Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan bisa dikatakan adalah salah satu kunci pembentukan sumber daya manusia
yang berkualitas, baik dari aspek pengetahuan, aspek sikap maupun aspek psikomotorik.
Kualitas baik tersebut dapat dicapai dengan adanya lembaga pendidikan. Di Indonesia
sendiri, lembaga pendidikan formal tertinggi adalah tingkat Perguruan Tinggi. Melalui
lembaga pendidikan formal tersebut Pemerintah memfasilitasi sarana prasana yang bersifat
fisik maupun non fisik seperti mata pelajaran yang disediakan guna mendukung
pendidikan nasional. Begitu pula dengan masalah-masalah pendidikan yang terjadi di
SMAN 1 Anggaberi. Berdasarkan observasi yang pernah dilakukan, di sekolah tersebut
terdapat berbagai masalah. Mulai dari bangunan sekolah yang kurang memadai, ini terlihat
dari sempitnya lahan sekolah yang membuat sekolah ini terlihat bukan seperti sekolah pada
umumnya. Masalah lain yaitu kebersihan sekolah yang kurang baik, banyak sampah yang
berserakan tidak pada tempatnya, kamar mandi yang tidak bersih, serta banyaknya coretan-
coretan yang ada pada meja para siswa. Selain itu juga kedisiplinan siswa yang kurang
baik, ini terlihat banyaknya siswa yang tidak disiplin dalam memakai seragam sekolah,
banyak yang terlambat masuk kelas.Selain nilai kedisiplinan yang kurang baik, terdapat
pula nilai-nilai lain yang tidak diterapkan dengan baik disekolah tersebut. Misalnya nilai
kesopanan, banyak siswa yang kurang menghormati para Guru maupun karyawan sekolah.
Hal ini dibuktikan dengan ketika Guru sedang mengajar, ada beberapa siswa yang ramai
bicara sendiri, makan dikelas, dan lain-lain. Nilai prestasi di SMAN 1 Anggaberi ini juga
tidak terlaksana dengan baik, ini bisa dilihat dari masih rendahnya minat baca siswa,
terbukti dengan sepinya perpusatakaan sekolah. Masalah yang terkait dengan mata
pelajaran juga terjadi pada sekolah ini.

Berdasarkan observasi yang dilakukan, peneliti pernah ikut masuk ke dalam kelas X di
SMAN 1 Anggaberi dan bertepatan dengan mata pelajaran Bahasa Inggris. Masalah yang
terjadi terkait dengan kegiatan mata pelajaran Bahasa Inggris pada kelas X ini adalah,
banyak dari mereka yang belum mampu berbicara dengan menggunakan Bahasa Inggris.
Ini terbukti ketika Guru mengajak mereka berkomunikasi dengan Bahasa Inggris, banyak
dari mereka yang tidak bisa menanggapi dan tidak paham akan apa yang dijelaskan.

1
Ketidak mampuan ini diduga karena mereka tidak terbiasa berkomunikasi dengan Bahasa
Inggris, metode pengajaran Guru yang kurang tepat, dan lingkungan mereka yang tidak
mendukung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumusakan suatu masalah yaitu :

1. Bagaimana upaya meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa Inggris siswa kelas X


SMAN 1 Anggaberi ?
2. Apakah penerapan model pembelajaran melalui Storytelling dapat meningkatkan hasil
belajar berbicara dalam Bahasa Inggris siswa kelas X SMAN 1 Anggaberi ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi dan dirumuskan, maka tujuan dari penelitian
ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa Inggris siswa kelas X SMAN
1 ANGGABERI.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat bagi Sekolah

Memberikan kontribusi bagi SMAN 1 ANGGABERI terkait dengan inovasi baru


mengenai Storytelling

b. Manfaat bagi Guru

1. Memberikan masukan atau metode pengajaran yang baru mengenai mata pelajaran
bahasa Inggris melalui Storytelling.
2. Membantu Guru dalam mengajar di kelas dengan metode yang lebih mudah dan
menarik.

c. Manfaat bagi Siswa

Membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa Inggris melalui


metode yang lebih mudah yaitu Storytelling.

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoretik

1. Berbicara

Berbicara adalah kemampuan manusia untuk mengekspresikan ide, perasaan, dan pikiran
mereka dengan menggunakan pidato lisan yang biasanya melibatkan pembicara dan lawan
bicara. Berbicara tidak hanya digunakan dalam percakapan, kita dapat berbicara untuk
interaksi, transaksi, kinerja, membujuk orang lain, dan berbagi informasi, pengetahuan, dan
ide-ide kita satu sama lain. Ini sangat berguna dalam hubungan kita, konteks sosial, dan
banyak lainnya.

Menurut Ladouse (1991) berbicara digambarkan sebagai aktivitas sebagai kemampuan


untuk mengekspresikan diri dalam situasi, atau aktivitas untuk melaporkan tindakan, atau
situasi dengan kata-kata yang tepat atau kemampuan untuk berkomunikasi atau
mengekspresikan urutan ide dengan lancar. Selanjutnya, Tarigan (1990: 8) mengatakan
bahwa “membantu adalah cara untuk berkomunikasi dengan orang yang mendukung kita
sehari-hari ”. Ini berarti bahwa berbicara sebagai cara komunikasi sangat memengaruhi
kehidupan pribadi kita.

Trigan (1990: 15) menyatakan, berbicara adalah kemampuan untuk mengucapkan


artikulasi suara atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan
pemikiran, ide, atau perasaan. Ini sangat kompleks, karena mencakup banyak aspek seperti,
tata bahasa, pengucapan, kelancaran, dan kosa kata. Objek berbicara bermacam-macam;
diskusi, pidato, debat, dialog,bercerita dan percakapan. Jadi, itu dapat dianggap sebagai
alat manusia yang paling penting untuk kontrol sosial.

2. Storytelling
Storytelling adalah sebuah teknik atau kemampuan untuk menceritakan sebuah kisah,
pengaturan adegan, event, dan juga dialog. Kalau di film, para film maker bersenjatakan
kamera; di komik, para komikus bersenjatakan gambar dan angle cerita; di cerpen atau
novel, para penulis bersenjatakan pena, diksi, dan permainan kata serta deskripsi, dengan
menyampaikan sebuah cerita dengan cara mendongeng.

3
Storytelling menggunakan kemampuan penyaji untuk menyampaikan sebuah cerita dengan
gaya, intonasi, dan alat bantu yang menarik minat pendengar. Storytelling sering
digunakan dalam proses belajar mengajar utamanya pada tingkat pemula atau anak-anak.
Teknik ini bermanfaat melatih kemampuan mendengar secara menyenangkan.

Tujuan Storytelling :

 Menciptakan suasana senang.


 Memberi kesenangaan, kegembiraan, kenikmatan mengembangakan imajinasi
pendengar.
 Memberi pengalaman baru dan mengembangakan wawasan pendengar.
 Dapat memberikan pemahaman yang baik tentang diri mereka sendiri dan orang
lain di sekitar merek
 Dapat memberi pengalaman baru termasuk di dalamnya masalah kehidupan
yang ada di lingkungan.
 Pendengar belajar berbicara dalam gaya yang menyenangakan serta menambah
pembendaharaan kata dan bahasanya
 Melatih daya tangkap dan daya konsentrasi pendengar.
 Melatih daya pikir dan fantasi pendengar.
 Menanamkan nilai-nilai budi pekerti.

Hal penting dalam Storytelling:

1. Kontak mata
Saat story telling berlangsung, pendongeng harus melakukan kontak mata dengan
audience. Pandanglah audience dan diam sejenak. Dengan melakukan kontak mata
audience akan merasa dirinya diperhatikan dan diajak untuk berinteraksi, selain itu dengan
melakukan kontak mata kita dapat melihat apakah audience menyimak jalan cerita yang
didongengkan. Dengan begitu, pendongeng dapat mengetahui reaksi dari audience.

2. Mimik wajah
Pada waktu story telling sedang berlangsung, mimik wajah pendongeng dapat menunjang
hidup atau tidaknya sebuah cerita yang disampaikan. Pendongeng harus dapat
mengekspresi wajahnya sesuai dengan yang di dongengkan.

4
3. Gerak tubuh
Geraka tubuh pendongeng waktu proses story telling berjalan dapat turut pula mendukung
menggambarkan jalan cerita yang lebih menarik. Cerita yang di dongengkan akan terasa
berbeda jika mendongeng akan terasa berbeda jika mendongeng melakukan gerakan-
gerakan yang merefleksikan apa yang dilakukan tokoh-tokoh yang didongengkannya.
Dongeng akan terasa membosankan, dan akhirnya audience tidak antusias lagi
mendengarkan dongeng.

4. Suara
Tidak rendahnya suara yang diperdengarkan dapat digunakan pendongeng untuk
membawa audience merasakan situasi dari cerita yang didongengkan. Pendongeng akan
meninggikan intonasi suaranya untuk mereflekskan cerita yang mulai memasuki tahap
yang menegangkan. Pendongeng profesiaonal biasanya mampu menirukan suara-suara dari
karakter tokoh yang didongengkan. Misalnya suara ayam, suara pintu yang terbuka.

5. Kecepatan
Pendongeng harus dapat menjaga kecepatan atau tempo pada saat story telling. Agar
kecepatan yang dapat membuat anak-anak manjadi bingung ataupun terlalu lambat
sehingga menyebabkan anak-anak menjadi bosan.

6. Alat Peraga
Unutk menarik minat anak-anak dalam proses story telling, perlu adanya alat peraga
seperti misalnya boneka kecil yang dipakai ditangan untuk mewakili tokoh yang menjadi
materi dongeng. Selain boneka, dapat juga dengan cara memakai kostum-kostum hewan
yang lucu, intinya membuat anak merasa ingin tahu dengan materi dongeng yang akan
disajikan.

5
3. Action research
a. perencanaan sebuah perubahan,
b. tindakan dan pengamatan proses dan konsekuensi dari perubahan tersebut,
c. Merefleksikan proses dan konsekuensi ini, dan kemudian
d. Perencanaan kembali,
e. Tindakan dan pengamatan
f. Refleksi, dan seterusnya.

4. Assesmant
Penilaian adalah proses dokumentasi, biasanya dalam hal yang terukur, pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan kepercayaan. Penilaian dapat fokus pada pelajar individu,
komunitas belajar, institusi, atau sistem pendidikan secara keseluruhan. Penilaian
umumnya digunakan untuk merujuk pada semua kegiatan yang digunakan guru untuk
membantu siswa belajar dan mengukur kemajuan siswa. Penilaian sering dibagi menjadi
kategori formatif dan sumatif untuk tujuan mempertimbangkan berbagai tujuan untuk
praktik penilaian.
Penilaian sumatif biasanya dilakukan pada akhir kursus atau proyek. Dalam lingkungan
pendidikan, penilaian sumatif biasanya digunakan untuk memberi siswa kelas. Sementara
penilaian formatif mungkin seorang guru atau pelajar yang memberikan umpan balik pada
pekerjaan siswa, dan tidak perlu digunakan untuk tujuan penilaian.

B. Hasil penelitian yang relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian yang
dilakukan oleh siswa Kelas X SMAN 1 ANGGABERI Melalui meningkatkan kemampuan
berbicara bahasa inggris melalui Storytelling.
Penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan melalui Storytelling dapat menciptakan
suasana belajar Bahasa Inggris yang lebih menarik dan menyenangkan serta dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar Bahasa Inggris siswa.

6
C. Kerangka berpikir

Sesuai dengan tinjauan pustaka yang telah dibahas, maka dapat dikemukakan kerangka
berfikir yaitu Bahasa Inggris merupakan salah satu pembelajaran yang dianggap sulit. Ini
dikarenakan, penyajian materi yang bersifat monoton atau hanya searah dan tidak adanya
interaksi antara siswa dengan siswa sehingga tidak akan memberikan hasil yang maksimal
dalam pencapaian nilai dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu guru hendaknya dapat
mengubah sistem pembelajaran dari yang berorientasi pada guru menjadi pembelajaran
yang berorientasi pada siswa.Sebagai salah satu alternatif yang dilakukan oleh seorang
guru dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris adalah dengan melalui Storytelling.

