Anda di halaman 1dari 3

Inilah Perpres No.

71/2018 tentang Tata Pakaian Pada Acara Kenegaraan dan Acara Resmi
Oleh: Humas ; Diposkan pada: 8 Sep 2018 ; 29674 ViewsKategori: Berita

Seskab Pramono Anung meggunakan pakaian nasional saat menjadi Irup Peringatan HUT ke-73
Kemerdekaan RI, di lapangan parkir Kemensetneg, Jakarta, pada 17 Agustus 2018 lalu. (Foto:
Rahmat/Humas)
Dengan pertimbangan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat (4) dan Pasal 29 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan, pada 21 Agustus 2018, Presiden
Joko Widodo telah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 71 Tahun 2018 tentang
Tata Pakaian Pada Acara Kenegaraan dan Acara Resmi
(tautan: Perpres_Nomor_71_Tahun_2018).

Disebutkan dalam Perpres ini, Acara Kenegaraan adalah acara yang diatur dan dilaksanakan oleh
panitia negara secara terpusat, dihadiri oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden serta Pejabat Negara
atau undangan lainnya.

Sedangkan Acara Resmi adalah acara yang diatur dan dilaksanakan oleh pemerintah atau lembaga
negara dalam melaksanakan tugas dan fungsi tertentu, dan dihadiri oleh Pejabat Negara dan/atau
Pejabat Pemerintah serta undangan yang lain.

“Acara Kenegaraan dan Acara Resmi sebagaimana dimaksud terdiri atas: a. upacara bendera; dan
b. upacara bukan upacara bendera,” bunyi Pasal 2 ayat (2,3) Perpres ini.

Jenis Pakaian pada Acara Kenegaraan, menurut Perpres ini, terdiri atas: a. Pakaian Sipil Lengkap
(PSL); b. pakaian dinas; c. pakaian kebesaran; dan d. pakaian nasional. Sedangkan untuk pakaian
pada Acara Resmi selain jenis pakaian di atas, juga dapat berupa pakaian sipil harian (PSH) atau
seragam resmi.

Menurut Perpres ini, PSL untuk laki-laki berupa: jas berwarna gelap, kemeja lengan panjang putih,
celana panjang yang berwarna sama dengan jas, dasi dan sepatu hitam. Sementara PSL untuk
perempuan berupa: jas berwarna gelap, kemeja putih, rok atau celana panjang yang bersama sama
dengan jas, dan sepatu hitam.
Pakaian dinas sebagaimana dimaksud, menurut Perpres ini, berupa pakaian dinas upacara bagi TNI
dan Polri, serta pakaian dinas yang ditetapkan oleh kementerian/lembaga. Adapun pakaian
kebesaran berupa pakaian khusus yang digunakan pada upacara resmi, kenegaraan atau adat.

Untuk pakaian nasional, Perpres ini menyebutkan, berupa pakaian yang berasal dari berbagai
daerah di Indonesia yang dapat digunakan pada Acara Kenegaraan dan Acara Resmi sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh Panitia Negara/Kesekretariatan Kementerian/Kesekretariatan
Lembaga Negara.

Untuk pakai sipil harian atau seragam resmi, menurut Perpres ini, ditetapkan oleh
kementerian/lembaga.

“Jenis pakaian lain yang dapat digunakan dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi yaitu
Pakaian Sipil Nasional (PSN), berupa: jas beskap tertutup dan memakai saku, celana panjang
berwarna sama dengan jas, sarung fantasi, dan peci nasional,” bunyi Pasal 5 Perpres ini.

Untuk Kunjungan Kenegaraan

Perpres ini menegaskan, pakaian yang digunakan pada Upacara Bendera dalam Acara Kenegaraan
terdiri atas: a. PSL; b. pakaian dinas; c. pakaian kebesaran; dan/atau d. pakaian nasional.

“Pakaian sebagaimana dimaksud berlaku sesuai dengan jabatannya atau kedudukannya dalam
masyarakat, dan diatur oleh Panitia Negara,” bunyi Pasal 6 ayat (2,3) Perpres ini.

Sedangkan pakaian yang digunakan dalam Upacara Bukan Upacara Bendera dalam Acara
Kenegaraan, menurut Perpres ini, terdiri atas: a. PSL; b. PSN; c. pakaian dinas; dan/atau d. pakaian
nasional.

“Pakaian sebagaimana dimaksud berlaku sesuai dengan jabatannya atau kedudukannya dalam
masyarakat, dan diatur oleh Panitia Negara,” bunyi Pasal 7 ayat (2,3) Perpres ini.

Pakaian yang digunakan pada Upacara Bendera bukan Upacara Bendera dalam Acara Resmi,
menurut Perpres ini, terdiri atas: a. PSL; b. pakaian dinas; c. pakaian kebesaran; d. pakaian
nasional; e. pakaian sipil harian atau seragam resmi; dan/atau f. pakaian lainnya yang telah
ditentukan.

“PSL sebagaimana dimaksud juga dapat digunakan untuk kunjungan kenegaraan, kunjungan
resmi, kunjungan kerja, kunjungan pribadi, dan perjalanan transit ke luar negeri,” bunyi Pasal 9
Perpres ini.

Sedangkan PSN, menurut Perpres ini, digunakan untuk: a. upacara penyerahan surat-surat
kepercayaan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia kepada
negara/lkepala pemerintahan asing; b. jamuan atau resepsi pada Acara Kenegaraan dan Acara
Resmi di dalam negeri; dan c. jamuan atau resepsi pada kunjungan kenegaraan atau kunjungan
resmi di luar negeri.
“Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan,” bunyi Pasal 13 Peraturan
Presiden Nomor 71 Tahun 2018, yang telah diundangkan oleh Menteri Hukum dan HAM Yasonna
H. Laoly pada 23 Agustus 2018. (Pusdatin/ES)

Anda mungkin juga menyukai