Anda di halaman 1dari 9

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak bagi setiap warga Indonesia, termasuk

anak-anak, anak-anak ini mencakup anak batita atau toddler (0-3 tahun)

dan anak pra sekolah (3-5 tahun). Orang tua mengharapkan anaknya

tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai tahap perkembangan

anak. Kesehatan yang baik adalah suatu kondisi dimana tidak hanya

terbebas dari suatu penyakit (Potter & Perry, 2009).

Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs)

atau tujuan pembangunan berkelanjutan mempunyai 17 tujuan dengan

169 capaian salah satunya yaitu untuk menurunkan angka kematian

balita dalam kurun waktu 2015-2030 menjadi 1000 kelahiran hidup. Di

indonesia angka kematian balita pada tahun 2015 menurun menjadi 27

per 1000 kelahiran hidup. Penurunan angka kematian balita ini

melambat antara tahun 1990-2015 yaitu 85 menjadi 27 per 1000

kelahiran hidup, kejadian ini memerlukan akses seluruh bayi terhadap

intervensi kunci seperti ASI eksklusif atau imunisasi dasar (Sustainable

Development, 2016).

Kesehatan bagi balita merupakan hal yang paling penting di dalam

tumbuh kembang balita. Umumnya balita akan mempelajari dan

mengeksplorasi lingkungan sekitarnya, balita mungkin tidak menyadari


2

bahaya saat mereka sibuk mengekplorasi lingkungannya. Dalam hal

mengkonsumsi pangan, pada usia balita ini masih termasuk golongan

konsumen pasif, dimana belum dapat mengambil dan memilih makanan

sendiri sesuai dengan kebutuhannya sehingga pada usia ini anak sangat

rentan terhadap berbagai masalah kesehatan salah satunya

gastroenteritis (Santoso & Ranti, 2009).

Balita termasuk kelompok yang rentan terhadap penyakit karena

sistem kekebalan pada tubuh balita belum terbentuk secara sempurna.

Masalah yang sering terjadi pada balita dibagi menjadi dua yaitu

penyakit yang tidak berbahaya dan hanya menyebabkan

ketidaknyamanan sementara yaitu seperti ISPA, rhinitis alergi, infeksi

telinga tengah, radang tenggorokan, cacar air, masalah kulit dan ada

bebeberapa juga yang mengancam jiwa seperti tuberculosis, difteri,

pertussis, tetanus, polio, campak termasuk gastroenteritis. Masalah

tersebut dapat dicegah dengan cara imunisasi (Oden, 2013). Bahkan

Kemenkes RI (2011) memaparkan Penyebab utama kematian balita

yang sering terjadi yaitu infeksi saluran pernafasan seperti pneumonia,

tuberkoulosis (TB) dan salah satunya yaitu gastroenteritis.

Balita merupakan anak yang telah menginjak usia diatas satu tahun

atau yang lebih popular dengan usia anak dibawah lima tahun. Balita

yaitu istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak pra

sekolah (3-5 tahun) (Sutomo & Anggraeni, 2010).


3

Gastroenteritis merupakan buang air besar dengan tinja berbentuk

cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja

lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi.

(Hendarwanto, 2013). Gastroenteritis yaitu keadaan yang ditandai

dengan timbulnya diare dengan atau tanpa muntah yang masih menjadi

penyebab kesakitan dan kematian pada balita di sebagian besar negara-

negara berkembang. Meskipun merupakan penyakit ringan dan sembuh

sendiri, gastroenteritis adalah salah satu penyebab paling sering

perawatan di rumah sakit dengan beban biaya yang besar (Ciccarelliet,

2013).

