Penglab
Penglab
Posted on February 23, 2008. Filed under: Sains | Tags: Abiogenesis, Alexander Oparin,
Asal-usul sel, biogenesis, Evolusionis, harold urey, Lazzaro Spallanzani, Lois Pasteur, omne
vivum, teori |
21 Votes
PENDUKUNG TEORI ABIOGENESIS terjadi begitu saja atau secara spontan. Oleh sebab
itu, paham atau teori abiogenesis ini disebut juga paham generation spontaneae.
Jadi, kalau pengertian abiogenesis dan generation spontanea kita gabungkan, maka pendapat
paham tersebut adalah makhluk hidup yang pertama kali di bumi tersebut dari benda mati /
tak hidup yang terkjadinya secara spontan, misalnya :
Urey berpendapat bahwa kehidupan terjadi pertama kali di atmosfer. Pada saat tertentu dalah
sejarah perkembangan bumi, terbentuk atmosfer yang kaya akan CH4 (metana), NH3
(ammonia), H2 (hidrogen) dan H2O (air). Molekul-molekul ini dengan bantuan petir yang
menimbulkan loncatan listrik dan sinar kosmik akan membentuk asam amino yang
merupakan awal dari kehidupan.
B) Teori Oparin
Oparin sependapat dengan Urey bawah kehidupan pertama terjadi di cekungan pantai yang
bahan-bahannya dari lautan.
Spallanzani menyangsikan kebenaran paham abiogeensis. Oleh karena itu, dia mengadakan
percobaan yang pada prinsipnya sama dengan percobaan Francesco Redi, tetapi langkah
percobaan Spallanzani lebih sempurna. Sebagai bahan percobaannya, Spallanzani
menggunakan air kaldu atau air rebusan daging dan dua buah labu. Adapun percoban yang
yang dilakukan Spallanzani selengkapnya adalah sebagai berikut:
· Labu I : diisi air 70 cc air kaldu, kemudian dipanaskan 15oC selama beberapa
menit dan dibiarkan tetap terbuka.
· Labu II : diisi 70 cc air kaldu, ditutup rapat-rapat dengan sumbat gabus. Pada
daerah pertemuan antara gabus dengan mulut labu diolesi paraffin cair agar rapat benar.
Selanjutnya, labu dipanaskan.selanjutnay, labu I dan II didinginkan. Setelah dingin keduanya
diletakkan pada tempat terbuka yang bebas dari gangguan hewan dan orang. Setelah lebih
kurang satu minggu, diadakan pengamatan terhadap keadaan air kaldu pada kedua labu
tersebut.
Labu I : air kaldu mengalami perubahan, yaitu airnya menjadi bertambah keruh dan
baunya menjadi tidak enak. Setelah diteliti ternyata air kaldu pada labu I ini banyak
mengandung mikroba.
Labu II : air kaldu labu ini tidak mengalami perubahan, artinya tetap jernih seperti
semula, baunya juga tetap serta tidak mengandung mikroba. Tetapi, apabila labu ini dibiarkan
terbuka lebih lama lagi, ternyata juga banyak mengandung mikroba, airnya berubah menjadi
lebih keruh serta baunya tidak enak (busuk).
Langkah I : labu disi 70 cc air kaldu, kemudian ditutup rapat-rapat dengan gabus. Celah
antara gabus dengan mulut labu diolesi dengan paraffin cair. Setelah itu pada gabus tersebut
dipasang pipa kaca berbentuk leher angsa. Lalu, labu dipanaskan atau disterilkan.
Langkah II : selanjutnya labu didinginkan dan diletakkan ditempat yang aman. Setelah
beberapa hari, keadaan air kaldu diamati. Ternyata air kaldu tersebut tetep jernih dan tidak
mengandung mikroorganisme.
Langkah III : labu yang air kaldu didalamnya tetap jernih dimiringkan sampai air kaldu
didalamnya mengalir kepermukaan pipa hingga bersentuhan dengan udara. Setelah itu labu
diletakkan kembali pada tempat yang aman selama beberapa hari. Kemudian keadaan air
kaldu diamati lagi. Ternyata air kaldu didalam labu meanjadi busuk dan banyak mengandung
mikroorganisme.
Pada saat sebelum pemanasan, udara bebas tetap dapat berhubungan dengan ruangan dalam
labu. Mikroorganisme yang masuk bersama udara akan mati pada saat pemanasan air kaldu.
Setelah labu dimiringkan hingga air kaldu sampai ke permukan pipa, air kaldu itu akan
bersentuhan dengan udara bebas. Disini terjadilah kontaminasi mikroorganisme. Ketika labu
dikembalikan keposisi semula (tegak), mikroorganisme tadi ikut terbawa masuk. Sehingga,
setelah labu dibiarkan beberapa beberapa waktu air kaldu menjadi akeruh, karena adanya
pembusukan oleh mikrooranisme tersebut. Dengan demikian terbuktilah ketidak benaran
paham Abiogenesis atau generation spontanea, yang menyatakan bahwa makhluk hidup
berasal dari benda mati yang terjadi secara spontan.
Berdasarkan hasil percobaan Spallanzani dan Pasteur tersebut, maka tumbanglah paham
Abiogenesis, dan munculah paham/teori baru tentang asal usul makhluk hidup yang dikenal
dengan teori Biogenesis. Teori itu menyatakan :
2. Omne ovum ex vivo = setiap telur berasal dari makhluk hidup, dan
3. Omne vivum ex vivo = setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya.
Pengakuan Evolusionis
Tantangan untuk menjelaskan asal usul kehidupan merupakan sumber krisis terbesar yang
dihadapi teori evolusi. Alasannya, molekul-molekul organik sangat kompleks dan
pembentukannya tidak mungkin dapat diterangkan sebagai suatu kebetulan. Selain itu, telah
terbukti bahwa sel organik mustahil terbentuk secara kebetulan.
Evolusionis dihadapkan pada pertanyaan tentang asal usul kehidupan pada perempat kedua
abad ke-20. Pakar terkemuka teori evolusi molekuler, evolusionis Rusia, Alexander I. Oparin,
menuliskan dalam bukunya “The Origin of Life” yang terbit pada tahun 1936:
“Sayangnya, asal usul sel masih menjadi pertanyaan, yang merupakan titik tergelap dari teori
evolusi yang utuh.”
Jeffrey Bada: “Kemunculan kehidupan di bumi adalah masalah terbesar yang belum
terpecahkan.”
Sejak Oparin, banyak evolusionis telah melakukan penelitian dan pengamatan untuk
membuktikan bahwa sebuah sel dapat terbentuk secara ke-betulan. Akan tetapi, setiap upaya
hanya memperjelas desain sel yang kompleks sehingga semakin menggugurkan hipotesis
mereka. Profesor Klaus Dose, kepala Institut Biokimia di Universitas Johannes Gutenberg,
menyatakan:
Percobaan tentang asal usul kehidupan di bidang kimia dan evolusi molekuler selama lebih
dari 30 tahun, menghasilkan persepsi yang lebih baik tentang kompleksitas asal usul
kehidupan di bumi ini, dan bukannya memberikan jawaban yang mereka harapkan. Saat ini,
semua diskusi mengenai teori-teori dasar dan penelitian di bidang ini berakhir dengan
kebuntuan atau pengakuan atas ketidaktahuan. 2
Jeffrey Bada dari Institut San Diego Scripps memperjelas ketidakberdayaan evolusionis
terhadap kebuntuan ini : “Kini, saat meninggalkan abad ke-20, kita masih menghadapi
masalah terbesar yang belum terpecahkan sejak awal abad ke-20: Bagaimana kehidupan
muncul di muka bumi”
Teori Abiogenesis dan Biogenesis
Posted on February 23, 2008. Filed under: Sains | Tags: Abiogenesis, Alexander Oparin,
Asal-usul sel, biogenesis, Evolusionis, harold urey, Lazzaro Spallanzani, Lois Pasteur, omne
vivum, teori |
21 Votes
PENDUKUNG TEORI ABIOGENESIS terjadi begitu saja atau secara spontan. Oleh sebab
itu, paham atau teori abiogenesis ini disebut juga paham generation spontaneae.
