Anda di halaman 1dari 15

Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Sistem

Endokrin Dengan Addisin Cortisol


D
I
S
U
S
U
N

OLEH

Kelompok V
Madya Rukmana Sirait
Enina Eninta Singarimbun
Ellen Cristin Panjaitan
Ganda Eka Purba
Helinida Saragih
Herlina
Julita Tamba
Jentrina Pardede
Scolastika
Maya Yusiska Sirait
Kristina Pernawati
Vincentius Nduru
Vennesya Panggabean
Wahyunita Ginting

STIKes Santa Elisabeth Medan


Prodi S1 Keperawatan
T.A 2009/2010
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmatnya , penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun makalah yang ditulis oleh kelompok adalah “Asuhan Keperawatan Pada
Klien Gangguan Endokrin Dengan Gangguan Addison Cortisol “. Adapun tujuan
penulis dalam pembuatan makalah ini agar mahasiswa mampu mengetahui apa
yang menjadi penyebab Addison cortisol,tanda dan gejala Addison cortisol, dan
cara pencegahan Addison cortisol.
Disini kelompok juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen
pembimbing Sr.M.Imelda Derang, FSE. Yang telah mempercayakan kelompok
dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis mengetahui banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini , jadi
kelompok mohon saran dan kritik yang membangun dalam menyempurnakan
makalah ini, agar dalam pembuatan makalah di kemudian hari kelompok dapat
membuat yang lebih baik.
Atas perhatiannya kelompok mengucapkan terima kasih.

Medan,10 November 2010

Kelompok V
Bab I
Pendahuluan
A.Latar Belakang
Penyakit Addison adalah suatu kelainan endokrin atau hormon yang terjadi
pada semua kelompok umur dan menimpa pria – pria dan wanita – wanita sama
rata. Penyakit di karakteristikan oleh kehilangan berat badan, kelemahan otot,
kelelahan, tekanan darah rendah dan adakalanya penggelapan kulit pada kedua –
duanya yaitu bagian – bagian tubuh yang terbuka dan tidak terbuka.
(http:/www.total kesehatan nanda.com/Addison 4html)
Penyakit Adison merupakan penyakit yang jarang terjadi di dunia. Di
Amerika Serikat tercatat 0,4 per 100.000 populasi. Dari Bagian Statistik Rumah
Sakit Dr. Soetomo pada tahun 1983, masing-masing didapatkan penderita penyakit
Addison. Frekuensi pada laki-laki dan wanita hampir sama. Menurut Thom, laki-
laki 56% dan wanita 44% penyakit Addison dapat dijumpai pada semua umur,
tetapi lebih banyak ter- dapat pada umur 30 – 50 tahun.
Diketahui penyakit Addison ini dapat disebabkan oleh karena autoimun atau
tuberkolosa yang kita ketahui kebanyakan masyarakat menderita penyakit
tuberkulosa,karna semakin banyaknya dan tingginya masyarakat yang terpapar
penyakit tuberkulosa sehingga kelompok berharap dengan adanya makalah ini
dapat bermanfaat di masyarakat dan orang banyak.

B.Tujuan Umun
Agar mahasiswa/I memahami dan mengetahui tentang asuhan keperawatan
gangguan system endokrin dengan Addison cortisol.
C.Tujuan Khusus
Agar mahasiswa/I mengetahui defenisi Addison cortisol
Agar mahasiswa/I mengetahui etiologi Addison Cortisol
Agar mahasiswa/I mengetahui patofisiologi Addison cortisol
Agar mahasiswa/I mengetahui komplikasi Addison kortisol
Agar mahasiswa/I mengetahui Asuhan keperawatan dengan Addison
Cortisol

D.Metode Penulisan

Studi kepustakaan yaitu dengan mempelajari buku-buku sumber yang berkaitan


dengan asuhan keperawatan Addison Cortisol.
Bab II

Tinjauan Teori

  A. Definisi

Penyakit Addison adalah terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat untuk
memenuhi kebutuhan pasien akan kebutuhan hormon – hormon korteks adrenal.

