Anda di halaman 1dari 16

Spesifikasi teknis

SPESIFIKASI TEKNIS
Pasal 1
URAIAN PEKERJAAN

1.1. Lingkup Pekerjaan.


Organisasi : …………………………………………………………
Kegiatan : …………………………………………………………
Pekerjaan : …………………………………………………………
Lokasi : …………………………………………………………
Tahun Anggaran : 2 0 1 8
1.2. Sarana Bekerja.
Untuk Kelancaran pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus menyediakan :
a. Tenaga kerja/tenaga ahli yang cukup memadai dengan jenis pekerjaan yang
akan dilaksanakan.
b. Alat bantu seperti alat pengaduk beton, alat-alat pengangkut dan
peralatan penunjang lainnya yang dipergunakan guna kelancaran
pelaksanaan pekerjaan.
c. Penyediaan bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap
pekerjaan yang akan dilaksanakan tepat pada waktunya.
1.3. Cara Pelaksanaan
Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian, sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), Gambar Rencana, Berita
Acara Penjelasan serta mengikuti petunjuk dari Pengguna Jasa dan Keputusan
Pengawas.

Pasal 2
JENIS DAN MUTU BAHAN

2.1. Jenis dan mutu bahan yang dipakai dari produksi dalam Negeri sesuai dengan
keputusan bersama Menteri Perdagangan dan Koperasi, Menteri Perindustrian dan
Menpan.
 Nomor : 472/Kab/XII/1980

 Nomor : 813/MENPAN/1980

 Nomor : 064/MENPAN/1980

 Tanggal : 23 Desembar 1980

Pasal 3
PERATURAN – PERATURAN TEKNIS PELAKSANAAN

1. Untuk melaksanakan pekerjaan ini digunakan ketentuan dan peraturan yang sesuai
dengan bidang pekerjaan seperti tercantum dibawah ini termasuk segala
perubahannya hingga kini ialah :
a. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor 11/PRT/M/2013 tentang Analisa
Harga Satuan Pekerjaan Berdasarkan PED.AHSP BID. PU.
b. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 dan perubahan kedua Nomor 70 Tahun
2012 serta perubahan terakhir Nomor 4 Tahun 2015.
c. Surat Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah RI Nomor :
339/KPTS/M/2003 tanggal 31 Desember 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi oleh Instansi Pemerintah.
d. Instruksi Presiden Rl Nomor 1 Tahun 1988.
e. Aigemene voorwearden voor de uitvoering bij aaneming van openbare warken,
yang disahkan dengan Surat Keputusan - Pemerintah Hindia Belanda nomor 28
tanggal 9 Mei 1941 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 14571 (khusus pasal-
CV.MITRA ABADI
Spesifikasi teknis

pasal yang masih berlaku).


f. SNI 1728-1989.SKBI 1.3.53.1989 tentang tata cara pelaksanaan mendirikan
bangunan gedung.
g. SNI 03-1734-1989; SNI 03-1734-189-F, tentang tata cara perencanaan beton
bertulang dan struktur dinding beton bertulang untuk rumah dan gedung.
h. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.
i. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. j.
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 031/KPTS/1981.
k. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/KPTS/198: tentang
Penanggulangan Bahaya Kebakaran.
l. Surat Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah RI. Nomor
332/KPTS/M/2002 tanggal 21 Agustus 2002 Tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
m. Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan tertulis yang diberikan pengawas
pekerjaan untuk mencapai tujuan pembangunan.
n. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007. Tentang Pedoman
Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
Apabila ternyata terdapat revisi terakhir dari peraturan-peraturan tersebut diatas,
maka revisi terakhir yang menjadi acuan dalam pelaksanaannya. Demikian pula
apabila bertentangan dengan Spesifikasi Teknik berikut ini maka yang berlaku
adalah Spesifikasi atau berdasarkan keputusan Direksi .

Pasal 4
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR

4.1. Kontraktor wajib meneliti semua Gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-
syaratnya (RKS) termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan
dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing)
4.2. Bila Gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syaratnya (RKS), maka yang
mengikat/berlaku adalah ketentuan yang ada dalam RKS. Bila suatu gambar tidak
cocok dengan gambar yang lain, maka gambar yang mempunyai skala besar yang
berlaku.
4.3. Bila perbedaan-perbedaan tersebut menimbulkan keragu-raguan sehingga dalam
pelaksanaan menimbulkan kesalahan, maka Kontraktor wajib menanyakan kepada
Pengawas/Direksi dan Kontraktor harus mengikuti keputusannya.

Pasal 5
JADWAL PELAKSANAAN

5.1. Sebelum memulai pekerjaan nyata di lapangan pekerj aan, Kontraktor wajib
membuat rencana pekerjaan pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa
Bart-chart atau CURVA "S", yang telah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Direksi/Pengawas.
5.2. Kontraktor wajib memberikan Salinan Rencana Kerja rangkap 4 (empat) kepada
Direksi/Pengawas. Satu salinan rencana kerja harus ditempel pada dinding bangsal
Kontraktor di lapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan pekerjaan di
lapangan.
5.3. Pengawas/Direksi akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan Rencana
Kerja tersebut.

