Anda di halaman 1dari 6

Amalia Widya Larasati, Muhammad Galih Irianto, Eka Cania Bustomi I Peran Pemeriksaan Odontologi Forensik Dalam

Mengidentifikasi Identitas Korban Bencana Masal

Peran Pemeriksaan Odontologi Forensik Dalam Mengidentifikasi


Identitas Korban Bencana Masal

Amalia Widya Larasati1, Muhammad Galih Irianto2, Eka Cania Bustomi3


1Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2Bagian Ilmu Kedokteran Forensik, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
3Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Bencana masal merupakan kejadian yang tidak terduga yang berasal dari alam atau bukan alam dan menimbulkan banyak
korban jiwa. Sebagian besar korban jiwa tidak memiliki identitas sehingga diperlukan pemeriksaan forensik untuk
menentukan identitas korban. Salah satu pemeriksaan primer yang dilakukan adalah dengan pemeriksaan gigi korban atau
odontologi forensik. Gigi merupakan anggota tubuh yang memiliki tingkat individualitas yang tinggi sehingga tidak ada
kesamaan gigi antarindividu, bersifat tahan terhadap pengaruh kerusakan, dan pertumbuhannya tidak dipengaruhi oleh
nutrisi dan sosioekonomi sehingga menujukkan variasi yang lebih sedikit. Peran pemeriksaan odontologi forensik dalam
mengidentifikasi korban bisa mencapai tingkat individu, yaitu dapat mengetahui identitas orang yang diidentifikasi tersebut
apabila terdapat data antemortem dari klinik gigi rumah sakit, lembaga pendidikan, dan praktek pribadi dokter gigi. Di
Indonesia, data antemortem gigi sulit didapatkan karena tidak semua orang memiliki data tersebut, hanya profesi tertentu
yang memiliki data antemortem gigi misalnya TNI/Polri, pilot, dan pramugara/i. Apabila tidak terdapat data antemortem maka
hasil pemeriksaan odontologi forensik hanya dapat memprakiraan usia korban dengan beberapa metode pemeriksaan, yaitu
radiografis dengan metode Blenkin-Taylor, klinis dengan metode perhitungan jumlah gigi erupsi, biokimiawi dengan metode
rasemisasi asam aspartat, dan histologi dengan metode Gustafson. Pemilihan metode pemeriksaan tergantung dengan
kondisi korban, usia, jumlah korban, dan sarana pemeriksaan.

Kata kunci: Forensik, Identifikasi, Odontologi

Role of Forensic Odontology Examination to Identfying


Victim Identity on Mass Disaster

Abstract
Mass disaster is an unexpected event that comes from nature or human which causes many victims. Most of the victims don’t
have an identity, so forensic examination is needed to determine the identity. One of the primary examinations is with
forensic odontology. Teeth are part of the body that have a high level of individuality means each individu won’t have the
same tooth shape, resistant to effects of damage, and their grow not depends by food and socioeconomy so it show less
variety. The results of forensic odontology in identifying victims are until individual level, means it can identify the identity of
the person if there is an accurate antemortem data from goverment hospital, educational institutions, and dentist’s private
practice. In Indonesia, antemortem data are hard to find because not everyone has it, only certain profession has it for
example soldier, police, pilot, and flight attendance. If there is no antemortem data, the results of the forensic odontology
examination can only estimates the age of the victim with several examination methods, such as radiographic with Blenkin
Taylor’s method, clinical with calculation the number of erupting teeth, biochemical with racemization aspartic acid method,
and histological with Gustafson’s method. Choosing the examination method depends on victim’s condition, age, number of
victims, and facility.

Keywords: Forensic, Identifying, Odontology

Korespondensi: Amalia Widya Larasati, Alamat Jl. Prof. Soemantri Brojonegoro LK 01 RT 09 Gedong Meneng Rajabasa Bandar
Lampung, Telepon 082280591601, E-mail iamlwdyl@gmail.com

Pendahuluan topan, dan angin puting beliung melanda


Bencana dapat diakibatkan karena hampir di seluruh daerah Indonesia. Bencana
alam dan manusia. Kondisi alam memegang yang diakibatkan oleh manusia misalnya teror
peranan penting akan timbulnya suatu bom, konflik, kapal tenggelam, dan kecelakaan
bencana, termasuk di negara Indonesia. pesawat. Serangkaian kejadian bencana alam
Negara Indonesia secara geografis dan geologis ini telah mengakibatkan banyak korban jiwa,
terletak di daerah yang rawan terhadap kerugian harta benda, dan kerusakan
bencana alam. Berbagai bencana, seperti: lingkungan.1,2
gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor,

Majority |Volume 7 |Nomor 3 |Desember 2018| 228


Amalia Widya Larasati, Muhammad Galih Irianto, Eka Cania Bustomi I Peran Pemeriksaan Odontologi Forensik Dalam
Mengidentifikasi Identitas Korban Bencana Masal

Bencana masal yang terjadi secara merupakan bagian tubuh yang terkeras,
hebat dan tidak terduga akan menimbulkan memiliki sifat individual serta tahan terhadap
banyaknya korban jiwa yang tidak dikenali atau suhu, kimia, dan trauma sehingga sangat cocok
tidak memiliki identitas. Kesulitan mengenali digunakan untuk proses identifikasi. Metode
korban akibat bencana atau kecelakaan masal odontologi forensik ini memiliki ketetapan
sering menimbulkan permasalah dalam bidang yang tinggi dan hampir sama dengan sidik jari.7
kedokteran forensik.3 Dengan demikian,
kegiatan identifikasi korban bencana masal Isi
(Disaster Victim Identification) menjadi Setiap bencana masal yang terjadi akan
kegiatan yang sangat penting dan dilaksanakan menimbulkan banyak korban yang mungkin
hampir pada setiap kejadian yang dapat utuh, separuh utuh, membusuk,
menimbulkan korban jiwa dalam jumlah yang terpecah menjadi fragmen-fragmen, terbakar
banyak. Tujuan utama dari pemeriksaan ini menjadi abu, separuh terbakar, atau terkubur.
adalah untuk mengenali identitas korban, lalu Pada korban yang mengalami pembusukan,
selanjutnya dapat dapat dilakukan upaya untuk identifikasi melalui sidik jari akan sulit
merawat, mendoakan, dan menyerahkan dilakukan maka dapat digantikan dengan
kepada keluarga korban untuk dikebumikan pemeriksaan gigi geligi karena gigi bersifat
sesuai dengan kepercayaan masing-masing. lebih tahan lama dalam proses pembusukan.8
Selain itu, pengenalan identitas korban juga Gigi digunakan sebagai media yang
bertujuan untuk memberikan ketenangan bermanfaat dalam identifikasi identitas korban
psikologis kepada keluarga korban dengan dan prakiraan usia karena memiliki beberapa
adanya kepastian identitas.1 kelebihan. Gigi memenuhi syarat untuk dapat
Disaster Victim Identification (DVI) digunakan sebagai sarana identifikasi karena
adalah sebuah prosedur untuk mempunyai faktor sebagai berikut: 9,10,11,12
mengidentifikasi korban mati akibat bencana 1. Derajat individualitas yang tinggi,
masal secara ilmiah dan dapat kemungkinan untuk menemukan dua
dipertanggungjawabkan serta mengacu pada orang yang sama giginya adalah satu
standar Interpol. Proses DVI menggunakan per dua triliun. Adanya pola erupsi 20
bermacam-macam metode dan teknik. gigi susu dan 32 gigi tetap serta adanya
Interpol telah menentukan adanya Primary perlakukan khusus misalnya ekstraksi,
Identifier (PI) yang terdiri dari sidik jari, tambalan, perawatan saluran akar,
odontologi, dan DNA serta Secondary Identifier ditambah ciri-ciri khas menyebabkan
(SI) yang terdiri dari medis, aksesoris, dan gigi sangat khas bagi seorang individu .
fotografi. Menurut standar Interpol, 2. Tahap pertumbuhan dan
identifikasi identitas disebut sah dan benar perkembangan gigi dikendalikan oleh
apabila telah berhasil diuji oleh minimal satu faktor genetik, sehingga usia dental
Primary Identifier atau dua Secondary menunjukkan variasi yang lebih sedikit
Identifier.4 dibandingkan dengan tulang atau
Odontologi forensik adalah suatu ilmu bagian tubuh lain yang pertumbuhan
yang menerapkan ilmu pengetahuan mengenai dan perkembangannya dipengaruhi
gigi untuk memecahkan masalah kejahatan oleh nutrisi dan sosioekonomi.
untuk kepentingan pengadilan. Salah satu 3. Memiliki derajat kekuatan dan
aspek ruang lingkupnya adalah peranannya ketahanan terhadap berbagai
dalam membantu tugas fungsi pelayanan pengaruh kerusakan yang tinggi, hal ini
kedokteran forensik pada penanganan kasus- terjadi karena struktur gigi
kasus yang memerlukan identifikasi dengan mengandung bahan anorganik,
sarana gigi.3 misalnya kalsium fosfat dan ion
Dalam kasus bencana masal, bikarbonat yang nantinya membentuk
pemeriksaan dengan sarana gigi dapat senyawa hidroaksiapetit yang
memberikan hasil sampai tingkat individu atau berfungsi sebagai bahan pengeras,
hanya sebatas sampai prakiraan usia korban. pembuat kaku, da penguat tulang serta
Hal ini tergantung dengan data antemortem gigi terdapat di bagian mulut yang
korban.5,6 Gigi geligi dalam rongga mulut cukup memberikan perlindungan

Majority |Volume 7 |Nomor 3 |Desember 2018| 229


Amalia Widya Larasati, Muhammad Galih Irianto, Eka Cania Bustomi I Peran Pemeriksaan Odontologi Forensik Dalam
Mengidentifikasi Identitas Korban Bencana Masal

terhadap berbagai pengaruh 6. Keterangan dari keluarga satau rekan


kerusakan, seperti trauma mekanis, terdekat korban yang diambil di bawah
termis, kimiawi, dan dekomposisi. sumpah.
Dalam melaksanakan identifikasi Data-data antemortem tersebut bisa
manusia melalui gigi, kita dapatkan 2 didapatkan melalui:7
kemungkinan, yaitu;13 1. Klinik gigi rumah sakit pemerintah/TNI-
1. Memperoleh informasi melalui data Polri dan swasta.
gigi dan mulut untuk membatasi atau 2. Puskesmas.
menyempitkan identifikasi. Informasi 3. Rumah Sakit Pendidikan
yang dapat diperoleh antara lain umur, Universitas/Fakultas Kedokteran Gigi.
jenis kelamin, ras, golongan darah, 4. Klinik gigi swasta.
bentuk wajah, dan DNA. 5. Praktik pribadi dokter gigi.
2. Mencari ciri-ciri yang merupakan tanda Data antemortem yang didapat harus
khusus pada korban tersebut. Ciri-ciri memenuhi keakuratan, misalnya kelengkapan
demikian antara lain misalnya ada gigi data, kejelasan data, dan kriteria yang sama
yang dibungkus logam, ada sejumlah untuk dibandingkan.3
gigi yang ompong atau patah, atau Untuk data postmortem, yang perlu
lubang pada bagian depan yang dapat dicatat pada pemeriksaan gigi adalah:9,10,11,12
dikenali oleh kenalan/teman/keluarga 1. Gigi yang ada dan tidak ada, bekas gigi
korban. yang tidak ada apakah lama atau baru
Metode identifikasi identitas dengan terjadi.
sarana gigi salah satunya adalah dengan cara 2. Gigi yang ditambal, jenis bahan dan
membandingkan antara data postmortem kalsifikasinya.
(hasil pemeriksaan korban) dan data 3. Anomali bentuk dan posisi gigi.
antemortem (data gigi sebelumnya yang 4. Karies atau kerusakan gigi yang ada.
pernah dibuat korban). Dengan cara 5. Jenis dan bahan restorasi, perawatan
membandingkan ini, dapat memberikan hasil dan rehabilitasi yang mungkin ada.
sampai tingkat individu, yaitu dapat 6. Atrisi atau pengikisan dataran kunyah
mengetahui identitas orang yang diidentifikasi karena proses mengunyah. Derajat
tersebut. Apabila hasil dari perbandingan itu atrisi akan berbanding lurus dengan
sama, maka hasil identifkasi tersebut positif usia.
yang artinya korban yang diperiksa tersebut 7. Pertumbuhan gigi molar ketiga.
sama dengan orang yang diperkirakan. Di Indonesia, untuk memperoleh data
Sebaliknya apabila hasil identifikasi negatif, gigi antemortem masih merupakan hal yang
maka korban tersebut bukan merupakan orang sulit karena tidak semua individu terarsipkan
yang diperkirakan sehingga diperlukan untuk data mengenai giginya. Hanya beberapa
mencari data gigi lain untuk dibandingkan.3 profesi yang memiliki keterangan tertulis
Apabila identifikasi dengan cara mengenai gigi, misalnya TNI dan pekerja di
membandingkan akan diterapkan, maka data dunia penerbangan. Apabila data antemortem
antemortem gigi korban merupakan syarat tidak dimiliki, maka identifikasi dengan sarana
utama yang harus ada. Data antemortem bisa gigi tidak bisa mencapai sampai tingkat individu
dapat berupa:9,10,11,12 melainkan hanya dapat memprakirakan usia,
1. Dental record, keterangan tertulis ras, dan ciri-ciri khas gigi dari korban.3
tentang keadaan gigi pada Selain pemeriksaan dengan sarana gigi,
pemeriksaan, pengobatan, atau pemeriksaan tulang juga dapat memprakirakan
perawatan gigi. usia korban apabila pada korban yang ingin
2. Foto rontgen gigi. diidentifikasi tidak ada gigi yang tersisa dan
3. Cetakan gigi. tersedia. Kekurangan dari pemeriksaan tulang
4. Prothesis gigi atau alat ortodonsi. adalah hanya dapat memprakirakaan usia
5. Foto close up muka atau profil daerah dalam rentang usia tertentu dan memiliki
gigi atau mulut. simpangan baku yang besar. Sedangkan
pemeriksaan odontologi untuk prakiraan usia
korban memiliki simpang baku yang sempit.14,15