Storytelling tidak sama dengan belajar kelompok atau bekerja sama biasa. Dalam belajar
kelompok guru biasanya memberi kelompok lalu memberi tugas kelompok tanpa
rancangan tertentu yang dapat membuat siswa menjadi aktif. Akibatnya, siswa ada yang
bekerja aktif tetapi ada juga yang pasif, ataupun ada yang main-main atau
ngobrol. Sementara itu, melalui Storytelling setiap siswa dituntut untuk bekerja dalam
kelompok melalui rancangan-rancangan tertentu yang sudah dipersiapkan oleh guru
sehingga seluruh siswa harus bekerja aktif yang pada akhirnya nanti dapat meningkatkan
hasil belajar siswa itu sendiri. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil belajar
Bahasa Inggris siswa itu dapat ditingkatkan melalui pembelajaran Storytelling.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

“Jika model storytelling diterapkan maka hasil belajar Bahasa Inggris siswa kelas X
SMAN 1 ANGGABERI dapat meningkat”.

7
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research), bersifat
partisipan. Maksudnya yaitu bahwa orang yang akan melakukan tindakan harus juga
terlibat dalam proses penelitian dari awal. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan
model penelitian tindakan yang dikemukakan oleh Kemmis dan Teggart (Suwarsih
Madya,1994:27)

Adapun proses penelitian tindakan model kemmis dan teggart adalah:

1. Perencanaan pertama
2. Tindakan pertama
3. Pengamatan pertama (Observe 1)
4. Refleksi pertama
5. Revisi terhadap perencanaan pertama
6. Tindakan kedua (Observe 2)
7. Refleksi kedua

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian yang mengkaji peran kultur sekolah dalam membangun motivasi berprestasi
siswa di SMAN 1 ANGGABERI sebagai salah satu sekolah di bawah naungan Kementrian
Agama (Kemenag) hal itu menjadikan SMAN 1 ANGGABERI berbeda dengan sekolah
lainnya, begitupula dengan kultur sekolah yang dimiliki.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan selama kurang lebih 3 bulan lamanya, sampai ditemukan
jawaban yang menjawab pertanyaan penelitian atau data yang sudah jenuh dari penelitian..

Penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan Agustus sampai akhir Oktober tahun 2019
terhitung 3 bulan sejak pengambilan data dimulai.

8
C. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMAN 1 Anggaberi.

D. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan adalah data kualitatif, berupa data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh langsung dari hasil observasi dan wawancara. Data sekunder diperoleh
dari dokumentasi yaitu dari lembaga atau organisasi yang bersangkutan sebagai data
tambahan.

E. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif.
Dalam penelitian kolaboratif, pihak yang melakukan tindakan adalah Guru mata pelajaran
Bahasa Inggris untuk kelas X. Sedangkan yang melakukan pengamatan terhadap
berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti. Penelitian ini menggunakan model
penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart, yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu
ke siklus yang berikutnya. Menurut Kemmis dan Taggart ada beberapa tahapan dalam
penelitian ini (Rochiati Wiriaatmadja, 2005:66) yaitu:

1. Perencanaan (plan)
2. Tindakan (act)
3. Pengamatan (observe)
4. Refleksi (reflect)

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan dengan cara kolaborasi yaitu penelitian yang


melibatkan orang lain disamping peneliti yaitu sebagai observer (teman sejawat). Peneliti
menggunakan alur tahapan (perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi disajikan dalam
dua siklus).

Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Siklus dihentikan apabila data yang ditampilkan
di lapangan sudah jenuh, artinya jika sudah ada peningkatan kemampuan berbicara Bahasa
Inggris dari siswa dalam model pembelajaran storytelling.

