Anda di halaman 1dari 19

HIPERTENSI

BAB IV
HIPERTENSI

A. Defenisi
a. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 1995 )
b. Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar
atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar 95 mmHg (
Kodim Nasrin, 2003 ).
c. Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg,
hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat
bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan
tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995
).
d. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan hipertensi
adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme pengaturan tekanan darah
(Mansjoer,2000 : 144)
e. Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari 140 mmHg atau tekanan
diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostik ini dapat dipastikan dengan mengukur
rata-rata tekanan darah pada 2 waktu yang terpisah (FKUI, 2001 : 453)
f. Patologi utama pada hipertensi adalah peningkatan tekanan vesikalis perifer arterior
(Mansjoer, 2000 : 144)
g. Hipertensi heart disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk menyebutkan
penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle hyperthrophy (LVH), aritmia
jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit jantung kronis, yang disebabkan karena
peningkatan tekanan darah, baik secara langsung maupun tidak langsung.
B. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : ( Lany
Gunawan, 2001 )
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya.
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya
disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan
pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi.
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.

Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:


a. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah
meningkat.
c. Stress karena Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta pelebaran pembuluh
darah.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan
pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian
telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
1. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
2. Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
3. Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
1. Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
2. Kegemukan atau makan berlebihan
3. Stress
4. Merokok
5. Minum alkohol
6. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
1. Ginjal
a. Glomerulonefritis
b. Pielonefritis
c. Nekrosis tubular akut
d. Tumor
2. Vascular
a. Aterosklerosis
b. Hiperplasia
c. Trombosis
d. Aneurisma
e. Emboli kolestrol
f. Vaskulitis
3. Kelainan endokrin
a. DM
b. Hipertiroidisme
c. Hipotiroidisme
4. Saraf
a. Stroke
b. Ensepalitis
c. SGB
5. Obat – obatan
a. Kontrasepsi oral
b. Kortikosteroid

C. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke
ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua
factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system
pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (
volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan
perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).

D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : (Menurut : Edward K Chung, 1995 )
1. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi:
a. Sakit kepala dan pusing
b. Nyeri kepala berputar
c. Rasa berat di tengkuk
d. Marah / emosi tidak stabil
e. Mata berkunang – kunang
f. Telinga berdengung
g. Sukar tidur
h. Kesemutan
i. Kesulitan bicara
j. Rasa mual / muntah
k. Epistaksis
l. Migren
m. Mudah lelah
n. Tinistus yang diduga berhubungan dengan naiknya tekanan darah
Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien
yang mencari pertolongan medis.

E. Klasifikasi
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan rekomendasi dari “The
Sixth Report of The Join National Committee, Prevention, Detection and Treatment of High
Blood Pressure “ (JNC – VI, 1997) sebagai berikut :
No Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120 – 129 80 – 84
3. High 130 – 139 85 – 89
Normal
4. Hipertensi
Grade 1 140 – 159 90 – 99
(ringan)
Grade 2 160 – 179 100 – 109
(sedang)
Grade 3 180 – 209 100 – 119
(berat)
Grade 4 >210 >120
(sangat
berat)

F. Pengobatan
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah raga isotonik
(spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga
dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dapat digunakan untuk mengurangi/
mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang berkeringat
akan mengeluarkan garam lewat kulit).
Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Pengobatan non obat (non farmakologis)
2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

Pengobatan non obat (non farmakologis)


Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah sehingga
pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-kurangnya ditunda.
Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non
farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang
lebih baik.
Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :
1. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
2. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.
Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita.
Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan ini
hendaknya tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan sebagai
pelengkap pada pengobatan farmakologis.
3. Ciptakan keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf
yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
4. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak
3-4 kali seminggu.
5. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol

Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)


Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat ini.
Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.
1. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing)
sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan.
Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.

2. Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja
pada saat kita beraktivitas ).
Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.

3. Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung.
Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan
pernapasan seperti asma bronkial.
Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes
melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar
gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi
penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran
pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati.

4. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot
pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek
samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan
pusing.

5. Penghambat ensim konversi Angiotensin


Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat
yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah).
Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin
timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.

6. Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi
jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan
Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan
munta

7. Penghambat Reseptor Angiotensin II


Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang
termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin
timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan mual.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya
hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6. Pemeriksaan; renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal
terpisah dan penentuan kadar urin
7. Foto dada dan CT scan.

H. Komplikasi
a. Stroke
b. Infakr miokard
c. Gagal ginjal
d. Ensefalopati
e. Gangguan penglihatan
I. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas/ Istirahat
 Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
 Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
b. Sirkulasi
 Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan
penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi,perspirasi.
 Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis, tikikardi,
murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin
(vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda.
c. Integritas Ego
 Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress multiple(hubungan,
keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
 Tanda :Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian,tangisan
meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
 Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit ginjal
pada masa yang lalu).
e. Makanan/cairan
 Gejala: Maanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta
kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini(meningkat/turun)
Riwayat penggunaan diuretik
 Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
f. Neurosensori
 Genjala: Keluhan pening /pusing,sakit kepala,subojksipital (terjadi saat bangun dan
menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan
(diplobia, penglihatan kabur,epistakis).
 Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek, proses
pikir, penurunan keuatan genggaman tangan.
g. Nyeri/ ketidaknyaman
 Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakitkepala.
h. Pernafasan
 Gejala: Dispnea yang berkaitan dari aktivitas /kerja takipnea,ortopnea,dispnea, batuk
dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
 Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan buny inafas
tambahan (krakties/mengi), sianosis.
i. Keamanan
 Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural

2. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
2) Intoleran aktivitas b.d kelemahan umum ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
3) Nyeri ( sakit kepala ) b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral
4) Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d masukan berlebih
5) Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan
diri

3. Intervensi
RESIKO TINGGI TERHADAP PENURUNAN CURAH JANTUNG B/D PENINGKATAN
AFTERLOAD, VASOKONSTRIKSI, ISKEMIA MIOKARD, HIPERTROPI
VENTRICULAR
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien mau berpartisipasi dalam
aktivitas yang menurunkan TD/beban kerja jantung.
Kriteria Hasil:
- TD dalam rentang individu yang dapat diterima
- Irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal
INTERVENSI RASIONAL
Pantau TTD Perbandingan dari tekanan memberikan
gambaran yang lebih lengkap tentang
keterlibatan/bidang masalah vascular.

Catat keberadaan,kualitas denyutan sentraldan Denyutan karotis, jugularis, radialis dan


perifer femolaris mungkin teramati/terpalpasi. Denyut
pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan
efek dari vasokontriksi (peningkatan SVR) dan
kongesti vena.

Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas S4 umumnya terdengar pada pasien hipertensi
berat karena adanya hipermetrofi atrium
(peningkatan volume/tekanan atrium)
Perkembangan S3 menunjukkan hipertrofi
ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakles,
mengi dapat mengindikasikan kongesti paru
skunder terhadap terjadinya atau gagal ginjal
kronik.

Amati warna kulit,kelembaban,suhu,dan masa adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa
pengisian kapiler pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan
dengan vasokontriksi atau mencerminkan
dekompensasi/penurunan curah jantung

Catat edema umum/tertentu Dapat mengindikasikan gagal jantung,


kerusakan ginjal atau vascular.

Berikan lingkungan tenang dan Membantu untuk menurunkan rangsang


nyaman,kurangi aktivitas/keributan simpatis; meningkatkan relaksasi
lingkungan .batasi jumlah pengunjung dan
lamanya tinggal.

Pertahankan pembatasan aktivitas seperti Menurunkan stress dan ketegangan yang


istirahat ditempat tidur/kursi;jadwal periode mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan
istirahat tanpa gangguan;bantu pasien penyakit hipertensi.
melakukan perawatan diri sesuai kebutuhan.

Lakukan tindakan-tindakan nyaman seperti Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat


pijatan punggung dan leher,miringkan kepala menurunkan rangsang simpatis.
di tempat tidur.

Anjurkan tehnik relaksasi,panduan imajinasi Dapat menurunkan rangsangan yang


,aktivitas pengalihan. menimbulkan stress,membuat efek tenang,
sehingga menurunkan TD.

Pantau respon terhadap obat untuk Respon terhadap terapi obat “stepeed”(yang
mengontrol tekanan darah terdiri atas diuretic. Inhibitorsimpatis dan
vasodilator) tergantung pada individu dan efek
sinergis obat. karena efek samping tersebut,
maka penting untuk menggunakan obat dalam
jumlah paling sedikit dan dosis paling rendah.

INTOLERAN AKTIVITAS B/D KELEMAHAN UMUM KETIDAKSEIMBANGAN


ANTARA SUPLAI DAN KEBUTUHAN OKSIGEN.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien klien mampu melakukan
aktivitas yang ditoleransi
Kriteria Hasil :
 Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan
 Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur
 Menunjukkan penurunan dalam tanda – tanda intoleransi fisiologi
INTERVENSI RASIONAL
Kaji respon klien terhadap aktivitas, perhatian Menyebutkan parameter membantu dalam
frekuensi nadi lebih dari20 X per menit di atas mengkaji respons fisiologi terhadap stres
frekuensi istirahat ; peningkatan TD yang nyata aktivitas dan bila ada merupakan indikator
selama/sesudah aktivitas, dispnea, nyeri dada; dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan
keletihan dan kelemahan yang berlebihan; tingkat aktivitas.
diaphoresis; pusing atau pingsan.

Intruksikan pasien tentang tehnik penghematan Tehnik menghemat energi mengurangi


energi, mis; menggunakan kursi saat mandi, penggurangan energy juga membantu
duduk saat menyisir rambut atau menyikat gigi, keseimbangan antara suplai dan kebutuhan
melakukan aktifitas dengan perlahan. oksigen.

Berikan dorongan untuk melakukan Kemajuan aktifitas bertahap mencegah


aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat peningkatan kerja jantung tiba-
ditoleransi. berikan bantuan sesuai kebutuhan. tiba.memberikan bantuan hanya sebatas
kebutuhan akan mendorong kemandirian
dalam melakukan aktivitas.
NYERI ( SAKIT KEPALA ) B/D PENINGKATAN TEKANAN VASKULER
SEREBRAL
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri berkurang
Kriteria Hasil :
 Klien melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/terkontrol
INTERVENSI RASIONAL
Mempertahankan tirah baring selama fase Meminimalkan stimulasi/meningkatkan
akut relaksasi

Berikan tindakan non farmakologi untuk Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler
menghilangkan sakit kepala mis; kompres serebral dan yang memperlambat/memblok
dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, respon simpatis efektif dalam menghilangkan
tenang, redupkan lampu kamar lampu sakit kepala dan komplikasinya.
kamar, tehnik relaksasi (panduan imajinasi,
diktraksi) dan aktifitas waktu senggang.

Hilangkan/minimalkan aktivitas Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi


vasokontriksi yang dapat meningkatkan menyebabkan sakit kepala pada adanya
sakit kepala mis; mengejan saat BAB, batuk peningkatan tekanan vascular serebral.
panjang dan membungkuk.

Bantu pasien dalam ambulasi sesuai Pusing dan penglihatan kabur sering
kebutuhan berhubungan dengan sakit kepala.pasien juga
dapat mengalami episode hipotensi postural.

Berikan cairan, makanan lunak, perawatan Meningkatkan kenyamanan umum.kompres


mulut yang teratur bila terjadi pendarahan hidung dapat mengganggu proses menelan atau
hidung atau kompres hidung telah membutuhkan napas dengan mulut
dilakukan untuk menghentikan pendarahan ,menimbulkan stagnasi sekresi oral dan
mengeringkan membrane mukosa.

Kolaborasi pemberian obat analgesik, Munurunkan/mengontrol nyeri dan


menurunkan rangsang system saraf simpatis.

Kolaberasi pemberian obat Antiansietas mis; Dapat mengurangi ketegangan dan


lorazepanm(ativan), diazepam,(valium) ketidaknyamanan yang diperberat oleh stress.

NUTRISI LEBIH DARI KEBUTUHAN TUBUH B/D MASUKAN BERLEBIH


Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nutrisi klien cukup/optimal sesuai
kebutuhan
Kriteria Hasil :
- Berat badan klien dalam batas ideal
INTERVENSI RASIONAL
Kaji pemahaman pasien tentang hubungan Kegemukan adalah resiko tambahan pada
langsung antara hipertensi dan kegemukan tekanan darah tinggi karena disproporsi antara
kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung
berkaitan dengan peningkatan massa tubuh.

Bicarakan pentingnya menurunkan masukan Kesalahan kebiasaan makan makan menujang


kalori dan batasi masukan lemak, garam, dan terjadinya ateroskerosis dan kegemukan.
gula, sesuai indikasi.
KURANGNYA PENGETAHUAN B/D KURANGNYA INFORMASI TENTANG PROSES
PENYAKIT DAN PERAWATAN DIRI
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan
pada klien
Kriteria Hasil:
-Klien paham dengan tentang proses penyakit dan regimen pengobatan
INTERVENSI RASIONAL
Kaji kesiapan dan hambatan dalam Kesalahan konsep dan menyangkal diagnose
belajar.termasuk orang terdekat. karena perasaan sejahtera yang sudah lama
dinikmati mempengaruhi minat pasien
dan/orang terdekat untuk mempelajari
penyakit,kemajuan,dan prognosis.bila pasien
tidak menerima realitas bahwa membutuhkan
pengobatan continue,maka perubahan prilaku
tidak akan dipertahankan.

Terapkan dan nyatakan batas TD Memberikan dasar untuk pemahaman tentang


normal.jelaskan tentang hipertensi dan efeknya peningkatan TD dan mengklarisifikasi istilah
pada jantung,pembuluh darah ,ginjal dan otak. medis yang sering digunakan.pemahaman
bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala
adalah ini untuk memungkinkan pasien
melanjutkan pengobatan meskipun ketika
merasa sehat.

Hindari mengatakan TD normal dan gunakan Karena pengobatan untuk pasien hipertensi
istilah”terkontrol dengan baik “saat adalah sepanjang kehidupan,maka dengan
menggambarkan tekanan darah pasien TD penyampaian ide”terkontrol”akan membantu
pasien dalam batas yang normal. pasien untuk memahami kebutuhan untuk
melanjutkan pengobatan/medikasi.

4. Evaluasi
 Dx 1: Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia
miokard
 Dx 2 : Sirkulasi tubuh tidak terganggu
 Dx 3:Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat
 Dx 4 :Nutrisi seimbang
 Dx5:Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi

Anda mungkin juga menyukai