Penyakit Addison adalah penyakit yang terjadi akibat fungsi korteks tidak adekuat
untuk memenuhi kebutuhan pasien akan hormon – hormon korteks adrenal
(soediman,1996)

Penyakit Addison adalah lesi kelenjar primer karena penyakit destruktif atau
atrofik, biasanya auto imun atau tuberkulosa (baroon, 1994)

Penyakit Addison adalah terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat untuk
memenuhi kebutuhan pasien akan kebutuhan hormon – hormon korteks adrenal
(keperawatan medical bedah, bruner, dan suddart edisi 8 hal 1325)

Penyakit Addison adalah kekurangan partikal ssekresi hormon korteks adrenal.


Keadaan seperti ini terlihat pada hipoado tironisme yang hanya mengenal zona
glomeruluna dan sakresi aldosteron pada sindrom adrenogenetal dimana gangguan
enzim menghambat sekresi steoid (Patofisiologi Edisi 2 Hal 296)

B.Etiologi

Tuberculosis
Histo plasmosis
Koksidiodomikosisd
Kriptokokissie
Pengangkatan kedua kelenjar adrenal
Kanker metastatik (Ca. Paru, Lambung, Payudara, Melanoma, Limfoma)
Adrenalitis auto imun
C.Patofisiologi

D. Manifestasi Klinik

 Gejala awal : kelemahan, fatique, anoreksia, hausea, muntah, BB menurun,


hipotensi dan hipoglikemi.
 Astenia (gejala cardinal) : kelemahan yang berlebih
 Hiperpiqmentasi : menghitam seperti perunggu, coklat seperti terkena sinar
matahari, biasanya pada kulit buku jari, lutut, siku
 Rambut pubis dan aksilaris berkurang pada perempuan
 Hipotensi arterial (td : 80/50 mmHg/kurang)
 Abnormalitas fungsi gastrointestinal

E. Komplikasi

 Syok, (akibat dari infeksi akut atau penurunan asupan garam)


 Kolaps sirkulasi
 Dehidrasi
 Hiperkalemiae
 Sepsis
 Ca. Paru
 Diabetes melitus

F.Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium :

a)      Penurunan konsentrasi glukosa dan natrium (hipoglikemia dan hiponatrium)

b)      Peningkatan konsentrasi kalium serum (hiperkalemia)

c)      Peningkatan jumlah sel darah putih (leukositosis)

d)      Penurunan kadar kortisol serum


e)      Kadar kortisol plasma rendah

2. Pemeriksaan radiografi abdominal menunjukan adanya klasifikasi di adrenal


3. CT Scan

Detektor klasifikasi adrenal dan pembesaran yang sensitive hubungannya dengan


insufisiensi pada tuberculosis, infeksi, jamur, penyakit infiltrasi malignan dan non
malignan dan hemoragik adrenal

4. Gambaran EKG

Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik abnormal
sekunder akibat adanya abnormalitas elektrolik

5. Tes stimulating ACTH

Cortisol adarah dan urin diukur sebelum dan setelah suatu bentuk sintetik dari
ACTH diberikan dengan suntikan. Pada tes ACTH yang disebut pendek cepat.
Penyukuran cortisol dalam darah di ulang 30 sampai 60 menit setelah suatu
suntikan ACTH adalah suatu kenaikan tingkatan – tingkatan cortisol dalam darah
dan urin.

6. Tes Stimulating CRH

Ketika respon pada tes pendek ACTH adalah abnormal, suatu tes stimulasi CRH
“Panjang” diperlukan untuk menentukan penyebab dari ketidak cukupan adrenal.
Pada tes ini, CRH sintetik di suntikkan secara intravena dan cortisol darah diukur
sebelum dan 30, 60 ,90 dan 120 menit setelah suntikan. Pasien – pasien dengan
ketidak cukupan adrenal seunder memp. Respon kekurangan cortisol namun tidak
hadir / penundaan respon – respon ACTH. Ketidakhadiran respon – respon ACTH
menunjuk pada pituitary sebagai penyebab ; suatu penundaan respon ACTH
menunjukan pada hypothalamus sebagai penyebab.

F. Penatalaksanaan
1. Medik

a)      Terapi dengan pemberian kortikostiroid setiap hari selama 2 sampai 4 minggu
dosis 12,5-50 mg/hr.

b)      Hidrkortison (solu – cortef) disuntikan secara IV.

c)      Prednison (7,5 mg/hr) dalam dosis terbagi diberikan untuk terapi pengganti
kortisol.

d)      Pemberian infus dekstrose 5% dalam larutan saline.

e)      Fludrukortison : 0,05 – 0,1 mg/hr diberikan per oral.

2. Keperawatan

a)      Pengukuran TTV.

b)      Memberikan rasa nyaman dengan mengatur / menyediakan waktu istirahat


pasien.

c)      Meniempatkan pasien dalam posisi setengah duduk dengan kedua tungkai
ditinggikan.

d)      Memberikan suplemen makanan dengan penambahan garam.

e)      Fallow up : mempertahankan berat badan, tekanan darah dan elektrolit yang
normal disertai regresi gambaran klinis.

f)       Memantau kondisi pasien untuk mendeteksi tanda dan gejala yang menunjukan
adanya krisis Addison

Bab II
Tinjauan Teoritis

Konsep Asuhan Keperawatan

A.Pengkajian

1.Identitas

Penyakit Addison bisa terjadi pada laki – laki maupun perempuan yang mengalami
krisis adrenal.

2.Keluhan Utama

Pada umumnya pasien mengeluh kelemahan, fatique, nausea dan muntah.

3.Riwayat Penyakit Dahulu

Perlu dikaji apakah klien pernah menderita tuberkulosis, hipoglikemia maupun ca


paru, payudara dan limpa.

4.Riwayat Penyakit Sekarang

Pada pasien dengan penyakit Addison gejala yang sering muncul ialah pada gejala
awal : kelemahan, fatiquw, anoreksia, nausea, muntah, BB turun, hipotensi dan
hipoglikemi, astenia (gejala cardinal). Pasien lemah yang berlebih,
hiperpigmentasi, rambut pubis dan axila berkurang pada perempuan, hipotensi
arterial (TD : 80/50 mm).

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang pernah mengalami penyakit yang
sama / penyakit autoimun yang lain.
6. Pemeriksaan Fisik ( Body Of System)

a) Sistem Pernapasan

 Bentuk dada simetris, pergerakan dada cepat, adanya kontraksi otot bantu
pernapasan (dispneu), terdapat pergerakan cuping hidung.
 Terdapat pergesekan dada tinggi.
 Resonan.
 Terdapat suara ronkhi, krekels pada keadaan infeksi

b) Sistem Cardiovaskuler

 Ictus Cordis tidak tampak.


 Ictus cordis teraba pada ICS 5-6 mid clavikula line sinistra.
 Redup.
 Suara jantung melemah

c) Sistem Pencernaan

 Mulut dan tenggorokan : anoreksia, bibir kering.


 Abdomen :
 Bentuk simetris
 Bising usus meningkat.
 Nyeri tekan karena ada kram abdomen.
 Timpani.

d) Sistem muskuluskeletal dan integument


 Ekstremitas atas : terdapat nyeri.
 Ekstremitas bawah : terdapat nyeri.
 Penurunan tonus otot

e) Sistem Endokrin

 Destruksi kortek adrenal dapat dilihat dari foto abdomen, Lab. Diagnostik
ACTH meningkat.
 Integumen : Turgor kulit jelek, membran mukosa kering, ekstremitas
dingin,cyanosis, pucat, terjadi hiperpigmentasi di bagian distal ekstremitas dan
kuku – kuku pada jari, siku dan mebran mukosa

f) Sistem Eliminasi Uri

Diuresis yang diikuti oliguria, perubahan frekuensi dan krakteristik urin

g) Eliminasi Alvi

Diare sampai terjadi konstipasi, kram abdomen

h) Sistem Neurosensori

Pusing, sinkope, gemetar, kelemahan otot, kesemutan terjadi disorientasi waktu,


tempat, ruang (karena kadar natrium rendah), letargi, kelelahan mental, peka
rangsangan, cemas, koma ( dalam keadaan krisis).

i) Nyeri / kenyamanan

Nyeri otot, kaku perut, nyeri kepala, nyeri tulang belakang, abdomen, ekstremitas

j) Keamanan

Tidak toleran terhadap panas, cuaca udaha panas, penngkatan suhu, demam yang
diikuti hipotermi (keadaan krisis)

k) Aktivitas / Istirahat
Lelah, nyeri / kelemahan pada otot terjadi perburukan setiap hari), tidak mampu
beraktivitas / bekerja. Peningkatan denyut jantung / denyut nadi pada aktivitas
yang minimal, penurunan kekuatan dan rentang gerak sendi.

