Anda di halaman 1dari 4

I. a.

Konsep Persepsi
Persepsi merupakan sebuah istilah yang sudah sangat familiar didengar dalam percakapan sehari-hari. Istilah
persepsi berasal dari bahasa Inggris “perception”, yang diambil dari bahasa latin “perception”, yang berarti menerima
atau mengambil. Sebagai sebuah konstruks psikologi yang kompleks, persepsi sulit dirumuskan secara utuh.
Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Persepsi pada
dasarnya menyangkut hubungan manusia dengan lingkunganya, bagaimana seseorangmengerti dan
menginterpretasikan stimulus yang ada di lingkungannya dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya.
Peserta didik menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.5Dengan demikian, persepsi peserta didik dapat diartikan sebagaipandangan
atau tanggapan peserta didik dengan cara menyimpulkaninformasi dan menafsirkan pesan berdasarkan pengalaman
tentang objekatau peristiwa tertentu yang didahului oleh proses penginderaan dalamsuatu pemecahan masalah atau
situasi sosial.
b. sifat-sifat persepsi
1.relatif, tidak absolut, tergantung pada pengalaman sebelumnya yang relevan,
2.selektif, tergantung pada pengalaman sebelumnya, minat, kebutuhan dan kemampuan peserta didik untuk
mengadakan persepsi, dan
3.sesuatu yang tidak teratur akan sukar dipersepsikan. Suatu objek akan dapat dipersepsikan dengan baik apabila
objek tersebut lebih menonjol dibandingkan dengan lingkungannya.
dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi peserta didik
1.Pengamatan, penginterpretasikan dari apa yang dilihat dan didengar oleh seseorang peserta didik tergantung dari
karakteristik pribadi yang dimilikinya,
2.Motif, alasan yang berada di balik tindakan yang telah dilakukan oleh seseorang peserta didik yang mana mampu
menstimulasi serta memberikan pengaruh yang cukup kuat kepada pembentukan persepsi seseorang akan segala
sesuatu yang ada.
3.Sikap atauattitude yang dimiliki seseorang juga akan mempengaruhi sebuah persepsi yang dibentuknya mengenai
hal-hal yang ada di sekitarnya.
4.Pengalaman, pengetahuan, ataupun kejadian sebagai pengalaman yang sudah pernah dialami seseorang peserta
didik,
5.Ketertarikan atauinterest,fokus perhatian seseorang peserta didik pada hal-hal yang sedang dihadapinya, sehingga
membuat persepsi seseorang menjadi berbeda beda satu sama lainnya.
6.Harapan atau ekspektasi, merupakan gambaran atau deskripsi yang dapat membentuk sebuah pencitraan kondisi
belajar.
c. Unsur Komunikasi Pembelajaran Menurut Lasswell
1.Komunikator (communicator, source, sender). Komunikator (guru) merupakan sumber dan pengirim pesan.
Kompetensi komunikator (guru) yang membuat komunikan (peserta didik) percaya terhadap isi pesan sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi.
2.Pesan (message). Pesan harus memiliki daya tarik tersendiri, sesuai dengan kebutuhan komunikan (peserta didik),
dan ada peran pesan dalam memenuhi kebutuhan komunikan. Pesan dapat dirancang berupa Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD), handout, wallchart, jobsheet, program video instruksional, program multimedia pembelajaran, dlsb.
3.Media (channel, media). Sistem penyampaian berkaitan dengan media dan metode. Media dan metode yang
digunakan dalam proses komunikasi harus disesuaikan dengan strategi pembelajaran, karakteristik komunikan
(peserta didik), dan tujuan pembelajaran.
4.Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient). Agar komunikasi (peserta didik) berjalan lancar,
peserta didik harus mampu menafsirkan pesan, sadar bahwa pesan sesuai dengan kebutuhannya, dan harus ada
perhatian terhadap pesan yang diterima.
5.Efek (effect, impact, influence). Terjadinya efek dalam suatu proses komunikasi dalam pembelajaran sangat
tergantung dari guru dalam penyampaian materi serta kebutuhan peserta didik. Dalam pembelajaran, efek dirancang
guru dalam bentuk tujuan pembelajaran.
II. a. Konsep Media Pembelajaran
Media pembelajaran secara umum ialah alat bantu proses dalam belajar mengajar. Media pembelajaran seringkali
menggunakan prinsip kerucut pengalaman, yang membutuhkan media seperti buku teks, bahan belajar yang dibuat
oleh guru dan juga “audio visual”. Media pembelajaran bermanfaat untuk melengkapi, memelihara dan bahkan
meningkatkan kualitas dan proses pembelajaran yang sedang berlangsung, penggunaan media dalam pembelajaran
akan meningkatkan hasil belajar, meningkatkan aktivitas siswa, meningkatkan motivasi belajar siswa.
b. Ciri Media Pembelajaran (Gerlach dan Elly )
1.Ciri fiksatif (fixative property). Ciri ini menggambarkan kemampuan media pembelajaran untuk merekam,
menyimpan, menampilkan, dan mengkonstruksi suatu peristiwa atau obyek. Media pembelajaran dengan ciri tersebut
yang dapat dikembangkan seperti: photo, program video, program audio, program multimedia, file presentasi
komputer.
2.Ciri manipulatif (manipulatif property). Suatu kejadian yang memerlukan waktu panjang (produksi berhari-hari) dapat
disajikan kepada peserta didik dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar atau time-lapse
recording.
3. Ciri distributif (distributive property). Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian
ditrasnspormasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada peserta didik dengan
stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian ini.
c. Fungsi Media Pembelajaran
1.Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam pembelajaran
Pada satu sisi ada materi ajar yang tidak memerlukan alat bantu, tetapi di sisi lain ada materi ajar yang sangat
memerlukan alat bantu berupa media pembelajaran. Media pembelajaran yang dimaksud, antara lain berupa peta,
grafik, gambar, model, simulator, dan sebagainya. Tanpa bantuan media, maka materi ajar menjadi sukar dicerna dan
dipahami oleh setiap peserta didik. Hal ini akan semakin terasa apabila materi ajar tersebut abstrak, dan kompleks.
2.Media pembelajaran sebagai sumber belajar
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai bahan pembelajaran untuk belajar peserta
didik. Sumber belajar dapat dikelompokkan menjadi enam kategori, yaitu pesan, manusia, mesin, alat, strategi dan
lingkungan. Media pembelajaran, sebagai salah satu sumber belajar, dapat membantu guru dalam memudahkan
tercapainya pemahaman peserta didik terhadap materi ajar, serta dapat memperkaya wawasan peserta didik.
d. Manfaat Media Pembelajaran Menurut Kemp dan Dayton
1. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan.
2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik.
3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.
4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga.
5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
6. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.
7. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar.
8. Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
e. Jenis Media Pembelajaran (Heinich, Molenda & Russel )
Heinich, Molenda, & Russel, mengemukakan klasifikasi dan jenis media yang dapat digunakan dalam kegiatan
pembelajaran yaitu :
1. Media yang tidak diproyeksikan,
a.Realita : Benda nyata yang digunakan sebagai bahan belajar
b.Model: Benda tiga dimensi yang merupakan representasi dari benda sesungguhnya
c.Grafis: Gambar atau visual yang penampilannya tidak diproyeksikan (Grafik, Chart, Poster, Kartun)
d.Display: Medium yang penggunaannya dipasang di tempat tertentu sehingga dapat dilihat informasi dan
pengetahuan di dalamnya.
2. Media yang diproyeksikan (projected media), slide presentasi dengan LCD (liqiud Cristal Diaplay),
3. Media audio, program audio, audio vission, aktive audio vission
4. Media video dan film,
5. Multimedia berbasis computer, Computer Assisted Instructional (CAI), program multimedia pembelajaran,
6. Multimedia Kit, perangkat praktikum (program simulator).

III. Tahapan Sejarah Perkembangan Pemanfaatan Media Pembelajaran Sebagai Sumber Belajar

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan, dalam rangka merangsang
pikiran, minat, perhatian, perasaan peserta didik sehingga mereka dapat memahami materi belajar yang diajarkan
serta mendorong mereka untuk belajar.

1. Pendidikan Pada Awalnya Hanya Guru dan Buku

Pada awal sejarah pendidikan, istilah media pembelajaran sebenarnya tidak dikenal. Pada masa awal ini, guru
merupakan satu-satunya sumber untuk memperoleh pelajaran. Dalam perkembangan selanjutnya, sumber
pembelajaran ini kemudian bertambah dengan adanya buku. Pada masa adanya buku ini, dikenal tokoh bernama
Johan Amos Comenius yang tercatat sebagai orang pertama yang menulis buku bergambar yang ditujukan untuk
anak sekolah. Buku yang ditulis oleh Johan ini berjudul ”Orbis Sensualium Pictus” (Dunia Tergambar) yang diterbitkan
pertama kali pada tahun 1657.
2. Masuknya Pengaruh Teori Komunikasi pada Proses Pembelajaran dan Munculnya AVA

Pada masa pertengahan abad ke-20, atau pada akhir tahun 1950, teori komunikasi yang dipelajari oleh para ahli
secara bersamaan dengan munculnya alat bantu visual mulai mempengaruhi penggunaan alat visual yang ketika itu
mulai dianggap berguna sebagai penyalur pesan atau informasi belajar sehingga berdampak pada komunikasi
pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada waktu itu.

Pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu dalam proses mengajar (teaching aids). Pada waktu itu, alat
bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, misalnya model, objek dan alat-alat lain yang dapat memberikan
pengalaman konkret, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap para siswa didik yang sedang belajar.
Kemudian, pada tahap berikutnya, mulailah muncul pengaruh teknologi audio pada sekitar abad ke-20 yang
melengkapi penggunaan alat bantu visual tersebut. Pada akhirnya, kombinasi alat bantu audio visual untuk membantu
pembelajaran ini disebut dengan audio visual aids (AVA).