Pasal 6
KETELITIAN KERJA

6.1. Dilapangan pekerjaan, Kontraktor wajib menunjuk seorang kuasa Kontraktor


atau biasa disebut ”PELAKSANA LAPANGAN” untuk memimpin pelaksanaan
pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh dari Kontraktor, berpendidikan
minimum STM bangunan yang berpengalaman minimal 3 tahun, dan SMK/sederajat
yang berpengalaman minimal 3 tahun sebagai tenaga Administrasi. Penunjukan
CV.MITRA ABADI
Spesifikasi teknis

tenaga ahli yang bertugas di lapangan tersebut ditujukan kepada Pemberi Tugas
dan Assisten Pengawas Teknis serta Pengawas sebagai tembusannya.
6.2. Dengan adanya Pelaksana Lapangan, tidak berarti bahwa Kontraktor lepas
tanggung jawab sebagian maupun keseluruhan kewajibannya
6.3. Kontraktor wajib memberi tahu secara tertulis kepada Assisten Pengawas Teknis
Proyek dan Pengawas, nama dan Jabatan Pelaksana untuk mendapatkan
persetujuan.
6.4. Bila kemudian hari, menurut pendapat Assisten Pengawas Proyek dan Pengawas
pelaksana kurang mampu atau tidak cakap memimpin pekerjaan, maka akan
diberitahukan kepada Kontraktor secara tertulis untuk mengganti Pelaksana Lapangan
tersebut.
6.5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan, Kontraktor
harus sudah menunjuk Pelaksana baru atau Kontraktor sendiri (Penanggung
Jawab/Direktur Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan.
6.6. Pemborong harus menyediakan alat – alat yang diperlukan untuk melaksanakan dan
menyelesaikan pekerjaan secara sempurna dan efisien, minimal: 1) Pick Up : 1 Unit
Kapasitas 1.3 s/d 1.5 M3; 2) Beton Molen : 1 Unit Kap 0.3 s/d 0.6 M3; 3) Water Pass
: 1 Unit; 4) Pompa Air : 1 Unit; 5) Mesin Genset : 1 Unit; 6) Peralatan Tukang Kayu 2
Set; 7) Peralatan Tukang Semen 2 Set.

Pasal 7
TEMPAT TINGGAL (DOMISILI) KONTRAKTOR

7.1. Untuk menjaga kemungkinan diperlukannya kerja diluar jam kerja (lembur) apabila
terjadi hal-hal yang mendesak, Kontraktor atau pelaksana wajib memberitahukan
secara tertulis alamat lengkap dilokasi kepada Assisten Pengawas Proyek dan
Pengawas.
7.2. Alamat Kontraktor atau pelaksana diharapkan tidak berpindah-pindah selama
pekerjaan Bila terjadi perubahan alamat, Kontraktor/Pelaksana wajib memberitakan
secara tertulis.

Pasal 8
PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN

8.1. Kontraktor wajib menjaga keamanan di lapangan terhadap barang-barang milik


Proyek, Pengawas milik Pihak Ketiga yang ada di lapangan.
8.2. Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah dipasang atau belum,
menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak diperhitungkan dalam biaya
pekerjaan tambahan.
8.3. Apabila terjadi kebakaran yang bersumber dari lokasi proyek, Kontraktor
bertanggung jawab atas akibatnya baik yang berupa barang-barang maupun
keselamatan jiwa. Untuk itu Kontraktor harus menyediakan alat pemadam
kebakaran yang siap dipakai dan ditempatkan pada tempat yang mudah
dijangkau.

Pasal 9
JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA

9.1. Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat


Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) yang selalu dalam keadaan siap
digunakan di lapangan untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi semua
petugas dan pekerja di lapangan.
9.2. Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja
wajib diberikan Kontraktor sesuai dengan peraturan yang berlaku.

CV.MITRA ABADI
Spesifikasi teknis

Pasal 10
SITUASI DAN UKURAN

10.1. Situasi.
a. Kontraktor wajib meneliti situasi tapak, terutama keadaan tanah dan kondisi
bangunan, sifat serta luasnya pekerjaan dan hal -hal lain yang dapat
mempengaruhi Harga Penawarannya.
b. Kelalaian atau kekurang telitian Kontraktor dalam hal ini tidak dijadikan alasan
untuk mengajukan alasan untuk mengajukan tuntutan.

10.2. Ukuran.
a. Ukuran satuan yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam cm, kecuali
ukuran-ukuran untuk Pipa/Besi yang dinyatakan dalam inch atau mm.
b. Peil lantai bangunan disesuaikan dengan bangunan yang ada atau petunjuk
dari Pengawas / Direksi di lapangan.

10.3. Memasang Papan Bouwplank.


a. Pekerjaan pengukuran dan pemasangan bouwplank, dilaksanakan setelah
pekerjaan peralatan tanah dan pembersihan lokasi selesai dilaksanakan.
b. Pembuatan dan pemasangan bouplank termasuk pekerjaan Kontraktor
dimana ketetapan peletakan bangunan diukur di bawah pengawasan
Pengawas dengan titik patok yang dipancang kuat-kuat dan papan dari
bahan kayu klas III dengan ketebalan 2 cm, diketam rata bidang sisi atasnya
dan yang tidak berubah oleh cuaca.

c. Pekerjaan pengukuran pemasangan bouwplank ini dilakukan oleh tenaga


pembantu Kontraktor yang ahli dan mengerti cara-cara mengukur maupun
pengukuran menurut situasi dan kondisi tanah bangunan serta selalu berada
di lapangan.

Pasal 11
SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN

11.1. Semua bahan bangunan yang didatangkan harus memenuhi syarat-syarat yang
telah ditentukan.
11.2. Pengawas berwenang menanyakan asal bahan dan Kontraktor wajib memberitahukan.
11.3. Kontraktor wajib memperlihatkan contoh bahan sebelum digunakan.
Contoh-contoh ini harus mendapatkan persetujuan dari Pengawas.
11.4. Bahan bangunan yang telah didatangkan Kontraktor di lapangan pekerjaan, tetapi
ditolak pemakaiannya oleh Pengawas, harus segera dikeluarkan dan selanjutnya
dibongkar atas biaya Kontraktor dalam waktu 2 x 24 jam, terhitung dari jam
penolakan.
11.5. Pekerja atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan Kontraktor tetapi ditolak oleh
Pengawas, maka pekerjaan tersebut harus segera dihentikan dan selanjutnya
dibongkar atas biaya Kontraktor dalam waktu yang ditetapkan oleh Pengawas.

Pasal 12
PEMERIKSAAN PEKERJAAN

12.1. Bila telah selesai, akan tetapi belum diperiksa oleh Pengawas, Kontraktor wajib
memintakan persetujuan kepada Pengawas. Baru apabila Pengawas telah
menyetujui bagian pekerjaan tersebut, Kontraktor dapat meneruskan pekerjaan.
12.2. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari
diterimanya Surat Permohonan Pemeriksaan, tidak dihitung hari raya/libur) tidak
dipenuhi oleh Pengawas, Kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian
yang seharusnya diperiksa dianggap telah disetujui Pengawas, hal ini dikecualikan

CV.MITRA ABADI
Spesifikasi teknis

bila Pengawas minta perpanjangan waktu.


12.3. Bila Kontraktor melanggar ayat 1 Pasal ini, maka Pengawas berhak menyuruh
membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki. Biaya
pembongkaran dan pemasangan kembali menjadi tanggungan Kontraktor.

Pasal 13
PEKERJAAN TAMBAH KURANG

13.1. Tugas mengerjakan pekerjaan tambah/kurang diberitahukan dengan tertulis atau


ditulis dalam Buku Harian Pengawas serta persetujuan Pemberi Tugas.
13.2. Pekerjaan tambah/kurang hanya berlaku bila memang nyata -nyata ada perintah
tertulis dari Pengawas atau atas persetujuan Pemberi Tugas.
13.3. Biaya pekerjaan tambah/kurang akan diperhitungkan menurut Daftar Harga
Satuan Pekerjaan, yang dimasukan oleh Kontraktor sesuai bunyi Kontrak yang
pembayarannya bersama dengan angsuran terakhir.
13.4. Untuk pekerjaan tambah yang harga satuannya tidak dicantumkan dalam
Harga Satuan yang dimasukan dalam Penawaran Harga Satuannya akan
ditentukan lebih lanjut oleh Pengawas bersama-sama Kontraktor dengan
persetujuan Pemberi Tugas.
13.5. Adanya pekerjaan tambahan tidak dapat dijadikan alasan sebagai penyebab
keterlambatan penyerahan pekerjaan, terkecuali alasan tersebut dapat diterima
oleh Direksi.

Pasal 14
PEKERJAAN LAPANGAN

14.1. Pembongkaran dan Pembersihan


Kontraktor harus membersihkan halaman lokasi dari segala sesuatu yang dapat
mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan dan membongkar bidang-
bidang bangunan yang berkenaan dengan adanya pertambahan luasan serta
membersihkan bagian-bagian bangunan yang akan dibongkar dengan tidak
mengubah struktur seperti yang tertera dalam Gambar Bestek atau petunjuk
Pengawas.
14.2. Pengadaan Air Sementara
Kontraktor diharuskan untuk menyediakan air sementara untuk pelaksanaan
proyek atas biaya Kontraktor baik dengan membuat sumur galian ataupun sumur
pompa serta mengalirkan ke tempat-tempat yang ditentukan oleh Direksi
Lapangan.
14.3. Penebangan Pohon dan Semak-semak
Pohon-pohon dan semak-semak yang terdapat pada areal harus ditebang dan
dibersihkan sampai akar-akarnya, kemudian disingkirkan dari lapangan pekerjaan.
Pohon–pohon yang ditebang harus sesuai dengan yang ditentukan oleh Pengawas
Lapangan/Direksi Lapangan (tebang pilih). Kontraktor harus menjaga kelestarian
segala jenis pohon yang ada dilapangan, penebangan ataupun pemindahan
pohon harus mendapat persetujuan tertulis dari Pengawas/Direksi Lapangan.

Pasal 15
PEKERJAAN TANAH

15.1. Pembentukan tanah halaman dan tanah untuk struktur.


Pekerjaan ini meliputi cut and fill serta perataan tanah pada daerah dimana akan
didirikan bangunan yang direncanakan bila terdapat tanah gundukan di
lapangan.
15.2. Pekerjaan Galian Tanah
a. Pekerjaan galian tanah untuk pondosi tidak boleh dimulai sebelum bouwplank
serta tanda tinggi dasar ± 0.00, atau dengan ketentuan lain dengan disetujui
oleh Direksi.
b. Pekerjaan galian tanah dilaksanakan untuk semua pasangan pondasi dan semua

CV.MITRA ABADI
Spesifikasi teknis

pasangan lainnya di dalam tanah seperti galian untuk pondasi dan semua
saluran-saluran serta lain-lain yang nyata-nyata harus dilakukan sesuai dengan
gambar rencana dan tanah kelebihannya harus digunakan untuk urugan
kembali sebagai penutup samping bangunan atau dibuang.
c. Semua unsur-unsur pengganggu yang terdapat di dalam atau di dekatkan
tanah galian seperti akar–akar dan tunas pohon serta tunggul-tunggul, kayu-
kayu, batuan dan sebagainya harus dikeluarkan dan disingkirkan.
d. Kontraktor harus menjaga agar seluruh galian tidak digenangi air dengan jalan
menimba, memompa atau dengan cara-cara lain yang dianggap baik atas
beban dan biaya Kontraktor.
e. Galian tanah tidak boleh dibiarkan sampai lama, tetapi setelah galian
disetujui Direksi, segera mulai dengan tahap pelaksanaan berikutnya.

Pasal 16
PEKERJAAN KAYU

16.1. Lingkup Pekerjaan Kayu

Pekerjaan kayu meliputi penyediaan tenaga yang terampil sesuai dengan jenis
pekerjaan, penyediaan bahan yang cukup, peralatan tukang baik bersifat mekanik
maupun manual guna kelancaran pekerjaan ini.
Macam pekerjaan kayu yang akan dilaksanakan, terdiri atas :

a. Pekerjaan pondasi
b. Pekerjaan rangka badan
c. Pekerjaan plafond
d. Pekerjaan lain-lain.

16.2. Persyaratan Bahan

a. Kayu yang dipakai harus sesuai PPKI 1961 (NI-5) lampiran 1, kayu berkualitas
baik, tua, kering dan tidak bercacat dan pecah -pecah sesuai Pasal III PKKI
1961 mutu A.
b. Selama Pelaksanaan, mutu dan kekeringan kayu harus dijaga dengan
menyimpannya di tempat kering, terlindung dari hujan dan panas terutama
kusen-kusen dan rangka pintu yang telah selesai.
c. Semua pekerjaan kayu yang akan di finis h harus diketam rata dan halus
dengan menggunakan ketam kayu, kecuali ditentukan lain.
d. Semua ukuran yang tertera dalam gambar maupun tersebut dalam Pasal ini
adalah ukuran jadi, yaitu ukuran setelah kayu selesai dikerjakan atau dipasang
dengan toleransi rata-rata maksimum 3 mm untuk setiap permukaan kayu yang
sudah dikerjakan.

16.3. Klasifikasi Bahan dan Macam Pekerjaan

Klasifikasi bahan berdasarkan PKKI dan macam pekerjaan untuk jenis pekerjaan
kayu kasar dan halus pekerjaan halus, dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

CV.MITRA ABADI
Spesifikasi teknis

a. Pekerjaan Kayu Kasar.


Klas
Kuat Jenis
No Kayu Kayu Penggunaan Keterangan

1 2 3 4 5

1. -- Belian tidak a. Tiang tongkat+laci


ketam b. Balok keep
c. Balok gelegar

2. Klas Mabang a. Rangka plafond


II , Prepat,
Meranti,
Punak

b. Pekerjaan Kayu Halus (Ketam).


Klas
No Kuat Jenis Penggunaan Keterangan
Kayu Kayu
1 2 3 4 5

1. -- Belian a. Rangka badan


b. Sengkang
c. Papan lisplank

16.4. Syarat Pelaksanaan

a. Semua ukuran yang tertera pada gambar adalah ukuran bersih/ukuran jadi
(sudah diketam halus s iap difinish).
b. Semua bahan yang digunakan untuk pekerjaan halus ini proses pengerjaannya
harus menggunakan mesin, terkecuali mendapat persetujuan Pengawas.
c. Penyambungan dan pertemuan semua kayu finishing harus sedemikian rupa
sehingga susut dibagian mana saja dan bentuk konstruksi kayu tersebut.
d. Permukaan kayu yang terlihat/diexpose dan sisi bawah rangka langit-langit
harus diserut rata, khususnya bagian kayu yang siap difinishing harus benar-
benar rata dan licin, harus tidak ada lubang serta mata kayu.

Hal-hal lain yang belum diuraikan di atas disesuaikan dengan bentuk dan ukuran
seperti tertera pada Gambar Rencana atau dengan petunjuk Pengawas / Direksi
Lapangan.

16.5. Pekerjaan Pondasi

a. Bahan pondasi dari kayu belian kualitas baik.


b. Tiang tongkat ukuran seperti pada gambar rencana, setelah dipasang alas dan
laci kemudian ditumbuk dengan besi penumbuk sehingga sampai titik penurunan
0.00 cm.
c. Alas ukuran sesuai dengan gambar rencana.
d. Laci ukuran sesuai gambar dipasang pada tiang tongkat diperkuat dengan baut Ø
5/8”.
e. Balok keep dan bantalan ukuran sesuai dengan gambar rencana dipasang dengan
system pen dan lobang dan diperkuat dengan terbut kayu belian 1–1,5cm.
Sambungan balok keep dengan bibir miring berkait dan dibaut.

CV.MITRA ABADI
Spesifikasi teknis

16.6. Pekerjaan Rangka Badan

a. Tiang, sengkang dan balok kunci / tutup tiang dari kayu belian diketam bersih
dengan ukuran sesuai gambar rencana.
b. Pemasangan tiang-tiang sengkang-sengkang dan balok kunci dengan system
pen dan lobang dan diperkuat dengan terbut kayu belian dia 1–1,5 cm.
c. Pengerjaan rangka badan dikerjakan dengan halus dan rapi.

16.7. Pekerjaan Plafond

a. Pekerjaan ini meliputi rangka dan penutup plafond GRC dengan kayu klas II
sejenis mabang, punak dengan ukuran seperti pada gambar
b. Sebelum memasang lembaran-lembaran plafond, kedudukan struktur rangka
harus kuat hubungan ditahan dengan baik oleh struktur atap (kuda-
kuda) dan letak, pola dan ukuran -ukurannya sudah sesuai gambar.
c. Kayu-kayu rangka diserut pada sisi-sisi yang akan ditempeli plafond. Kerangka
kayu harus datar d an tidak melengkung.
d. Untuk pemasangan plafond renglat kayu kelas II terlebih dahulu harus diserut
tiga sisi dan dipasang dengan jarak nat 1 cm.
e. Kontraktor harus bertanggung jawab atas kerapian dan kesempurnaan
pekerjaan ini, apabila ada pekerjaan yang tidak sesuai maka Kontraktor harus
memperbaikinya dengan beban biaya Kontraktor, kecuali bila ada ketentuan lain
dari Pengawas.
Pasal 17
PEKERJAAN BETON

17.1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan-bahan, peralatan, tenaga yang terampil


sesuai dengan jenis pekerjaan, penyediaan bahan yang cukup, peralatan tukang
baik bersifat mekanis maupun manual guna kelancaran pekerjaan ini.

17.2. Macam Pekerjaan

a. Pekerjaan Beton Bertulang


1. Kolom
2. Balok
3. Dan Lantai

17.3. Persyaratan Bahan

a. Semen Portland
Yang digunakan harus dari mutu yang terbaik, terdiri dari satu jenis merk dan
atau persetujuan dan harus memenuhi NI–8. Semen yang telah mengeras
sebagian/seluruhnya tidak dibenarkan untuk digunakan. Tempat penyimpanan
harus diusahakan sedemikian rupa sehingga bebas dari kelembaban, bebas dari
air dengan lantai terangkat dari tanah dan ditumpuk sesuai dengan syarat
penumpukan semen

b. Pasir Beton
Pasir halus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan- bahan organik,
lumpur dan sebagainya dan harus memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang
dicantumkan dalam PBI 1971.

CV.MITRA ABADI
Spesifikasi teknis

c. Batu Split
 Digunakan batu yang bersih, bermutu baik tidak berpori serta mempunyai
gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-syarat PBI 1971.
 Penyimpanan/penimbunan pasir dan split beton harus dipisahkan satu
dengan yang lain, hingga dapat dijamin kedua bahan tersebut tidak
tercampur untuk mendapatkan adukan beton yang tepat.

d. Air
Yang digunakan harus tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam,
alkali dan bahan-bahan organik/bahan lain yang dapat merusak beton dan harus
memenuhi NI – Pasal 10. apabila dipandang perlu Assisten Teknis dapat minta
Kontraktor supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan
yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor.

e. Besi Beton
Digunakan mutu U – 24, besi harus bersih dari lapisan minyak / lemak dan bebas dari
cacat seperti serpih-serpih dan sebagainya. Penampung besi adalah bulat dan
memenuhi syarat-syarat PBI 1971. Kontraktor diwajibkan bila dipandang perlu untuk
memeriksa mutu besi beton ke laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan
sah atas biaya Kontraktor.

17.4. Pengendali Pekerjaan ini harus sesuai dengan :

a. Peraturan-Peraturan / standart setempat yang biasa dipakai


b. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 : N – 2
c. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961 : NI – 5
d. Peraturan Semen Portland Indonesia 1972 : NI – 8
e. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat
f. Ketentuan-ketentuan umum untuk Pelaksanaan Pemborong Pekerjaan Umum (A.
V.) No. 09 tanggal 28 Mei 1941 dan Tambahan Lembaran Negara No. 14571.
g. Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang diberikan
Assisten Teknis.

17.5 Syarat-Syarat Pelaksanaan

a. Mutu Beton
Mutu beton harus memenuhi ketentuan-ketentuan lain yang sesuai dengan PBI 1971.

b. Pembesian
 Pembuatan tulangan harus sesuai dengan persyaratan yang tercantum pada
PBI 1971.
 Pemasangan tulangan atau wire mash beton harus sesuai dengan gambar
konstruksi.
 Tulangan beton atau ware mash harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi
tersebut tidak berubah tempat selama pengecoran dan harus bebas dari
papan acuan dengan memasang beton decking sesuai dengan ketentuan
dalam PBI-1971.
 Besi beton atau ware mash yang tidak memenuhi syarat harus segera
dikeluarkan dari lapangan kerja dalam waktu 2 jam setelah ada perintah tertulis
dari Pengawas / Direksi Lapangan.

c. Cara Pengadukan
 Cara pengadukan harus menggunakan beton molen.
 Takaran untuk semen portland, pasir dan koral harus disetujui terlebih dahulu
oleh Assisten Teknis dan tercapai mutu pekerjaan seperti yang ditentukan dalam

CV.MITRA ABADI
Spesifikasi teknis

uraian syarat-syarat.
 Selama pengadukan kekentalan adukan beton harus diawasi dengan jalan
memeriksa slump pada setiap campuran baru.

d. Pengecoran Beton
 Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan
membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan
ukuran-ukuran, ketinggian, pemeriksaan penulangan dan penempatan
penahan jarak.
 Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan dari
Pengawas / Direksi Lapangan.
 Pengecoran harus dilakukan dengan sebaik mungkin dengan
menggunakan alat penggetar untuk menjamin beton cukup padat dan harus
dihindarkan terjadinya cacat pada beton seperti keropos dan sarang-sarang
koral / split yang dapat memperoleh konstruksi.
 Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari
berikutnya maka tempat perhentian tersebut harus disetujui oleh Pengawas /
Direksi Lapangan.

e. Pekerjaan Acuan / Bekisting


 Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah
ditetapkan/yang diperlukan dalam gambar. Dari papan jenis kayu yang
memenuhi persyaratan dalam NI – 2 Pasal 5.1.
 Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan sehingga
cukup kokoh dan dijamin tidak berubah dan tetap pada kedudukan selama
pengecoran.
 Acuan harus rapat tidak bocor, permukaannya licin, bebas dari kotoran-kotoran
seperti tahi gergaji, potongan-potongan kayu, tanah dan sebagainya sebelum
pengecoran dilakukan dan harus mudah dibongkar tanpa merusak permukaan
beton.
 Tiang-tiang acuan harus diatas papan atau baja untuk memudahkan
pemindahan perletakan tiang-tiang tidak boleh disambung lebih dari satu.
Tiang-tiang dari dolken diameter 8 – 10 cm atau kaso 5/7 cm.
 Tiang acuan satu dengan yang lain harus diikat dengan palang papan/balok
secara cross.
 Pembukaan acuan baru dibuka setelah memenuhi syarat-syarat yang
dicantumkan dalam PBI 1971.
 Kayu yang dipakai adalah papan kayu kelas III.
 Penggunaan bekisting “Formwork” harus sesuai dengan petunjuk/spesifikasi
pabrik

f. Kawat Pengikat
Kawat pengikat besi beton/rangka dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng,
dengan diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm. Kawat pengikat
besi beton/rangka harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam NI – 2 (PBI
1971).