Jadi, kalau pengertian abiogenesis dan generation spontanea kita gabungkan, maka pendapat
paham tersebut adalah makhluk hidup yang pertama kali di bumi tersebut dari benda mati /
tak hidup yang terkjadinya secara spontan, misalnya :
Urey berpendapat bahwa kehidupan terjadi pertama kali di atmosfer. Pada saat tertentu dalah
sejarah perkembangan bumi, terbentuk atmosfer yang kaya akan CH4 (metana), NH3
(ammonia), H2 (hidrogen) dan H2O (air). Molekul-molekul ini dengan bantuan petir yang
menimbulkan loncatan listrik dan sinar kosmik akan membentuk asam amino yang
merupakan awal dari kehidupan.
B) Teori Oparin
Oparin sependapat dengan Urey bawah kehidupan pertama terjadi di cekungan pantai yang
bahan-bahannya dari lautan.
Spallanzani menyangsikan kebenaran paham abiogeensis. Oleh karena itu, dia mengadakan
percobaan yang pada prinsipnya sama dengan percobaan Francesco Redi, tetapi langkah
percobaan Spallanzani lebih sempurna. Sebagai bahan percobaannya, Spallanzani
menggunakan air kaldu atau air rebusan daging dan dua buah labu. Adapun percoban yang
yang dilakukan Spallanzani selengkapnya adalah sebagai berikut:
· Labu I : diisi air 70 cc air kaldu, kemudian dipanaskan 15oC selama beberapa
menit dan dibiarkan tetap terbuka.
· Labu II : diisi 70 cc air kaldu, ditutup rapat-rapat dengan sumbat gabus. Pada
daerah pertemuan antara gabus dengan mulut labu diolesi paraffin cair agar rapat benar.
Selanjutnya, labu dipanaskan.selanjutnay, labu I dan II didinginkan. Setelah dingin keduanya
diletakkan pada tempat terbuka yang bebas dari gangguan hewan dan orang. Setelah lebih
kurang satu minggu, diadakan pengamatan terhadap keadaan air kaldu pada kedua labu
tersebut.
Labu I : air kaldu mengalami perubahan, yaitu airnya menjadi bertambah keruh dan
baunya menjadi tidak enak. Setelah diteliti ternyata air kaldu pada labu I ini banyak
mengandung mikroba.
Labu II : air kaldu labu ini tidak mengalami perubahan, artinya tetap jernih seperti
semula, baunya juga tetap serta tidak mengandung mikroba. Tetapi, apabila labu ini dibiarkan
terbuka lebih lama lagi, ternyata juga banyak mengandung mikroba, airnya berubah menjadi
lebih keruh serta baunya tidak enak (busuk).
Langkah I : labu disi 70 cc air kaldu, kemudian ditutup rapat-rapat dengan gabus. Celah
antara gabus dengan mulaut labu diolesi dengan paraffin cair. Setelah itu pada gabus tersebut
dipasang pipa kaca berbentuk leher angsa. Lalu, labu dipanaskan atau disterilkan.
Langkah II : selanjutnya labu didinginkan dan diletakkan ditempat yang aman. Setelah
beberapa hari, keadaan air kaldu diamati. Ternyata air kaldu tersebut tetep jernih dan tidak
mengandung mikroorganisme.
Langkah III : labu yang air kaldu didalamnya tetap jernih dimiringkan sampai air kaldu
didalamnya mengalir kepermukaan pipa hingga bersentuhan dengan udara. Setelah itu labu
diletakkan kembali pada tempat yang aman selama beberapa hari. Kemudian keadaan air
kaldu diamati lagi. Ternyata air kaldu didalam labu meanjadi busuk dan banyak mengandung
mikroorganisme.
Pada saat sebelum pemanasan, udara bebas tetap dapat berhubungan dengan ruangan dalam
labu. Mikroorganisme yang masuk bersama udara akan mati pada saat pemanasan air kaldu.
Setelah labu dimiringkan hingga air kaldu sampai ke permukan pipa, air kaldu itu akan
bersentuhan dengan udara bebas. Disini terjadilah kontaminasi mikroorganisme. Ketika labu
dikembalikan keposisi semula (tegak), mikroorganisme tadi ikut terbawa masuk. Sehingga,
setelah labu dibiarkan beberapa beberapa waktu air kaldu menjadi akeruh, karena adanya
pembusukan oleh mikrooranisme tersebut. Dengan demikian terbuktilah ketidak benaran
paham Abiogenesis atau generation spontanea, yang menyatakan bahwa makhluk hidup
berasal dari benda mati yang terjadi secara spontan.
