Anda di halaman 1dari 23

EVALUASI DAN RENCANA

Kegiatan Pengendalian Betina Produktif


2019

DIREKTUR KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER


DIREKTORAT PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
23.078
ekor
Pemotongan Betina Produktif
Tahun 2017 - 2018
21.106
ekor

12.209
ekor
9522
ekor

NASIONAL
17 PROVINSI TARGET
Perbandingan Data Pemotongan Betina Produktif Di
Lokasi Target
Pemotongan sd Desember % Penurunan
No Provinsi Pemotongan Betina
2017 2018
Produktif
1 Bali 1.365 1.287 5,71
2 Bengkulu 138 29 78,99
3 Di Yogyakarta 1.578 281 82,19
4 Jambi 1.514 616 59,31
5 Jawa Barat - 239 (23.900,00)
6 Jawa Tengah 4.802 2.622 45,40
7 Jawa Timur 265 299 (12,83)
8 Kalimantan Barat 311 62 80,06
9 Kalimantan Timur 414 23 94,44
10 Nusa Tenggara Barat 20 61 (205,00)
11 Nusa Tenggara Timur 273 18 93,41
12 Riau 966 436 54,87
13 Sulawesi Selatan 1.373 788 42,61
14 Sulawesi Tenggara 5.772 1.896 67,15
15 Sulawesi Utara 1.103 370 66,46
16 Sumatera Barat 404 421 (4,21)
17 Sumatera Selatan 808 74 90,84
Total di Lokasi Target 21.106 9.522 54,88
Perbandingan Data Pemotongan Betina Produktif Di
Lokasi Non Target
Pemotongan sd Desember % Penurunan Pemotongan
No Provinsi
2017 2018 Betina Produktif
1 Aceh 558 268 51,97
2 Bangka Belitung 0 1 (100,00)
3 Banten 0 0
4 Dki Jakarta 0 0
5 Gorontalo 0 22 (2.200,00)
6 Kalimantan Selatan 9 47 (422,22)
7 Kalimantan Tengah 98 42 57,14
8 Kalimantan Utara 9 14 (55,56)
9 Kepulauan Riau 46 2 95,65
10 Lampung 1 0 100,00
11 Maluku 0 603 (60.300,00)
12 Maluku Utara 70 18 74,29
13 Papua 53 23 56,60
14 Papua Barat 6 40 (566,67)
15 Sulawesi Barat 453 709 (56,51)
16 Sulawesi Tengah 466 800 (71,67)
17 Sumatera Utara 203 98 51,72
Total di Lokasi Non Target 1.972 2.687 (36,26)
Total 23.078 12.209 47,10
Jumlah
No Propinsi
LOKASI
LOKASIPENGENDALIAN
PENGENDALIANBETINA
BETINAPRODUKTIF
PRODUKTIF2018
2019 Kota
1 Sumatera Barat 3
2 Riau 3

KECUALI
3
4
Jambi
Bengkulu
3
1
KALTAR
KALTAR
AA

PROPINSI
5

6
Sumatera Selatan

Jawa Barat
1

DKI
7 Jawa Tengah 3
8 DI Yogyakarta 2
9 Jawa Timur 6

JAKARTA
10

11
Bali
Nusa Tenggara
2

4
Barat

12DANNusa Tenggara
Timur
1

13 Kalimantan Barat 2

32 Lokasi
17 LokasiBP
BP
KEPRI
14

15
Kalimantan Timur

Sulawesi Utara
2

1
16 Sulawesi Selatan 4
17 Sulawesi Tenggara 1
RENCANA PENGENDALIAN BETINA PRODUKTIF
TAHUN 2019

• Tahun ketiga pelaksanaan kegiatan pengendalian pemotongan betina


produktif, dengan lokasi target 32 Propinsi di 80 Kab/Kota (17
Propinsi/41 Kab/Kota, ditambah dengan 15 Provinsi baru/39
Kabupaten/Kota)

• Bentuk Kegiatan dan Alokasi Anggaran


 Koordinasi dan Advokasi Pengendalian Pemotongan Betina
Produktif (Pusat, Provinsi, Kab/Kota Target Baru)
 Pengawasan Pemotongan Betina Produktif (Tim Terpadu)
 Bimtek petugas pemeriksa AMPM dan status kebuntingan (39 Lokasi
target baru)
RENCANA PENGENDALIAN BETINA PRODUKTIF
TAHUN 2019

 Koordinasi dan Advokasi Pengendalian Betina Produktif 2019


(Pertemuan Evaluasi Kegiatan Tahun 2018 dan Rencana Kegiatan 2019)
• Pemberian Penghargaan bagi Dinas dengan Knerja Terbaik dan
Polda dengan partisipasi terbaik pada tahun 2018.
• Sebagai apresiasi terhadap capaian kinerja Tim baik Dinas
maupun Polda serta meningkatkan semangat pada
pelaksanaan kegiatan 2019
PUSAT

1 Koordinasi dan Advokasi

2 Bimtek AMPM (39 kab/kota)

3 Monev

3 Evaluasi
Propinsi (17 Propinsi)

• SK Tim Terpadu
• Koordinasi dan Advokasi di Propinsi
• Sosialisasi ke Kab/Kota target
tambahan
• Operasional Pengawasan Tim
Terpadu
• Pengawasan di RPH
Propinsi Baru (15 Propinsi)

• Koordinasi Dinas dan Polda SK Tim


Terpadu
• SK Tim terpadu
• Sosialisasi ke Kab/Kota target
tambahan
• Operasional Pengawasan Tim
Terpadu
• Pengawasan di RPH
Pengawasan
Dilakukan oleh Tim Terpadu (unsur dinas, petugas
RPH, Pengawas Kesmavet, PPNS, dan
Bhabinkamtibmas)

1 Sambang
RPH, pasar hewan, check point,
kelompok peternak, dan pengumpul
ternak (jagal)

2 Pengawasan dan Pembinaan di RPH


Pengawasan
Lokasi pasar hewan, kelompok peternak, pengumpul
ternak (jagal), dan check point.
Pengawasan di RPH
Pemeriksaan status reproduksi di RPH
Publikasi Kegiatan
Pengawasan di RPH
Ternak Betina Masuk
RPH

Pemeriksaan Dokumen dan TOLAK


Pemeriksaan AM/PM dan (Disertai Berita Acara)
PRODUKTIF
Status Reproduksi

Tidak Produktif

Potong

Dokumen: SKSR atau SKKH yang memuat keterangen status reproduksi


Pembinaan

Tujuan Meningkatkan kesadaran dan


mencegah pemotongan betina
produktif.

 Pelaku pemotongan betina produktif


Sasaran
di RPH dan di luar RPH.
 Penertiban Tempat Pemotongan di
luar RPH (TPH).
PEDOMAN KERJA PEMBINAAN
Tahapan Pembinaan

1 Teguran Lisan

2 Peringatan tertulis

3 Penghentian sementara ijin


pemotongan

Pencabutan ijin usaha pemotongan


4

5 Pengenaan denda

6 Sanksi pidana
Form Surat
Pernyataan
oleh Jagal

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya:


Nama : …………………………………………………………………
Nomor Identitas (KTP/SIM): …………………………………………………………………
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan *)
Umur : ……… Tahun
Pekerjaan : …………………………………………………………………
Alamat : ………………………………………………………………...
………………………………………………………………….
Dengan ini menyatakan bahwa saya:
Tidak akan memotong/menyembelih sapi/kerbau betina produktif.
Bersedia untuk ditindak sesuai dengan peraturan perundang-undangan apabila mengulangi pelanggaran
yang serupa.
Bersedia mengikuti peraturan pemotongan di RPH.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan tanpa ada tekanan dari pihak manapun.
……………………., tanggal
…………………
Yang Menyatakan
Materai Rp. 6.000,-
( …………………………………..)
Catatan:
Dilampirkan Fotokopi KTP/SIM
Pelaporan

• Pelaporan data disampaikan melalui iSIKHNAS.


• Data pemotongan betina produktif
• Data penolakan (pencegahan pemotongan betina
produktif)
Permasalahan

Belum ada dana talangan untuk menampung sapi bunting/betina produktif


1 serta penyediaan sapi jantan pengganti.

2 Harga sapi betina lebih murah daripada ternak jantan

Kebutuhan ekonomi masyarakat yang sangat mendesak sehingga


3 peternak terpaksa menjual sapi betina produktif

Kebutuhan daging sapi di pasaran sangat tinggi, dan pelaku usaha


4 hanya ingin mendapatkan keuntungan, sehingga jagal tidak dapat
menolak pemotongan betina produktif.

Masih adanya pemotongan ternak di TPH sehingga pengawasan menjadi


5 kurang optimal
Permasalahan
Tingkat kesadaran peternak masih rendah tentang pentingnya keberlangsungan
6 reproduksi sapi betina produktif

Beberapa RPH merupakan Perusda sehingga Dinas Peternakan tidak memiliki


7 kewenangan dalam pengaturannya

8 Kurangnya keterampilan petugas RPH dalam mendeteksi kebuntingan

Kurangnya kepedulian pemangku kebijakan terhadap pengendalian


9 pemotongan betina produktif maupun pentingnya keberadaan RPH sebagai
penyedia pangan asal hewan yang ASUH

Kondisi RPH yang kurang representatif menyebabkan pelaksanaan SOP di RPH


10 belum dapat diterapkan secara optimal

Adanya refocusing anggaran di tahun 2018 sehingga pelaksanaan pengendalian


11 pemotongan betina produktif di lapangan kurang optimal.
SELAMAT BEKERJA

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai