Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana perkembangan Perekonomian Indonesia masa pemerintahan
Megawati Soekaeno Putri ?
2. Bagaimana perkembangan Perekonomian Indonesia masa pemerintahan
Susilo Bambang Yudhoyono ?
3. Bagaimana perkembangan Perekonomian Indonesia masa pemerintahan
Jokowi Widodo ?
1
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Perekonomian Indonesia
2. Sebagai media pembelajaran mengenai Kebijakan dalam Perekonomian
Indonesia
3. Sebagai bahan diskusi kelas pada perkuliahan Perekonomian Indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
1.1 REFORMASI BIDANG EKONOMI
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak 1998 belum dapat dilalui oleh dua
presiden sebelum Megawati sehingga pemerintahannya mewarisi berbagai persoalan
ekonomi yang harus dituntaskan. Masalah ekonomi yang kompleks dan saling
berkaitan menuntut perhatian pemerintah untuk memulihkan situasi ekonomi guna
memperbaiki kehidupan rakyat. Wakil Presiden Hamzah Haz menjelaskan bahwa
pemerintah merancang paket kebijakan pemulihan ekonomi menyeluruh yang dapat
menggerakkan sektor riil dan keuangan agar dapat menjadi stimulus pemulihan
ekonomi. Selain upaya pemerintah untuk memperbaiki sektor ekonomi, MPR berhasil
mengeluarkan keputusan yang menjadi pedoman bagi pelaksanaan pembangunan
ekonomi di masa reformasi yaitu Tap MPR RI No. IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis
Besar Haluan Negara 1999-2004. Sesuai dengan amanat GBHN 1999-2004, arah
kebijakan penyelenggaraan negara harus dituangkan dalam Program Pembangunan
Nasional (Propenas) lima tahun yang ditetapkan oleh presiden bersama DPR.
4
tahun 2002-2003 nilai tukar rupiah yang sempat menguat hingga Rp. 8.500,- per dolar
kemudian melemah seiring menurunnya kinerja pemerintah. Di sisi lain, berbagai
pencapaian tersebut juga tidak berbanding lurus dengan jumlah penduduk yang
ternyata masih banyak berada di bawah garis kemiskinan.
Popularitas pemerintah juga menurun akibat berbagai kebijakan yang tidak populis
dan meningkatkaninflasi. Meningkatnya inflasi berdampak buruk terhadap tingkat
inflasi riil. Diantara kebijakan tersebut adalah kebijakan pemerintah yang menaikkan
harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif dasar listrik (TDL) serta pajak pendapatan
negara. (Sarwanto, 2004: 50). Selain itu, persoalan hutang luar negeri juga menjadi
persoalan pada masa pemerintahan Presiden Megawati karena pembayaran hutang luar
negeri mengambil porsi APBN yang paling besar yakni mencapai 52% dari total
penerimaan pajak yang dibayarkan oleh rakyat sebesar 219,4 triliun rupiah. Hal ini
mengakibatkan pemerintah mengalami defisit anggaran dan kebutuhan pinjaman baru
5
1.3 KEBIJAKAN BIDANG POLITIK
6
hukum tanpa pandang bulu dan memberantas korupsi. 5) Belajar dari pengalaman yang
lalu dan dari negara-negara lain, maka pembangunan masyarakat Indonesia adalah
pembangunan yang inklusif bagi segenap komponen bangsa.
Pada pemilu 2009, SBY kembali menjadi calon presiden bersama pasangan
barunya yaitu Boediono dan kembali terpilih sebagai presiden Indonesia. Pada periode
kepemimpinannya yang kedua, SBY membentukKabinet Indonesia Bersatu II yang
merupakan kabinet pemerintahan Indonesia pimpinan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono bersama Wakil Presiden Boediono. Susunan kabinet ini berasal dari usulan
partai politik pengusul pasangan SBY-Boediono pada Pilpres 2009 yang mendapatkan
kursi di DPR (Partai Demokrat, PKS, PAN, PPP, dan PKB) ditambah Partai Golkar
yang bergabung setelahnya, tim sukses pasangan SBY-Boediono pada Pilpres 2009,
serta kalangan profesional.
