Anda di halaman 1dari 6

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/322714722

Peran Keluarga Berencana dalam Menurunkan Kematian Ibu dan Bayi Baru
Lahir di Indonesia

Article · January 2018

CITATIONS READS

0 1,813

1 author:

Yostan Absalom Labola


Universitas Kristen Satya Wacana
13 PUBLICATIONS   4 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Perpaduan Aspek AQ dengan Aspek Kecerdasan Lainnya Dalam Dunia Pendidikan View project

All content following this page was uploaded by Yostan Absalom Labola on 26 January 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Peran Keluarga Berencana dalam
Menurunkan Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir di Indonesia

Abstract

Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan


Angka Kematian Balita (AKABA) di Indonesia mengalami
penurunan. Tercatat pada tahun 1991, AKI sebesar 390/100.000
kelahiran hidup berkurang menjadi 305/100.000 per kelahiran
hidup di tahun 2015. BPS juga mencatat bahwa AKB terjadi
penurunan dari tahun 1991 sebesar 68/1.000 kelahiran hidup
menjadi 22.23/1.000 pada tahun 2015. Penurunan AKI, AKB,
AKABA di Indonesia bila dibandingkan dengan beberapa Negara
ASEAN masih sangat tinggi. Karena itu, peran Keluarga Berencana
adalah salah satu opsi dalam pencegahan

