Perdarahan Pasca-Salin (PPS) tetap menjadi penyebab utama morbiditas
dan mortalitas ibu di seluruh dunia dimana lebih banyak terjadi di negara-negara berkembang dengan perkiraan angka kematian 140.000 per tahun atau satu kematian ibu setiap empat menit. PPS terjadi pada 5% dari semua persalinan, mayoritas kematian terjadi dalam waktu empat jam setelah persalinan yang menunjukkan bahwa itu adalah konsekuensi dari kala III persalinan. WHO memperkirakan bahwa dari 529.000 kematian ibu terjadi setiap tahun, 136.000 atau 25,7% kematian terjadi di India dan dua per tiga dari kematian ibu ini terjadi setelah melahirkan, yang merupakan komplikasi PPS. 1 Selain mortalitas maternal, morbiditas maternal akibat kejadian PPS juga cukup berat, sebagian bahkan menyebabkan cacat menetap berupa hilangnya uterus akibat histerektomi. Morbiditas lain diantaranya anemia, kelelahan, depresi, dan risiko tranfusi darah. Histerektomi menyebabkan hilangnya kesuburan pada usia yang masih relatif produktif sehingga dapat menimbulkan konsekuensi sosial dan psikologis. Selain itu, telah diketahui bahwa PPS yang masif dapat mengakibatkan nekrosis lobus anterior hipofisis yang menyebabkan Sindroma Sheehan’s. 1,2 Penyebab PPS yang paling sering adalah uterus tidak dapat berkontraksi dengan baik untuk menghentikan perdarahan dari bekas insersi plasenta (tone), trauma jalan lahir (trauma), sisa plasenta atau bekuan darah yang menghalangi kontraksi uterus yang adekuat (tissue), dan gangguan pembekuan darah (thrombin). 1,3
Histerektomi adalah upaya terakhir untuk kasus PPS refraktori, ketika
semua cara lain untuk mengendalikan perdarahan gagal. Kemajuan dalam intervensi radiologi dan teknik bedah telah memberikan alternatif yang aman dan efektif untuk histerektomi pada banyak kasus. 2,3 Saat ini, telah ada rekomendasi mengenai manajemen aktif persalinan kala III sebagai upaya pencegahan PPS. 3