Anda di halaman 1dari 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/327307040

Hakikat Ilmu dan Pengetahuan

Article · August 2018

CITATIONS READS
0 12,341

1 author:

Livianinda Nur Malicha


Airlangga University
11 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Tugas Filsafat Ilmu dan Manusia View project

All content following this page was uploaded by Livianinda Nur Malicha on 30 August 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Ilmu dan Pengetahuan

Disusun oleh: Livianinda Nur Malicha

Ilmu dan pengetahuan merupakan hal yang penting dimiliki individu dalam menjalani
hidup, namun kita masih rancu akan pengertian keduanya. Apakah ilmu dan pengetahuan adalah
hal yang sama? Atau apakah ilmu dan pengetahuan ternyata memiliki pengertian yang berbeda?

Alexander Bird (1998) dalam bukunya, Philosophy of Science menjelaskan bahwa pada
sekitar tahun 1995 sempat terjadi perdebatan besar di Amerika terkait penggunaan ajaran kitab
suci atau ilmu yang dijadikan landasan terbentuknya kehidupan dan alam semesta. Masyarakat
Amerika sangat berpegang teguh pada ajaran agama sebelum ilmu pengetahuan menguasai pola
pikir mereka. Menurut mereka, apa yang sudah dicantumkan di kitab suci (Injil) itu tidak perlu
diperdebatkan dan sudah pasti benar. Bahkan, ilmu tentang terbentuknya kehidupan atau alam
semesta dilarang diajarkan di sekolah karena dianggap bertentangan dengan ilmu agama. Di sisi
lain, para ahli tidak mau hanya mempercayai kitab suci tanpa mengetahui sendiri bagaimana
proses pembentukan alam semesta. Mereka ingin mengetahui apakah ilmu juga bisa menjelaskan
proses pembentukannya dan apakah ada perkembangan ilmu lagi yang bisa dipelajari setelah
mempelajari bagaimana terbentuknya alam semesta.
Pada tahun 1925, Scopes melakukan percobaan dan pengamatan terhadap evolusi yang
dikenal dengan percobaan Monkey. Scopes terbukti bersalah dan dihukum karena melakukan
percobaan dan mengajarkan hasil eksperimennya ke sekolah-sekolah. Scopes dianggap
melanggar hukum yang sudah dicetuskan bahwa tidak boleh ada ilmu yang bertentangan dengan
hukum agama, namun idealisme ilmu pengetahuan oleh para fundamentalis Kristiani ini tidak
bertahan lama. Pada tahun 1957 diluncurkanlah satelit buatan yang bernama Sputnik. Satelit ini
menjadi bukti bahwa ilmu bisa memberikan kontribusi besar untuk peradaban manusia. Hal ini
juga menjadi bukti bahwa dengan ilmu, manusia bisa lebih tinggi derajatnya dibanding manusia
yang tidak berilmu. Fundamentalis Kristiani mulai menyadari tentang pentingnya ilmu dan
mereka sudah tidak boleh mengekang perkembangannya. Pada perkembangannya, proses agar
ilmu dapat diakui dan boleh berkembang bebas tidaklah mudah. Banyak pertanyaan terkait
dengan ilmu, seperti "Apa itu ilmu?", "Kapan suatu hal itu dianggap ilmiah?". Disinilah filosofi
atau filsafat dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Menurut penegak hukum yang saat itu menangani perdebatan antara ilmu dan agama,
teori keilmuan harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
1. Ada kendali dari hukum alam.
2. Harus ada penjelasan yang referensinya adalah dari hukum alam.
3. Bisa diuji untuk menanggapi atau menguji teori empiris.
4. Kesimpulannya masih bisa diperdebatkan dan bukan kesimpulan final.
5. Sesuatu bisa dikatakan ilmu jika bisa dimodifikasi.