1. Pendahuluan dan Akaba di Indonesia dapat ditekan dan


Secara umum Angka Kematian Ibu mencapai target yang ditetapkan
(AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dalam Sustainable Development
dan Angka Kematian Balita (Akaba) di Goals (SDGs).
Indonesia mengalami penuruan. Tercatat Dalam satu dekade terakhir,
pada tahun 1991, AKI sebesar 390/100.000 keberhasilan pelayanan Keluarga Berencana
kelahiran hidup berkurang menjadi di Indonesia mengalami suatu keadaan
305/100.000 per kelahiran hidup di tahun stagnan yang ditandai dengan kurangnya
2015. BPS juga mencatat bahwa AKB terjadi perbaikan beberapa indikator KB, yaitu
penurunan dari tahun 1991 sebesar 68/1.000 CPR, unmet need, dan Total Fertility Rate
kelahiran hidup menjadi 22.23/1.000 pada (TFR). Tulisan ini mengkaji kemajuan
tahun 2015. penurunan (AKI dan AKB), kondisi
Demikian juga pada Akaba terjadi pelayanan KB di Indonesia, dan indikator-
penurunan dari tahun 1991-2015 sebesar indikatornya dalam upaya mendukung
70,8/1.000 kelahiran hidup. Kemajuan ini peningkatan pelayanan KB serta kesehatan
bila dibandingkan dengan beberapa negara di ibu dan bayi.
kawasan ASEAN masih tergolong tinggi.
Untuk itu, Pemerintah Indonesia melalui 2. Kajian Literatur
Kementerian Kesehatan menetapkan dua 2.1.AKI dan AKB dan Akaba di Indonesia
belas indikator keluarga sehat demi mencapai 2015
program prioritas (Nawa Cita), seperti Peristiwa kematian ibu dan bayi baru
keluarga mengikuti KB, ibu bersalin di lahir banyak terjadi ketika persalinan,
fasilitas kesehatan, bayi mendapat imunisasi pascapersalinan, dan hari-hari awal
dasar lengkap, penderita hipertensi berobat kehidupan bayi. Ini menjadi tragedi yang
teratur, tidak ada anggota keluarga yang terus terjadi di Indonesia. Sampai pada tahun
merokok, dan sekeluarga menjadi anggota 2015 Indonesia mampu menekan Angka
Jaminan Kesehatan Nasional. Kematian Ibu (AKI) menjadi 305 per
Indikator keluarga sehat pertama 100.000 kelahiran hidup, Angka Kematian
adalah KB. Karena dengan KB, AKI, AKB, Bayi (AKB) 22.23 per 1.000 kelahiran, dan
Angka Kematian Balita (Akaba) 26.2 per tahun 1994 di Kairo telah merubah
1.000 kelahiran hidup (lihat gambar 1). paradigma dalam pengelolaan masalah
Namun, kemajuan ini masih cukup tinggi kependudukan, yang semula berorientasi
dibandingkan dengan negara-negara lain di kepada penurunan fertilitas menjadi
ASEAN tahun 2015 (Renstra Kemenkes, pengutamaan kesehatan reproduksi
2015-2019; Depkes-RAN-PP-AKI, 2013- perorangan dengan menghormati hak
2015). Kondisi ini tentu memerlukan kerja reproduksi setiap individu.
keras dan kerja nyata untuk terus UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang
menurunkan angka kematian ibu dan bayi, perkembangan kependudukan dan
bahkan balita di Indonesia sesuai target yang pembangunan keluarga menyebutkan bahwa
ditetapkan dalam Sustainable Development KB adalah upaya untuk mengatur kelahiran
Goals(SDGs). anak, jarak, usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan, melalui promosi, perlindungan,
dan bantuan sesuai hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas.
Ada tiga indikator tambahan yang
berkaitan dengan KB dalam Millenium
Development Goals (MDGs) 2015 target 5B
(akses universal terhadap kesehatan
reproduksi) yang diharapkan akan
memberikan kontribusi dalam upaya
peningkatan kesehatan ibu. Indikator tersebut
adalah Contraceptive Prevalence
Rate (CPR), Age Specific Fertility
Rate (ASFR), dan unmet need. Target
2.2.Kondisi Keluarga Berencana (KB) di nasional indikator tersebut pada tahun 2015
Indonesia adalah CPR sebesar 65%, ASFR sebesar
Keluarga Berencana (KB) adalah 30/1.000 perempuan usia 15-19 tahun
program dengan upaya untuk mengatur dan unmet need 5% (Pusat Data dan
kelahiran anak, jarak, usia ideal melahirkan, Informasi Kesehatan Kemenkes, 2013).
mengatur kehamilan melalui promosi, Masih rendahnya angka CPR ini
perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak berkaitan dengan tingginya unmet
reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang need. Tingginya unmet need pelayanan KB
berkualitas (Terms Kependudukan dan KB, dari jumlah pasangan usia subur (PUS), baik
2011). KB merupakan program yang untuk membatasi kelahiran maupun
digalakan pertama kali oleh pemerintah pada menjarangkan kelahiran berpotensi besar
tanggal 29 Juni 1970, bersamaan dengan untuk terjadinya kehamilan yang tidak
dibentuknya Badan Koordinasi Keluarga diinginkan (KTD). Oleh sebab itu, dalam
Berencana Nasional (BKKBN). upaya meningkatkan kesehatan ibu, sasaran
KB sendiri sebenarnya telah dimulai utama program KB adalah pada
pada tahun 1957, tetapi masih menjadi kelompok unmet need dan ibu pascabersalin
urusan kesehatan saja bukan urusan merupakan sasaran yang sangat penting.
kependudukan (Pusat data dan informasi KTD pada ibu pascabersalin akan
kesehatan Kemenkes, 2013). Sejalan dengan dihadapkan pada dua hal yang sama-sama
meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, berisiko. Pertama, jika kehamilan diteruskan,
program KB digunakan sebagai strategi maka kehamilan tersebut akan berjarak
menekan pertumbuhan jumlah penduduk sangat dekat dengan kehamilan sebelumnya,
serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak yang merupakan salah satu komponen
(Pusat Data dan Informasi Kesehatan (terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak dan
Kemenkes, 2013). Oleh karena itu, terlalu dekat). Keadaan ini akan menjadi
dalam International Conference on kehamilan yang berisiko terhadap terjadinya
Population and Development (ICPD) pada komplikasi dalam kehamilan, persalinan, dan
nifas berikutnya yang dapat berkontribusi Berdasarkan data yang diperoleh dari
terhadap kematian ibu (dan juga kematian profil kesehatan Indonesia pada tahun 2015
bayi). Kedua, apabila kehamilan diakhiri tercatat pasangan usia subur (PUS) di
(aborsi, terutama jika dilakukan dengan tidak Indonesia berjumlah 47.665.847, peserta KB
aman), maka berpeluang untuk terjadinya baru 13.46 %, dan peserta KB aktif 75, 1 %.
komplikasi aborsi yang juga dapat Dengan perincian peserta KB baru menurut
berkontribusi terhadap kematian ibu metode kontrasepsi, peserta KB aktif
(Mujianti dalam Data dan Informasi menurut metode kontrasepsi (gambar 2),
Kesehatan Kemenkes, 2013). Oleh sebab itu, peserta KB baru menurut tempat pelayanan
KB pascapersalinan merupakan suatu upaya (gambar 3), pelayanan peserta KB baru
strategis dalam penurunan AKI, AKB, pascapersalinan/pascakeguguran (PP/PK)
dan juga penurunan TFR. menurut metode kontrasepsi (gambar 4),
Untuk mendukung pelayanan KB, jumlah, dan persentase PUS bukan peserta
pemerintah menyediakan alat dan obat KB (unmet need) hasil pendataan keluarga
kontrasepsi (alokon) berupa kondom, alat tahun 2015 (gambar 5).
kontrasepsi dalam rahim, susuk KB serta
berbagai fasilitas kesehatan dasar diharapkan
memberikan kontribusi terbesar dalam
memberikan pelayanan KB di masyarakat.
Namun, sejak tahun 1997 telah terjadi
pergeseran pemanfaatan fasilitas pelayanan
kontrasepsi oleh peserta KB dari pelayanan
pemerintah ke pelayanan swasta (SDKI,
1997, 2003, dan 2007).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (2010)
menunjukkan bahwa tempat terbanyak
masyarakat mendapatkan pelayanan KB di Gambar 2. (a) Peserta KB Baru dan (b)
sektor swasta adalah Bidan Praktek Mandiri, Peserta KB Aktif Menurut Metode
yaitu 52,5%. Fasilitas pelayanan pemerintah Kontrasepsi
seperti rumah sakit, Puskesmas, Pustu, dan (sumber data: Badan Kependudukan dan
Poskesdes atau Polindes digunakan sekitar Keluarga Berencana Nasional, 2016,
23,9% peserta KB (Pusat Data dan Informasi sumber gambar: Yostan A. Labola)
Kesehatan KEMENKES, 2013). Demikian
juga penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP) dan MKJP setiap tahun
semakin tinggi, atau pemakaian kontrasepsi
non MKJP lebih besar dibandingkan dengan
pemakaian kontrasepsi MKJP.
Padahal Couple Years Protection (CYP) non
MKJP yang berkisar 1-3 bulan memberi
peluang besar untuk putus penggunaan
kontrasepsi (20-40%). Sementara
itu, CYP dari MKJP yang berkisar 3-5 tahun
memberi peluang untuk kelangsungan yang Gambar 3. Peserta KB Baru Menurut
tinggi. Namun, pengguna metode ini Tempat Pelayanan
jumlahnya kurang banyak (Pusat Data dan (sumber data: Badan Kependudukan dan
Informasi Kesehatan Kemenkes, 2013). Hal Keluarga Berencana Nasional, 2016,
ini mungkin disebabkan karena penggunaan sumber gambar: Yostan A. Labola)
metode ini membutuhkan tindakan dan
keterampilan profesional tenaga kesehatan
yang lebih kompleks.
Seorang ibu yang baru melahirkan
bayi biasanya lebih mudah untuk diajak
menggunakan kontrasepsi, sehingga
waktu setelah melahirkan adalah waktu
yang paling tepat untuk mengajak
seorang ibu menggunakan kontrasepsi.
Tujuan pelayanan KB pascapersalinan
adalah untuk mengatur jarak
kehamilan/kelahiran, dan menghindari
kehamilan yang tidak diinginkan,
sehingga setiap keluarga dapat
Gambar 4. Pelayanan Peserta KB Baru merencanakan kehamilan yang aman dan
Pascapersalinan/Pascakeguguran (PP/PK) sehat.
Menurut Metode Kontrasepsi Pelayanan KB pascapersalinan
(sumber data: BKKBN, 2016, sumber dimulai dengan pemberian informasi dan
gambar: Yostan A. Labola) konseling yang sudah dimulai sejak masa
kehamilan. Tenaga kesehatan sebagai
pemberi pelayanan memegang peranan
penting dalam memberikan informasi dan
konseling KB pascapersalinan kepada
calon peserta KB (Mujianti dalam Data
dan Informasi Kesehatan Kemenkes,
2013).
Health Technology
Assesment (HTA) Indonesia tahun 2009
merekomendasikan KB pada periode
menyusui meliputi; (a) ibu menyusui
direkomendasi menggunakan kontrasepsi
Gambar 6. Jumlah dan Persentase PUS KB sebelum terjadi ovulasi pertama kali,
Bukan Peserta KB (unmet need) Hasil (b) disarankan pemberian ASI eksklusif
Pendataan Keluarga Tahun 2015 sehingga menunda terjadinya ovulasi, (c)
(sumber data: BKKBN, 2016, sumber direkomendasikan kontrasepsi
gambar: Yostan A. Labola) pil progestin mulai diberikan dalam enam
2.3.Upaya Menurunkan Kematian Ibu dan minggu pertama pascapersalinan. Namun,
Bayi Melalui: bagi wanita yang mengalami keterbatasan
a. Pelayanan KB Pasca Persalinan akses terhadap pelayanan kesehatan, mini
Pelayanan KB pascapersalinan pil dapat segera digunakan dalam
merupakan strategi yang penting dari beberapa hari (setelah tiga hari)
kesehatan masyarakat dengan keuntungan pascapersalinan, (d) penggunaan DMPA.
yang signifikan terhadap ibu dan bayinya. WHO merekomendasikan tidak adanya
Idealnya pemilihan kontrasepsi pembatasan lama penggunaan DMPA
pascapersalinan telah diperkenalkan pada bagi wanita usia 18-45 tahun, (e) bagi
saat kehamilan agar tidak terlambat untuk negara-negara dengan keterbatasan akses
mendapatkannya karena pada umumnya terhadap kontrasepsi.
wanita mulai menggunakan kontrasepsi Metode Amenore Laktasi (MAL)
pada minggu keenam pascapersalinan. efektif mencegah kehamilan pada wanita
Pelayanan KB pascapersalinan menyusui pascapersalinan. Mengacu pada
merupakan salah satu program strategis rekomendasi HTA tersebut, semua
untuk menurunkan kehamilan yang tidak metode baik hormonal (progestin: pil,
diinginkan (Mujianti dalam Data dan injeksi, dan implan serta kombinasi: pil
Informasi Kesehatan Kemenkes, 2013). dan injeksi) maupun nonhormonal (MAL,
kondom, alat kontrasepsi dalam
rahim, abstinensia, tubektomi, dan menggambarkan kinerja seorang tenaga
vasektomi) dapat digunakan sebagai kesehatan, maka semua kegiatan
metode dalam pelayanan KB pelayanan KB pascapersalinan yang
pascapersalinan. dilaksanakan di seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan harus dicatat dalam
b. Penguatan Konseling KB format yang ada (kohort KB, kohort
Pascapersalinan nifas, kartu status peserta KB/K4, dan F2
Dalam pelayanan KB KB) dan kemudian dilaporkan kepada
pascapersalinan, sebelum mendapatkan dinas (Mujianti dalam Data dan Informasi
pelayanan kontrasepsi, klien dan Kesehatan Kemenkes, 2013).
pasangannya harus mendapat informasi 3. Kesimpulan
dari petugas kesehatan secara lengkap, Salah satu indikator keluarga sehat
jelas, dan benar agar dapat menentukan pertama adalah KB. Karena dengan KB,
pilihannya dengan tepat. Pelayanan KB AKI, AKB, dan Akaba di Indonesia dapat
pascapersalinan akan berjalan dengan ditekan dan mencapai target yang ditetapkan
baik bila didahului dengan konseling dalam Sustainable Development
yang baik, di mana klien berada dalam Goals (SDGs). AKI, AKB, dan Akaba di
kondisi yang sehat, sadar, dan tidak di Indonesia memang terjadi penurunan namun
bawah tekanan atau pun tidak dalam dibandingkan dengan beberapa Negara di
keadaan kesakitan (Mujianti dalam Data ASEAN masih tergolong tinggi karena itu
dan Informasi Kesehatan Kemenkes, optimalisasi pengelolaan KB sangat penting
2013). untuk menekan AKI, AKB, dan Akaba.
Konseling pelayanan KB
pascapersalinan dapat menggunakan Daftar Pustaka
media lembar balik alat bantu 1. Mujianti, Inti. 2012. Situasi Keluarga
pengambilan keputusan (ABPK) Berencana di Indonesia. Jakarta: Buletin
berkeluarga berencana. Konseling KB data dan informasi kesehatan Kemenkes.
pascapersalinan ini dapat dilaksanakan 2. Badan Pusat Statistik (2008). Survei
pada waktu pemeriksaan kehamilan, saat Demografi dan Kesehatan 2007. Jakarta.
mengisi amanat persalinan dalam P4K 3. Badan Pusat Statistik (2011). Fertilitas
dan saat mengikuti kelas ibu hamil, Penduduk Indonesia Hasil Sensus
selama proses persalinan, Penduduk 2010. Jakarta.
pascapersalinan, dan sebelum/sesudah 4. Badan Pusat Statistik (2013). Survei
pelayanan kontrasepsi. Demografi dan Kesehatan 2012. Jakarta.
Setelah dilakukan konseling pada 5. Badan Pusat Statistik (2015). Survei
klien dan sudah ditentukan metode Demografi dan Kesehatan 2015. Jakarta.
kontrasepsi yang dipilih, klien 6. Kementerian Kesehatan. 2012. Laporan
memberikan persetujuannya berupa tanda Nasional Riset Fasilitas Kesehatan
tangan pada lembar persetujuan tindakan 2011. Jakarta: Badan Litbang Kesehatan.
medis (informed consent) untuk metode 7. Kementerian Kesehatan. 2013. Laporan
KB AKDR, implan serta kontrasepsi Riset Kesehatan Dasar
mantap (tubektomi dan vasektomi) 2012. Jakarta: Badan Litbang Kesehatan.
(Mujianti dalam Data dan Informasi 8. Population Reference Bureau. Family
Kesehatan Kemenkes, 2013). Planning Worldwide 2008 Data
c. Pencatatan dan Pelaporan Sheet. Washington.
Pascapersalinan 9. World Health Organization. 2013. World
Secara sederhana, jumlah target Health Statistics 2013. Italia: World
atau sasaran peserta KB pascapersalinan Health Organization.
adalah pasangan usia subur yang istrinya
sedang dalam kondisi masa nifas (sampai
42 hari pascapersalinan). Agar hasil
pelayanan KB pascapersalinan dapat

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai