Tesis Aminullah
Tesis Aminullah
BAB I
PENDAHULUAN
1 Fauziyah Adzimatinur, Sri Hartoyo dan Ranti Wiliasih,”Factors affecting the amount of financing Islamic
1
2
pembiayaan dan memiliki total penyaluran pembiayaan yang terbesar tetapi laba
yang diinginkan belum seluruhnya sesuai yang diharapkan. Dimana diyakini
bahwa ada beberapa faktor lain yang penyebab hal tersebut.
Beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang faktor faktor yang
mempengaruhi pembiayaan di bank syariah maupun BPRS namun beberapa
kesimpulan penelitian menghasilkan pendapat yang berseberangan satu dengan
yang lainnya, seperti penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat tidak
signifikannya variabel dana pihak ketiga dengan pembiayaan.3 artinya bahwa
semakin banyak dana masyarakat yang terkumpul pada suatu bank maka tidak
selalu diikuti oleh penyaluran pembiayaan. ini bertentangan dengan penelitian
lainnya bahwa dana pihak ketiga memiliki pengaruh positif terhadap pembiayaan
pada bank syariah di Indonesia. 4 Penelitian ini diperkuat oleh penelitian lainnya
bahwa perkembangan Aset perbankan syariah di Indonesia dipengaruhi oleh dana
pihak ketiga dan total pembiayaan.5
Kemudian penelitian lain menyebutkan bahwa Non Performing Financing
(NPF) tidak memiliki pengaruh terhadap pembiayaan mudharabah dimana NPF
yang semakin naik tidak membawa perubahan pada sisi pembiayaan, diikuti oleh
penelitian di Bank Muamalat mengatakan bahwa CAR,NPF dan ROA tidak
berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan. 6 Namun penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian berikutnya yang menunjukkan bahwa dana pihak ketiga dan
NPF secara simultan memiliki pengaruh terhadap pembiayaan bagi hasil. 7
Semakin besar nilai NPF kepercayaan masyarakat akan semakin kecil pada bank
untuk menyimpan dananya, dimana penurunan maupun kenaikan dana akan
mempengaruhi penyaluran pembiayaan. 8 Variabel Financing to Deposit Ratio
3 Ustad Fattah Alhakim,”Pengaruh tingkat perkembangan dana pihak ketiga terhadap pemberian pembiayaan
pembiayaan perbankan syari’ah di Indonesia dengan metode fungsi transfer”. Dalam Jurnal .h.1.
6 Wuri Arianti Novi.”Analisis pengaruh DPK,CAR,NPF,dan ROA terhadap pembiayaan dan profitabilitas pada
pembiayaan bagi hasil, pada bank umum syariah di Indonesia periode 2010-2013. Dalam Jurnal Manajemen, Vol. 02
2015. H.1.
8 Silva Tri Putrisatya,Analisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Return on assets (ROA), dan Non
performing financing (NPF) terhadap pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah”. (Thesis Fak,
Ekonomi.Univ.UMY.2016),h.1.
4
(FDR) juga berpengaruh terhadap pembiayaan, bahwa semakin baik tingkat FDR
suatu bank maka semakin baik pula rasio dana pihak ketiga. 9
Dengan banyaknya berbagai kesimpulan penelitian yang tidak sesuai satu
dengan berbagai penelitian yang lainnya, membuat peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang beberapa variabel yang mempengaruhi pembiayaan,
di mana pembiayaan merupakan salah satu sumber pendapatan bank terbesar.
Objek penelitian tesis ini ialah pada PT. Bank Syariah Bukopin dimana
peneliti bertugas dan menggeluti tentang pembiayaan sehingga mempermudah
dalam pengambilan data dan penulis paham akan bidang pembiayaan dimana
bidang yang digeluti selama ini. Berikut ini rincian kenaikan dan penurunan pada
pembiayaan dan indikator pembiayaan di PT. Bank Syariah Bukopin ialah sebagai
berikut :
Tabel 1.2
9 Slamet Riyadi,”Pengaruh pembiayaan bagihasil , pembiayaan jual beli, Financing to Deposit Ratio, dan non
performing Financing terhadap profitabilitas bank Umum syari’ah di Indonesia”. Dalam Accounting Analysis Journal.h.
469.
5
Pada tahun 2011 Jumlah pembiayaan yang disalurkan naik sebesar 1.9 T
tetapi Biaya Operasional, NPF, FDR turun masing – masing sebesar 143 M,
1.74%, 83.66%. kemudian di tahun 2012 terjadi kenaikan NPF disertai kenaikan
PYD, DPK dan Biaya Operasional yang mengakibatkan turunnya Aset, FDR dan
Fee Based perusahaan masing masing sebesar 2.7 T, 99,31% , 27T. Selanjutnya
tahun 2013 terjadi kenaikan Total Aset, DPK, Pembiayaan dan Fee Based, tetapi
tidak diikuti oleh NPF dan biaya operasional yang mana ini berbanding terbalik
dengan tahun sebelumnya. Kemudian di tahun 2014 Total Aset, DPK, Fee Based,
dan Biaya Operasional naik tetapi tidak diikuti oleh Pembiayaan yang diberikan,
NPF, FDR yang malah turun masing masing sebesar 3.2 T, 4.07% dan 81.37%.
selanjutnya di tahun 2015 terjadi kenaikan hampir di seluruh variabel penelitian,
hanya NPF yang turun sebesar 2.99%. dan yang terakhir di tahun 2016 Total Aset,
Fee Based dan Biaya Operasional naik tetapi tidak diikuti oleh variabel
lain.Terakhir pada tahun 2017 semua variabel terjadi kenaikan dengan perbaikan
keuangan manajemen.
