Konsep Nyeri Fix
Konsep Nyeri Fix
CONTROL
MARTHA DESIDERIA BUDI RAHAYU AANVULLEN NIM 1610301292
ABSTRAK
Nyeri sering kali dipandang sebagai pengalaman tidak menyenangkan yang mencakup sensorik
maupun emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan. Dengan demikian rasa nyeri yang timbul
berfungsi sebagai sinyal / pertanda bahwa tubuh telah mengalami kerusakan atau terancam oleh suatu
cedera
Nyeri yang muncul sering membawa seseorang untuk mencari berbagai pengobatan. Secara
umum nyeri dibagi menjadi nyeri akut dan kronis. Nyeri biasa terjadi pada semua orang dimana saja dan
kapan saja tanpa melihat ras umur dan status sosial. Mekanisme nyeri sendiri terdiri atas empat proses
transduksi, transmisi, modulasi, persepsi.
Banyak sekali jenis nyeri yang dirasakan oleh setiap individu seperti nyeri lutut, nyeri punggung,
nyeri bahu dan lain sebagainya. Saat nyeri itu muncul persepsi yang dirasakanpun berbeda antara satu
dengan yang lain, untuk mengontrol nyeri tersebut terdapat teori yang sangat terkenal dan sering
digunakan yaitu teori gate control dan pada teori tersebut dapat diaplikasikan melalui TENS
(Transcutaneus Electrical Nerve Stimulasion), yang mana penggunaan alat ini adalah untuk mengurangi
nyeri pada setiap keluhan yang dirasakan.
PENDAHULUAN
Apakah nyeri itu? Nyeri merupakan suatu mekanisme perlindungan yang meyadarkan seseorang
untuk membuat tanggap rangsang yang memadai guna mencegah kerusakan lebih lanjut dari jaringan
yang bersangkutan. Nyeri sendiri mengandung kata – kata yang bernada negative yang menimbulkan
perasaan dan reaksi yang kurang menyenangkan. Walaupun demikian, kita semua menyadari bahwa rasa
sakit kerap kali berguna, antara lain sebagai tanda bahaya. Menurut IASP (International Association The
Study of Pain) adalah merupakan pengalaman yangmm yan sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial. Nyeri merupakan masalah
kesehatan yang kompleks, dan merupakan salah satu alasan utama seseorang datang untuk mencari
pertolongan medis. Nyeri dapat mengenai semua orang, tanpa memandang jenis kelamin, umur, ras,
status sosial, dan pekerjaan. Nyeri adalah sensasi subjektif (antara satu individu dengan individu lainnya
berbeda dalam menyikapi nyeri). Reseptor nyeri perifer akhiran saraf bebas (nosiseptor) terdapat pada
setiap struktur kutan, somatik, dan visceral. Nosiseptor melepas zat kimiawi endogen sehingga m dan
mentransduksi stimuli menjadi impuls nyeri (noseptif). Nyeri dikatakan sebagai salah satu tanda alami
dari suatu penyakit yang paling pertama muncul dan menjadi gejala yang paling dominan diantara
pengalaman sensorik lain yang dinilai oleh manusia pada suatu penyakit. Nyeri yang dirasakan setiap
individu beragam dan berbeda satu dengan yang lain misalnya yang bersifat local, reffered pain, nyeri
radicular, serta nyeri akibat spasme. Tentu saja nyeri yang timbul ini terjadi karena banyak factor
misalnya oleh karena trauma, aktivitas sehari-hari, usia, dll. Untuk menurunkan intensitas nyeri
digunakan modalitas TENS yang merupakan alat dengan menggunakan energi listrik untuk merangsang
sistem saraf melalui permukaaan kulit, dengan merangsang saraf berdiameter besar melalui teori
gerbang control.
ISI
Nyeri merupakan perasaan tidak menyenangkan sepanjang saraf motoric ke sumber nyeri dan
yang merupakan pertanda bahwa tubuh telah menyebabkan terjadinya kontraksi otot. Pada
mengalami kerusakan atau terancam oleh suatu sistem saraf tepi yang meliputi saraf sensorik
cedera. Nyeri berawal dari reseptor nyeri yang primer yang khusus mendeteksi kerusakan
tersebar di seluruh tubuh. Reseptor nyeri ini jaringan dan menimbulkan sensasi sentuhan,
menyampaikan pesan sebagai impuls listrik di panas, dingin, nyeri, dan tekanan. Contoh dari
sepanjang saraf yang menuju ke medula spinalis respon refleks adalah reaksi segera menarik
dan kemudian diteruskan ke otak. Kadang ketika tangan ketika menyentuh sesuatu yang sangat
sampai di medula spinalis, sinyal ini panas,Inilah yang disebut dengan nyeri.
menyebabkan terjadinya respon refleks; jika hal
ini terjadi, maka sinyal segera dikirim kembali di
Salah satu neuromodulator nyeri adalah endorfin terjadi sinapsis antara nyeri perifer dan neuron
(morfin endogen), merupakan substansi sejenis yang menuju ke otak tempat seharusnya untuk
morfin yang disuplai oleh tubuh yang terdapat substansi nyeri, pada saat tersebut endorfin akan
pada otak, spinal dan traktus gastrointestinal memblokir lepasnya substansi nyeri tersebut.
yang memberi efek analgesik, pada saat neuron Reseptor yang menyalurkan sensasi disebut
nyeri perifer mengirimkan sinyal ke sinaps, nosiseptor. Saat terjadi nyeri nosiseptor melepas
zat kimiawi yaitu endogen. Secara anatomis akan cepat hilang apabila penyebab nyeri
reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dihilangkan
dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf
perifer. Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat b. Serabut C
dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh Merupakan serabut komponen lambat
yaitu pada kulit (kutaneus), somatik dalam (deep (kecepatan tranmisi 0,5 m/det) yang terdapat
somatic), dan pada daerah viseral, karena pada daerah yang lebih dalam, nyeri
letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang biasanya bersifat tumpul dan sulit
timbul juga memiliki sensasi yang berbeda. dilokalisasi.
Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub
Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi
kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya
reseptor nyeri yang terdapat pada tulang,
mudah untuk dialokasi dan didefinisikan.
pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan
Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam
penyangga lainnya. Karena struktur reseptornya
dua komponen yaitu :
komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeri
a. Reseptor A delta
yang tumpul dan sulit dilokalisasi, kemudian
Merupakan serabut komponen cepat
yang berikutnya reseptor nyeri jenis ketiga
(kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yang
adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi
memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang
organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus,
ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada
reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap Transmisi
pemotongan organ, tetapi sangat sensitif Proses transmisi meliputi tiga segmen, yang
terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi. pertama impuls nyeri berjalan dari serabut
Terdapat 4 tahapan yang penting pada konsep saraf tepi ke medulla spinalis. Zat P
mekanisme nyeri yaitu : Tranduksi, Transmisi, bertindak sebagai sebuah neurotransmitter
Modulasi, Persepsi. yang meningkatkan pergerakan impuls
menyebrangi sinaps saraf dari neuron
Tranduksi
aferen primer ken euro ordo kedua di kornu
Tranduksi adalah proses dari stimulasi nyeri
dorsalis medulla spinalis. Dua tipe serabut
dikonfersi kebentuk yang dapat diakses oleh
nosiseptor menyebabkan transmisi ini ke
otak. Proses transduksi dimulai ketika
kornu dorsalis medulla spinalis.: serabut C,
nociceptor yaitu reseptor yang berfungsi
yang mentransmisikan nyeri tumpul yang
untuk menerima rangsang nyeri teraktivasi.
berkepanjangan dan serabut A delta, yang
Aktivasi reseptor ini (nociceptors)
mentransmisikan nyeri taja dan local.
merupakan sebagai bentuk respon terhadap
Segmen kedua adalah transmisi dari
stimulus yang datang seperti kerusakan
medulla spinalis dan asendens, melalui
jaringan.
traktus spinotalamikus, ke batang otak dan
thalamus. Segmen ketiga melibatkan
transimis sinyal antara thalamus ke korteks mentransmisikan impuls nyeri ini kebagian
sensorik somatic. lain dari system saraf seperti bagian cortex.
Selanjutnya impuls nyeri ini akan
Modulasi ditransmisikan melalui saraf saraf descend
Sering kali digambarkan sebagai sistem desenden ke tulang belakang untuk memodulasi
dan proses ini terjadi saat neuron di batang otak efektor.
mengirimkan sinyal menuruni kornu dorsalis
medulla spinalis. Serabut desendens ini Persepsi
melepaskan zat seperti opioid, endogen, Persepsi adalah sinyal nyeri yang
serotonin dan norepinefrin yang dapat disampaikan ke otak dalam bentuk impuls
menghambat naiknya impuls berbahaya listrik akan dihantarkan oleh serabut saraf
(menyakitkan) di kornu dorsalis. Jadi pada nonsiseptor tidak bermielin ( serabut C dan δ)
proses modulasi mengacu kepada aktivitas yang bersinaps dengan neuron di kornu dorsalis
neural dalam upaya mengontrol jalur medulla spinalis. Sinyal kemudian diteruskan
transmisi nociceptor tersebut, yang mana melalui traktus spinotalamikus di otak, dimana
pada proses ini melibatkan sistem neural nyeri dipersepsi, dilokalisir, dan diintepretasikan,
yang komplek. Ketika impuls nyeri sampai di jadi pada tahap ini seseorang menyadari rasa
pusat saraf, transmisi impuls nyeri ini akan nyeri.
dikontrol oleh sistem saraf pusat dan
Nyeri merupakan sebuah pengalaman universal, individu yang bersangkutan perihal adanya
dimana nyeri sangat bersifat subyektif dan kerusakan jaringan actual maupun potensial
individual dan nyeri merupakan salah satu sehingga dapat diambil langkah langkah yang
mekanisme pertahanan tubuh yang menandakan memdai yaitu menjauhi stimulus atau mencari
adanya masalah. Nyeri yang tidak tertangani upaya pengobatan. Secara umum rangsang
menyebabkan bahaya fisiologis dan psikologis noksius / rangsang rangsang dari jaringan yang
bagi kesehatan dan penyembuhannya. Secara potensial mengalami kerusakan akan
umum nyeri dibagi menjadi nyeri akut dan mengaktivasi nonsiseptor dan informasi tersebut
kronis. akan dibawa oleh afferent A delta dan C menuju
ke medulla spinalis. Sesampainya di medulla
Nyeri Akut
spinalis banyak rute. Informasi ditransmisikan
Nyeri ini berlangsung beberapa menit / bebrapa ke kumpulan neuronal simpatetik preganglionic
hari. Nyeri akut sering didefinisikan sebagai sehingga terjadi tanggap rangsang otonom dan
yang tiba – tiba yang meskipun bukan selalu emosional di samping terjadinya persepsi nyeri.
namun biasanya peyebabnya jelas dan Berbagai mekanisme diajukan guna
berlangsung dalam waktu terbatas. Perasaan tak menjelaskan tentang mengapa nyeri masih
enak biasanya berhubungan dengan tanggap berlangsung setelah pasien mengalami nyeri
rangsang otonom dan emosional. Fungsi yang akut. Salah satu kemungkinan ialah terjadinya
paling utama dari nyeri akut ialah menyadarkan
sensitisasi nosiseptor yaitu menurunnya nilai (intermiten). Berikutnya Referred Pain (nyeri
ambang reseptor yang bersangkutan. pindah): nyeri yang dirasakan ditempat lain
bukan di tempat kerusakan jaringan penyebab
Nyeri Kronik
nyeri. Misal pada infark miokard, nyeri dirasa di
Nyeri kronik merupakan nyeri dengan durasi bahu kiri, kemudian nyeri Radikular: serupa
yang lama, berhubungan dengan nyeri fisik dan referred pain, tapi nyeri radikular berbatas tegas,
mental, depresi, kecemasan dan keputusasaan terbatas pada dermatomnya, sifat nyeri lebih
bisa berlangsung berbulan bulan bahkan keras dan terasa pada permukaan tubuh. Nyeri
bertahun tahun terjadi secara terus menerus. timbul karena perangsangan pada radiks (baik
Peningkatan sensitivitas nosisptor akan tekanan, terjepit, sentuhan, regangan, tarikan),
mengakibatkan siklus nyeri – spasme – nyeri lalu nyeri akibat spasme otot (pegal): terjadi
tetap berlangsung. Keadaan ini berlangsung ketika otot dalam keadaan tegang (akibat kerja
semi permanen atau berubah tergantung berat). Nyeri nyeri tersebut dapat terjadi dalam
mekanisme yang terjadi di tingkat spinal. kehidupan sehari- hari tergantung aktivitas yang
dilakukan sehari hari, usia, dan bahkan trauma,
Ragam nyeri yang dirasakan individu berbeda
misalkan pada orang yang pekerjaannya di
antara yang satu dengan yang lain seperti nyeri
depan computer akan mengakibatkan
local / setempat adalah nyeri yang terjadi karena
ketegangan otot-otot sekitar leher dan
iritasi pada ujung saraf penghantar impuls nyeri.