g. Pekerjaan pembongkar acuan/Bekisting hanya boleh dilaksanakan dengan izin


tertulis Pengendali Kegiatan setelah Bekisting dibuka, tidak di ijinkan mengadakan
perubahan apapun pada permukaan beton tanpa persetujuan tertulis dari
Pengendali Kegiatan.

h. Pelaksana / Kontraktor bertanggung jawab atas kesempurnaan pekerjaannya


sampai dengan saat-saat penyerahan (selesai).

i. Kontraktor harus mengikut semua peraturan, baik yang terdapat pada uraian dan
syarat-syarat apapun yang tercantum dalam gambar-gambar atau peraturan yang
berlaku baik dalam negeri maupun luar negeri.
CV.MITRA ABADI
Spesifikasi teknis

Pasal 18
PEKERJAAN DINDING DAN PLESTERAN

18.1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan batako dan plesteran dinding :


a. Pekerjaan Batako
 Batako yang digunakan harus berkualitas baik dengan sisinya rata dan
saling tegak lurus. Ukuran batako 7x15x30cm dan campuran 1 Pc : 4 Ps.
 Semen yang digunakan sama kualitasnya dengan semen yang digunakan
pada pekerjaan beton.
 Spesi adukan pengikat lapisan batako satu dengan yang lain adalah 1Pc :
3Ps. Untuk trasam menggunakan campuran 1Pc : 2Ps.
 Pemasangan lapisan batako satu dengan berikutnya tidak boleh terjadi
siar vertikal.
 Pasangan batako untuk dinding dipasang tegak lurus dan rata. Setiap
pasangan tidak boleh lebih tinggi dari 1,0 m dan tidak boleh
dilanjutkan sebelum betul -betul mengeras.

b. Pekerjaan Plesteran Dinding Batako


 Plesteran dinding batako setebal 1,5 cm dengan campuran 1 Pc : 3 Ps
digunakan pada dinding luar yang terlindung oleh te ritisan dan bagian
dalam bangunan.
 Plesteran dinding batako setebal 1,5 cm campuran 1 Pc : 2 Psr digunakan
pada dinding luar bangunan yang tidak terlindung teritisan, pada dinding
yang kedap air (dinding KM/WC dan talang horisontal) serta pada lantai
dak b eton.
 Pekerjaan plesteran harus rapi, lurus, datar tidak bergelombang, tajam
pada bagian sudut, tidak retak dan keropos.
 Dinding batako yang akan diplester harus terlebih dahulu disiram air
atau dibasahi, untuk mencegah penyerapan air semen yang berlebihan.

Pasal 19
PEKERJAAN KERAMIK

19.1. Lingkup Pekerjaan

a. Termasuk dalam pekerjaan keramik ini meliputi penyediaan tenaga kerja,


bahan-bahan peralatan termasuk alat bantu dan alat angkut yang diperlukan dan
mencakup pekerjaan persiapan permukaan yang akan dipasang keramik.
b. Keramik dipasang pada lantai dasar, lantai Wc/Km, dinding Wc/Km, tempat cuci
dan bak air.

19.2. Persyaratan Bahan

a. Bahan yang digunakan adalah jenis keramik buatan dalam negeri yang bermutu
baik dan disetujui Pengawas / Direksi Lapangan.
b. Warna akan ditentukan kemudian untuk masing-masing warna harus seragam,
warna yang tidak seragam akan ditolak.
c. Tebal minimum 7 mm, kekuatan lentur 250 kg / cm2 dari mutu tingkat1.
d. Bahan perekat dan pengisi siar dari grouting berwarna dari jenis yang disetujui
Pengawas / Direksi Lapangan.
e. Ukuran bahan dan pemasangan :
 Keramik khusus lantai basah ukuran 20x20 untuk lantai Wc/Km, dan 60 x 60 cm
untuk lantai utama.
 Keramik untuk dinding Wc / Km ukuran 20 x 25 cm dan 20 x 40 dinding teras,.
f. Semen Portland harus memenuhi NI – 8, pasir harus memenuhi PBBI 1982 Pasal 11
dan air harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam PBBI 1982 Pasal 9.
CV.MITRA ABADI
Spesifikasi teknis

19.2. Syarat-Syarat Pelaksanaan

a. Bahan-bahan yang digunakan sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan


contoh-contohnya (minimum 3 contoh bahan dari 3 jenis produk yang berlainan)
kepada Pengawas / Direksi Lapangan.
b. Sebelum pekerjaan dimulai Kontraktor diwajibkan membuat shop drawing dari pola
pemasangan bahan yang akan dipasangnya untuk disetujui Pengawas / Direksi
Lapangan.
c. Keramik yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, tidak cacat dan
tidak bernoda.
d. Adukan pengikat dengan camp 1Pc : 2Ps sesuai dengan yang diisyaratkan.
e. Bidang pemasangan harus merupakan bidang yang benar-benar rata. Jarak
antara unit-unit pemasangan keramik yang terpasang (lebar siar-siar) harus sama
lebar maksimum 3mm dan kedalaman maksimum 1,5 mm, atau sesuai detail
gambar serta petunjuk Pengawas/Direksi Lapangan yang membentuk garis-garis
sejajar dan harus dan lurus yang sama lebar dan sama dalamnya untuk siar-siar
yang berpotongan harus membentuk sudut-sudut siku dan saling berpotongan
tegak lurus sesamanya.
f. Siar-siar diisi dengan bahan pengisi grouting sesuai ketentuan persyaratan, warna
bahan pengisi sesuai dengan warna keramik yang dipasang.
g. Pemotong unit-unit keramik harus menggunakan alat pemotong keramik khusus
sesuai peryaratan pabrik yang bersangkutan.
h. Bahan yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda
permukaan hingga betul-betul bersih.
i. Sebelum keramik dipasang terlebih dahulu unit-unit keramik direndam dalam air
sampai jenuh.
j. Pinggulan pasangan keramik bila dilakukan harus dikerjakan dengan alat
gerinda, sehingga diperoleh hasil pekerjaan yang teratur, siku dan memperoleh
bentuk tepian yang sempurna.
k. Keramik yang terpasang harus dihindarkan dari pengaruh pekerjaan lain selama 3 x
24 jam dan dilindungi dari kemungkinan cacat pada permukaan

Pasal 20
PEKERJAAN PENGECATAN

1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan, hingga dapat tercapai hasi!
pekerjaan yang bermutu baik dan sempuma.
2. Persiapan permukaan yang akan diberi cat
3. Pengecatan permukaan dengan bahan-bahan yang telah ditentukan
4. Pengecatan semua permukaan dan area yang ada gambar tidak disebutkan
secara khusus dengan warna dan bahan yang sesuai dengan petunjuk Perencana

A. Standar Pengerjaan (Mock Up)

1. Sebelum pengecatan yang dimulai, Penyedia harus melakukan pengecatan padasuatu


bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang diperlukan. Bidang-bidang
tersebutakan dijadikan contoh pilihan warna, texture, material dan cara pengerjaan.
Bidang-bidang yang akan dipakai sebagai mockup ini akan ditentukan oleh Direksi
Lapangan.
2. Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Direksi Lapangan, bidang-bidang
ini akan dipakai sebagai standard minimal keseluruhan pekerjaan pengecatan

B. Contoh Dan Bahan Untuk Perawatan

1. Penyedia harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis cat pada
CV.MITRA ABADI
Spesifikasi teknis

bidang- bidang transparan ukuran 30 x 30 cm Dan pada bidang-bidang tersebut harus


dicantumkan dengan jelas warna, formula cat, jumlah lapisan dan jenis lapisan (dari
catdasar s/d lapisan akhir).
2. Semua bidang contoh tersebut harus diperhatikan kepada Direksi
Lapangan/Pengawas. Jika contoh-contoh tersebut telah disetujui secara tertulis oleh
Direksi Lapangan/Pengawas, barulah penyedia melanjutkan dengan pembuatan mock
up seperti tercantum pada 1.a diatas.
3. Penyedia harus menyerahkan kepada Direksi Lapangan, untuk kemudian akan
diteruskan kepada pemberi tugas, minimal 5 galon tiap warna dan jenis cat
yangdipakai. Kaleng-kaleng tersebut harus tertutup rapat dan mencantumkan dengan
jelas indentitas cat yang ada di dalamnya. Cat ini akan dipakai sebagai cadangan
untuk perawatan, oleh pemberi tugas.

C. Persyaratan Bahan

Bahan Cat : Produk Dalam Negeri merk ICI Catylac,


Decolith, Mowilex Weathercoat untuk GRC
Board dan dinding atau merk lain yang
setara dan bidang kayu merk Nippon Paint atau
merek lain yang setara dan disetujui oleh
Direksi Lapangan
Produk Pernis setara dengan Avian, Glotex, Dulux, Al-
Tex, Ftalit, Lippo

Warna : Akan ditentukan kemudian

Bahan Plamur : Mowilex Undsrcoat atau yang setara yang


disetujui oleh Direksi Lapangan
Cat Dasar : Cat dasar digunakan Mowilex Emulsion atau yang
setara yang disetujui oleh Direksi Lapangan
Pengencer : Air bersih sesuai spesifikasi yang Ditentukan

Pengeringan : Minimum setelah 4 (empat) jam lapis berikutnya


dapat dilakukan
Sistem pengecatan : Minimal dilakukan 3 (tiga) lapis atau hingga
warna merata dan tidak membayang

1. Sambungan-sambungan GRC harus diberi flexsible sealant agar tidak terlihat sebagai
retakan sesudah dicat.
2. Pengendalian seluruh pekerjaan harus memenuhi persyaratan dalam PUBI 1982
3. Pasal 54, NI-4, BS Nomor 3900-1970, AS K-41 dan sesuai ketentuan teknis dan pabrik
yang bersangkutan.

D Syarat-syarat Pelaksanaan

1. Bahan-bahan yang dipergunakan, sebelum digunakan terlebih dahulu diserahkan


contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari direksi teknis.
2. Penyedia harus menyerahkan 2 (dua) copy yang berisikan ketentuan dan
persyaratan teknis operatif dari pabrik dan contoh percobaan warna cat kepada
Direksi Lapangan.
3. Sebelum pengecatan dimulai, permukaan bidang pengecatan harus rata, kering
dan bersih dari segala kotoran, minyak dan debu
4. Bidang pengecatan siap dicat setelah diplamur/dempul terlebih dahulu. Sebelum
diplamur/dempul, penyambungan harus benar-benar rata, tidak terdapat
gelombag/retak-retak dan telah disetujui oleh direksi lapangan atau pemilik proyek.
CV.MITRA ABADI
Spesifikasi teknis

5. Lapisan plamur/dempul dibuat setipis mungkin sampai membentuk bidang yang


rata
6. Setelah pelamuran/dempul 3 (tiga) dan percobaan warna sudah disetujui oleh
Direksi Lapangan, bidang pelamuran diamplas dengan amplas besi yang halus
kemudian dibersihkan sampai bersih
7. Sebelum pengecatan dilakukan, Penyedia diwajibkan membuat contoh-contoh
warna, untuk disetujui oleh direksi lapangan atau pemilik proyek
8. Pengecatan dilsyaratkan dengan menggunakan kuas. Untuk permukaan
dimana pemakaian roller tidak memungkinkan, dipakai kuas halus/baik
9. Setiap kali lapisan cat dilaksanakan harus dihindarkan terjadinya sentuhan
benda-benda dan pengaruh pekerjaan-pekerjaan sekelilingnya selama 2
(dua) jam.

Cara pengerjaannya Vernis bahan kayu yaitu dengan cara dikuaskan pada permukaan
kayu atau barang yang sudah siap untuk di finishing.

1. Barang atau kayu yang akan di pernis terlebih dahulu harus disiapkan diantaranya,
2. Barang di gosok dengan menggunakan mesin gerinda memakai rampelas nomor 120
agar supaya rata,
3. Dilanjutkan dengan penggosokan manual menggunakan rampelas no 150 sampai
barang atau kayu yang akan di finishing benar-benar halus dan siap untuk proses
finishing.

Pasal 21
PEKERJAAN SANITASI AIR

21.1 . Lingkup Pekerjaan

a. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat
bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan, sehingga dapat tercapai hasil
pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
b. Pekerjaan Sanitasi Air ini dipasang dalam toilet (Kamar Mandi / WC).

21.2. Persyaratan Bahan

a. Closet jongkok atau duduk digunakan produk INA dan setara dan Wastafel
lengkap warna standart atau dari merk yang lain yang setara dan disetujui
Pengawas / Direksi Lapangan.
b. Untuk menghubungkan closet dengan Beerfut dipasang pipa sari PVC Ø4”.
c. Sedangkan Instalasi air bersih menggunakan pipa seri PVC Ø 3/4”.
d. Kran dinding / bak / air bersih dari Produk Toto atau type lain yang setara serta
disetujui Pengawas / Direksi Lapangan.
e. Floor drain yang digunakan produk San Ei dia 2” warna vercroom atau dari merk
lain yang setara dan disetujui Pengawas / Direksi Lapangan.
f. Bak air dari fiber.
g. Semua material harus memenuhi ukuran standart dan mudah didapatkan
dipasaran, kecuali bila ditentukan lain.

21.3. Syarat-Syarat Pelaksanaan

a. Semua bahan sebelum dipasang harus ditunjukkan kepada Pengawas / Direksi


Lapangan. Beserta persyaratan / ketentuan pabrik untuk persetujuan. Bahan yang
tidak disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan.

CV.MITRA ABADI
Spesifikasi teknis

b. Jika dipasang perlu diadakan penukaran / penggantian bahan pengganti harus


disetujui Pengawas / Direksi Lapangan berdasarkan contoh yang diajukan
Kontraktor.
c. Sebelum pemasangan dimulai, Kontraktor harus meneliti gambar- gambar
yang ada dan kondisi lapangan termasuk mempelajari bentuk pola, penempatan,
cara pemasangan dan detail-detail sesuai gambar.
d. Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar dengan gambar
spesifikasi dan sebagainya, maka Kontraktor harus segera melaporkan kepada
Pengawas / Direksi Lapangan.
e. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan disuatu tempat bila ada kelainan/
perbedaan ditempat itu sebelum kelainan tersebut diselesaikan.
f. Selama pelaksanaan harus selalu diadakan pengujian pemeriksaan untuk
kesempurnaan hasil pekerjaan.
g. Kontraktor wajib memperbaiki/mengulangi/mengganti bila ada kerusakan yang
terjadi selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas biaya Kontraktor selama
kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan Pemberi Tugas.
h. Pelaksanaan pemasangan harus menghasilkan pekerjaan yang sempurna,
rapi dan lancar dipergunakannya.

Pasal 22
PEKERJAAN LAIN – LAIN

Disiapkan, Pekerjaan ini meliputi pekerjaan yang dalam pekerjaannya mengacu pada
Gambar kerja/Bestek atau mendapat persetujuan dari Pengawas/Direksi di lapangan.

Pasal 23
PEKERJAAN PENYELESAIAN, PEMBERSIHAN HALAMAN DAN
PEKERJAAN PENUTUP

1. Segala kerusakan yang timbul akibat adanya pelaksanan pekerjaan ini, misalnya
kerusakan jalan akibat mobilisasi kendaraan maupun kerusakan lain yang nyata-nyata
akibat pelaksanaan pekerjaan ini, yang dipandang perlu adanya perbaikan menjadi
tanggung jawab dan atas biaya Kontraktor.

2. Setelah seluruh pekerjaan selesai 100% (seratus persen) pada saat sebelum
penyerahan pertama, segala sampah, potongan -potongan kayu dan lainnya, harus
disingkirkan dan dibuang atau dibakar sesuai dengan petunjuk Pengawas.

3. Pemborong dalam melaksanakan pekerjaan yang diborong ini, harus dilaksanakan


pelaksana berpengalaman dan pekerja/ahli sesuai dengan bidang masing-masing
pekerjaan.

4. Harga yang ditawarkan dalam pelelangan merupakan biaya lumpsum dan sudah
termasuk pajak-pajak, keuntungan, asuransi pelaksanaan (CAR) dan biaya perijinan
yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan pekerjaan ini.

5. Jika masih ada pekerjaan yang belum masuk/terlupakan menurut analisa Pemborong
dalam BQ (lampiran buku RKS), maka pemborong berhak menambahkan atau
merubahnya karena BQ yang dibuat hanya sebagai acuan penilaian penawaran.

6. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam RKS ini akan diatur kemudian.

CV.MITRA ABADI
Spesifikasi teknis

7. Hal-hal yang timbul dalam pelaksanaan dan diperlukan penyelesaian dilapangan


akan dibicarakan dan diatur oleh Pengawas dengan Kontraktor dan bila diperlukan
akan dibicarakan bersama pihak proyek.

…………………………….
Dibuat oleh :
KONTRAKTOR PELAKSANA

………………………..
Direktur

CV.MITRA ABADI

Anda mungkin juga menyukai