Hakikat Ilmu
Ilmu adalah adalah hal sistematis yang membangun dan mengatur pengetahuan dalam
bentuk penjelasan serta prediksi yang dapat diuji melalui metode ilmiah tentang alam semesta
(Mirriam Webster dictionary, 2018). Ilmu terdiri dari dua hal, yaitu bagian utama dari
pengetahuan, dan proses di mana pengetahuan itu dihasilkan. Proses pengetahuan memberikan
individu cara berpikir dan mengetahui dunia. Proses ilmiah adalah cara membangun pengetahuan
dan membuat prediksi tentang dunia dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat diuji, misal
pertanyaan “Apakah Bumi datar atau bulat?” bisa diuji dan dipelajari melalui penelitian, terdapat
bukti untuk dievaluasi dan menentukan apakah itu mendukung bumi bulat atau datar. Tujuan
ilmiah yang berbeda biasanya menggunakan metode dan pendekatan yang berbeda untuk
menyelidiki dunia, tetapi proses pengujian adalah inti dari proses ilmiah untuk semua ilmuwan
(Carpi & Egger, 2011).
Pada proses menganalisis dan menginterpretasikan data, ilmuwan menghasilkan
hipotesis, teori, atau hukum yang membantu menjelaskan hasil temuan dan menempatkannya
dalam konteks pengetahuan ilmiah yang lebih luas. Berbagai macam penjelasan ini diuji oleh
para ilmuwan melalui eksperimen tambahan, observasi, pemodelan, dan studi teoritis. Dengan
demikian, pengetahuan ilmiah dibangun di atas ide-ide sebelumnya dan terus berkembang. Hal
ini sengaja dibagi dengan orang lain melalui proses peer review dan kemudian melalui publikasi
dalam literatur ilmiah, di mana disana didapatkan evaluasi dan integrasi oleh komunitas yang
lebih besar. Salah satu keunggulan dari pengetahuan ilmiah adalah bahwa hal itu dapat berubah,
karena data baru dikumpulkan dan interpretasi ulang dari data yang sudah ada. Teori-teori utama,
yang didukung oleh banyak bukti, jarang sekali diubah sepenuhnya, tetapi data baru dan
penjelasan teruji menambah nuansa dan detail (Carpi & Egger, 2011).
Sembilan ciri utama science menurut Mondal (2018) adalah sebagai berikut:
1. Objektivitas
Pengetahuan ilmiah bersifat objektif. Objektivitas berarti kemampuan untuk melihat dan
menerima fakta apa adanya. Untuk menjadi objektif, seseorang harus waspada terhadap bias,
keyakinan, harapan, nilai, dan preferensi sendiri. Objektivitas menuntut bahwa seseorang
harus menyisihkan segala macam pertimbangan subyektif dan prasangka.
2. Verifiability
Sains bersandar pada data indra, yaitu data yang dikumpulkan melalui indera kita, yaitu mata,
telinga, hidung, lidah, dan sentuhan. Pengetahuan ilmiah didasarkan pada bukti yang dapat
diverifikasi, melalui pengamatan faktual konkret sehingga pengamat lain dapat mengamati,
menimbang atau mengukur fenomena yang sama dan memeriksa observasi untuk akurasi.
3. Netralitas Etis
Sains bersifat etis netral. Ilmu hanya mencari pengetahuan. Bagaimana pengetahuan ini akan
digunakan akan ditentukan oleh nilai-nilai kemasyarakatan. Pengetahuan dapat digunakan
berbeda. Etika netralitas tidak berarti bahwa ilmuwan tidak memiliki nilai. Di sini hanya
berarti bahwa ia tidak boleh membiarkan nilai-nilainya mengubah desain dan perilaku
penelitiannya. Dengan demikian, pengetahuan ilmiah adalah netral terhadap nilai-nilai atau
bebas-nilai.
4. Eksplorasi sistematis
Sebuah penelitian ilmiah mengadopsi prosedur sekuensial tertentu, rencana yang terorganisir
atau desain penelitian untuk mengumpulkan dan menganalisis fakta tentang masalah yang
diteliti. Umumnya, rencana ini mencakup beberapa langkah ilmiah, seperti perumusan
hipotesis, pengumpulan fakta, analisis fakta, dan interpretasi hasil.
5. Keandalan atau Reliabilitas
Pengetahuan ilmiah harus terjadi di bawah keadaan yang ditentukan tidak sekali tetapi
berulang kali dan dapat direproduksi dalam keadaan yang dinyatakan di mana saja dan kapan
saja. Kesimpulan berdasarkan hanya ingatan tanpa bukti ilmiah sangat tidak dapat
diandalkan.
6. Presisi
Pengetahuan ilmiah harus tepat, tidak samar-samar seperti beberapa tulisan sastra. Presisi
membutuhkan pemberian angka, data atau ukuran yang tepat.
7. Akurasi
Pengetahuan ilmiah itu akurat. Akurasi secara sederhana berarti kebenaran atau kebenaran
suatu pernyataan, menggambarkan hal-hal dengan kata-kata yang tepat sebagaimana adanya
tanpa melompat ke kesimpulan yang tidak beralasan, harus ada data dan bukti yang jelas.
8. Abstrak
Sains berlanjut pada bidang abstraksi. Prinsip ilmiah umum sangat abstrak. Tidak tertarik
untuk memberikan gambaran yang realistis.
9. Prediktabilitas
Para ilmuwan tidak hanya menggambarkan fenomena yang sedang dipelajari, tetapi juga
berusaha untuk menjelaskan dan memprediksi juga.

