baju hijat

Guru disebut pahlawan tanpa tanda jasa

4. Kejiwaan

Perubahan makna karena faktor kejiwaan ditimbulkan oleh pertimbangan:

a. Rasa takut

b. Kehalusan ekspresi

c. Kesopanan

Misalnya pada masa Orde Baru, orang takut (khawatir) banyak utang (komersial) merupakan kinerja
buruk bagi pemerintah, kata tersebut diganti dengan bantuan atau pinjaman. Padahal, utang
(komersial) dan bantuan berbeda makna. Demikian ppula, kata korupsi diganti dengan
menyalahgunakan jabatan

Perhatikan contoh berikut:

a. Tabu:

Pelacur disebut tunasusila atau penjaja seks komersial (PSK)

Diksi dan Definisi Halaman 8


Bahasa Indonesia

Germo disebut hidung belang

b. Kehalusan (pleonasme)

Bodoh disebut kurang pandai

Malas disebut kurang rajin

c. Kesopanan

Kekamar mandi disebut ke belakang

Sangat baik disebut tidakburuk

5. Bahasa Asing

Perubahan makna karena faktor bahasa asing, misalnya: tempat orang terhormat diganti dengan
VIP.

Perhatikan contoh berikut ini:

Jalur kereta khusus disebut busway

Kereta api satu rel disebut monorel

6. Kata Baru

Kreativitas pemakai bahsa berkembang terus sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan tersebut
memerlukan bahasa sebagai alt ekspresidan komunikasi. Kebutuhan tersebut mendorong untuk
menciptakan istilah baru bagi konsep baru yang ditemukannya, misalnya: chip, server, download,
website, dvd dan, sebagainya.

2.5 Denotasi dan Konotasi

Makna denotasi dan konotasi dibedakan berdasarkan ada atau tidaknya nilai rasa. Kata denotasi
lezim disebut sebagai berikut:

a. Makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan hasil observasi (pengamatan) menurut
penglihatan, penciuman, pendengaran,perasaan, atau pengalaman yang berhubungan dengan
informasi (data) factual dan objektif.

b. Makna sebenarnya, umpamanya, kata kursi yaitu tempat duduk yang berkaki empat (makna
sebenarnya)

c. Makna lugas, yaitu makna apa adanya, lugu, polos,akna sebenarnya, bukan makna kias.

Diksi dan Definisi Halaman 9


Bahasa Indonesia

Konotasi berarti makna kias, bukan makna sebenarnya. Sebuah kata dapat berbeda dari satu
masyarakat ke masyarakat lain, sesuai dengan pandangan hidup dan norma masyarakat tersebut.
Misalnya: Megawati dan Susilo Bambang Yuhoyono berbut kursi presiden. Kalimat tersebut tidak
menunjukkan makna bahwa Megawati dan Susila Bambang Yudoyono tarik-menatik kursi karena
kata kursi berarti jabatan presiden.

Sebuah kata dapat merosot nilai rasanya karena penggunaannya tidak sesuai dengan makna
denotasinya. Misalnya, kata kebijaksanaan yang bermakna denotasi kelakuan atau tindakan arif.

Dapat bahwa makna kata konotatif cenderung bersifat subjektif. Maka kata ini lebih banyak
diginakan dalam situasi tidak formal, misalnya: dalam pembicaraan yang bersifat ramah tamah,
diskusi tidak resmi, kekeluargaan, dan pergaulan.

Perhatikan contoh berikut:

1. Penulis memanjatkan puji syukur atas selesainya laporan ini.


2. Laporan anda belum memenuhi sasaran.

2.6 Sinonim

Sinonim ialah persamaan makna kata. Artinya dua kata atau lebih yang berbeda bentuk, ejaan,
dan penguacapannya, tetapi bermakna sama. Misalnya: wanita bersinonim dengan perempuan.