Dari fenomena keuangan yang telah diuraikan di atas, tidak sesuai dan
senada dengan beberapa teori dan penelitian yang dilakukan sebelumnya, di mana
terdapat korelasi yang tinggi antara aset dan DPK dan aset dengan pembiayaan
menunjukkan adanya hubungan linier yang kuat dab korelasi ini cenderung
positif. 10 DPK merupakan salah satu factor yang mempengaruhi pembiayaan,
semakin besar DPK yang berhasil dihimpun oleh bank syariah, maka semakin
besar pula pembiayaan yang akan disalurkannya. kenaikan NPF akan
menyebabkan penyaluran dana berkurang atau sebaliknya menurunnya jumlah
NPF akan menaikkan jumlah penyaluran dana bank syariah kepada masyarakat.11
Penelitian lain bahwa variabel DPK dan FDR yang berpengaruh signifikan
terhadap volume pembiayaan, sedangkan NPF tidak berpengaruh signifikan
terhadap volume pembiayaan. secara parsial bahwa DPK dan modal bank
10 Faridah Yuliani,rer pol Heri Kuswanto,”Peramalan aset dengan memperhatikan dana pihak ketiga (DPK) dan
pembiayaan perbankan syari’ah di Indonesia dengan metode fungsi transfer”. Dalam Jurnal.h.1.
11Septiana Ambarwati, “Faktor – faktor yang mempengaruhi pembiayaan di bank syariah di indonesia”.(Thesis,
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian di atas maka penulis dapat mengidentifikasikan permasalahan
dalam penelitian ini adalah :
1. Adanya kenaikan Total Aset yang tidak diikuti oleh pembiayaan.
2. Adanya kenaikan Dana Pihak Ketiga yang tidak diikuti oleh pembiayaan.
3. Adanya kenaikan Dana Pihak Ketiga yang tidak diikuti oleh Total Aset.
4. Adanya kenaikan Fee Based Income yang tidak diikuti oleh Total Aset.
5. Adanya kenaikan Non Performing Financing yang tidak diikuti oleh
pembiayaan.
6. Adanya kenaikan Non Performing Financing yang tidak diikuti oleh Total
Aset.
7. Adanya kenaikan Financing to Deposit Ratio yang tidak diikuti oleh
pembiayaan.
8. Adanya kenaikan Overhead Cost yang tidak diikuti oleh pembiayaan.
12
Syukriah Selvie, et. al.,” pengaruh dana pihak ketiga, suku bunga kredit, dan modal bank terhadap penyaluran
kredit pada bank perkreditan rakyat konvensional di Indonesia”. Dalam Jurnal Megister Akuntansi,pascasarjana UNSYIAH
Kuala.ISSN : 2302-0164),h.55.
7
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, peneliti perlu membuat
batasan masalah yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini, ini agar
masalah yang diteliti menjadi lebih fokus. Adapun batasan dalam penelitian ini
difokuskan pada :
1. Total Aset yang dimiliki oleh BSB pada tahun penelitian terhadap pembiayaan
yang disalurkan. Di mana Total Aset pada tahun penelitian selalu naik dan
turun yang terdapat di laporan keuangan publikasi Bank Syariah Bukopin.
2. Total Dana Pihak Ketiga yang berhasil dihimpun oleh Bank Syariah Bukopin
selama tahun penelitian, di mana berupa Tabungan, Deposito dan tabungan.
Di mana di luar ketiga instrumen di atas tidak termasuk ke dalam penelitian.
3. Non Performing Financing yang timbul oleh pembiayaan yang telah
diberikan, di mana NPF yang diteliti merupakan NPF Gross, NPF yang di
dalamnya terdapat kriteria lancar sampai dengan Macet selama tahun
penelitian.
4. Financing to Deposite Ratio yang mempengaruhi pembiayaan selama tahun
penelitian.
5. Over Head Cost yang timbul pada tahun penelitian terhadap pembiayaan yang
disalurkan.
6. Fee Based Income yang diperoleh dari Bank Garansi dan Safe Deposite box
selama tahun penelitian.
7. Pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Syariah Bukopin selama tahun
penelitian.
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh Total Aset terhadap pembiayaan pada PT. Bank Syariah
Bukopin ?
2. Bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga pada terhadap pembiayaan PT. Bank
Syariah Bukopin ?
8
3. Bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap Total Aset pada PT. Bank
Syariah Bukopin ?
4. Bagaimana pengaruh Fee Based Income terhadap Total Aset pada PT. Bank
Syariah Bukopin ?
5. Bagaimana pengaruh Non Performing Financing terhadap pembiayaan pada
PT. Bank Syariah Bukopin ?
6. Bagaimana pengaruh Non Performing Financing terhadap Total Aset pada
PT. Bank Syariah Bukopin ?
7. Bagaimana pengaruh Financing to Deposit Ratio terhadap Total Aset pada PT.
Bank Syariah Bukopin ?