Berdasarkan hasil percobaan Spallanzani dan Pasteur tersebut, maka tumbanglah paham
Abiogenesis, dan munculah paham/teori baru tentang asal usul makhluk hidup yang dikenal
dengan teori Biogenesis. Teori itu menyatakan :
2. Omne ovum ex vivo = setiap telur berasal dari makhluk hidup, dan
3. Omne vivum ex vivo = setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya.
Pengakuan Evolusionis
Tantangan untuk menjelaskan asal usul kehidupan merupakan sumber krisis terbesar yang
dihadapi teori evolusi. Alasannya, molekul-molekul organik sangat kompleks dan
pembentukannya tidak mungkin dapat diterangkan sebagai suatu kebetulan. Selain itu, telah
terbukti bahwa sel organik mustahil terbentuk secara kebetulan.
Evolusionis dihadapkan pada pertanyaan tentang asal usul kehidupan pada perempat kedua
abad ke-20. Pakar terkemuka teori evolusi molekuler, evolusionis Rusia, Alexander I. Oparin,
menuliskan dalam bukunya “The Origin of Life” yang terbit pada tahun 1936:
“Sayangnya, asal usul sel masih menjadi pertanyaan, yang merupakan titik tergelap dari teori
evolusi yang utuh.”
Jeffrey Bada: “Kemunculan kehidupan di bumi adalah masalah terbesar yang belum
terpecahkan.”
Sejak Oparin, banyak evolusionis telah melakukan penelitian dan pengamatan untuk
membuktikan bahwa sebuah sel dapat terbentuk secara ke-betulan. Akan tetapi, setiap upaya
hanya memperjelas desain sel yang kompleks sehingga semakin menggugurkan hipotesis
mereka. Profesor Klaus Dose, kepala Institut Biokimia di Universitas Johannes Gutenberg,
menyatakan:
Percobaan tentang asal usul kehidupan di bidang kimia dan evolusi molekuler selama lebih
dari 30 tahun, menghasilkan persepsi yang lebih baik tentang kompleksitas asal usul
kehidupan di bumi ini, dan bukannya memberikan jawaban yang mereka harapkan. Saat ini,
semua diskusi mengenai teori-teori dasar dan penelitian di bidang ini berakhir dengan
kebuntuan atau pengakuan atas ketidaktahuan. 2
Jeffrey Bada dari Institut San Diego Scripps memperjelas ketidakberdayaan evolusionis
terhadap kebuntuan ini : “Kini, saat meninggalkan abad ke-20, kita masih menghadapi
masalah terbesar yang belum terpecahkan sejak awal abad ke-20: Bagaimana kehidupan
muncul di muka bumi”
Suatu benda dikatakan hidup jika mampu menunjukkan ciri-ciri kehidupan yaitu : memerlukan
nutrisi, bergerak, bernafas, tumbuh dan berkembang, melakukan ekskresi/ pengeluaran sisa-sisa
metabolism, berkembang biak, peka terhadap rangsangan (iritabilita), koordinasi, dan adaptasi.
Bagaimana makhluk hidup pertama lahir masih merupakan misteri yang belum bisa diungkap para
ilmuan. Secara umum Teori asal usul kehidupan ada dua, yaitu abiogenesis ( makhluk hidup berasal
dari benda mati) dan biogenesis (makhluk hidup brasal dari makhluk hidup juga).
1. Teori Abiogenesis
Pemuka paham ini adalah seorang bangsa Yunani, yaitu Aristoteles (394-322 sebelum masehi).
Teorinya mengatakan kalau makhluk hidup yang pertama menghuni bumi ini adalah berasal dari
benda mati. Timbulnya makhluk hidup pertama itu terjadi secara spontan karena adanya gaya hidup.
Oleh karena itu paham abiogenesis disebut juga paham generatio spontanea. Paham ini bertahan
cukup lama, yaitu semenjak zaman Yunani kuno (ratusan tahun sebelum masehi) hingga
pertengahan abad ke 17.
Pada pertengahan abad ke 17 paham ini seolah-olah diperkuat oleh antonie van Leeuweunhoek,
seorang bangsa Belanda. Dia menemukan mikroskop sederhana yang dapat digunakan untuk
melihat jentik-jentik (makhluk hidup) amat kecil pada setetes rendaman air jerami. Hal inilah yang
seolah-olah memperkuat paham abiogenesis.