3. Kerucut Pengalaman Edgar Dale

Bersamaan dengan munculnya AVA, Edgar Dale membuat sebelas klasifikasi tingkatan pengalaman belajar dari yang
paling konkret sampai yang paling abstrak untuk membantu membuat alat bantu visual audio yang lebih membantu
siswa dalam belajar. Klasifikasi Dale ini dikenal dengan nama ”Kerucut Penglaman” (Cone of Experience). Pada masa
ini, para pendidik sangat terpikat dengan kerucut pengalaman Dale sehingga pemilihan jenis media yang paling
sesuai untuk memberikan pengalaman belajar tertentu pada siswa banyak dipengaruhi oleh teori Dale ini (bandingkan
dengan teori sosial kognitif). Pada akhir tahun 1950, teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat audio
visual. Dalam pandangan teori komunikasi, alat audio visual berfungsi sebagai alat penyalur pesan.

Kerucut pengalaman ini, memiliki tingkatan-tingkatan sebagai berikut.

 Direct Purposeful Experiences, yaitu pengalaman yang diperoleh dari kontak langsung dengan lingkungan,
objek, binatang, manusia, dan sebagainya, dan merupakan bentuk pembelajaran paling riil yang bisa dialami
oleh siswa didik.
 Contrived Experiences, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui interaksi dengan model, benda tiruan,
atau simulasi dari realitas yang asli.
 Dramatized Experiences, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui permainan, sandiwara boneka,
permainan peran, drama sosial yang mencerminkan objek asli yang hendak dipelajari
 Demonstration, yaitu pengalaman yang diperoleh dari sebuah pertunjukan
 Study Trips, yaitu sebuah pengalaman yang diperoleh melalui karya wisata
 Exhibition, yaitu sebuah pengalaman yang diperoleh melalui pameran
 Educational Television, yaitu sebuah pengalaman yang diperoleh melalui televisi pendidikan
 Motion Pictures, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui gambar, film hidup, bioskop tentang hal yang
sedang dipelajari
 Still Pictures, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui gambar mati, slide, fotografi yang mencerminkan
realitas asli
 Radio and Recording, yaitu engalaman yang diperoleh melalui siaran radio atau rekaman suara atas suatu
objek yang sedang dipelajari
 Visual Symbol, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui simbol yang dapat dilihat seperti grafik, bagan, atau
diagram
 Verbal Symbol, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui penuturan kata-kata dan merupakan pengalaman
belajar yang paling rendah tingkat visualisasinya bagi siswa didik.

4. Pengaruh Behaviorisme BF. Skinner

Setelah adanya perubahan pada asumsi dasar mengenai pentingnya alat bantu penyampaian gagasan kepada siswa,
akan tetapi faktor siswa sendiri belum begitu dianggap penting dalam dunia pendidikan. Akan tetapi pada 1960an,
para ahli mulai memperhatikan siswa sebagai komponen utama dalam pembelajaran. Pada saat itu teori
behaviorisme yang digagas oleh BF. Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran.
Teori behaviorisme mendorong diciptakannya media yang dapat mengubah tingkah laku siswa sebagai hasil proses
pembelajaran. Produk media pembelajaran yang dilandasi oleh teori ini adalah diciptakannya teaching machine
(mesin pengajaran) dan programmed instruction (pembelajaran terprogram).

5. Pendekatan Sistem dan Pengaruhnya dalam Pembelajaran

Pada tahun 1965-1970, pendekatan sistem (system approach) juga mulai menampakkan pengaruhnya dalam dunia
pendidikan dan pengajaran. Pendekatan sistem kemudian mendorong digunakannya media sebagai bagian integral
dalam proses pembelajaran. Media tidak lagi dipandang sebagai alat bantu guru, akan tetapi merupakan bagian
tersendiri yang penting dalam proses pembelajaran. Setiap program pembelajaran harus direncanakan secara
sistematis dengan memusatkan perhatian pada siswa. Ada dua ciri pendekatan sistem pengajaran, yaitu sebagai
berikut :

 Pendekatan sistem pengajaran mengarah ke proses belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya
interaksi antara guru dengan siswa.
 Penggunaan metode khusus dalam rangka mendesain sistem pengajaran yang terdiri atas prosedur integral
berupa perencanaan, perancangan, pelaksanaan, dan penilaian keseluruhan proses belajar-mengajar,
 Program pembelajaran direncanakan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik siswa didik yang diarahkan
kepada perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang dicapai. Perlahan-lahan, dari pengalaman
yang di alami dari proses tersebut, guru mulai menemukan bahwa cara belajar siswa itu berbeda-beda,
sebagian ada yang lebih cepat belajar melalui media visual, sebagian audio, media cetak, dan sebagainya.
Sehingga dari sinilah lahir konsep media pembelajaran.

Pada era komunikasi modern, media komunikasi modern termasuk media pembelajaran perkembangan sangat luas,
mulai dari video, VR (Virtual Reality), permainan interaktif, media sosial dengan ciri ciri media sosial yang unik, dan
lain sebagainya. Itulah beberapa sejarah singkat media pembelajaran yang dapat kita pelajari pada kesempatan kali
ini. Selamat bertemu kembali di artikel berikutnya!

Anda mungkin juga menyukai