Gastroenteritis lebih dominan menyerang balita karena daya tahan

tubuhnya yang masih lemah, sehingga balita sangat rentan terhadap

penyebaran bakteri penyebab gastroenteritis. Jika gastroenteritis disertai

muntah berkelanjutan akan menyebabkan dehidrasi (kekurangan

cairan). Oleh karena itu sering terjadi keterlambatan dalam pertolongan

sehingga mengakibatkan kematian. Dehidrasi yang terjadi pada balita

akan cepat menjadi parah. Hal ini disebabkan karena seorang balita

berat badannya lebih ringan dari pada orang dewasa. Maka cairan

tubuhnya pun relative sedikit, sehingga jika kehilangan sedikit saja

cairan dapat mengganggu organ-organ vital nya. Kasus kematian balita

karena dehidrasi akibat gastroenteritis masih banyak ditemukan dan

biasanya terjadi karena ketidakmampuan orang tua mendeteksi tanda-

tanda bahaya ini (Cahyono, 2013).


4

Gastroenteritis pada balita ini dapat disebabkan oleh beberapa

faktor diantaranya yaitu infeksi, malabsorbsi, makanan, dan psikologis

anak. Infeksi enteral merupakan infeksi saluran percernaan, yang

menjadi penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral disebabkan

karena bakteri, virus dan parasit. Sedangkan infeksi parenteral

merupakan infeksi dari luar pencernaan seperti otitis media akut

(OMA), bronkopneumonia, ensefalitis. Keadaan ini terutama terdapat

pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun (Ngastiyah, 2014).

Klasifikasi tingkat dehidrasi pada anak yang menderita gastroenteritis

dibagi menjadi tiga yaitu pertama dehidrasi berat ciri-ciri yang sering

muncul biasanya mata cekung, tidak bisa minum atau malas minum,

yang kedua yaitu dehidrasi sedang ciri-ciri yang biasanya muncul yaitu

anak itu akan sering rewel dan merasa gelisah, dan cubitan kulit nya

kembali lambat, dan yang ketiga yaitu tanpa dehidrasi tidak terdapat

cukup tanda untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan atau berat

(Ariani, 2016).

Dampak masalah fisik yang akan terjadi bila gastroenteritis tidak

diobati akan berakibat kehilangan cairan dan elektrolit secara

mendadak. Pada balita akan menyebabkan anoreksia (kurang nafsu

makan) sehingga mengurangi asupan gizi, dan gastroenteritis dapat

mengurangi daya serap usus terhadap sari makanan. Dalam keadaan

infeksi, kebutuhan dari makanan pada balita yang mengalami

gastroenteritis akan meningkat, sehingga setiap serangan gastroenteritis


5

akan menyebabkan kekurangan gizi. Jika hal ini berlangsung terus

menerus akan menghambat proses tumbuh kembang anak. Sedangkan

dampak psikologis terhadap balita antara lain, balita akan menjadi

rewel, cengeng, sangat tergantung pada orang terdekatnya (Widoyono,

2011).

Menurut Wong 2008 mengatakan pengkajian keperawatan

terhadap gastroenteritis dimulai dari mengamati keadaan umum dan

perilaku balita. Pengkajian selanjutnya yang dilakukan pada balita yang

mengalami gastroenteritis dengan gangguan keseimbangan cairan yaitu

pengkajian dehidrasi seperti berkurangnya keluaran urine, turgor kulit

yang elastis, ubun-ubun yang cekung.

Penanggulangan gastroenteritis harus dilakukan dengan tepat dan

akurat untuk mengatasi dampak dari gastroenteritis tersebut seperti

dehidrasi dan malnutrisi. Penanggulangan gastroenteritis yang dapat

dilakukan adalah teruskan pemberian ASI, susu formula, dan makanan

padat pada bayi, berikan oralit atau larutan gula-garam untuk

mengganti cairan yang hilang, berikan makanan seperti biasa dan

hindari makanan yang mengandung serat, berikan Zinc selama 10 hari

berturut-turut, jangan berikan obat antidiare pada anak karena dapat

menghambat kuman yang akan keluar (Sofwan, 2010).