9
Adapun alur penelitiannya sebagai berikut:

Gambar 1. Model Spiral Kemmis dan Taggart

F. Prosedur Tindakan

1. Tahapan Penelitian Siklus I


1. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan rencana pelaksanaan program model


pembelajaran storytelling :

1) Melakukan izin terhadap pihak Sekolah dan Guru mata pelajaran terkait untuk
menerapkan model storytelling dalam mata pelajaran Bahasa Inggris.

2) Peneliti melakukan wawancara terhadap Guru Bahasa Inggris dan para siswa.

3) Peneliti berkoordinasi dengan Guru Bahasa Inggris kelas X terkait dengan tempat
dan waktu penelitian.

4) Peneliti menyiapkan tema atau topik untuk diterapkan dalam storytelling nanti.

5) Peneliti melakukan koordinasi dengan kolaborator, yaitu Guru pengampu mata


pelajaran Bahasa Inggris kelas X terkait dengan tema dan bagaimana pelaksanaan
model storytelling nanti pada saat KBM berlangsung.

6) Peneliti menyiapkan lembar pedoman observasi dan wawancara yang dibutuhkan


dalam penelitian.

10
2. Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dilakukan dalam 2 kali pertemuan, yaitu setiap 1
minggu sekali. Tahap tindakan dilakukan oleh Guru Bahasa Inggris bersama peneliti dalam
menerapkan model pembelajaran storytelling. Adapun tindakan yang dilakukan pada tiap
siklus yaitu:

1) Pendahuluan

Guru memberikan penjelasan mengenai apa itu model pembelajaran storytelling. Dan juga
membagi semua siswa dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5orang setiap kelompok.
Setelah itu, Guru memberikan masing-masing kelompok tersebut dengan tema yang sudah
disiapkan oleh Guru bersama peneliti.

2) Kegiatan inti

Setelah siswa terbagi dalam kelompok-kelompok kecil dan sudah mendapatkan tema,
maka mereka menyusun atau membuat sebuah cerita yang terkait dengan tema yang telah
diberikan, minimal satu paragraf yang terdiri dari lima kalimat. Sebagai contoh tema
bencana gempa bumi, maka mereka harus membuat cerita yang berkaitan dengan gempa
bumi. Setelah menyusun cerita, masing-masing anggota kelompok menceritakan cerita
kelompok mereka di depan kelas per-kalimat atau per-paragraph sesuai dengan jumlah
kalimat atau paragraph yang mereka buat. Setelah mereka bercerita didepan kelas, Guru
memberikan masukan bagi mereka. Dalam tahap ini, peneliti berfungsi sebagai pengamat
aktivitas dan melakukan wawancara.

3) Penutup

Guru memberikan apresiasi bagi kelompok yang baik dari segi cerita dan cara
penyampaian cerita mereka di depan kelas dinilai paling baik.

11
3. Observasi

Observasi dilakukan selama pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi


yang telah disiapkan dan mencatat kejadian-kejadian yang tidak terdapat dalam lembar
obseravasi dengan membuat lembar catatan lapangan (field note). Hal-hal yang diamati
selama pelaksanaan tindakan adalah aktivitas selama model
pembelajaran storytelling dilaksanakan. Selain itu dilaksanakan juga wawancara dengan
menggunakan pedoman wawancara. Wawancara dilaksanakan pada siswa-siswi yang
mengikuti model pembelajaran storytelling sesudah pelaksanaan tindakan.

4. Refleksi

Pada tahap ini peneliti bersama Guru melakukan evaluasi dari pelaksanaan tindakan pada
siklus I, meliputi analisis, sintesis, pemaknaan, penjelasan, dan penyimpulan data dan
informasi yang berhasil dikumpulkan. Data dan informasi tersebut digunakan sebagai
bahan pertimbangan perencanaan pelaksanaan metode pembelajaran storytelling pada
siklus berikutnya. Jika hasil yang diharapkan belum tercapai maka dilakukan perbaikan
dan dilakukan pada siklus kedua. Siklus selanjutnya dilakukan, apabila para siswa belum
menunjukkan beberapa karakter yang menjadi indikator lancar berbahasa inggris. Apabila
dalam tindakan siklus pertama hasil tersebut sudah tercapai maka siklus kedua akan tetap
dilaksanakan untuk membuktikan bahwa hasil tersebut bukan sebuah kebetulan, tetapi
merupakan hasil dari penerapan model pembelajaran Storytelling.

2. Tahapan Penelitian Siklus II

Rencana tindakan siklus II dimaksudkan sebagai hasil refleksi dan perbaikan terhadap
pelaksanaan program pada siklus I. Tahapan tindakan pada siklus II mengikuti tahapan
tindakan siklus I.

12
G. Instrumen Penelitian

1. Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti merupakan instrumen karena peneliti sekaligus sebagai
perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis data, dan menjadi pelapor penelitian.

2. Lembar Observasi
Metode observasi dilakukan untuk mengamati suasana kelas tempat berlangsungnya
pembelajaran. Mengamati antusias siswa dalam mengikuti model pembelajaran storytelling
di kelas.
3. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara ini digunakan untuk mengetahui respon atau tanggapan Guru dan
siswa mengenai model pembelajaran storytelling dalam rangka meningkatkan kemampuan
berbicara Bahasa Inggris siswa.

4. Dokumentasi

Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah rencana pelaksanaan


pembelajaran program, daftar nama dan nilai berbicara siswa pada mata pelajaran Bahasa
Inggris, dokumen mengenai model pembelajaran yang diterapkan oleh Guru sebelumnya,
dan dokumentasi selama pelaksanaan model pembelajaran storytelling berjalan.

5. Catatan Lapangan

Metode catatan lapangan dipergunakan untuk mencatat suasana kelas pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang dicatat meliputi :

1. Keaktifan siswa pada proses pembelajaran


2. Aktifitas guru dalam menerapkan metode pembelajaran storytelling

13
H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Observasi

Dalam penelitian ini terdapat dua pedoman observasi yaitu observasi untuk keaktifan
mahasiswa dan lembar observasi pelaksanaan model pembelajaran storytelling. Lembar
observasi untuk siswa berupa lembar observasi penilaian kinerja (proses) dan lembar
observasi aktifitas belajar siswa. Sedangkan lembar observasi pelaksanaan program adalah
lembar observasi yang digunakan untuk mengamati pelaksanaan tindakan yang dilakukan
oleh Guru dan peneliti.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan cara bertanya kepada Guru pengampu mata pelajaran
Bahasa Inggris dan para siswa mengenai pelaksanaan storytelling di kelas dalam rangka
meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa Inggris.

3. Dokumentasi

Dokumentasi diperoleh dari hasil lembar observasi, lembar wawancara, catatan lapangan,
daftar mahasiswa dan foto-foto selama program berjalan.

I. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data yaitu kegiatan pemilihan data,
penyederhanaan data serta transfomasi dari hasil catatan lapangan. Penyajian data berupa
sekumpulan informasi dalam bentuk tes naratif yang disusun, diatur dan diringkas sehingga
mudah dipahami. Hal ini dilakukan secara bertahap kemudian dilakukan penyimpulan
dengan cara diskusi bersama mitra kolaborasi. Untuk menjamin pemantapan dan
kebenaran data yang dikumpulkan dan dicatat dalam penelitian digunakan triangulasi.
Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.

14
J. Indikator Kinerja

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terjadinya peningkatan skor rata-rata hasil belajar siswa dari siklus satu ke siklus II.

2. Meningkatnya ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II, dimana ketuntasan
secara individual tercapai jika siswa memperoleh nilai minimal 65 dan ketuntasan
secaran klasikal tercapai jika 85% siswa mencapai nilai lebih dari skor ideal 100.

3. Meningkatnya aktifitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II.

Tabel 1: penilaian speaking

Proficienty Description 1 2 3 4 5 6
Accent 0 1 2 2 3 4
Grammar 6 12 18 24 30 36
Vocabulary 4 8 12 16 20 24
Fluency 2 4 6 8 10 12
comprehension 4 8 12 15 19 23
Total Score

15

Anda mungkin juga menyukai