Susunan Kabinet Indonesia Bersatu II diumumkan oleh Presiden SBY pada
21 Oktober 2009 dan dilantik sehari setelahnya. Pada 19 Mei 2010, Presiden SBY
mengumumkan pergantian Menteri Keuangan. Pada tanggal 18 Oktober 2011, Presiden
SBY mengumumkan perombakan Kabinet Indonesia Bersatu II, beberapa wajah baru
masuk ke dalam kabinet dan beberapa menteri lainnya bergeser jabatan di dalam
kabinet.
Tantangan yang dihadapi Presiden terpilih Joko Widodo alias Jokowi di bidang
ekonomi tidak mudah. Jika pemerintahan Jokowi mau memenuhi janjinya kepada
rakyat Indonesia yang telah menaruh kepercayaan besar pada dirinya, maka dia harus
membuat terobosan penting. Sejumlah agenda reformasi di bidang ekonomi sudah
menuggu. Yang ditunggu oleh publik bukan sekedar apa daftar niat baik yang mau
dilakukan pemerintah Jokowi, tetapi bagaimana dia akan melakukannya. Dengan kata
lain, bukan soal “what” tetapi “how”. Demikian salah satu rangkuman diskusi tentang
7
Ekonomi Indonesia di Era yang diselenggarakan oleh Freedom Institute bersama
Friedrich Naumann Stiftung fur die Freiheit pada Senin, 1 September 2014. Dua
ekonom muda tampil sebagai pembicara dalam diskusi ini. Yang pertama, Dr. Ari A
Perdana dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) dan Dr.
I Kadek Dian Sutisna Artha dari LPEM UI.Diskusi dimoderatori oleh Ulil Abshar
Abdalla. Perdana menyebut sejumlah tantangan krusial yang dihadapi pemerintahan
Jokowi, misalnya mengurangi subsidi BBM agar tersedia ruang fiskal yang cukup bagi
pemerintahan mendatang untuk membiayai sejumlah rencana besar yang diniatkan
Jokowi. Tapi Perdana mengatakan bahwa tak cukup hanya mengurangi BBM, tetapi
pemerintahan Jokowi harus melakukan reformasi yang komprehensif di bidang energi
dan mengenai agenda yang kurang terpikirkan dengan serius di
era pemerintahan SBY.
8
komprehensif. Apalagi jika dilihat bahwa konsumsi minyak terus meningkat dari tahun
ke tahun.
"Jadi setelah ini seminggu ke depan akan diproses PP nya. Untuk kemudian akan
berlaku setelah satu bulan ditandatangani," kata Sofyan di Istana Kepresidenan, Senin
(16/3/2015).
9
3. Pemerintah memberikan bebas visa kunjungan singkat kepada wisatawan.
Pemerintah putuskan bebas visa kepada 30 negara baru. Setelah Perpres jalan
yang diperkirakan bulan depan, akan menjadi 45 negara ke RI untuk turis tanpa
visa.
4. Kewajiban penggunaan biofuel sampai 15 persen dengan tujuan mengurangi
impor solar cukup besar.
5. Penerapan LC (Letter of Credit) untuk produk SDA, seperti produk tambang,
batubara, migas dan cpo. Intinya dengan ini pemerintah ingin tidak ada distorsi.
6. Restrukturisasi perusahaan reasuransi domestik. Pemerintah sudah mulai
dengan perkenalan reasuransi BUMN. Jadi dari 2 perusahaan, menjadi 1
perusahaan nasional.
10
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
1. Perlunya masukan, kritik dan saran dari segala lapisan masyarakat pada
pemerintah agar pembangunan Indnesia lebih baik lagi.
2. Seharusnya ada kerjasama dari segala pihak untuk menyukseskan
pembangunan Indonesia.
3. Kita harus mendukung kinerja pemerintah agar dapat menjalankan tugasnya
dengan baik.
11
DAFTAR PUSTAKA
Muhaimin, Yahya. 1991. Bisnis dan Politik, Kebijaksanaan Ekonomi Indonesia 1950-
1980. Jakarta: LP3ES.
12