Perhatikan contoh kata bersinonim berikut:

a. Hamil, bunting

b. Hasil, produksi, prestasi, keluaran

c. Kecil, mikro, minor, mungil

d. Korupsi, mencuri

e. Strategi, teknik, taktik, siasat, kebijakan

f. Terminal, halte, perhentian, stasiun, pangkalan, pos

Ketidakmungkinan menukar sebuah kata dengan kata lain yang bersisonim disebabkan oleh
beberapa alasan: waktu, tempat, kesopanan, suasana batin, dan nuansa makna. Perhatikan contoh
berikut:

a. Kesopanan, misalnya: saya, aku

b. Nuansa makna, misalnya: melihat, melirik, melotot penginapan, hotel, motel, losmen.

Diksi dan Definisi Halaman 10


Bahasa Indonesia

c. Waktu, misalnya: pasar hampir bersinonim dengan konsumen atau pelanggan. Pasar pada masa
lalu berarti tempat orang berjual-beli, sedangkan pasar pada situasi masa sekarang, mengalami
perluasan bukan hanya tempat berjual-beli, tetapi juga berarti pemakai produk, konsumen,
atau pelanggan.

Dua kata bersinonim atau hampir bersinonim tidak digunakan dalam sebuah frasa. Perhatkan contoh
berikut:

a. Kucing adalah merupakan binatang buas (salah)

Kucing adalah binatang buas (benar)

Kucing merupakan binatang buas (benar)

b. Kepada Yth. Bapak Nurhadi (salah)

Kepada Bapak Nurhadi (benar)

Yth. Bapak Nurhadi (benar)

2.7 Ideomatik

Ideomatik adalah penggunaan kedua kata yang berpasangan. Misalnya: sesuai dengan,
disebabkan oleh, berharap akan, dan lain-lain. Pasana idiomatik kedua seperti ini tidak dapat
digantikan dengan pasangan lain.

Contoh:

a. Bangsa Indonesia berharap akan tampilnya seorang presiden yang mampu mengatasi berbagai
kesulitan bangsa.
b. Karyawan itu bekerja sesuai dengan aturan perusahaan.

Kata berharap akan (kalimat 1) tidak dapat diganti oleh mengharapkan akan atau berharap dengan.
Begitu juga dengan idiomatik kalimat 2 dan idiomatik kalimat

2.8 Kata Umum dan Kata Khusus

Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang lingkupnya. Makin luas ruang suatu kata,
makin umum sifatnya, sebaliknya, makan kata menjadi sempit ruang lingkupnya makin khusus
sifatnya.
Makin umum suatu kata makin besar kemungkinan terjadi salah paham atau perbedaan tafsiran.
Sebaliknya, makin khusus, makin sempit ruang lingkupnya makin sedikit terjadi salah paham.
Dengan kata lain, semakin khusu makna kata yang dipakai, pilihan kata semakin sempit.

Diksi dan Definisi Halaman 11


Bahasa Indonesia

Contoh:

1. Kata umum melihat, kata khusus melotot, melirik, mengintip, menatap, memandang.
2. Kata umum berjalan, kata khusus tertatih-tatih, ngesot, terseok-seok, langkah tegap.
3. Kata umum jatuh, kata khusus terpeleset, terjengkang, tergelincir, tersungkur, terjerembab,
terperosok, terjengkal.

2.9 Kata Abstrak dan kata Konkrit

Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedngkan kata konkrit mempunyai referensi objek
yang dapat diamati. Pemakaian dalam penulisan bergantung pada jenis dan tujuan penulisan.
Karangan berupa deskripsi fakta menggunakan kata-kata konkrit, seperti: hama tanaman penggerak,
penyakit radang paru-paru, Virus HIV. Tetapi karangan berupa klasifikasi atau generalisasi sebuah
konsep menggnakan kata abstrak, seprti: pendidkan usia dini, bahasa pemprograman, High Text
Markup Language (HTML). Uraian sebuah konsep biasnya diawali dengan pembahasan umum yang
menggunakan kata abstrak dilanjutkan engan detail yang menggunakan kata konkrit.

Contoh:

1. APBN RI mengalami kenaikan lima belas persen (kata konkrit)


2. Kebaikan (kata abstrak) seseorang kepada orangf lain bersifat abstrak. (tidak berwujud atau
tidak berbentuk)
3. Kebenaran (kata abstrak) pendapat itu tidak terlalu tampak

2.10 Homonim, Homofon, Homograf

a. Homonim

Homo artinya sama, nym berarti nama, jadi homonim adalah sama nama, sama bunyi tetapi beda
makna, contoh : bandar sama dengan pelabuhan dan bandar bisa diartikan pemegang uang dalam
perjudian.

b. Homofon

Bunyi atau suara yang mempunyai sama, berbeda tulisan dan berbeda makna contoh :

Bank : tempat menyimpan uang

Bang : panggilan untuk kakak laki-laki

c. Homograf

Sama tulisan, berbeda bunyi dan berbeda makna, contoh :

Diksi dan Definisi Halaman 12


Bahasa Indonesia

Ular kobra itu bisanya mematikan

Aku bisa memastikan ayah tidak akan marah jika aku telat pilang karena latihan

2.11 Kata baku dan non-baku

Kata baku dan non-baku dapat dilihat berdasarkan beberapa ranah seperti :

a. Ranah finologis

Kata baku yang memiliki kata non-baku karena :

 penambahan fonem

Kata baku Kata non-baku

Imbau Himbau

Andal Handal

Utang Hutang

 pengurangan fonem

Kata baku Kata non-baku

Terap Trap

Terampil Trampil

Tetapi Tapi

Tidak Tak

 pengubahan fonem

Kata baku Kata non-baku

Telur Telor

Ubah Obah

Tampak Nampak

b. Ranah morfologis

Kata baku yang memiliki kata nonbaku karena hasil proses morfologis.

Diksi dan Definisi Halaman 13


Bahasa Indonesia

 pengurangam fonem

Kata baku Kata non baku

Memfokuskan Memokukan

Memprotes Memrotes

Memfitnah Memitnah

 pengubahan fonem

Kata baku Kata non baku

Mengubah Merubah

 penggantian afiks

Kata baku Kata non baku

Menangkap Nangkap

Menatap Natap

Mengambil Ngambil

Menahan Nahan

 kelebihan fonem

Kata baku Kata non baku

Beracun Berracun

Beriak Berriak

Beribu Berribu

Becermin Bercermin

c. Ranah leksikon

Kata (frasa) baku yang memiliki kata (frasa) non-baku yang terdapat dalam ragam percakapan.

Contoh pasangan kata (frasa) baku dan kata (frasa) non-baku sebagai berikut :

Diksi dan Definisi Halaman 14


Bahasa Indonesia

Frasa baku Frasa non-baku

Tidak terlalu Tidak begitu

Belum masak Belum matang

Tidak mau Enggak mau

Hanya nasi Nasi doing

Selain menggunakan kalimat ragam formal, juga menggunakan ragam percakapan, contoh nya :

Frasa baku Frasa non-baku

Waktu lain Lain waktu

Amat besar Besar amat

Amat mahal Mahal amat

Pertama kali Kali pertama

Dalam kalimat ragam formal, kita sering membuat kata-kata yang maknanya redundan. Artinya,
kata-kata yang di gunakan sudah melebihi makna, contohnya :

Frasa baku Frasa non-baku

Amat sangat pedih,


Sangat pedih
amat pedih

Paling kaya Paling terkaya

Dalam bahasa indonesia, karena adanya penyerapan bahasa asing atau bahasa daerah (sanskerta)
terdapat pasangan kata baku dan non-baku. Maka harus memilih dan menggunakan kata serapan
yang sudah di bakukan.

Kata baku Kata non-baku

Apotek Apotik

Asas Azas

Asasi Azasi

Analisis Analisa

Diksi dan Definisi Halaman 15


Bahasa Indonesia

2.12 Pengertian Definisi

Definisi adalah uraian pengrtian. Definisi dapat berupa kata, definisi formal berupa kalimat, dan
definisi luas yaitu uraian pengertian yang sekurang-kurangnya terdiri terdiri satu paragraf. Artinya
ada definisi yang lebih luas yang terdiri dari bebrapa paragraf, bahkan lebih panjang lagi, misalnya
satu bab.

Contoh:
Manusia adalah makhluk yang berakal budi. Mahkluk artinya ciptaan. Tuhanlah yang menciptakan
manusia. Mereka diciptakan oleh Tuhan sebagai kahlifah di bumi yaitu sebagai penguasa dan
pengelola segala sesuatu di bumi. Tugasnya yaitu memlihara bumi agar tidak terjadi kerusakan.
Manusia boleh menikamati apa saja yang ada di bumi sejauh tidak melanggar ketentuannya. Sebagai
mahkluk yang berakal budi, manusia dapat memahami dan melaksankan batas-batas yang
diperbolehkan dan yang dilarang oleh Tuhan.

2.13 Syarat Definisi

Definisi yang baik harus memenuhi syarat :

1. Merumuskan dengan jelas, lengkap dan singkat semua unsur pokok (isi) pengertian tertentu.

2. Yaitu unsur-unsur yang perlu dan cukup untuk mengetahui apa sebenarnya barang itu (tidak
lebih dan tidak kurang).

3. Sehingga dengan jelas dapat dibedakan dari semua barang yang lain. Contoh : ayah = orang
tua laki-laki Dalam setiap definiens (Penjelasan yang menjelaskan sesuatu tersebut ) terbagi
menjadi dua, yaitu :

a. Genera (genus), dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah jenis,


b. Differentia (difference), dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah sifat pembeda.
Jadi dalam mendefinisikan suatu kata adalah menganalisis jenis dan sifat pembeda yang
dikandungnya. Dengan menggunakan contoh diatas, maka dapat kita lihat bahwa Ayah
merupakan definiendum sedangkan orang tua laki-laki adalah definiens, yang bisa kita
bedakan menjadi orang tua sebagai genera dan laki-laki sebagai differentia.

2.14 Tujuan Membuat Definisi

Dari penjelasan diatas jelaslah bahwa. Definisi mempunyai tujuan untuk menetukan batas suatu
pengertian dengan tepat, jelas dan singkat. Maksudnya menentukan batas-batas pengertian tertentu
sehingga jelas apa yang dimaksud, tidak kabur dan tidak dicampur adukkan dengan pengertian-
pengertian lain.

Diksi dan Definisi Halaman 16


Bahasa Indonesia

Ada 5 tujuan membuat definisi, yaitu :

1. Menambah perbendaharaan kata

2. Menghilangkan kerancuan atau ambiguitas Hal ini penting karena dengan menggunakan
suatu kata yang rancu nantinya akan mengakibatkan argumen yang dikeluarkan juga menjadi
rancu.

3. Memperjelas arti suatu kata

4. Menjelaskan secara teoritis Definisi dibuat untuk menjelaskan teori yang didapat dari hasil
penelitian yang telah dilakukan. Contoh : H2O adalah unsur kimia untuk air

5. Mempengaruhi tingkah laku Contoh : Kejujuran, adalah kelurusan hati, perbuatan baik.
Dengan membaca kata kejujuran orang dapat dipengaruhi untuk menjadi orang jujur.