Pentingnya penerapan pengetahuan kepada orang tua tentang

prognosis penyakit gastroenteritis pada balita, maka dibutuhkan peran

perawat sebagai tenaga kesehatan yang dapat memberikan kontribusi


6

dalam penanganan gastroenteritis sesuai dengan perannya. Peran

perawat tersebut adalah sebagai pemberi pelayanan yang mencakup

pemberi rasa nyaman, pelindung, komunikator, mediator dan

rehabilitator. Selain itu perawat berperan sebagai pendidik yang

memberikan pemahaman kepada individu, keluarga ataupun masyarakat

di semua lingkup pelayanan kesehatan. Peran perawat selanjutnya

sebagai manajer, yaitu perawat mengelola kegiatan pelayanan kesehatan

sesuai dengan tanggung jawabnya dan dapat mengambil keputusan

dalam memecahkan masalah. Perawat juga dituntut untuk dapat berpikir

kritis dalam pengambilan keputusan, sehingga permasalahan yang

dihadapi dapat terpecahkan dengan baik. Perawat juga mempunyai

peran sebagai pelindung, yaitu melindungi klien baik perlindungan

terhadap terapi atau pelayanan kesehatan yang didapatkan atau

membantu klien dalam pengambilan keputusan (Delaune & Ladner,

2011).

Berdasarkan hasil catatan medis di Ruang Tanjung RSUD

Syamsudin SH Kota Sukabumi pada tahun 2017-2018 didapatkan data

bahwa Gastroenteritis termasuk dalam 10 besar penyakit pada anak dan

sering terjadi setiap tahunnya, dibawah ini adalah data 10 besar

penyakit pada anak.

Tabel 1.1 Sepuluh Peringkat Penyakit Pada Anak Di Ruang

Tanjung RSUD. R. Syamsudin, S.H Kota Sukabumi Periode Bulan

November 2017- Febuari 2018


7

No Penyakit Jumlah Kasus Presentase


1 Bronchopneumonia 165 25%
2 Gastroenteritis 113 17%
3 Bacterial Infeksi 70 11%
4 Kejang Demam Komplek 68 10%
5 Typoid 59 9%
6 Ispa 39 7%
7 Anemia 36 6%
8 Asma 36 6%
9 Observasi Febris 32 5%
10 DHF 29 4%

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk

melakukan studi kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada An. S

Dengan Gangguan Sistem Pencernaan akibat Gastroenteritis di Ruang

Tanjung RSUD Syamsudin SH Kota Sukabumi”.

1.2.Batasan Masalah

Batasan masalah pada studi kasus ini dibatasi pada “Asuhan Keperawatan

Pada An. S Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Akibat Gastroenteritis di

Ruang Tanjung RSUD. R. Syamsudin, S.H Kota Sukabumi”.

1.3.Rumusan Masalah

Berasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah penulisan karya

tulis ilmiah ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Balita Dengan

Gangguan Sistem Pencernaan Akibat Gastroenteritis di Ruang Tanjung RSUD

R. Syamsudin, S.H Kota Sukabumi”.

1.4.Tujuan

1.4.1. Tujuan Umum


8

Mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada An. S yang

mengalami Gastroenteritis di Ruang Tanjung RSUD R. Syamsudin,

S.H Kota Sukabumi.

1.4.2. Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian keperawatan pada balita yang mengalami

gastroenteritis.

2) Menetapkan diagnosis keperawatan pada balita yang mengalami

gastroenteritis.

3) Menyusun perencanaan keperawatan pada balita yang mengalami

gastroenteritis.

4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada balita yang mengalami

gastroenteritis.

5) Melakukan evaluasi pada balita yang mengalami gastroenteritis.

6) Mampu memandingkan antara teori dan lapangan pada balita yang

mengalami gastroenteritis.

1.5.Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Penulis

Diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi

penulis dan menambah pengalaman dalam melakukan penyusunan

karya tulis ilmiah.

1.5.2. Bagi STIKES Sukabumi


9

Sebagai bahan masukan bagi kampus STIKes Sukabumi untuk

menambah referensi bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi dan

sebagai bahan masukan bagi pembaca, menambah pengetahuan

tentang “Asuhan Keperawatan Pada An. S dengan Gangguan

Pencernaan akibat Gastroenteritis”.

1.5.3. Bagi Ruang tanjung RSUD. R. Syamsudin, S.H

Balita terkelola dengan baik, dapat mengembangkan proses

asuhan keperawatan pada An. S gangguan pencernaan akibat

gastroenteritis dan dapat mengembangkan mutu pelayanan.

Anda mungkin juga menyukai