Majority |Volume 7 |Nomor 3 |Desember 2018| 230


Amalia Widya Larasati, Muhammad Galih Irianto, Eka Cania Bustomi I Peran Pemeriksaan Odontologi Forensik Dalam
Mengidentifikasi Identitas Korban Bencana Masal

Tabel 1. Umur Timbulnya Gigi16 dapat dipilih satu metode yang paling efektif
Jenis Gigi Usia dan efisien. Contohnya pada kasus bencana
Gigi susu/sulung alam gunung meletus atau kecelakaan kapal
I1 6-8 bulan laut, maka dapat menggunakan pemeriksaan
I2 7-9 bulan radiografis atau klinis yag lebih sederhana dan
M1 12-15 bulan
singkat dibandingkan dengan metode
C 16-18 bulan
M2 20-24 bulan
biokimiawi dan histologi. Selain itu, teknologi
Gigi tetap radiografi digital juga memungkinkan
M1 7 tahun penyingkatan waktu pemeriksaan karena tidak
I1 8 tahun memerlukan pencucian film.5
I2 9 tahun Bencana masal yang terjadi di daerah
P1 10 tahun pedalaman, akan menyulitkan penyediaan
P2 11-13 tahun sarana pemeriksaan secara radiografi, histologi
M2 11-15 tahun dan biokimiawi. Sehingga untuk
M3 18-20 tahun mengidentifikasi korban bencana masal yang
berada di pedalaman dipilih metode klinis
Prakiraan usia dengan pemeriksaan dengan perhitungan jumlah dan pola erupsi
gigi korban dapat dilakukan dengan empat gigi untuk usia anak sampai remaja dan
metode, yaitu pemeriksaan klinis, radiografis, metode pola dan derajat atrisi pada individu
histologi, atau biokimawi. Masing-masing usia dewasa.15,20
metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan Keausan permukaan gigi merupakan
masing-masing. Pemilihan metode dilakukan kriterium selanjutnya dalam penentuan usia.
berdasarkan status individu (hidup atau mati), Untuk itu disusun 5 derajat keausan gigi:16
usia, jenis kasus (tunggal atau masal), dan 0. Tidak terlihat keausan sama sekali;
ketersediaan sarana dan perangkat.8 1. Enamel aus sedikit, tetapi tonjolan
Pemeriksaan odontologi pada korban kunyah masih utuh;
hidup dapat dilakukan dengan metode non- 2. Pada bbeberapa tempat telah terlihat
invasif (tanpa etraksi) misalnya radiografis, beberapa dentin berwarna kuning;
sedangkan pada korban mati dapat dilakukan 3. Pada seluruh permukaan enamel telah
dengan semua jenis metode karena pada aus
korban mati dapat dilakukan ekstraksi gigi. 4. Sebagian besar mahkota gigi telah aus
Pada korban mati dipilih metode radiografi s.d. leher gigi
ekstraoral panoramik.17 Peranan odontologi forensik yang
Sedangkan, berdasarkan usia, ada merupakan Primary Identifier dalam
beberapa pilihan metode yang dapat dipilih mengidentifikasi korban yang tidak memiliki
untuk dilakukan pemeriksaan odontologi. Pada identitas sangat penting dan memberikan
korban kategori usia anak dan remaja , metode kontribusi yang tinggi. Pada bencana masal
yang paling sesuai adalah metode klinis.16 tenggelamnya kapal KM. Senopati Nusantara di
Pemeriksaan biokimiawi dapat dilakukan pada perairan Rembang, Jawa Tengah pada tahun
kelompok usia anak sampai remaja apabila gigi 2006, korban yang dapat teridentifikasi hanya
sudah diekstraksi. Pemeriksaan histologis 13 dari 36 penemuan jenazah karena lamanya
dipilih untuk kategori usia dewasa (lebih dari waktu penemuan jasad jenazah sehingga
21 tahun).18,19 proses pembusukan cepat terjadi. Dari 13
Jumlah korban pada saat kejadian jenazah yang teridentifikasi, 3 jenazah (23%)
bencana juga memengaruhi pemilihan metode teridentifikasi melalui data kombinasi
yang akan digunakan untuk identifikasi uisa pemeriksaan primer dan sekunder.
korban. Pada kasus tunggal, dapat dipilih lebih Pemeriksaan primer yang digunakan untuk
dari satu metode yang sesuai dengan mengidentifikasi ketiga jenazah tersebut
karakteristik usia untuk memastikan usia adalah pemeriksaan gigi (dental record)
korban agar hasilnya lebih akurat. Namun, sebanyak 2 jenazah (66,7%) dan pemeriksaan
pada bencana masal yang biasanya DNA (33,3%).1
menimbulkan banyak korban jiwa dan waktu Pada bencana masal kecelakaan
yang terbatas untuk identifikasi maka hanya pesawat Garuda GA 200 PK-GZC Boeing 737-