menyebabkan nyeri leher, lalu pada kasus nyeri
Biasanya terus menerus atau hilang timbul
bahu bisa karena trauma, overuse s alah posisi transmisi impuls nyeri tersebut, sehingga
tidur dll. Dari bermacam macam nyeri yang menutup gerbang.
timbul tersebut terdapat teori pengendalian nyeri
dengan menggunakan gerbang control.
DAFTAR PUSTAKA
Avellanosa, AM, West, CR..2006. “Experience with transcutaneous electrical nerve stimulation for
relief of intractable pain in cancer patients”. Journal of Medicine Vol 13
Cameron, Michelle M. 2013. “Physical Agents In Rehabilitation. Third Edition.” Philadelphia:
Saunders Elsevier
Baliki MN, Baria AT, Apkarian AV.2001. “The cortical rhythms of chronic backpain”. Journal
Neuroscience Vol 31
Barkwell, D. 2005. “Cancer pain: Voice of Ojibway people”. Journal of Pain and Symptom
Management Vol 30
Chen C, Tabasam G, Johnson MI. 2008. “Does the pulse frequency of transcutaneous electrical
nerve stimulation (TENS) influence hypoalgesia? A systematic review of studies using
experimental pain a nd healthy human participants” Journal Physiotherapy
Davis KD, Moayedi M. 2012. “Central mechanisms of pain revealed through functional a nd
structural MRI.” Journal Neuroimmune Pharmacol
DeSantana JM, Santana-Filho VJ, Guerra DR, et al. 2008. “Hypoalgesic effect of the transcutaneous
electrical nerve stimulation following inguinal herniorrhaphy: a randomized, controlled trial.”
Journal Pain Vol 9
Jennifer E. Helms, Claudia P. Barone. 2008. “Physiology and Treatment of Pain.” Critical care nurse
Vol 28
Moayedi M, Davis KD. 2013. “Theories of pain: from specificity to gate control.” Journal
Neurophysiology Vol 1 09
Motoc D, Nicoleta Clarisa Turtoi, Virgil et.2010. “Physiology of Pain-General Mechanisms and
Individual Differences.” Journal Medical Aradean Vol XIII
Nnoaham KE, Kumbang J.2010. “Transcutaneous electrical nerve stimulation ( TENS) for chronic
pain.” Cochrane Database System Review Issue 3.
Peacock,Jacqueline .2013. “TENS and Acupunture Therapy for Tissue Pain”. Elsevier
Prescott, J., Wilkie, J.2007. “Pain Tolerance Selectively Increased by a Sweet-Smelling Odor”.
Journal Psychological Science Vol 18
Salomons TV, Johnstone T, Backonja M, Shackman AJ, Davidson RJ.2007. “Individual differences in
the effects of perceived controllability on pain perception: critical role of the prefrontal cortex.”
Jornal Neuroscience Vol 19
Warke K, Al-Smadi J, Baxter D, et al. 2006. “Efficacy of transcutaneous electrical nerve stimulation
(TENS) for chronic low-back pain in a multiple sclerosis population: a randomized,
placebo-controlled clinical trial.” Clinical Journal Pain Vol 22
Wager, T.D. 2005. “The Neural Bases of PlaceboEffects in Pain”. Current Directions in
Psychological Vol 14