Gizi
Gizi
TENTANG
GIZI PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI......................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................2
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan Umum ..........................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus .........................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Masa Pra Sekolah ............................................................................................4
2.2 Kebutuhan Gizi Anak Pra sekolah ..................................................................5
2.3 Masalah Gizi pada Anak Pra sekolah ..............................................................12
2.4 Penanggulangan Masalah Gizi Kurang pada Anak Pra Sekolah .....................22
2.5 Syarat-syarat Gizi Seimbang ...........................................................................24
2.6 Peran Orang Tua ..............................................................................................24
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................28
3.2 Saran ................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA
i
BAB I
PENDAHULUAN
Anak prasekolah adalah anak berusia dua sampai lima tahun. Rentang usia tersebut
merupakan periode emas seorang anak dalam pertumbuhan dan perkembangan terutama
fungsi bahasa, kognitif, dan emosi. Untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan
tersebut, asupan nutrisi dari makanan merupakan salah satu faktor yang berperan penting.
Pada usia prasekolah, anak mengalami perkembangan psikis menjadi balita yang lebih
emosinya.
respon yang diperlihatkan oleh orang lain terhadap makanan sejak masa kanak–kanak.
Pengalaman yang diperoleh ada yang dirasakan menyenangkan atau sebaliknya tidak
menyenangkan, sehingga setiap individu dapat mempunyai sikap suka dan tidak suka (like
masyarakat dikenal pola makan atau kebiasaan makan yang ada pada masyarakat dimana
seorang anak hidup. Pola makan kelompok masyarakat tertentu juga menjadi pola makan
anak. seorang anak dapat memiliki kebiasaan makan dan selera makan yang terbentuk
dari kebiasaan dalam masyarakat. Menyusun hidangan untuk anak, hal ini perlu
diperhatikan disamping kebutuhan zat gizi untuk hidup sehat dan bertumbuh kembang.
1
Kecukupan gizi berpengaruh pada kesehatan dan kecerdasan anak, maka pengetahuan dan
kemampuan mengelola makanan sehat untuk anak adalah suatu hal yang amat penting.
Jumlah makanan dan banyaknya jenis bahan makanan dalam pola pangan di suatu
negara atau daerah tertentu, biasanya berkembang dari pangan setempat atau dari pangan yang
telah ditanam di tempat tersebut untuk jangka waktu yang panjang. Disamping itu kelangkaan
pangan dan kebiasaan bekerja keluarga berpengaruh pula terhadap pola pemberian makan.
Para ahli tumbuh dan kembang anak mengatakan bahwa periode 5 (lima) tahun
pertama kehidupan anak sebagai masa keemasan (golden period) atau jendela kesempatan
(window opportunity), atau masa kritis (critical period). Periode lima tahun pertama
kehidupan anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat pada
otak manusia, merupakan masa yang sangat peka bagi otak anak dalam menerima berbagai
masukan dari lingkungan sekitarnya. Pada masa ini otak anak bersifat lebih plastis
dibandingkan dengan otak orang dewasa dalam arti anak balita sangat terbuka dalam
menerima berbagai macam pembelajaran dan pengkayaan baik yang bersifat positif maupun
negatif. Sisi lain yang perlu mendapat perhatian otak balita lebih peka terhadap asupan yang
kurang mendukung pertumbuhan otaknya seperti asupan zat gizi yang tidak adekuat, kurang
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, yang menjadi permasalahan
Untuk mengetahui bagaimana kebutuhan gizi pada anak usia pra sekolah
2
1.3.2 Tujuan Khusus
6. Mengetahui Peran Orang Tua untuk Pemenuhan Nutrisi Anak Pra Sekolah
Sebagai bahan referensi bagi para petugas kesehatan dan para kader sehingga mereka
dapat memberikan informasi dan arahan kepada masyarakat khususnya ibu agar
3
BAB II
PEMBAHASAN
Pada saat ini, secara luas diketahui bahwa masa kanak-kanak dibagi dua menjadi dua
periode yang berbeda, dibedakan menjadi masa awal dan akhir masa kanak-kanak. Periode
awal berlangsung dari umur dua tahun sampai enam tahun dan periode akhir dari enam sampai
tiba saatnya anak matang secara seksual. Dengan demikian awal masa kanak-kanak dimulai
sebagai penutup masa bayi, usia dimana ketergantungan secara praktis sudah dilewati,diganti
dengan tumbuhnya kemandirian dan berakhir di sekitar usia masuk sekolah dasar.
Pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat memilih
makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau
bersekolah playgroup sehingga anak mengalami beberapa perubahan dalam perilaku. Pada
masa ini anak akan mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka akan mengatakan
“tidak” terhadap setiap ajakan. Pada masa ini berat badan anak cenderung mengalami
penurunan, akibat dari aktivitas yang mulai banyak dan pemilihan maupun penolakan
terhadap makanan. Diperkirakan pula bahwa anak perempuan relative lebih banyak
Lingkungan sekolah dapat membentuk kebiasaan makan bagi anak-anak. Untuk anak
Taman Kanak-kanak, biasanya mereka membawa bekal dari rumah kemudian makan bersama
di kelas. Dalam hal ini kebiasaan dari rumah yang dibawanya. Akan tetapi jika pulang
sekolah, biasanya di luar sudah menunggu para penjual makanan yang menawarkan
jajanannya. Sehingga kadang membuat anak merengek ingin dibelikan. Jika kebiasaan
membelikan jajanan pulang sekolah ini diteruskan, akhirnya anak menjadi terbiasa jajan
4
makanan yang belum tentu baik gizi maupun kebersihannya. Di samping itu permintaan
mereka bukan karena lapar. Nasihat yang baik dan pemberian pengertian di rumah sangat
Pada masa ini anak menjadi “egosentris”, semua perhatian orang dewasa harus tertuju
kepadanya. Khususnya menjelang usia lima tahun, anak akan semakin tahu akan kondisi
lingkungan dan sudah pandai menerapkan norma-norma, seperti mencuci tangan sebelum
makan, membaca salam sebelum masuk rumah, mencium tangan orang tuanya dan banyak
Zat gizi esensial yang kita ketahui selam ini ada enam macam yaitu, karbohidrat,
protein, lemak, air, vitamin dan mineral. Keenam gizi sangat diperlukan oleh tubuh untuk
dapat menjalankan fungsinya secara baik, sehinggga diharapkan dapat terkandung dalam
c. Lemak : merupakan sumber energi, berfungsi sebagai pembawa vitamin larut dalam air
(Vitamin A,D,E,K) mengandung asam lemak esensial yang penting untuk membran sel
d. Air : sebagai media yang esensial untuk proses metabolisme dan pengeluaran zat sisa
e. Vitamin : sebagai ko-faktor dalam aktivitas enzim, sebagai antioksidan untuk mencegah
5
f. Mineral : pembentuk tulang dan gigi, komponen sistem enzim, untuk fungsi sel saraf,
1. Energi
Kebutuhan energi bayi dan anak relaif lebih besar bila dibandingankan dengan
orang dewasa, karena pertumbuhannya yang pesat. Kebutuhan energi sehari anak
pada tahun pertama kurang lebih 100-200 kkl/kg berat badan. Untuk tiap 3 tahun
pertambahan umur kebutuhan energi turun kurang lebih 10 kkal/kg berat bedan
(Almatsier, 2003). Kecukupan energi sehari anak dapat dilihat pada Tabel
mutlak sesuai dengan isi dalam Tabel. Penting untuk diingat bahwa asupan spesifik
mungkin saja diperlukan untuk si anak, bisa lebih dari yang dianjurkan ataupun
kurang.
a. Karbohidrat
Dianjurkan 60-70% energi total berasal dari karbohidrat. Pada ASI dan
sebagiam besar susu formula bayi, 40-50% kandungan kalori berasal dari
makanan bayi adalah terjadinya pembentukan flora yang bersifat asam dalam
6
aterosklerosis di kemudian hari, sehinggga sebaiknya gula hanya diberikan
b. Protein
Kebutuhan protein bayi dan anak relatif lebih besar bila dibandingkan dengan
orang dewasa. Angka kebutuhan protein bergantung pula pada mutu protein.
Semakin baik mutu protein, semakin rendah angka kebutuhan protein. Mutu
kebutuhan anak akan protein ini. Jika dalam gizi anak kurang kandungan
karbohidrat dan lemak, maka protein akan digunakan untuk energi dari pada
c. Lemak
energi total berasal dari lemak. Disamping itu untuk bayi dan anak dianjurkan
1-2% energi total berasal dari asam esensial (asam linoleat). Asam lemak
7
sulit. Saat ini, sudah banyak susu formula yang mengandung asam linoleat yang
Kebutuhan akan vitamin dan mineral cukup tinggi sejalan dengan pertumbuhan
Perkiraan kebutuhan
Zat Gizi RDA 1-3 4-6 tahun
Zat Gizi 1-3 tahun 4-6 tahun
Energi (kal) 1300 1800 Biotin (ug) 20 25
Protein (g) 16 24 Klorida (mg) 350 500
Vitamin A (RE) 400 500 Copper(mg) 0.7-1.0 L0-1.5
Vitamin D (ug) 10 10 Mangaan(mg) 1.0-15 15-2.0
Vitamin E (mg) 6 7 Fuoride (mg) 05-15 1.4-2.5
Vitamin K (ug) 15 20 Kromium 20-80 30-120
(ug)
Vitamin C (mg) 90 45 Sodium (mg) 225 300
Thiamin ( mg) 0.7 0.9 Potassium 1000 1400
(mg)
Riboflavin (mg) 0.8 1.1
Niasin (mg equiv) 9 12
Vitamin B6 (mg) 1.0 1.1
Folat (ug) 50 75
Vitamin B12 (ug) 0.7 1.0
Kalsium (ing) 800 800
Fosfor (mg) 800 800
Magnesium (mg) SO 120
Zat Besi (mg) 10 10
Seng (mg) 10 10
Yodium (ug) 70 90
Academy of Sciences Research Council, Washington, D.C. 10th ed. 1989 dalam
Williams (1993)
8
Diet yang bervasiasi cukup menyediakan kebutuhan vitamin dan mineral
yang dibutuhkan (Suitor, 1984). Sekalipun kebutuhan vitamin dan mineral relatif
lebih kecil, tetapi kekurangan zat gizi tersebut dapat berakibat fatal. Seperti kerdil,
e. Air
Menurut Almatsier (2003) air merupakan zat gizi yang sangat penting, karena :
2. Kehilangan air melalui kulit dan ginjal pada bayi dan anak lebih besar dari
3. Bayi dan anak akan lebih mudah terserang penyakit yang menyebabkan
Dalam penelitian (Lida Khalimatus Sa’diya, 2015), Pola makan pada anak
usia pra sekolah berperan penting dalam proses pertumbuhan pada anak usia pra
sekolah, karena dalam makanan banyak mengandung zat gizi. Zat gizi memiliki
keterkaitan yang erat hubungan dengan kesehatan dan kecerdasan dan juga tumbuh
kembang anak. Jika pola makan tidak tercapai dengan baik pada anak usia pra
tubuh kurus, pendek, bahkan bisa terjadi gizi buruk pada anak usia prasekolah
9
Setelah anak berumur 1 tahun perubahan mulai tampak jelas. Mulanya
nafsu mkan anak sangat besar pada tahun pertama ketika pertumbuhan mereka
sangat cepat. Pertumbuhan yang sangat cepat ini memerlukan banyak zat gizi.
Minum susu dari botol mulai berganti menjadi minum dari gelas. Mencoba makan
berharga bagi mereka. Banyak anak usia 1 tahun mulai bergabung bersama
Mulai memasuki usia 2 tahun, anak kehilangan selera makan dan mulai
selektif dengan apa yang mereka makan. Perubahan ini dapat dimengerti karena
sejalan dengan pola pertumbuhan anak. Sebagain contoh tinggi badan anak hanya
meningkat sebesar 15% jauah bila dibandingkan dengan pada awal tahun pertama
tinggi badan rata-rata hanya 7,5-10 cm pada usia 2-5 tahun. Dengan menurunnya
makan ini cukup normal, biasanya orang tua mulai khawatir dengan hal ini.
Kekhawatiran ini akan menimbulkan masalah baru bila orang tua mulai
memaksakan anak untuk makan. Menurunnya nafsu makan pada anak prasekolah
ini seharusnya membuat orang tua lebih tertantang guna tetap memenuhi kebutuhan
Masa prasekolah justru merupakan waktu yang tepat untuk anak memulai
pola makan dan hidup sehat. Orang tua dan orang dewasa di sekitar mereka dapat
menjadi contoh yang baik. Satu aturan yang mungkin bisa diikuti adalah on bite
10
rule: anak-anak harus mencoba setidaknya satu gigitan makan di hadapan mereka.
Untuk camilan, orang tua harus dapat memilih beberapa pilihan makanan yang
sehat dan membiarkan anak-anak untuk memilih sendiri salah satunya; tanggung
jawab untuk memilih makanan idealnuya dimulai esejak dini (Wardlaw, 2000).
golangan umur, yakni anak umur 1-3 tahun dan umur 4-6 tahun yang pada dasarnya
hanya sedikit sekali perbedaan antara keduanya. Pada umur 1-3 tahun anak bersifat
konsumen pasif. Makananya tergantung pada apa yang disediakan ibu. Gigi-geligi
susu telah tumbuh, tetapi belum dapat digunakan untuk mengunyah makanan yang
terlalu keras. Namun anak hendaknya sudah diarahkan untuk mengikuti pola
makanan orang dewasa. Sedangkan pada umur 4-6 tahun anak bersifat konsumen
aktif, yaitu mereka telah dapat memilih makanan yang disukai. Kebiasaan
Nafsu makan anak pada masa ini menunjukan variasi dari hari ke hari,
menurut selera individu dan umur anak. Seorang anak yang sehat tidak perlu
dipaksa makan kalau ia belum merasa lapar. Makanan manis, biskuit dan camilan
kurang bergizi lainnya jangan diberikan mengikuti kehendak anak semata; selera
makan anak dapat menurun kalau ia terlalu banyak makan-makanan yang manis.
Perlu diingat bahwa makan juga merupakan suatu kegiatan sosial, anak-
anak meniru orang dewasa dan menikmati duduk dengan anggota keluarga lain
11
ketika bersantap bersama. Konsumsi susu tidak dianjurkan secara berlebih.
Konsumsi susu sebanyak 500 ml per hari sudah ckup bagi seorang balita untuk
dari kebutuhan energi (Barker, 2005). Konsumsi susu yang berlebihan cenderung
lainnya. Perlu ditekankan makanan yang beraneka ragam bagi balita, yaitu susunan
makanan yang terdiri atas buah dan sayur, daging, ikan, telur dan lainnya.
Setelah timbul kebiasaan makan pada anak, kesehatan dan kebersihan gigi
kini memerlukan perhatian khusus. Sisa makanan yang mengandung gula dan pati
yang terselip di celah-celah gigi akan menjadi media pertumbuhan bakteri. Bakteri
ini menghasilkan asam yang dapat menimbulkan erosi email gigi. Kue-kue manis,
permen dam coklat sebaiknya tidak diberikan berlebihan sebagai camilan di luar
Dalam penelitian (J Acharya, 2015), Pengetahuan dan sikap terhadap makanan bergizi
ibu pedesaan dan perkotaan masih miskin di kedua masyarakat. Ibu di kota memiliki
rekomendasi makanan yang lebih baik, sedangkan ibu pedesaan mengalami hambatan besar.
Daging, ikan, telur dan produk susu tidak diberikan kepada anak-anak karena pengaruh
budaya. Ibu dari kedua komunitas memiliki iman yang tinggi dalam penyembuh spiritual.
Sekitar 20% ibu masih percaya bahwa makan makanan bergizi selama periode penyakit
menyebabkan bahaya. Penelitian ini menemukan bahwa orang masyarakat memiliki pegangan
yang kuat pada keyakinan tentang makanan sehat dalam masyarakat seperti tidak murni dan
murni, dingin, panas dan netral, merugikan atau menguntungkan atau kuratif. Berikut
12
keyakinan sangat tertanam dalam masyarakat yang ''jika seorang wanita hamil makan lebih dia
akan memiliki bayi yang lebih besar yang dapat menyebabkan masalah selama persalinan''.
utama yaitu: Kurang Energi Protein (KEP) dan Kurang Vitamin A pada balita, Gangguan
a. Prevalensi Gizi Kurang (berat badan menurut umur) 29.5% tahun 1998 menjadi 27.5%
b. Prevalensi Gizi buruk sebesar 7.5% pada tahun 2000 menjadi 8.3% pada tahun 2003
c. Prevalensi Kurang Vitamin A subklinis pada balita (serum retinol < 20 ug/dl darah) 50%
e. Prevalensi GAKY sebesar 9.8% pada tahun 1998 menjadi 11.1% pada tahun 2003
f. Prevalensi anemia pada balita 40.5% pada tahun 1995 menjadi 47.0% pada tahun 2001
g. Gizi lebih, yakni untuk balita sebesar 3.3% pada tahun 2000 menjadi 2.5% pada tahun
2003
mengingat angka prevalensi KKP terutama pada anak balita masih cukup tinggi.
Depkes RI mencatat, tahu 2006 ini sudah ada 43 balita yang meninggal dunia karena
kasus gizi buruk. Total balita kurang gizi mencapai 35.573 dan gizi buruk mencapai
7.193 anak.
13
Ditinjau dari segi umur, anak prasekolah merupakan anak yang sedang dalam masa
tumbuh kembang merupakan golongan yang paling rawan terhadap KKP. Kerawanan
terhadap kekurangan gizi pada anak disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
1. Kebutuhan gizi anak lebih besar dibanding orang dewasa, anak memerlukan zat
2. Kemampuan saluran cerna anak yang tidak sesuai dengan jumlah volume makanan
3. Segera setelah anak dapat berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain, mereka akan
lebih sering kontak dengan orang sekitar, sehingga memudahkan untuk terkena
penyakit infeksi terutama bagi anak yang daya tahan tubuhnya lemah
anggota keluarga yang mempunyai nilai produktif, terutama ayah sebagai kepala
anggota keluarga yang mempunyai nilai produktif, terutama ayah sebagai kepala
keluarga dan yang mencari nafkah, sehingga anak tidak mendapatkan yang terbaik
(Hartono, 2000).
Penentuan status gizi pada anak balita dipantau melalui kegiatan penimbangan di
posyandu, atau melalui survey khusus untuk memonitoring status gizi anak. Cara
mengukur status anak adalah mengukur berat badan anak lalu dibandingkan dengan
umur anak, penilaiannya melalui grfik yang ada di KMS (Kartu Menuju Sehat), adalah
merupukan cara pengukuran yang sangat sederhana, sehingga dapat dilakukan oleh
masayarakat sendiri, terutama para kader kesehatan yang ada di posyandu (Hartono,
2000).
14
Menurut Hartono (2002) ada interaksi antara gizi, kekebalan tubuh dan infeksi.
kemampuan anak untuk mengatasi infeksi, karena gizi kurang menghambat reaksi
pembentukan kekebalan tubuh, sehinggga anak yang gizinya buruk lebih cenderung
terkena infeksi.
KKP merupakan akibat dari interaksi antara berbagai faktor, tetapi yang paling
utama adalah akibat konsumsi makanan yang kurang memadai, baik kuantitas maupun
kulitas, dan adanya penyakit infeksi yang sering diderita antara lain campak, diare,
infeksi saluran pernafasan akut, cacingan, dan lain-lain (Hartono, 2002). Pada
umumnya KKP lebih banyak terdapat di daerah pedesaan dari pada di daerah
pemberian makanan sesudah bayi disapih serta tentang pemeliharaan lingkungan yang
b. Kekurangan Vitamin A
berfungsi untuk melihat, juga berfungsi dalam pemeliharaan sel-sel epitel, pertumbuhan,
masih merupakan salah satu masalah gizi utama. Menurut Azwar (2004), sekitar 10 juta
anak dibawah usia 5 tahun (balita) berisiko kurang vitamin A (KVA sub-klinis) dari
jumlah populasi target sebesar 20 juta balita, 60 ribu di antaranya disertai bercak bitot
yang terancam buta. Selain itu pada beberapa provinsi di indonesia telah ditemukan
kasus-kasus baru KVA yang terjadi pada anak penderita gizi buruk.
15
Kekurangan vitamin A selain bermanifestasi sebagai xerophtalmia (mata kering)
dan kebutaan, erat hubungannya dengan malnutrisi, diare, campak dan infeksi saluran
(anak dengan status gizi buruk). Di indonesia xerophtalmia paling sering dijumpai pada
anak-anak kelompok umur 2-4 tahun, dan jarang terdapat pada usia di atas 8-9 tahun
(Hartono, 2000).
Dari berbagai kajian ilmiah menunjukkan, KVA di kalangan anak balita akan
meningkatkan kesakitan dan kematian yaitu anak mudah terkena penyakit infeksi seperti
diare, radang paru-paru, pneumonia dan akhirnya kematian. Dampak lainnya yang
sangat serius adalah buta senja dan tanda-tanda lain dari xeropthalmia termasuk
kemiskinan dan kurangnya pengetahuan tentang gizi (Almastsier, 2002). Dalam upaya
berikut:
Depkes RI telah bekerja sama dengan “Yayasan Heller Keller Internasional” dengan
indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 1995 dengan suplementasi kapsul vitamin A
dosis tinggi, untuk mencegah masalah kebutaan karena kurang vitamin A, dan untuk
16
meningkatkan daya tahan tubuh. Pemberian kapsul vitamin A menunjang penurunan
Pemberian dilakukan 2 kali pada setiap tahun. Pada balita diberikan pada bulan
februari dan agustus dan pada ibu nifas (segera< 30 hari setalah melahirkan). Untuk
pengobatan, pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi diberikan kepada bayi dan balita
penderita xeropthalmia, campak, pneumonia, diare, gizi buruk dan infeksi lain sebanyak
1 kapsul dengan dosis sesuai umur. Sedangkan pada bayi dan balita penderita
xeropthalmia seperti bercat bito, mata keruh atau kering, diberikan vitamin A dengan
dosis sesuai umur sebagai berikut : hari 1:1 kapsul, hari 2:1 kapsul, dan 4 minggu
berikutnya 1 kapsul. Bila di suatu desa terdapat KLB campak, seluruh bayi dan balita di
desa tersebut diberi sesuai dosis yang dianjurkan tidak akan menyebabkan
masayarat tetap perlu diwaspadai, karena pada tahap sub-klinik KVA masih merupakan
masalah kesehatan di indonesia. Sebanyak 50% anak balita masih menunjukkan kadar
serum vitamin A yang rendah, yaitu kurang dari 20 ug/dl (Diit BGM Depkes, 2000
Anemia gizi merupakan masalah gizi utama indonesia. Hasil penelitian di indonesia
sesudah tahun 1980 menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada anak prasekolah
berkisar antara 30-40%. Anemia gizi dalam hal ini adalah anemia gizi besi. Fungsi zat
besi sebagai pigmen pengangkut oksigen dalam darah. Sementara oksigen diperlukan
17
untuk fungsi normal seluruh tubuh. Apabila darah kekurangan oksigen maka fungsi sel-
Tanda-tanda anemia antara lain kulit pucat, rasa lelah, nafas pendek, kuku mudah
pecah, kurang selera makan, dan sakit kepala sebelah depan. Namun, terkadang tidak
ada keluhan bila pasien mengalami anemia ringan (Depkes RI, 2004). Untuk
Hb dan Ht. Pada anak prasekolah dikatakan anemia bila kadar Hb < 11 gram % dan
Kadar Ht < 34 %.
Anemia gizi besi ini biasanya dialami oleh anak usia 6 bulan - 2 tahun, yang
oksigen sel-sel menurun. Efek lain adalah menurunnya kekebalan tubuh terhadap
penyakit. Almastsier (2003) juga menyatakan bahwa anemia gizi besi menyebabkan
Menurut Hartono (2000) dan Almatsier (2000) penyebab terjadinya anemia gizi
antara lain :
1. Menu sehari-hari kurang mengandung zat besi. Hal ini sering terjadi karena
kurangnya daya beli masyarakat untuk mengonsumsi mskanan sumber zat besi,
4. Kemampuan menampung zat besi menurun, atau kebutuhan zat besi meningkat
18
Zat besi bersumber pada makanan bergizi seperti daging merah terutama hati,
kuning telur, ikan, ayam, kacang tanah, daun katuk, bayam, serta roti gandum. Namun
sering kali asupan zat gizi ini berkurang karena adanya makanan yang bisa menghambat
penyerapan zat besi di dalam tubuh, seperti konsumsi teh. Upaya pencegahan dan
penanggulangan anemia gizi (terutama zat besi), dikaitkan dengan kegiatan UPGK
(Usaha Perbaikan Gizi Keluarga) yaitu dalam bentuk pemberian tablet atau sirup besi
kepada kelompok sasaran melalui Puskesmas ataupun Posyandu. Kegiatan lain berupa
penggalangan pengunaan bahan pagan alami sumber zat besi, yang dilaksakan lewat
daerah pegunungan di Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimatan, Sulawesi, Maluku, dan Irian
kapsul minyak beriodium/iodized oil capsule kepada wanita usia subur adan anak
sekolah dasar di daerah endemik. Secara umum pencegahan GAKI dilakukan melalui
iodisasi garam dapur. GAKI menyebabkan pembesaran kelenjar gondok (tiroid). Pada
anak-anak ini akan berupa keadaan tubuh yang cebol, dungu, terbelakang atau bodoh.
Masalah ini baru muncul pada awal tahun 1990-an. Pola makan tradisional yang
tadinya tinggi karbohidrat, tinggi serat kasar dan rendah lemak berubah ke pola makan
baru yang rendah karbohidrat, rendah serat kasar dan tinggi lemak sehingga menggeser
19
Menurut Drektorat Bina Gizi Masyarakat (BGM) Depkes (1999) dalam Almatsier
(2002) hasil data antopometri anak balita (BB/U) yang dikumpulkan melalui Susenas dan
dianalisis oleh Direktorat BGM Depkes menunjukan bahwa dalam 10 tahun yaitu dari
tahun 1989-1999 prevalensi gizi lebih pada balita meningkat dari 0,77% hingga 4,48%.
Depkes juga menemukan adanya peningkatan gizi pada balita sebesar 3,3% pada tahun
a. Konstipasi
dapat mengalami konstipasi yang sama sekali tidak berhubungan dengan kondisi
medis (penyakit). Bila berhadapan dengan anak yang mengalami konstipasi, seorang
dokter pertama kali harus menyingkirkan sebab medis, seperti sumbatan usus.
intervensi suportif yang cukup lama guna efektivitas pengobatan (Wardlaw, 2000).
Intervensi gizi, dalam hal ini adalah makan makanan yang banyak mengandung
serat da minum banyak air. Jenis makanan yang mengandung banyak serat adalah
buah-buahan, sayuran, roti, gandum, sereal, dan kacang-kacangan. Minum l5 gelas air
per hari sangat dianjurkan untuk toddler dan sembilan gelas per hari untuk usia di atas
(Wardlaw, 2000).
b. Karies Gigi
Satu dari lima anak usia 2-4 tahun mengalami kerusakan pada gigi susu ataupun
gigi tetap. Penyebab dari kerusakan gigi ini adalah kebiasaan memakai botol gigi
20
tetap. Penyebab utama dari kerusakan gigi ini adalah kebiasaan memakai botol susu
atau jus saat menjelang tidur. Kontak yang lama antara gigi dengan susu ataupun jus
ini menyebabkan baby-bottle decay (kerusakan gigi karena botol susu). Gigi bagian
depanlah yang biasanya terkena, tempat di mana cairan berkumpul pada saat mereka
Pola makan yang baik menurunkan risiko karies gigi pada kanak-kanak. Pada
mulanya bayi dikatakan rentan terhadap sindroma botol susu (nursing bottle
bebera tips yang dapat membantu mengurangi masalah gigi pada anak (Wardlaw,
2000).
6. Bila kanak-kanak senang mengunyah permen karet, pilihlah yang bebas gula
c. Pika
Pika adalah keadaan yang menyebabkan anak memakan sesuatu yang sebenarnya
tidak boleh dimakan. Penyebabnya belum diketahui, namun sepertinya hal ini biasa
menunjukkan bahwa anak dengan pika mengalami anemia gizi besi. Misalnya ada
21
anak yang lebih suka makan beras dari pada nasi atau yang lebih tidak masuk akal,
ada anak yang bila tidak memakan obat nyamuk bakar, dia malah menjadi pusing.
pemanfaatan tanaman, pelayanan gizi untuk ibu dan anak di posyandu, dan dalam bentuk
kegiatan lainnya di masyarakat yang bersifat lintas sektoral dan terpadu (Hartono, 2000 dan
Almatsier, 2003).
Almatsier (2003), menegaskan bahwa upaya penanggulangan maslah gizi kurang yang
2. Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) yang diarahkan pada pembedayaan
3. Peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukan dimulai dari tingkat
4. Peningkatan upaya keamanan pangan dan gizi melalui Sistem Kewaspadaan Pangan dan
Gizi (SKPG)
5. Peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang pagan dan gizi masyarakat
kapsul vitamin A dosis tinggi, tablet dan sirup besi serta kaspul minyak beriodium
22
8. Peningkatan kesehatan lingkungan
9. Upaya fortifikasi bahan pagan dengan vitamin A, iodium dan zat besi
Menurut Azwar (2000) dalam Almatsier (2003), melalui Inpres No 8 tahun 1999 telah
dicanangkan Gerakan Nasional Penanggulangan Masalah Pangan dan Gizi, yang diarahkan
pada pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingat rumah tangga,
yang meliputi :
2. Pemantapan kerja sama lintas sektoral dalam pemantauan dan penanggulangan masalah
Orang tua yang bijaksana akan secara berkala memerhatikan makanan anak-anak
mereka agar dapat mengoreksi kekurangan gizi yang mungkin timbul, atau bahkan mampu
mengatasi masalah makan pada anak mereka. Walau terkadang bantuan dari luar tetap
diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dalam keluarga.
Semua upaya ini bertujuan untuk memperoleh perbaikan pola konsumsi pangan
masyarakat yang beraneka ragam, dan seimbang dalam mutu gizi (Hartono, 2000; Almatsier,
2003). Untuk masalah gizi lebih penanggulangan adalah dengan menyeimbangkan masukan
dan keluaran energi memalui pengurangan makan dan penambahan kegiatan fisik atau
Indonesia siap santap, sehingga makanan tradisonal yang lebih sehat ini disajikan dengan cara-
23
cara menarik dan kemasaan yang dapat menyyaingi cara penyajian den kemaan makanan
Gizi Seimbang merupakan keadaan yang menjamin tubuh memperoleh maknan yang
cukup mengandung semua zat gizi dalam jumlah ynag dibutuhkan. Gizi lengkap dan seimbang
harus mengandung :
a. Bahan makanan sumber tenaga yang berfungsi untuk beraktifitas. Contoh : beras, roti,
kentang, mie.
b. Bahan makanan sumber zat pembangun, berfungsi untuk pembentukan, pertumbuhan dan
pemeliharaan sel tubuh. Contoh : daging, ikan, telur (protein hewani) tempe, tahu (protein
nabati)
c. Bahan makanan sumber zat pengatur berfungsi untuk mengatur proses metabolisme.