Majority |Volume 7 |Nomor 3 |Desember 2018| 231


Amalia Widya Larasati, Muhammad Galih Irianto, Eka Cania Bustomi I Peran Pemeriksaan Odontologi Forensik Dalam
Mengidentifikasi Identitas Korban Bencana Masal

400 jurusan Jakarta - Yogyakarta, saat Ringkasan


melakukan pendaratan. Pesawat yang Gigi merupakan anggota tubuh yang
membawa 133 penumpang dan 7 awak bersifat kuat, pertumbuhannya dipengaruhi
pesawat ini terbakar dan menewaskan 21 oleh genetik, dan memiliki nilai individualitas
penumpangnya (20 penumpang, 1 kru yang tinggi sehingga gigi dapat digunakan
pesawat). Dua puluh dari 21 jenazah yang sebagai data primer untuk mengidentifikasi
ditemukan (95%) mengalami kondisi menjadi korban bencana masal yang tidak diketahui
separuh arang dan hanya 1 jenazah yang relatif identitasnya. Pemeriksaan odontologi forensik
tidak menjadi arang. Sebanyak 14 jenazah akan memberikan hasil identitas sampai ke
(66,7%) murni teridentifikasi hanya dengan tingkat individu apabila terdapat data
pemeriksaan primer (Primary Identifier) antemortem, namun apabila data antemortem
berdasarkan data gigi (dental record). Sisanya tidak tersedia maka pemeriksaan gigi dapat
sebanyak 6 jenazah (33,3%) teridentifikasi memprakirakan usia korban dengan metode
melalui kombinasi pemeriksaan primer dan klinis, radiografis, histologi, dan biokimiawi.
sekunder. Dari 6 jenazah ini, pemeriksaan
primer berdasarkan data gigi berhasil Daftar Pustaka
mengidentifikasi semua identitas jenazah. 1. Prawestiningtyas E. Identifikasi forensik
Sehingga pemeriksaan primer menggunakan berdasarkan pemeriksaan primer dan
data gigi pada kecelakaan pesawat ini mampu sekunder sebagai penentu identitas
mengidentifikasi 20 jenazah dari total 21 korban pada dua kasus bencana massal.
jenazah (95%).1 Jurnal Kedokteran Brawijaya. 2009; 25(2):
Rekam gigi (dental record) merupakan 87-94.
prioritas pemeriksaan utama yang harus 2. Hidayati D. Kesiapsiagaan masyarakat:
dilakukan sebelum pemeriksaan sekunder paradigma baru pengelolaan bencana
pada bencana masal kebakaran karena alam di Indonesia. Jurnal Kependudukan
keutuhan gigi pada korban kebakaran masih Indonesia. 2008; 3(1):69-84.
baik, sedangkan pada korban tenggelam 3. Gadro SA. Peran odontologi forensik
pemeriksaan primer berupa rekam gigi (dental sebagai salah satu sarana pemeriksaan
record) tidak dapat dijadikan prioritas utama identifikasi jenasah tak dikenal. Jurnal
sehingga mutlak diperlukan pemeriksaan Berkala Ilmu Kedokteran. 1999; 31(3):195-
sekunder untuk memastikan identitas korban. 199.
Pemeriksaan primer (Primary Identifier) 4. Saparwoko E. DVI in Indonesia. Bandung,
menggunakan data sidik jari sulit dilakukan 2006.
pada keadaan bencana masal seperti 5. Putri AS. Perkiraan usia individu melalui
kebakaran, tanah longsor, kecelakaan pesawat, pemeriksaan gigi untuk kepentingan
dan tenggelam karena diperkirakan keadaan forensik kedokteran gigi. Jurnal Persatuan
sidik jari korban sudah tidak sempurna untuk Dokter Gigi Indonesia. 2013; 62(3):55-63.
diidentifikasi. Sedangkan pemeriksaan DNA, 6. Interpol interpol DVI Form Post-Mortem
walaupun bersifat sensitif dan memerlukan (pink) 2002.
waktu yang lama dan biaya yang relatif mahal “http://www.interpol.int/INTERPOL-
sehingga akan sulit diaplikasikan pada bencana expertise/ Forensics/DVI-Pages/Forms.
masal yang memiliki jumlah korban yang 7. Budi AT. Peran restorasi gigi dalam proses
banyak. 1 identifikasi korban. Jurnal Persatuan
Dokter Gigi Indonesia. 2014; 63(2):41-45.
Simpulan 8. Blau S. The role of forensik anthropology
Pemeriksaan odontologi forensik in disaster victim identification. Bandung.
merupakan pemeriksaan yang memiliki 2006.
peranan penting dan termasuk kategori 9. Departemen Pertahanan dan Keamanan.
pemeriksaan primer untuk mengidentifikasi Buku pedoman forensik odontologi
identitas korban akibat bencana masal. sebagai sarana identifikasi cetakan kedua.
Jakarta: Puskes ABRI. 1979.
10. Sopher IM. Forensic Dentistry. Springfield:
Thomas. 1976.

Majority |Volume 7 |Nomor 3 |Desember 2018| 232


Amalia Widya Larasati, Muhammad Galih Irianto, Eka Cania Bustomi I Peran Pemeriksaan Odontologi Forensik Dalam
Mengidentifikasi Identitas Korban Bencana Masal

11. Keiser NS. Person identification by mean


of the teeth. Bristol: John Wright & Sons.
1980.
12. Luntz LL. Dental identification.
Philadelphia: Lippincot. 1973.
13. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Pedoman penatalaksanaan
identifikasi korban mati pada bencana
massal cetakan kedua. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI. 2006.
14. Indriati E. Antropologi forensik:
identifikasi rangka manusia, aplikasi
antropologi biologis dalam konteks
hukum. Gajah Mada University Press.
2010; 10(1):59-78.
15. Sarkar S, Kailasam S, Mahesh KP. Accuracy
of estimation of dental age in comparison
with chronological age in Indian
population e A comparative analysis of
two formulas. J Forensic and Legal
Medicine. 2012; 1-4.
16. Glinka SVD et al,. Metode Pengukuran
Manusia. Surabaya; Airlangga Uniersity
Press. 2007.
17. Nystroma M, Peckb L, Kleemola KE,
Evalahti M, Kataja M. Age estimation in
small children: reference values based on
counts of deciduous teeth in Finns.
Forensic Science International. 2000;
110(21):179- 88.
18. Stavrianos C, Mastagas D, Stavrianou I,
Karaiskou O. Dental age estimation of
adults: a review of methods and
principals. Res J Med Sci. 2008; 2(5):258-
68.
19. Kumar KK. Dental age estimation using
amino acid racemization. Indian J Dent
Res. 2008;19(2): 172-74.
20. Meinl AM. The application of dental age
estimation methods: comparative validity
and problems in practical implementation.
University of Vienna; 2007; 1-8.

Majority |Volume 7 |Nomor 3 |Desember 2018| 233

Anda mungkin juga menyukai