Anda di halaman 1dari 5

12.

Melaksanakan Audit
Mengidentifikasikan pelaksanaan audit
Perencanaan audit adalah total lamanya waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk
melakukan perencanaan audit awal sampai pada pengembangan rencana audit dan program
audit menyeluruh. Variabel ini diukur dengan menggunakan jam perencanaan audit.
Keberhasilan penyelesaian perikatan audit sangat ditentukan oleh kualitas perencanaan audit
yang dibuat oleh auditor.
Menurut Standar pekerjaan lapangan pertama Profesional Akuntan Publik (SPAP)
mensyaratkan adanya perencanaan yang memadai yaitu: Pekerjaan harus direncanakan
sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. (IAI, 2001).
Menurut Sukrisno Agoes dalam bukunya ‘Auditing´, menerangkan bahwa: Perencanaan
dan supervise berlangsung terus menerus selama audit, auditor sebagai penanggung jawab
akhir atas audit dapat mendelegasikan sebagian fungsi perencanaan dan supervise auditnya
dalam kantor akuntannya (asisten).
Menurut Standar Auditing 316 dalam Standar Profesional Akuntan Publik (Ikatan
Akuntan Indonesia, 2001) mensyaratkan agar audit dirancang untuk memberikan keyakinan
memadai atas pendeteksian salah saji yang material dalam laporan keuangan.
Menurut SA Seksi 326 (PSA No. 07), Paragraf Audit No. 20 menyatakan bahwa
Auditor pada hakikatnya harus dirumuskan dalam jangka waktu dan biaya yang wajar.
Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan
lingkup audit yang diharapkan. sifat, lingkup, dan saat perencanaan bervariasi dengan ukuran
dan kompleksitas entitas, pengalaman mengenai entitas, dan pengetahuan tentang bisnis
entitas. Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan, antara lain:
1. Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi tempat
entitas tersebut.
2. Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.
3. Metode yang digunakan oleh ent itas tersebut dalam mengolah informasi akuntansi
yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk mengolah
informasi akuntansi pokok perusahaan.
4. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
5. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit.
6. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian (adjustment).
7. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit,
seperti risiko kekeliruan atau kecurangan yang material atau adanya transaksi antar
pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
8. Sifat laporan auditor yang diharapkan akan diserahkan (sebagai contoh, laporan
auditor tentang laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan yang diserahkan
ke Bapepam, laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien terhadap kontrak
perjanjian).

Dalam ISO 10011:


1. Rencana audit harus disetujui oleh klien dan dikomunikasikan kepada auditor dan auditee.
2. Rencana audit harus memungkinkan perubahan-perubahan atas informasi yang
dikumpulkan selama audit dan memungkinkan penggunaan yang obyektif atas sumber
daya.

Rencana harus memasukkan:


1. Tujuan dan ruang lingkup audit
2. Identifikasi partisipan audit
3. Identifikasi dari dokumen referensi seperti standar sistem mutu yang berlaku dan manual
mutu auditee
4. Bahasa audit
5. Tanggal dan tempat audit
6. Unit organisasional yang diaudit
7. Waktu yang diharapkan dan durasi dari audit serta aktivitas audit
8. Jadwal pertemuan manajemen
9. Persyaratan kerahasiaan
10. Distribusi laporan audit dan tanggal penerbitan yang diharapkan

Sumber :
http://id.scribd.com/doc/53797432/11/Perencanaan-Awal
http://id.scribd.com/doc/53797432/10/Elemen-elemen-Perencanaan-Audit
http://www.slideshare.net/iyandri/perencanaan-audit
http://www.slideshare.net/IsmeSemangat/perencanaan-audit-9883055
13. Mengumpulkan dan Menilai Bukti yang Obyektif
Menjelasakan tentang Mengumpulkan dan Menilai Bukti yang Obyektif
Menguji bukti yang obyektif merupakan aktivitas utama auditor dan memerlukan
kualifikasi yang tepat dan usaha. Seluruh informasi kualitatif dan kuantitatif dan catatan atau
laporan mengenai fakta yang berhubungan dengan mutu dari item atau jasa atau terhadap
eksistensi dan implementasi dari suatu unsur sistem mutu dikumpulkan dan kemudian dinilai
dalam tahap audit penting ini.
Menurut Guy, Alderman, dan Winters (2002: 180) agar suatu bukti berguna bagi
auditor, maka bukti tersebut harus memiliki 4 karakteristik: relevan, bebas dari bias,
obyektivitas, dan persuasive atau meyakinkan. Enam jenis bukti audit telah tersedia bagi
auditor untuk mendukung tujuan audit:
1. Bukti Fisik (physical evidence)
Bukti Fisik adalah bukti yang secara actual dapat dilihat oleh auditor. Bukti fisik
menggambarkan jenis bukti utama yang digunakan auditor. Bukti fisik merupakan hal
yang sangat kompeten dan sering digunakan untuk memverifikasi keberadaan aktiva fisik
misalnya: kas, persediaan, dan peralatan. Meskipun bukti fisik umumnya menyediakan
bukti yang baik tentang kebaradaan aktiva atau aktivitas, namun hal itu hanya
memberikan bukti yang terbatas bagi tujuan audit lainya.
2. Pernyataan oleh Pihak Ketiga (representations by third parties)
Pernyataan oleh pihak ketiga adalah bukti yang diperoleh auditor melalui korespondensi
langsung dengan individu atau entitas selain klien. Dengan memperoleh pernyataan
secara langsung dari pihak ketiga ini, auditor mengumpulkan bukti yang berkaitan
dengan pandangan pihak ketiga atas transaksi tersebut. Auditor sering memperoleh
pernyataan dari pihak ketiga berikut:
a. Pelanggan: untuk mengkonfirmasi saldo piutang usaha.
b. Pemasok: untuk mengkonfirmasi saldo hutang usaha.
c. Bank: untuk mengkonfirmasi saldo akun cek, wesel, dan informasi lainya.
d. Pengacara: untuk mengkonfirmasi kewajiban kontinjensi.
e. Agen persediaan: untuk mengkonfirmasi item-item persediaan yang berdasarkan
konsinyasi atau yang ada di gudang publik.
3. Bukti Matematis (mathematical evidence)
Bukti matematis melibatkan perhitungan ulang atas perhitungan yang dilakukan klien
oleh auditor untuk memverifikasi keakuratan matematis catatan klien. Bukti matematis
umumnya merupakan bagian yang diperlukan dalam suatu penugasan audit. Meskipun
klien mungkin memiliki sistem akuntansi yang handal dan masing-masing mungkin
disajikan dengan benar, namun jika totalnya tidak benar maka laporan keuangan tersebut
bisa saja secara material mengandung kesalahan.
4. Dokumentasi (documentation)
Dokumentasi adalah pemeriksaan auditor atas dokumen untuk mendukung suatu
transaksi akuntansi. Dokumentasi bisa berasal baik dari dokumen internal maupun
eksternal. Dokumen internal adalah yang disiapkan dalam perusahaan. Dokumen tersebut
mungkin berasal dari klien yang diserahkan kepada pihak ketiga dan kembali ke klien,
atau bisa juga tetap berada di lokasi klien dan tidak pernah dikirimkan ke pihak ketiga.
Seringkali, auditor akan menahan dokumen internal yang sudah dikirim ke pihak ketiga
sebelum dikembalikan ke klien. Dengan menahan dokumen-dokumen ini, auditor bisa
meningkatkan reabilitas bukti yang sudah didapat. Dokumen eksternal adalah yang
disiapkan oleh pihak ketiga tetapi ada dalam berkas di kantor klien. Dokumen eksternal
dianggap lebih dapat dipercaya ketimbang dokumen internal karena dokumen ini berasal
dari pihak ketiga yang independen dan lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami
bisa.
5. Pernyataan oleh Personel Klien (representations by client personel)
Pernyataan oleh personel klien adalah laporan yang merupakan tangapan atas permintaan
auditor. Pernyataan oleh pesonel klien sering digunakan oleh auditor dalam tahap
perencanaan awal audit untuk menhasilkan bukti mengenai kebijakan klien dan informasi
yang berkaitan dengan lingkungan umum. Karena klien adalah pihak yang membuat
pernyataan ini, maka kegunaannya juga terbatas.
6. Keterkaitan Data (data interrelationships)
Keterkaitan data melibatkan pemeriksaan dan pembandingan hubungan di antara data-
data yang ada. Data seperti ini, yang bisa bersifat nonkeuangan atau keuangan, bisa
diperiksa untuk menentukan kecanderungan hubungan. Bukti mengenai keterkaitan data
dapat diperoleh melalui prosedur analitis. SAS No. 56 Analytical Procedures (AU 329),
menyatakan bahwa prosedur analitis harus digunakan sepanjang tahap perencanaan dan
pada tahap penyelesaian audit.

Dalam Standar Profesi Akuntan Publik IAI (2001: 326) menjelaskan bahwa: Bukti
Audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi
penguat yang tersedia bagi auditor. Jurnal buku besar dan buku pembantu, dan buku pedoman
akuntansi serta memorandum dan catatan tidak resmi, seperti daftar lembar kerja (worksheet)
yang mendukung laporan keuagan. Bukti audit penguat meliputi segala dokumen seperti cek,
faktur, surat kontrak, notulen rapat, konfirmasi dan pernyataan tertulis dari pihak yang
mengetahui informasi yang diperoleh auditor melalui pengajuan pertanyaan, pengamatan,
inspeksi, dan pemeriksaan fisik, serta informasi lain yang dikembangkan oleh atau tersedia
bagi auditor yang memungkinkan nya menarik kesimpulan berdasarkan alasan yang kuat.

14. Menangani Pengamatan


Menjelaskan bagaimana cara menangani pengamatan
Perilaku auditor khususnya ketika melakukan observasi harus sopan, wajar dan sudah
tentu tidak memihak, faktual dan independen. Menurut ISO 10011 auditor harus:
1. Tetap dalam ruang lingkup audit
2. Menggunakan obyektifitas
3. Mengumpulkan dan menganalisis bukti yang relevan dan cukup untuk memungkinkan
penarikan kesimpulan yang berhubungan dengan sistem mutu yang diaudit
4. Tetap bersiap-siap untuk setiap indikasi bukti yang dapat mempengaruhi hasil audit dan
mungkin memerlukan auditing yang lebih ekstensif
Untuk menangani observasi ISO 10011 menetapkan berikut:
1. Semua observasi audit harus didokumentasikan.
2. Setelah semua aktivitas diaudit, tim audit harus menelaah semua ketidaksesuaian mereka.
3. Tim audit kemudian harus memastikan bahwa ketidaksesuaian didokumentasikan dalam
keadaan yang jelas dan singkat dan didukung oleh bukti.
4. Ketidaksesuaian harus diidentifikasi dalam segi pertanyaan khusus dari standar atau
dokumen lain yang berhubungan terhadap audit mana yang telah dilakukan.
5. Observasi harus ditelaah oelh auditor yang memimpin dengan manajer auditee yang
bertanggungjawab.
6. Semua observasi atas ketidaksesuaian harus diakui oleh manajemen auditee.

Sumber:
https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/5348/Bab%202.pd
f?sequence=10

Anda mungkin juga menyukai