l) Seksualitas

Adanya riwayat menopouse dini, aminore, hilangnya tanda – tanda seks sekunder
(berkurang rambut – rambut pada tubuh terutama pada wanita) hilangnya libido.

m) Integritas Ego

Adanya riwayat – riwayat fasctros stress yang baru dialami, termasuk sakit fisik
atau pembedahan, ansietas, peka rangsang, depresi, emosi tidak stabil.

B.Diagnosa Keperawatan

1) Kekurangan volume cairan b/d kekurangan natrium dan kehilangan cairan melalui
ginjal, kelenjar keringat, saluran GIT ( karena kekurangan aldosteron).

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake tidak adekuat (mual, muntah,
anoreksia) defisiensi glukontikord.

3) Intoleransi aktivitas b/d penurunan produksi metabolisme, ketidakseimbangan


cairan elektrolit dan glukosa.

4) Gangguan harga diri b/d perubahan dalam kemampuan fungsi, perubahan


karakteristik tubuh.

5) Anxietas b/d kurangnya pengetahuan.

6) Defisit perawatan diri b/d kelamahan otot.

7) Gx eliminasi uri b/d Gx reabsorbsi pada tubulus


C.Rencana Keperawatan

Dx. 1 .       Kekurangan volume cairan b/d ketidakseimbangan input dan output

Tujuan :

 Kebutuhan cairan terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ± 4


jam.

 Klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit setelah dilakukan


tindakan keperawatan selama ± 7 jam.

Kriteria Hasil :

 Pengeluaran urin adekuat (1 cc/kg BB/jam).

 TTV dbn N : 80 – 100 x/menit S : 36 – 37 oC TD : 120/80 mmHg.

 Tekanan nadi perifer jelas kurang dari 3 detik.

 Turgor kulit elastic.

 Pengisian kapiler naik kurang dari 3 detik.

 Membran mukosa lembab.

 Warna kulit tidak pucat.

 Rasa haus tidak ada.

 BB ideal (TB 100) – 10% (TB – 100)

 Hasil lab :

Ht : W = 37 – 47 %

L = 42 – 52 %

Ureum = 15 – 40 mg/dl.
Natrium = 135 – 145 mEq/L.

Calium = 3,3 – 5,0 mEq/L.

Kretanium = 0,6 – 1,2 mg/dl.

Intervensi Rasional
 observasi TTV, catat perubahan tekanan  Hipotensi pastoral merupakan bagian dari
darah pada perubahan posisi, kekuatan hiporolemia akibat kekurangan hormon
dari nadi perifer. aldosteron dan penurunan curah jantung
sebagai akibat dari penurunan kolesterol.
 Ukur dan timbang BB klien.  Memberikan pikiran kebutuhan akan
pengganti volume cairan dan keefektifan
pengobatan, peningkatan BB yang cepat
disebabkan oleh adanya retensi cairan dan
natrium yang berhubungan dengan
pengobatan strois.

 mengidentifikasi adanya hipotermia dan


 Kaji pasien mengenai rasa haus,
mempengaruhi kebutuhan volume
kelelahan, nadi cepat, pengisian kapiler
pengganti.
memanjang, turgor kulit jelek, membran
mukosa kering, catat warna kulit dan
temperaturnya.

 dihidrasi berat menurunkan curah jantung,


 Periksa adanya status mental dan sensori.
berat dan perfusi jaringan terutama jaringan
otak.
 kerusakan fungsi saluran cerna dapat
 Auskultasi bising usus ( peristaltik
meningkatkan kehilangan cairan dan
khusus) catat dan laporan adanya mual
elektrolit dan mempengaruhi cara untuk
muntah dan diare.
pemberian cairan dan nutrisi.
 Berikan perawatan mulut secara teratur.
 membantu menurunkan rasa tidak nyaman
akibat dari dehidrasi dan mempertahankan
kerusakan membrane mukosa.

Anda mungkin juga menyukai