2.15 Jenis Defenisi

Menurut Alex Lanur, Poespoprodjo dan Nicholas Rescher secara garis besar jenis definisi dibagi
menjadi 2, yaitu :

1. Definisi Nominal

Suatu jenis definisi yang baru sama sekali atau memberikan suatu arti baru pada kata yang sudah
lama ada, dan definisi ini merupakan suatu cara untuk menjelaskan sesuatu dengan menguraikan
arti katanya. Contoh : Madrasah adalah sekolah agama bagi orang muslim. Dalam Definisi
Nominal dapat dinyatakan dalam 3 cara, yaitu :

a. Definisi dapat diuraikan dari asal-usulnya (etimologi), contoh : Filsafat, yaitu dari Philos yang
berarti pencinta dan sophia yang berarti kebijaksanaan jadi arti Filsafat adalah Pencinta
Kebijaksanaan

b. Namun tidak semua bisa dilakukan dengan cara etimologi, maka supaya jelas definisi nominal ini
harus dilengkapi keterangan tentang bagaimana definisi ini telah digunakan dalam masyarakat.

c. Dapat dinyatakan dengan menggunakan sinonim

2. Definisi Riil

Mendefinisikan kata yang sudah umum digunakan, biasanya yang terdapat dalam kamus bahasa.
Definisi Riil dapat dibedakan dalam 4 jenis definisi, yaitu :

a. Definisi Hakiki, definisi yang sungguh-sungguh menyatakan hakekat sesuatu, atau suatu
pengertian yang abstrak yang hanya mengandung unsur pokok yang sungguh-sungguh perlu untuk

Diksi dan Definisi Halaman 17


Bahasa Indonesia

memahami suatu golongan yang tertentu dan untuk membedakannya dari semua golongan yang lain,
sehingga sifat golongan itu tidak termasuk dalam hakekat sesuatu itu. Contoh : Burung Merpati dan
Burung Layang dapat dibedakan

b. Definisi Deskriptif, definisi ini menggunakan ciri khas asesuatu yang akan didefinisikan. Ciri khas
adalah ciri yang selalu dan tetap terdapat pada setiap benda yang tertentu, contoh : cinta kasih itu
sabar, cinta kasih itu murah hati, tidak memegahkan diri, tidak angkuh, tidak lekas marah, tidak
mementingkan diri sendiri, suka akan kebenaran.

c. Definisi Final atau definisi yang menunjukkan maksud dan tujuan sesuatu, contoh : arloji adalah
suatu alat untuk menunjukkan waktu yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat dimasukkan
dalam saku atau diikat di lengan.

d. Definisi Kausalitas, yaitu definisi yang menunjukkan sebab akibat, contoh : gerhana bulan terjadi
karena bumi berada diantara bulan dan matahari.

Diksi dan Definisi Halaman 18


Bahasa Indonesia

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk
mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Dari pernyataan
itu tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk
saat yang bersangkutan membuat karangan. Diksi dalam kalimat adalah pilihan kata yang tepat untuk
ditempatkan dalam kalimat sesuai makna, kesesuaian, kesopanan, dan bisa mewakili maksud atau
gagasan. Definisi adalah suatu pernyataan yang memberikan arti pada sebuah kata atau frase.

3.2 Saran

Dari penjelasan diatas ada saran yang ingin kami sampaikan, sebagai generasi penerus bangsa yang
turut menyumbang dalam pembangunan bangsa, sebaiknya kita memperhatikan dengan seksama
masalah diksi dan definisi, karena pengunaan kata yang baik dapat mempermudah kita
menyampaikan tujuan yang kita maksud dan juga agar dapat lebih mudah dipahami. Amin…

Diksi dan Definisi Halaman 19


Bahasa Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

Hs, Widiono. 2005. Bahasa Indonesia (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Di Peruruan
Tinggi). Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana.

Lanur, Alex. 1998. Logika Selayang Pandang. Yogyakarta: Kanisius.

Mundiri. 1994. LOGIKA. Jakarta: Rajawali Press.

W. Poespoprodjo, EK T Gilarso. 1999. Logika Ilmu Menalar : Dasar-dasar Berpikir Tertib, Logis,
Kritis, Analitis, Dialektis. Bandung: Pustaka Grafika.

Diksi dan Definisi Halaman 20

Anda mungkin juga menyukai