2. Teori Biogenesis
Setelah bertahan cukup lama, paham abiogenesis mulai diragukan. Beberapa ahli kemudian
mengemukakan paham biogenesis. Beberapa ahli yang mengemukakan paham biogenesis antara
lain :
Di samping dua teori di atas, masih ada lagi beberapa teori tentang asal usul kehidupan. Beberapa
teori yang dikembangkan ilmuan antara lain :
A. teori kreasi khas, yang menyatakan bahwa kehidupan diciptakan oleh zat supranatural ( gaib)
pada saat yang istimewa
B. Teori kosmozoan, yang menyatakan bahwa kehidupan yang ada di planet ini berasal dari mana
saja
C. Teori evolusi biokimia, yang menyatakan bahwa kehidupan ini muncul berdasarkan hukum fisika,
kimia, dan biologi
D. Teori keadaan mantap, menyatakan bahwa kehidupan tidak berasal usul.
Beberapa ilmuan yang membuktikan teori evolusi kimia antara lain Harold Urey, Stanley Miller, dan
Alexander Oparin
- Teori Harold Urey, menurutnya zat hidup yang pertama kali mempunyai susunan menyerupai virus
saat ini. Zat hidup tersebut mengalami perkembangan menjadi berbagai jenis makhluk hidup. Urey
berpendapat bahwa kehidupan terjadi pertamakali di udara (atmosfer). Pada saat tertentu dalam
sejarah perkembangan terbentuk atmosfer yang kaya akan molekul- molekul CH4, NH3, H2, H2O.
karena adanya loncatan listrik akibat halilintar dan sinar kosmik terjadi asam amino yang
memungkinkan terjadi kehidupan.
- Eksperimen Stanley miller, Stanley Miller adalah murid Harold Urey yang juga tertarik terhadap
masalah asal usul kehidupan. Dia melakukan percobaan untuk menguji hipotesis Harold Urey. Dari
hasil eksperimennya Miller dapat memberikan petunjuk bahwa satuan-satuan kompleks di dalam
system kehidupan seperti lipida, karbohidrat, asam amino, protein, nukleotida dan lain-lain dapat
terbentuk dalam kondisi abiotik.
- Teori Evolusi Biologi Oparin, dia berpendapat bahwa kehidupan pertama terjadi di cekungan
pantai dengan bahan-bahan timbunan senyawa organic dari lautan. Timbunan senyawa organic ini
disebut sop purba atau sop primordial.
Meskipun banyak petunjuk yang diberikan, asal usul kehidupan masih misteri. Seandainya misteri ini
terbongkar, mungkinkah manusia akan menjadi pencipta yang bahkan bisa menciptakan kehidupan?
Untuk dikatakan sebagai benda hidup, makhluk hidup atau organisme bernyawa diperlukan
pemenuhan ciri-ciri sebagai berikut di bawah ini :
1. Terdapat Protoplasma
Protoplasma merupakan suatu bagian yang terdiri atas bahan yang kompleks dan terlindung
dengan baik. Protoplasma biasa dikenal dengan sebutan sel. Berbeda dengan benda tak hidup
atau benda mati yang tidak memiliki protoplasma. Lihat saja batu atau komputer yang tidak
memiliki protoplasma atau sel, sehingga disebut dengan benda mati.
- Makan
Semua benda hidup membutuhkan asupan bahan makanan yang berasal dari luar tubuh untuk
kemudian diproses menjadi energi atau tenaga bagi tubuh.
- Berkembang Biak
Makhluk hidup yang tidak mampu berkembangbiak menghasilkan keturunan akan punah dan
musnah di makan waktu. Oleh sebab itu makhluk hidup memiliki cara masing-masing untuk
dapat memperbanyak diri untuk mempertahankan keberadaan di dunia.
- Melakukan Adaptasi
Semua makhluk hidup perlu melakukan penyesuain diri dengan fungsi tubuh dan lingkungan
sekitar ekosistem, habitat tempat tinggalnya untuk dapat bertahan hidup dengan lebih baik
dan mudah. Contohnya seperti hewan gurun yang tahan panas, bunglong bisa berubah warna,
dan lain sebagainya.
- Dapat Bergerak
Manusia dan hewan memerlukan kegiatan dengan menggerakkan anggota tubuh untuk
berbagai keperluan seperti jalan, makan, menggaruk, berkedip, dan sebagainya. Untuk
tumbuhan tidak semuanya dapat melakukan pergerakan. Kemampuan untuk bereaksi
terhadap rangsangan dari lingkungan disebut dengan istilah iritabilita.
- Metabolisme
Metabolisme adalah aktifitas fisika atau kimia yang terjadi di dalam tubuh baik secara
anabolisme maupun katabolisme.
- Sistem Regulasi
Pengertian arti definisi sistem regulasi adalah aturan sistem yang ada di dalam tubuh makhluk
hidup untuk dapat hidup seimbang, serasi dan selaras.
biologi
MAKHLUK HIDUP
Ciri-Ciri Makhluk Hidup :
1. Bernafas (respirasi)
Adalah proses pengambilan oksigen dari luar tubuh untuk proses pembakaran
bahan makanan didalam tubuh.
Proses pembakaran menghasilkan energi / tenaga.
Pernapasan juga menghasilkan energi dan gas sisa yaitu karbon dioksida
(CO2) dan uap air (H2O)
Tumbuhan bernapas melalui lubang-lubang kecil pada daun yang disebut
stomata dan melalui lubang-lubang kecil yang terdapat pada permukaan
kulit batang yang disebut lentisel.
Lentisel adalah lubang-lubang kecil pada batang tumbuhan sebagai tempat
keluar masuknya karbon diokasia dan oksigen
2. Bergerak
Tumbuhan bergerak misalnya akar menembus tanah
3. Memerlukan makanan
Tumbuhan memperoleh makanan melalui proses fotosintesis
4. Tumbuh
Terjadi karena adanya penambahan jumlah dan ukuran sel yang membangun
makhluk hidup
Pertumbuhan pada makhluk hidup dipengaruhi oleh factor luar dan factor
dalam.
Faktor dalam misalnya zat tumbuh (hormon) atau factor keturunan
Faktor luar misalnya faktor lingkungan
5. Berkembang biak (Reproduksi)
Adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan
Tujuan berkembang biak adalah untuk mempertahankan kelangsungan hidup
jenisnya.
Makhluk hidup berkembang biak secara kawin (seksual) dan tak kawin
(aseksual)
Hewan umumnya berkembang biak secara seksual. Hewan bertulang
belakang (vertabrata) seperti kura-kura, burung dan tikus berkembang biak
secara seksual. Hewan tidak bertulang belakang (avertabrata) dapat
berkembang biak secara aseksual, yaitu dengan membentuk tunas seperti
hydra dan ubur-ubur.
Pada tumbuhan, perkembangbiakan seksual dilakukan dengan biji, seperti
pada mangga, rambutan dan jagung.
Edangkan perrkembangbiakan aseksual dilakukan seperti pada pembentukan
tunas (pisang & bambu) atau umbi batang (kentang) atau setek batang atau
cangkok.
6. Peka terhadap rangsang (Iritabilita)
Adalah kemampuan makhluk hidup untuk menerima dan menanggapi suatu
rangsangan
7. Mengeluarkan zat-zat sisa (ekskresi)
Setiap hari urin (air seni) harus dikeluarkan.
Urin yang diproduksi didalam ginjal dialirkan kekantong air seni (kantong
kemih), kemudian dikeluarkan dari tubuh melalui saluran kencing.
Urin mengandung urea dan karbon dioksida hasil pernapasan, harus
dikeluarkan dari tubuh karena bersifat racun bagi tubuh
Hewan mengeluarkan zat-zat sisa dari prosese metabolisme
Metabolisme adalah proses pertukaran zat yang terjadi didalam mahkluk
hidup. Misalnya proses pernafasan & pencernaan makanan.
Tumbuhan juga mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme. Zat sisa pada
tumbuhan berupa karbon dioksida (sebagai sisa proses pernafasan) dan
oksigen (sebagai sisa proses fotosintesis). Zat-zat sisa dikeluarkan melalui
stomata (yg terdapat pada daun) atau lentisel (yg terdapat pada batang).
Pada tumbuhan hijau, zat-zat tersebut akan diperlukan kembali. Karbon
dioksida diperlukan untuk fotosintesis dan oksigen diperlukan untuk respirasi