Contoh : sayuran : buncis, bayam, wortel, tomat. buah-buahan : pisang pepaya, jeruk, apel
1. Peran orang tua terhadap kebiasaan makan pada anak usia pra sekolah :
a. Pada usia ini, anak-anak masih rentan terhadap gangguan penyakit gizi dan infeksi
b. Sehingga pemberian makanan yang bergizi tetap menjadi perhatian orang tua, para
c. Pendidikan tentang nilai gizi makanan, tidak ada salahnya mulai diajarkan pada mereka
1) Masa ini merupakan saat yang tepat untuk menganjurkan yang baik-baik pada ana
2) Kerena periode ini anak sudah dapat meningkat sesuatu yang dilihat dan didengar
24
3) Sehingga akhirnya anak dapat memilih menyukai makanan yang bergizi
3) Jadwal disesuaikan
6) Variasikan makanan
b. Susu memberikan kalsium dan pospor yang penting untuk menguatkan tulang
dan gigi
25
a. Melibatkan anak dalam memilih makanan dan merencanakan menu
c. Ceritakan kepadanya bahwa makan telur bisa menjadikan otot kuat dan mkan
telur bisa menjadikan otot kuat dan makan wortel bisa menjadikan mata sehat
untuk melihat
a. Di samping aneka dan sajian makanan, penting juga untuk minat dan perhatian
anak
c. Anak diberikan sayur dengan warna dan bentuk yang berbeda seperti wortel,
d. Selain itu atur buah-buahan dalam bentuk yang menarik karena anak akan lebih
e. Yang tidak kalah penting adalah jagan mencampur makanan ke dalam satu
mangkok
berbeda
26
b. Anak yang kegemukan bisa mempunyai problema kesehatan dalam kehidupan
di kemudian hari
memberi makanan kecil yang menyehatkan serta jangan makan yang berlebihan
1. Anak usia prasekolah karena dengan ukuran tubuhnya dan selera kecil sangat
baik dengan pemberian makanan yang tidak terlalu banyak, yang diberikan
2. Oleh karena itu makanan kecil sama pentingnya dengan makanan pokok dalam
3. Makanan kecil yang baik seperti sop kacang merah, kue yang berisi daging,
buah-buahan segar, susu, jus buah, susu kedelai, roti, singkong rebus, ubi rebus
6) Tujuh Tips Sederhana (Jurnal Penelitian Laura Bellows and Jennifer Anderson,
3. Jadilah teladan yang baik dengan makan makanan baru dengan anak-anak
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penatalaksanaan gizi pada anak usia pra sekolah menjadi sangat penting untuk tujuan
Kebutuhan akan zat gizi yang seimbang bagi anak usia pra sekolah harus tetap dipenuhi
melalui penerapan pola makan yang sehat. Kebiasaan untuk mengkonsumsi makanan dan
minuman ringat harus dibatasi kalau belum dapat dihilangkan. Ada banyak anak usia pra
sekolah mengalami defisiensi zat gizi tertentu yang berakibatkan fatal bagi proses tumbuh dan
kembangnya. Kasus anemia gizi besi, karies, obesitas, dan kekurangan gizi masih menjadi
Sangat diperlukan pengetahuan dan keterampilan khusus bagi orang tua untuk mendidik
dan membiasakan anak usia pra sekolah memiliki pola makan yang sehat. Kesulitan
mengonsumsi sayuran, susu dan makanan bergizi lainnya harus diubah dengan segera.
Kebiasaan ngemil, menyenangi makanan siap saji dengan enggan mengonsumsi sayuran dan
susu akan menjadi masalah besar bagi anak di kemudian hari. Peran tenaga kesehatan sangat
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi pada anak pra sekolah yang erat hubungan dengan
kesehatan dan kecerdasan dan juga tumbuh kembang anak. Mengingat juga pengetahuan dan
sikap terhadap makanan bergizi ibu pedesaan dan perkotaan masih miskin di kedua
masyarakat. Ibu di kota memiliki rekomendasi makanan yang lebih baik, sedangkan ibu
pedesaan mengalami hambatan besar. Ini menjadi suatu tantangan penting bagi tenaga
kesehatan untuk mengubah pola pikir masyarakat mengenai makanan yang sehat dan gizi yang
28
3.2 Saran
Disarankan bagi orang tua yang mempunyai anak usia pra sekolah lebih dapat
memperhatikan pola makan anaknya untuk memenuhi kebutuhan zat gizi yang seimbang.
Orang tua juga disarankan untuk lebih terampil dalam menyiapkan makanan untuk anak
yang kesulitan mengonsumsi sayuran, susu dan makanan bergizi lainnya agar anak dapat
menghindari kebiasaan ngemil makanan siap saji yang berisiko buruk untuk kesehatan
Disarankan bagi tenaga kesehatan dapat membantu orang tua dalam memberikan asuhan
pada anak usia pra sekolah dalam memenuhi kebutuhan gizi yang seimbang. Dan juga
mengubah pola pikir orang tua yang masih belum sadar akan pentingnya makanan sehat
29
DAFTAR PUSTAKA
Acharya, J. 2015. Study on Nutritional Problems in Preschool Aged Children of Kaski District
UK (Jurnal Internasional)
Badriah, Laelatul Dewi. 2011. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Bandung: PT Refika
Aditama
Bellows, Laura and Anderson, Jennifer. 2006. Encouraging Preschoolers to Try New Foods
(Jurnal Internasional)
Harinda, Loraine. 2012. Proporsi Dan Status Gizi Pada Anak Prasekolah Dengan Kesulitan
Maryunani, Anik. 2014. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra sekolah. Jakarta: In
Media
Okoroigwe, Florence Chizoba and Okeke, Elizabeth Chinwe. 2009. Nutritional status of
(Jurnal Internasional)
Sa’diya, Lida Khalimatus. 2015. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Pra Sekolah
aniromaningsih.blogspot.com/2015/04/program-balita-dan-anak-pra-sekolah.html