Dalam bukunya yang berjudul Methods in Psychological Research, Evans dan Rooney
(2008) berpendapat dengan orientasi psikologi yang mempelajari individu sebagai subject
matter-nya, bahwa ilmu memiliki empat fungsi, antara lain:
a. To Describe (mendeskripsikan)
b. To Explain (menjelaskan)
c. To Predict (memprediksikan)
d. To Control (mengontrol atau mengendalikan)

Pengetahuan
Pengetahuan adalah familiaritas, kesadaran, atau pemahaman mengenai seseorang atau
sesuatu, seperti fakta, informasi, deskripsi, atau keterampilan, yang diperoleh melalui
pengalaman atau pendidikan dengan mempersepsikan, menemukan, atau belajar. Pengetahuan
dapat merujuk pada pemahaman teoritis atau praktis dari suatu subjek. Hal ini dapat diperoleh
secara implisit, dengan keterampilan atau keahlian praktis atau eksplisit, dengan pemahaman
teoritis terhadap suatu subjek dan bisa secara disesuaikan keformalan atau sistematisnya (Oxford
dictionary, 2018). Mintaredja (1980) berpendapat bahwa pengetahuan adalah suatu istilah untuk
menuturkan apabila seseorang mengenal sesuatu. Artinya semua pengetahuan manusia berasal
dari rasa ingin tahu sebagai kecenderungan dasar manusia. Rasa ingin tahu tersebut dicerna oleh
panca indera serta ditampung dalam ingatan hingga memunculkan pengetahuan.
Sumber Pengetahuan:
a. Pengalaman indera (sense experience)
Pengetahuan dapat diperoleh melalui penangkapan panca indera di mana kemudian
menjadi dasar perkembangan “empirisme”
b. Penalaran (reason)
Pengetahuan diperoleh dengan cara menggabungkan atau mengabstraksikan dua
pengertian atau lebih berdasarkan akal sehat manusia.
c. Otoritas (authority)
Pengetahuan diperoleh berdasarkan otoritas sebagai kekuatan sah yang dimiliki seseorang
atau kelompok.
d. Intuisi (intuition)
Pengetahuan diperoleh dari proses kejiwaan tanpa stimulus atau rangsangan dari luar.
e. Wahyu (revelation)
Pengetahuan berdasarkan pada wahyu Tuhan melalui perantara utusan-utusan-Nya.
f. Keyakinan (Faith)
Jenis pengetahuan ini sulit dibedakan dengan pengetahuan yang bersumber pada wahyu.
Jika wahyu berdasar dogmatisme agama, sementara keyakinan lebih mengacu pada
kematangan (maturation) sehingga sifatnya lebih dinamis.

Dalam keseharian, seringkali ilmu (science) disamakan dengan pengetahuan (knowledge),


padahal secara prinsip keduanya berbeda. Ilmu adalah sesuatu yang dihasilkan dari pengetahuan
ilmiah yang berawal dari perpaduan proses berpikir deduktif (rasional) dan induktif (empiris),
sedangkan pengetahuan adalah hasil aktivitas manusia (subyek) yang mempunyai kesadaran
untuk mengetahui obyek yang dihadapinya sebagai sesuatu yang ingin dikenal dan diketahui.

Daftar Pustaka

Bird, Alexander. Philosophy of Science (University College London :UCL Press 1998)

Carpi, A & Egger, A. E. 2011 “The Nature of Scientific Knowledge” Visionlearning. 3 (2).
Science: definition of science in Mirriam Webster Online Dictionary, (2018). [online] Available
at:https://www.merriam-
webster.com/dictionary/science?utm_campaign=sd&utm_medium=serp&utm_source=jsonld
[Accessed 25 Aug. 2018].

Evans, A. N., & Rooney, B. J. (2008). Methods in Psychological Research. California: Sage
Publications, Inc.

Knowledge: Definition of knowledge in Oxford Dictionary. (2018). [online] Available at:


https://web.archive.org/web/20100714023323/http://www.oxforddictionaries.com/view/entry/m_
en_us1261368 [Accessed 25 Aug. 2018].

Mintaredja, A. H. (1980). Di Sekitar Masalah Ilmu: Suatu Problema Filsafat. Surabaya: Bina
Ilmu

Mondal, P. (2018). Top 9 Main Characteristics of Science – Explained!. [online] Your Article
Library. Available at: http://www.yourarticlelibrary.com/science/top-9-main-characteristics-of-
science-explained/35060 [Accessed 25 Aug. 2018].

Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.2010

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai