Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Gerontik

Disusun oleh

Dede Sunarya

Eka Nurhayati

Ajeng Putri Agus Permana

Yesi Nurhindayani

Najib Nuryakin

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKES KHARISMA KARAWANG

Jalan Pangkal Perjuangan KM.01 By Pass - Karawang

Tahun 2018
Laporan Pendahuluan

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi BAB dimana BAB
lebih dari 4 kali sehari dengan konssistensi cair. Banyak faktor yang
bisa menyebabkan diare misal peningkatan mobilitas usus akibat
hipersekresi karena keracunan makanan,infeksi usus atau karena
pengaruh psikologis atau stress yang merangsang peningkatan mobilitas
usus (Suyono,2014).
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan bentuk tinja
yang encer atau cair. Diare adalah keadaan frekuensi BAB lebih dari 4
kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak; konsistensi feses
encer,dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah
atau lendir saja (Deden,2010).
Diare adalah BAB (Defekasi dengan jumlah tinja yang lebih banyak
dari biasanya (Normal 100-200 mL/jam , dengan tinja berbentuk cairan
atau setengah cair (setengah padat, dapat pula disertai frekuensi
defekasi yang meningkat (Arif,2010).
2. Etiologi
a. Faktor infeksi.
Infeksi enteral ialah infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi
enteral sebagai berikut :
1) Infeksi bakteri : Vibria, E.Coli, salmonella, shingella,
compylobacter, yersiria, aeromonas dan sebagainya.
2) Infeksi virus : Enterovirus,(virus Echo, Coxsackie,
Poliomielitis),Adenovirus,Rofavirus,Astrovirus,
Trichuris,Oxyuris,Strongy loides,Protozoa,(Entomoeba
histolyfica, giardia, lamblia, trichhomonas homonis), jamur
(candida albicans).

Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan


seperti OMA (Otitis Media Akut dan Tonsilitis/tonsilo faringitis,
bronkopneumonia, enserfalitis, pemberian makanan perselang,
gangguan metabolic dan endokrin.
b. Faktor malabsorsi.
1) Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa dan suklosa), monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa dan galaktosa). pada bayi dan anak tersering
intoleransi laktosa.
2) Malabsorbsi lemak.
3) Malabsorbsi protein.
c. Faktor makanan.
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis.
Rasa takut dan cemas (dapat terjadi pada anak yang lebih besar)
e. Malnutrisi.
f. Gangguan imunologi.
3. Tanda dan Gejala.
a. Diare akut (Haryono, 2012)
1) Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset.
2) Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas
dalam perut, rasa tidak enak, nyeri perut.
3) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada
perut.
4) Demam
b. Diare kronik (Haryono, 2012)
1) Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang.
2) Penurunan berat badan dan nafsu makan.
3) Demam indikasi terjadi infeksi.
4) Dehidrasi.
5) Hipotensi.

c. Mula-mula cenggeng dan gelisah (jika pasien bayi atau anak).


d. Suhu badan dapat meningkat atau tidak.
e. Nafsu makan berkurang atau tidak ada.
f. Feses cair dengan atau tanpa darah dan lendir.
g. Berat badan turun.
h. Dehidrasi.
4. Patofisiologi
Diare disebabkan karena ketidaknormalan absorbsi air dan elektrolit.
Transport air dan elektrolit ini terjadi di dalam system pencernaan
meningkat pada usia anak-anak. Mukosa usus pada anak kecil lebih
permiabel dari pada anak besar. Karena pada anak kecil dengan
peningkatan osmolitas menimbulkan diare, banyak cairan dan elektrolit
akan hilang pada anak yang lebih besar. Diare dapat disebabkan karena
proses patologik.
Organisme masuk pada mukosa epitel, berkembang biak pada usus dan
menempek pada mukosaa usus serta melepaskan enterotoksin yang dapat
mestimulasi cairan dan elektrolit keluar dari sel mukosa. Infeksi virus ini
menyebabkan dstruksi pasa mukosa sel dari vili usus halus yang dapat
menyebabkan penurunan kapasitas absorbsi cairan dan elektrolit. Interaksi
antara tokdin dan epitel usus menstimulasi enzim Adenilsiklase dalam
membrane sel dan mengubah cyclic AMP yang meyebabkan peningkatan
sekresi air dan elektrolit. Proses ini disebut diare sekretorik. Pada proses
invasi dan pengrusakan mukosa usus, organisme menyeran enterocytes
(sel dalam epitelium) sehingga menyebabkan peradangan dan kerusakan
pada mukosa usus. Pada pemeriksaan histologi, bakteri dapat
menyebabkan ulserasi superfisial pada usus dan dapat berkembang biak di
sel epitel. Sedangkan bila bakteri menembus dinding usus melalui plague
peyeri di ileum maka akan diikuti dengan multiplikasi organisme intra
seluler dan organisme mencapai sirkulasi sistemik, mekanisme dasar yang
menyebabkan timbulnya diare ialah:
1) Gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak
dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus
untuk mengeluarkan-nya sehingga timbul diare.
2) Gangguan sekresi, akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada
dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke
dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat
peningkatan isi rongga usus.
3) Gangguan motilitas utus. Hiprperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga
timul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare.
5. Penatalaksanaan
Penatalaksaan untuk penyakit diare adalah :
a. Pencegahan : mencuci tangan
b. Pemberian cairan dan elektrolit; oral (seperti pedialyte atau oralit) atau
terapi parenteral
6. Manifestasi Klinis
a. Pasien dengan diare akut akibat infeksi sering mengalami nausea,
muntah , nyeri perut sampai kejang perut , demam , dan diare.
b. Terjadinya renjatan hipovolemik harus dihindari.
c. Kekurangan cairan menyebabkan pasien akan merasa haus lidah
kering , tulang pipi menonjol,turgor kulit menurun , serta suara
menjadi serak .
d. Gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolic akan meyebabkan
frekwensi pernafasan lebih cepat dan dalam ( pernafasan kusmaul ) .
e. Bila terjadi renjatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat (lebih
dari 120x/menit ),tekanan darah menurun sampai tak teratur , pasien
gelisah , muka pucat ujung ekremitas dingin , dan kadang sianosis.
f. Kekurangan kalium dapat menimbulkan aritmia jantung . Perfusi
ginjal dapat menurun sehingga dapat timbul anuria , sehingga bila
kekurangan cairan tak segera diatasi dapt timbul penyulit berupa
nekrosis tubular akut .
g. Secara klinis diare karena infeksi akut dibagi menjadi 2 golongan .
1) Choleriform dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja
2) Disentriform , pada diare didapatkan lendir kental dan kadang –
kadang darah.
B. PENGKAJIAN
1. Anamnesis.
2. Pemeriksaa Fisik
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kemungkinan ditemukan muntah ,
nausea , demam dan nyeri perut . Pada infeksi bakteri invasive akan
ditemukan nyeri perut yang hebat , demam yang tinggi , dapat
ditemukan tanda pervorasi yang membutuhkan pembedahan
3. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan darah tepi lengkap
- Pemeriksaan bloodgas ,Elektrolit , ureum , kreatinin dan BJ plasma
- Urine lengkap
- Tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur .
4. Penatalaksanaan
Pada orang dewasa , penatalaksanaan diare akut akibat infeksi terdiri
atas :
Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan .
Empat hal penting yang perlu diperhatikan adalah :
a. Janis cairan : - oralit
- diberikan cairan ringer laktat
b. Jumlah cairan , jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah
cairan
yang dikeluarkan .
c. Jalan masuk / cara pemberian cairan
Rute pemberian cairan pada orang dewasa dapat dipilih oral / IV
d. Jadwal pemberian cairan.
5. Identifikasi penyebab diare akut karena infeksi
6. Terapi symtomatik
Obat anti diare bersifat symtomatik dan diberikan sangat hati – hati
atas pertimbangan yang rasional.
7. Terapi definitive
Pemberian edukasi yang jelas sangat penting sebagai langkah
pencegahan , hygiene perorangan , sanitasi lingkungan , dan imunisasi
melalui vaksinasi sangat berarti selain terapi farmakologi.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Diare
2. Hypovolemia
3. Resiko defisit nutris
4. Defisit perawatan diri
D. Rencana Asuhan Keperawatan (standar intervensi keperawatan Indonesia)
Diagnosa Tujuan & kriteria hasil Intervensi
Diare Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan  Identifikasi penyebab diare
selama..x.. jam. Diare (Mis : imflamasi
teratasi dengan kriteria gastrointestinal, iritasi
hasil : gastrointestinal, proses
 Tidak terjadi infeksi malabsorpsi,
mual muntah ansietas stress, efek obat-
 TTV alam batas obatan)
normal  Identiikasi riwayat
 Tidak terjadi peberian makan
implamasi  Monitor warna, volume,
gastrointestinal frekuensi, dan konsistensi
tinja
 Monitor tanda dan gejala
hipopolemya (Mis :
kakikardia,nadi traba
lemah, tekanan darah
turun, turgor kulit turun,
mukosa mulut kering, SRT
melambat, BB menurun)
 Monitor jumlah
pengeluaran diare
 Monitor keamanan
penyiapan makanan

Terapeutik
 Berikan asupan cairan oral
(Mis : Larutan garam gula,
oralit, pedialyte, renality)
 Pasang jalur intravena
 Berikan vairan intravena
(Mis : Ringer asetat,
Ringer Laktat)
 Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap
dan elektrolit
 Ambil sampel feses untuk
kultur, jika perlu

Edukasi
 Anjurkan makanan porsi
kecil dan sering secara
bertahap
 Anjurkan menghindari
makanan pembenuk gas,
pedas,dan mengandung
laktosa
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat
anti motilitas (Mis :
Loperamide, epinoksilat)
 Kolaborasi pemberian obat
anti spasmodic/spasmolitik
(Mis : papaverin,
strakbeladona, mebeverine)
 Kolaborasi pemberian obat
pengeras feses(Mis :
atapulgit, smektif, kaolin –
pectin)

Hypovolemia Setelah dilakukan Observasi


tindakan keperawatan  Identifikasi kemungkinan
…x…jam Hypovolemia ketidakseimbangan
teratasi sebagian dengan elektrolit
kriteria hasil :  Identifikasi kemungkinan
 TTV dalam penyebab ketidak
batas normal seimbangan cairan
 BB meningkat elektrolit
 Turgor kulit  Monitor kadar elektrolit
elastis serum
 CRT normal  Monitor mual,
 Tidak mual muntah,diare
muntah  Monitor kehilangan cairan
 Frekuensi diare ,jika perlu
menurun  Monitr tanda dan gejala (
 Bising usu mis. Kelemahan
normal otot,konstipasi,motilitas
usus
menurun,pusing,depresi
pernafasan)

Terapeutik
 Atur interval waktu
pemantauan sesaui dengan
kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
 Informasiakan hasil
pemantauan ,jika perlu.
Risiko defisit Setelah dilakukan Observasi
nutrisi tindakan keperawatan  Identifikasi status nutrisi
selama..x.. jam. Risiko  Identifikasi alergi dan
defisit nutrisi teratasi intoleransi makanan
dengan kriteria hasil:  Identifikasi makanan yang
 Tidak adanya disukai
mual muntah  Monitor asupan makanan
 Konjungtiva  Monitor berat badan
ananemis Terapeutik
 Membran  Lakukan oral hygine
mukosa lembab sebelum makan, jika perlu
 IMT >18  Fasilitasi menentukan
 Mampu menelan pedoman diet (misalnya:
makanan piramida makanan)
 Mampu  Sajikan makanan secara
mencerna menarik dan suhu yang
makanan sesuai
 Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
 Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen
makanan, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
 Anjurkan diet yang di
programkan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(misal: pereda nyeri, anti
emetik, jika perlu)
 Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori an jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu).

Defisit perawatan Setelah dilakukan Observasi


diri tindakan keperawatan  Identifikasi kebiasaan
selama..x.. jam. Defisit aktivitas perawatan diri
perawatan diri teratasi sesuai usia
dengan kriteria hasil:  Monitor tingkat
 Mampu kemandirian
melakukan  Identifikasi kebutuhan alat
perawatan diri bantu diri, berpakaian,
secara mandiri berhias, dan makan
Terapeutik
 Sediakan lingkungan yang
terapeutik (misal: suasana
hangat, rileks, privasi)
 Siapkan keperluan pribadi
(misal: parfum, sikat gigi,
dan sabun mandi)
 Dampingi dalam
melakukan perawatan diri
sampai mandiri
 Fasilitasi kemandirian,
bantu jika tidak mampu
melakukan perawatan diri
 Jadwalkan rutinitas
perawatan diri

Edukasi
 Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer dkk,(2010), Kapita selekta Kedoteran,edisi 3 jilid 1, Media


Aesculapius FK

Haryono. Rudi. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.Gosyen


Publishing

Kusuma.2015. Aplikasi Keperawatan berdasarkan diagnosa medis & Nanda NIC-


NOC.Percetakan Mediaction Publishing: Jogjakarta

PPNI.2018.Standar Intervensi keperawatan Indonesia, Edisi 1.Jakrta : DPP PPNI

Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Prima Medika

Suyono . 2014. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar. Remaja
Rosdakarya.Bandung UI

Anda mungkin juga menyukai