8. Bagaimana pengaruh Overhead Cost terhadap Total Aset pada PT. Bank
Syariah Bukopin ?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini dilakukan akan dirincikan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Total Aset terhadap
pembiayaan PT. Bank Syariah Bukopin.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap
pembiayaan PT. Bank Syariah Bukopin.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap
Total Aset PT. Bank Syariah Bukopin.
4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Fee Based Income terhadap
Total Aset PT. Bank Syariah Bukopin.
5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Non Performing Financing
terhadap pembiayaan PT. Bank Syariah Bukopin.
6. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Non Performing Financing
terhadap Total Aset PT. Bank Syariah Bukopin.
7. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Financing to Deposite Ratio
terhadap Total Aset PT. Bank Syariah Bukopin.
8. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Over Head Cost terhadap
pembiayaan PT. Bank Syariah Bukopin.
9
F. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-
pihak sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
a. Untuk menambah wawasan peneliti mengenai perkembangan PT. Bank
Syariah Bukopin dalam segi aset, dana pihak ketiga, Non Performing
Financing, Financing to Deposite Ratio, Overhead Cost dan Fee Based
Incomeserta pembiayaan pada 8 tahun terakhir.
b. Sebagai pertimbangan kepada penulis dalam tugas Pengendali Risiko
Pembiayaan dalam penyaluran Pembiayaan di PT. Bank Syariah Bukopin
2. Bagi perusahaan
Sebagai acuan pedoman dan motivasi untuk terus meningkatkan aset, dana
pihak ketiga, Non Performing Financing, Financing to Deposite Ratio,
Overhead Cost dan Fee Based Incomeserta pembiayaan di Indonesia dan
segera mencapai target aset perbankan syariah di Indonesia.
G. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini ditulis dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut :
Bab pertama, berupa pendahuluan, merupakan kerangka dasar penelitian, yang terdiri dari latar
BAB I : belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kerdua, berupa uraian teori paada bab ini akan diuraikan tentang landasan teori, Membahas
tentang pengertian aset, penggolongan aset, Pengertian Dana Pihak Ketiga (DPK), Komposisi DPK,
pengertian Deposito, Giro dan Tabungan, serta manfaat ketiganya, pengertian Non Performing
BAB II : Financing (NPF), penyebab terjadinya NPF dan penanganan NPF di suatu bank, pengertian Financing
to Deposit Ratio(FDR), pengertian Overhead Cost (OHC), pengertian Fee Based Income, Pengertian
pembiayaan, unsur unsur pembiayaan, Fungsi pembiayaan, tujuan pembiayaan, prinsip pembiayaan,
Aplikasi pembiayaan di perbankan syariah.
10
Bab ketiga, berupa Metodologi penelitian, dalam bab ini akan diungkap jenis penelitian dan
BAB III : pendekatan yang digunakan, lokasi dan waktu penelitian, sumber data, definisi operasional, alat dan
teknik pengumpulan data, hasil uji coba instrumen dan teknik analisis data.
Bab keempat membahas temuan dan hasil penelitian, menganalisa seberapa besar pengaruh Pengaruh
BAB IV : Total Aset, Dana Pihak Ketiga, Non Performing Financing, Financing to Deposite Ratio, Overhead
Cost, Fee Based Income terhadap Pembiayaan pada PT. Bank Syariah Bukopin.
BAB V : Bab kelima merupakan penutup, berisi kesimpulan dan saran.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Uraian Teori
1. Aset
Setiap bank yang ada di Indonesia memiliki kategori aset berupa buku I (bank
umum kategori usaha ) sampai dengan buku IV, pembeda setiap buku ialah
berdasarkan Total Aset yang dimiliki oleh suatu bank, semakin besar aset suatu
bank, maka bank tersebut dapat melakukan kegiatan operasionalnya dengan baik,
sehingga dapat menarik minat nasabah dan menghasilkan profit yang baik juga
bagi stakeholder. Secara sederhana, aktiva (asset) dapat didefinisikan sebagai
sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa
lalu dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh
perusahaan.13 pengertian lain menyebutkan bahwa aset merupakan sesuatu yang
mampu menimbulkan aliran kas positif atau manfaat ekonomi lainnya, baik
dengan dirinya sendiri maupun dengan set lain, yang haknya didapat oleh bank
islam sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa masa lalu. 14
13Jopie Jusuf, Analisis Kredit untuk account officer, (Jakarta : Kompas Gramedia, Mei 2010),h.7.
14Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syari’ah (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), h.103.
15Faridah Yuliani,rer pol Heri Kuswanto,”Peramalan aset dengan memperhatikan dana pihak ketiga (DPK) dan
pembiayaan perbankan syari’ah di Indonesia dengan metode fungsi transfer”. Dalam Jurnal .h.1.
16Ibid,.
11
12
menunjukkan bahwa ada hubungan linier yang kuat antara aset dengan DPK
serta aset dengan pembiayaan. korelasi ini cenderung bernilai positif, artinya
jika nilai DPK naik maka nilai aset akan naik pula, sedangkan pada
pembiayaan, jika pembiayaan naik, maka nilai aset juga akan naik pula.17
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara parsial variabel dana
pihak ketiga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volume pembiayaan
bagi hasil dan memiliki arah positif , yang berarti semakin tinggi dana pihak
ketiga yang berhasil dihimpun maka akan meningkatkan volume pembiayaan
bagi hasil. Variabel lainnya yaki non performing financing (NPF) secara
parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volume pembiayaan
bagi hasil. 18
Salah satu praktisi perbankan syari’ah di Medan mengatakan dengan
meningkatnya suatu aset bank, maka bank tersebut harus bisa menyalurkan
pembiayaan lebih besar lagi di karnakan suatu bank harus menjaga rasio
antara DPK dan pembiayaan agar laba atau spread yang dihasilkan besar dan
akan menguntungkan bank.19 Bank yang memiliki Total Aset yang besar,
berkesempatan untuk menyalurkan pembiayaannya kepada pihak peminjam
dalam jumlah yang lebih besar, sehingga memperoleh keuntungan yang
tinggi. 20 Aset merupakan indikator Kriteria utama, suatu aset adalah manfaat
ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset tersebut, yaitu potensi untuk
memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung arus kas atau
setara kas kepada entitas. Potensi tersebut dapat berbentuk sesuatu yang
produktif, dan dapat menghasilkan kas atau setara kas atau mampu
mengurangi pengeluaran kas atau menurunkan biaya.
Penyajian aset harus dilakukan sedemikian rupa sehingga bisa
dihubungkan dengan komponen laporan posisi keuangan lainnya sehingga
akan menggambarkan jasa atau kewajiban dan modal, sehingga akan
17Ibid,.
18Agung Faizal,”Analisis pengaruh Total Aset , dana pihak ketiga dan non performing financing (NPF) terhadap
Mei 2018.
20A.A Yogi Prasanjaya,”Analisis pengaruh rasio CAR,BOPO,LDR dan ukuran perusahaan terhadap
21Zainul Arifin, Dasar-dasar menejemen Bank Syari’ah, (Tangerang : Azkia Publisher, April 2009).h.56.
22Ibid,.
14
pada bank perkreditan rakyat konvensional di Indonesia”. Dalam jurnal Megister Akuntansi,pascasarjana UNSYIAH Kuala.ISSN
: 2302-0164.h.55.
24Ibid,.56.
25Silva Tri Putrisatya,Analisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Return on assets (ROA), dan Non performing
financing (NPF) terhadap pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah”. (Thesis Fak, Ekonomi.Univ.UMY.2016) .h.1
26Dita Andreany,”Analisis pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat bagi hasil, dan Non Performing Financing terhadap
volume pembiayaan berbasis bagi hasil pada perbankan syari’ah di Indonesia,”dalam Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh
2011. h.9
15
dana pihak ketiga yang berbiaya murah, seperti tabungan dll, sehingga bank dapat
menyalurkan pembiayaan dengan margin dan tingkat bagihasil yang kompetitif
dengan pesaing lain. DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran
pembiayaan.27 dana pihak ketiga berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan
bagihasil, dan non performing financing tidak berpengaruh signifikan terhadap volume
pembiayaan bagi hasil. 28
Besar kecilnya dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun sangat bergantung pada
produk Bank Funding (Penarikan Dana) itu sendiri. Semakin menarik produk
simpanan yang ditawarkan maka akan dapat memengaruhi masyarakat untuk
menabung, deposit, atau jadi nasabah giro, sehingga ketersediaan dana mencukupi
untuk aktivitas Bank Lending (pembiayaan/kredit). Selain itu juga berkaitan dengan
pelayanan yang diberikan kepada nasabah dan juga reputasi bank tersebut. 29 Salah satu
sumber dana yang digunakan dalam pembiayaan antara lain dana simpanan atau dana
dari nasabah (DPK).
Semakin besar dana pihak ketiga (DPK) yang tersedia, maka bank syari’ah akan
lebih banyak menawarkan pembiayaan musyarakah.30 Bank memperoleh keuntungan
salah satunya dari pembiayaan, di mana kegiatan pembiayaan tidak dapat dilakukan
tanpa adanya dana yang ingin disalurkan oleh bank, dana tersebutlah yang dinamakan
dana pihak ketiga, untuk memaksimalkan keuntungan, bank harus menyalurkan dana
yang telah dikumpulkannya ke dalam bentuk pembiayaan, apabila tidak maka uang
yang telah terkumpul tadi menjadi beban oleh bank, dikarnakan bank harus membayar
bagihasil setiap bulannya kepada nasabahnya, sebaliknya jika bank mampu untuk
menyalurkan dananya dengan baik, maka bank akan mendapatkan keuntungan
maksimal yang akan dibagikan kepada nasabahnya.
27Ibid,.h.5
28Isnaini ,”Analisis pengaruh dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil, non performing financing dan modal sendiri
Disebutkan bahwa terjadi korelasi yang tinggi antara Aset, DPK dan aset
dengan pembiayaan, menunjukkan bahwa ada hubungan linier yang kuat antara
aset dengan DPK serta aset dengan pembiayaan. korelasi ini cenderung bernilai
positif, artinya jika nilai DPK naik maka nilai aset akan naik pula, sedangkan pada
pembiayaan, jika pembiayaan naik, maka nilai aset juga akan naik pula. 31
Dana Pihak Ketiga yang semakin besar, maka memaksa bank untuk melakukan
ekspansi pembiayaan juga semakin besar untuk dapat memaksimalkan keuntungan
yang seharusnya didapat bank tetapi tetap memperhatikan unsur-unsur dan prinsip
kehati-hatiaan bank. Selain dipergunakan untuk menyalurkan pembiayaan kepada
masyarakat, Dana pihak ketiga juga dapat dipergunakan untuk berbagai macam
kegiatan bank termasuk pembelian sekuritas di bursa saham yang berujung kepada
keuntungan bank dan dapat mengembalikan uang milik masyarakat yang telah
dipercayakan kepada bank tersebut.
High Risk High Return, merupakan kalimat yang tepat untuk menggambarkan
kegiatan perbankan, di mana banyak risiko yang akan di hadapi oleh perbankan
terutama perbankan syari’ah. Bank Syari’ah dalam menyalurkan pembiayaannya akan
menghadapi sepuluh risiko yang telah disebutkan dalam peraturan Bank Indonesia No.
13/23/PBI/2011 di mana seluruh risiko tersebut akan menyebabkan Non performing
financing.32 Non Performing loan (NPL) atau Non performing financing (NPF) adalah
kredit atau pembiayaan bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi kurang
lancar, diragukan dan macet. Pengertian lain di sebutkan Non performing financing
(NPF) adalah rasio antara pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang
disalurkan oleh bank syari’ah.
31Ibid,.
32Muhammad Taufik,”Pengaruh Financing to Deposit Ratio dan Capital Adequacy Ratio terhadap Return on
Assets dengan Non Performing Financing sebagai vaiabel moderasi pada perbankan syari’ah di Indonesia”. Dalam Jurnal
At-Tawassuth, Vol.2, No. 1, 2017:170-190.h.172.
17
Semakin besar pinjaman yang diberikan oleh bank maka semakin besar pula
risiko pembiayaan yang akan dihadapi oleh bank tersebut.33 Rasio NPF
merupakan yang paling penting untuk menentukan kelangsungan hidup suatu
bank, NPF mencerminkan risiko pembiayaan,semakin kecil NPF semakin kecil
pula risiko pembiayaan yang ditanggung pihak bank. 34 Penelitian di Cina
mengemukakan bahwa bank yang memilki rasio NPL yang tinggi akan
mengambil lebih banyak risiko risiko yang dibawa oleh NPL sebagai akibat dari
pembiayaan yang disalurkan oleh bank. 35 Non performing financing akan
berdampak pada menurunnya tingkat bagi hasil yang dibagikan kepada pemilik
dana. Suatu bank hanya akan dapat melakukan kegiatan dan mengembangkan
kegiatan usahanya apabila mendapat kepercayaan dari nasabahnya untuk
menyimpan uangnya. Semakin tinggi NPF mengakibatkan penurunan penyaluran
pembiayaan.36
Semakin besar nilai NPF, kepercayaan masyarakat akan semakin kecil pada
bank untuk menyimpan dananya. peningkatan nilai laba dan peningkatan dana
yang dihimpun dari masyarakat perlu dilakukan bank agar penyaluran
pembiayaan lebih meningkat, tetapi perlu diingat bank harus lebih berhati hati
dalam memilih nasabah agar terhindar dari pembiayaan bermasalah. 37 Bank
merupakan agent of trust di mana bank harus menjaga reputasinya untuk
mempertahankan kepercayaan nasabah yang telah dan akan menyimpan dananya
di bank tersebut. Apabila suatu bank telah kehilangan kepercayaan oleh
nasabahnya, maka nasabah bisa saja menarik dananya secara besar besaran dan
serentak (rush) yang menyebabkan penurunan total aset dan bank kehilangan
modal dan akhirnya dapat diliquidasi oleh regulator.
33I Dewa Agung Nanditya Putra,”pengaruh pinjaman yang diberikan terhadap nilai perusahaan dengan non
performing loan sebagai variabel pemoderasi”. Dalam E-jurnal Akuntansi univ.Udayana.ISSN : 2302-8556.2018.h.1206.
34Ibid,.
35
Ibid.,h.6.
36Silva Tri Putrisatya,Analisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Return on assets (ROA), dan Non
performing financing (NPF) terhadap pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah”. (Thesis Fak, Ekonomi.Univ.UMY.2016)
.h.1
18
Penelitian lain menyebutkan bahwa implikasi bagi pihak bank sebagai akibat
timbulnya pembiayaan bermasalah diantaranya akan mengakibatkan hilangnya
kesempatan memperoleh income (pendapatan) dari pembiayaan yang diberikan
sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi rentabilitas
bank. 38 Tidak ada bank yang ingin pembiayaan yang diberikannya gagal bahkan
tidak kembali, untuk itu bank memiliki tingkat analisa dan manajemen resiko
yang komprehensif. Jika suatu bank mengalami kenaikan rasio NPF di atas yang
telah ditentunkan oleh BI yaitu sekitar 5% termasuk sehat, maka suatu bank akan
menahan penyaluran pembiayaannya, dan bahkan menghentikan sementara proses
pembiayaan sampai keadaan NPF suatu bank tersebut kembali dibawah angka
yang telah di tentukan yaitu 5%.
Ciri yang mencolok dari krisis keuangan global baru baru ini adalah
peningkatan dan non performing financing pinjaman di neraca bank, eskalasi
tajam dalam NPL menghadapkan bank terhadap risiko pembiayaan yang
signifikan dan ini juga dapat mengganggu bank dalam memberikan pembiayaan
dan dapat memaksakan merusak pada ekonomi secara keseluruhan. 39 Kegagalan
suatu bank dapat menyebar ke industri keuangan lain menyebabkan efek berantai
dan kemungkinan mengguncang seluruh stabilitas sistem suatu negara maupun
global yang bukan hanya sektor perbankan tetapi juga merusak ekonomi rill suatu
sistem keuangan negara.40 ketika bank menghadapi ancaman kebangkrutan,
mereka cenderung mmenggulirkan pinjaman buruk untuk meningkatkan peluang
mereka untuk pemulihan. 41 Penelitian lain menunjukkan Apabila NPF
menunjukkan nilai yang rendah diharapkan pendapatan akan meningkat sehingga
laba yang dihasilkan akan meningkat, namun sebaliknya apabila nilai NPF tinggi
maka pendapatan akan menurun sehingga laba yang didapat akan turun.42
38Lukman Dendawijaya,”Analisis pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat bagi hasil, dan Non Performing
Financing terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil pada perbankan syari’ah di Indonesia,” Dalam Simposium
Nasional Akuntansi XIV Aceh 2011. h.9
39Amit Ghosh,”Sector-spesific analysis of non performing financing in the US banking system dan their
performing Financing terhadap profitabilitas bank Umum syari’ah di Indonesia”. dalam Accounting Analysis Journal.h.469
19
Apabila suatu bank telah kehilangan kepercayaan oleh nasabahnya, maka nasabah
bisa saja menarik dananya secara besar besaran dan serentak (rush) yang menyebabkan
penurunan total aset dan bank kehilangan modal dan akhirnya dapat diliquidasi oleh
regulator.43 Berdasarkan penelitian dihasilkan bahwa rasio pembiayaan macet yang
dikaitkan bank islam rata rata 6,29 % lebih rendah dari pada bank konvensional
dengan rata rata 7,08% menunjukkan bahwa bank bank islam cenderung memiliki
kualitas aset yang lebih tinggi. Dengan demikian mereka lebih mungkin memiliki
risiko kebangkrutan lebih rendah dari pada bank konvensional. 44 ini dikarnakan bank
Islam atau perbankan syari’ah menerapkan prinsip bagihasil kepada semua
nasabahnya, artinya bank akan membagihasilkan keuntungan kepada nasabah jikalau
memang bank memiliki keuntungan, tetapi sebaliknya apabila pembiayaan yang
disalurkan oleh bank syari’ah menciptakan NPF yang tinggi yang menyebabkan bank
merugi, maka bank syari’ah tidak diharuskan untuk berbagihasil kepada nasabah yang
menabung.
Dalam Seminar restrukturisasi perbankan di Jakarta pada tahun 1998 disimpulkan
beberapa penyebab menurunnya kinerja bank, antara lain semakin meningkatnya
pembiayaan bermasalah perbankan, dampak likuidasi bank-bank 1 November 1997
yang mengakibatkan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan
pemerintah, sehingga memicu penarikan dana secara besar-besaran, semakin turunnya
permodalan bank-bank, banyak bank-bank tidak mampu melunasi kewajibannya
karena menurunnya nilai tukar rupiah, manajemen tidak professional. Banyak
perbankan hanya berfokus pada kuantitas , tetapi kualitasnya tidak diperhatikan
akibatnya banyak terjadi NPF.45
43
Dayong Zhang,”Non Performing loans, moral hazard, and regulation of the chinese commercial banking
system” Dalam journal of banking and finance.vol.63.februari 2016.h.4.
44Sunil K Mohanty,”Banking efficiencyin gulf cooperation council (GCC) countries : a comparative
46 Asmi Nur Siwi Kusmiyati,”Risiko Akaddalam Pembiayaan Murabahah pada BMT di Yogyakarta (dari Teori
Fee based income (pendapatan non magin atau bagihasil) adalah pendapatan
provisi, fee atau komisi yang diterima bank dari pemasaran produk maupun
transaksi jasa perbankan yang dibebankan kepada nasabah sehubungan dengan
produk dan jasa bank yang dinikmatinya. Fee based income adalah keuntungan
yang didapat dari transaksi yang diberikan dalam jasa-jasa bank lainnya
atau selain spread based. Dalam PSAK No.31 Bab I huruf A angka 03
dijelaskan bahwa dalam operasinya bank melakukan penanaman dalam
aktiva produktif deperti pembiayaan dan surat-surat berharga juga diberikan
memberikan komitmen dan jasa-jasa lain yang digolongkan sebagai “fee
based operation”, atau “off balance sheet activities”.
47Wahyu Dwi Priatmoko,”Pengaruh pendapatan bunga kredit dan pendapatan non bunga (fee based income)
terhadap kinerja keuangan (Return on assets)”. (Tesis Fakultas Ekonomi. Universitas Brawijaya.Malang 2014).h.1
22
48 Sri Dewi Anggadini,”Analisis Fee based income dampaknya terhadap profitabilitas” dalam jurnal
Saat ini banyak perbankan yang berfokus terhadap fee based untuk
mendapatkan keuntungan di mana disisi pembiayaan belakangan ini signifikan
menurun dikarnakan ekonomi yang belum membaik. Bank Syari’ah Bukopin
sendiri juga berfokus mengejar pendapatan jasa perbankan atau fee based income.
Adapun dasar pertimbangan bank dalam memilih pendapatan lain lain atau fee
based income yaitu sebagai berikut :49
a) Fee based income merupakan alternatif pendapatan bank disaat pembiayaan
mengalami lesu.
b) Fee based income merupakan pendapatan non operasional yang sangat
minim Risiko akan terjadinya risiko pembiayaan.
c) Proses pengerjaannya lebih sederhana dan tidak sepanjang proses analisa
pembiayaan.
d) Mendapatkan pendapatan lebih cepat, dikarnakan pendapatan dibayar pada
saat akad (Ujroh).
49M. Bakrie Tanjung, Pemimpin cabang PT. Bank Syari’ah Bukopin cabang Medan, wawancara di
perpendapatan operasional dalam peningkatan profitabilitas industri bank syari’ah di Indonesia”. Dalam Jurnal perbankan
syari’ah, Vol.1.h.68.
51Slamet Riyadi,”Pengaruh pembiayaan bagihasil , pembiayaan jual beli, Financing to Deposit Ratio, dan non
performing Financing terhadap profitabilitas bank Umum syari’ah di Indonesia”.dalam Accounting Analysis Journal.h.469
24
52Amalia Yuianadkk, et, al,.”Pengaruh LDR, CAR, ROA dan NPL terhadap penyaluran kredit pada bank umum
dan kualitas aktiva produktif terhadap profitabilitas pada PT. Bank Pembangunan daerh Bali”. (Thesis Udayana.2011)
H.1545.
54I Dewa Agung Nanditya Putra,”pengaruh pinjaman yang diberikan terhadap nilai perusahaan dengan non
performing loan sebagai variabel pemoderasi”. Dalam E-jurnal Akuntansi univ.Udayana.ISSN: 2302-8556.2018.h.
1203.
55Ibid,.172
25
semakin besarnya risiko yang harus ditanggung oleh bank yang bersangkutan.
FDR yang tinggi relatif akan menekan CAR bank.
FDR yang terlampau tinggi berarti likuiditas bank kurang baik karena
jumlah DPK tidak mampu menutup pembiayaan yang disalurkan sehingga bank
harus menggunakan dana antarbank (call money) untuk menutup kekurangannya.
Dana dari call money bersifat darurat, sehingga seyogianya bank tidak
menggunakan dana semacam itu untuk membiayai pembiayaan. Dana call money
adalah untuk membiayai missmatch likuiditas jangka sangat pendek. Sebaliknya,
angka FDR yang rendah menunjukkan tingkat ekspansi pembiayaan yang rendah
dibandingkan dengan dana yang diterimanya dan menunjukkan bahwa bank masih
jauh dari maksimal dalam menjalankan fungsi intermediasi. FDR dapat juga
digunakan untuk menilai strategi manajemen sebuah bank. Manajemen bank yang
konservatif biasanya cenderung memiliki Financing to deposit ratio yang relatif
rendah, sebaliknya manajemen bank yang agresif memiliki FDR yang tinggi atau
melebihi batas toleransi.
FDR merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efektifitas bank dalam
menyalurkan dana dalam bentuk pembiayaan dari dana yang berhasil
dihimpunnya dari masyarakat (DPK). semakin tinggi rasio FDR maka
memperlihatkan semakin bagus kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak
ketiga yang dimilikinya dalam bentuk pembiayaan yang diberikan
semakin banyak pembiayaan yang diberikan yang tercermin dalam rasio
FDR maka akan menghasilkan pendapatan yang akan diterima bank dari
penyaluran pembiayaan maka akan semakin meningkatkan profitabilitas bank
yang nantinya akan mmeningkatkan juga nilai perusahaan. 56Sebagian praktisi
perbankan menyepakati bahwa batas aman dari FDR suatu bank adalah sekitar
85%. Namun batas toleransi berkisar antara 85%-100% atau menurut Kasmir
(2003), batas aman untuk FDR menurut peraturan pemerintah adalah maksimum
110-115 %. FDR berfungsi sebagai indikator intermediasi perbankan.Kuncoro
(2002) mengungkapkan bahwa Financing to deposit ratio (FDR) merupakan
56I Dewa Agung Nanditya Putra,”pengaruh pinjaman yang diberikan terhadap nilai perusahaan dengan non
performing loan sebagai variabel pemoderasi”. Dalam E-jurnal Akuntansi univ.Udayana.ISSN: 2302-8556.2018.h.
1208.
26
57Ningsukma Hakiim,”Pengaruh internal Adequency Ratio, Financing to deposit ratio dan biaya operasional
perpendapatan operasional dalam peningkatan profitabilitas industri bank syari’ah di Indonesia”. Dalam Jurnal perbankan
syari’ah, Vol.1.h.68.
27
Selain itu, Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap
ROA pada Bank Syari’ah di Indonesia, Financing to deposit ratio (FDR) tidak
berpengaruh signifikan terhadap ROA pada Bank Syari’ah di Indonesia.
Bank yang efisien merupakan bank yang mampu menekan biaya operasi
dan meningkatkan pendapatan operasi untuk memperoleh keuntungan yang tinggi
serta terhindar dari kondisi bermasalah. 58 Overhead cost adalah biaya - biaya yang
dikeluarkan oleh suatu bank untuk dapat melakukan kegiatan operasionalnya
yaitu funding dan financing untuk menghasilkan keuntungan, di mana
overheadcost ini menjadi pengurang laba suatu bank. Dalam pengertian lain
Overhead cost adalah seluruh biaya (di luar biaya dana) yang dikeluarkan oleh
bank dalam menjalankan kegiatannya.
Bank yang inefisiensi dan tidak sehat secara individual dapat melemahkan
sistem keungan melalui margin pembiayaan yang tinggi. 59 Jadi secara parsial
tingginya tingkat inefisiensi suatu bank, dapat mempengaruhi kenaikkan tingkat
margin dan bagi hasil dan secara langsung mempengaruhi total pembiayaan suatu
bank karna tinggi rendahnya margin atau bagihasil suatu bank dapat
mempengaruhi keputusan nasabah. dalam penelitian lain menyebutkan bahwa
semakin tinggi biaya pendidikan maka akan berpengaruh di sisi aktiva bank yang
diperoleh BUS dan UUS di Indonesia. 60 Dikarnakan biaya yang terlalu besar yang
dikeluarkan oleh bank dapat mengurangi perolehan laba pada periode tersebut dan
akan berpengaruh terhadap margin dan tingkat bagihasil yang disalurkan oleh
perbankan.
58A.A. Yogi Prasanjaya,”Analisis pengaruh rasio CAR, BOPO, LDR dan ukuran perusahaan terhadap
61Alfin Apriyana.”Faktor faktor yang mempengaruhi efisiensi biaya perbankan dikawasan Asean”. Dalam
region”. Dalam Journal of International Financial and market, intitutions dan money Elsevier.Vol.51.november 2017.h.59.
63Ibid,.h.65
64Eko Listianto,”Analisis biaya transaksi pada industri bank umum di indonesia”. Dalam Jurnal Vol.1 No.1
Otober 2007.h.46.
29
nasional, maka sektor ini perlu dikelola dan dikembangkan secara efektif dan
efisien. Dilihat dari sudut pandang ekonomi kelembagaan, efisiensi bisa diukur
dari berapa besarnya biaya transaksi yang muncul pada industri perbankan dalam
melakukan aktivitas. Besarnya biaya transaksi mencerminkan desain kelembagaan
yang dibuat oleh lembaga perbankan tersebut. Semakin besar biaya transaksi,
maka desain kelembagaan yang dibuat oleh suatu lembaga perbankan semakin
tidak efisien. Berkaitan dengan aktivitas utama yang diemban dunia perbankan
sebagai lembaga intermediasi, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan lembaga
perbankan sudah pasti akan mengganggu fungsi intermediasi. Hanya bank yang
beroperasi secara efektif dan efisienlah yang akan mampu menjalankan fungsi
intermediasi dengan baik.65
Dalam penelitian lain menyebutkan bahwa semakin tinggi biaya
pendidikan maka akan berpengaruh di sisi aktiva bank yang diperoleh BUS dan
UUS di Indonesia. 66 Di mana biaya pendidikan karyawan merupakan bagian dari
biaya yang harus dikeluarkan bank dalam kegiatannya yaitu biaya overheadcost,
salah satu kunci untuk menjaga kinerja perbankan syari’ah dan mempertahankan
masyarakat Indonesia untuk tetap menjadi nasabah perbankan syari’ah adalah
dengan melaksanakan program pendidikan dan pelatihan bagi seluruh sumber
daya manusia yang ada di lingkungan perbankan syari’ah, sehingga SDI tersebut
mampu memberikan pelayanan terbaik dan maksimal kepada nasabah dan pada
akhirnya akan meningkatkan penilaian terhadap kinerja perbankan tersebut.67
Dalam menjalankan usaha bank, manajemen bank harus memperhitungkan
seluruh biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan mobilisasi sumber dana secara
cermat dan akurat. Apabila perhitungan biaya sumber dana maupun biaya
operasional tidak diperhitungkan dengan cermat dan akurat, maka yang akan
terjadi adalah bahwa bank tidak akan memperoleh keuntungan yang optimal.
Biasanya bank akan mengalami kesulitan dalam memasarkan produk-produk
65Ibid,.
66Ridwansyah,”Analisis pengaruh biaya pendidikan terhadap peningkatan aset dan laba pada perbankan syari’ah
aktivanya yang disebabkan oleh tingkat magin atau bagihasil yang tidak
kompetitif (mahal) yang pada akhirnya bank akan menderita kerugian.
Meminimalisasi pembiayaan macet juga merupakan salah satu langkah
dalam efisiensi karna bank harus mencadangkan sejumlah dana untuk menutupi
kerigian dan akan menggerus modal, pendapatan non operasional (fee based
income) sangat diharapkan bisa membantu bank dalam menutupi kerugian,
perbankan di cina meningkatkan pendanaan hampir 20% dari operasi biaya
pertahun untuk mengembangkan dan meningkatkan sistem bisnis serta
meningkatkan sejumlah fasilitas self – service.68 Self- service merupakan
terobosan perbankan di China untuk mengurangi biayan overhead cost, di mana
cara ini ampuh dalam mengurangi biaya operasional bank.
7. Pengertian Pembiayaan
68Ning Zhu,”Productivity, Efficiency, and non performing financing in the chinese banking industry”.Dalam
69Agung Faizal,”Analisis pengaruh Total Aset , dana pihak ketiga dan non performing financing (NPF) terhadap
pembiayaan perbankan syari’ah di Indonesia dengan metode fungsi transfer”. Dalam Jurnal.h.1.
72International Sharia researchc Academy for Islamic Finance (ISRA), Sistem Keuangan Islam (Jakarta : PT
Position, dan ROA sebagai ukuran tingkat keuntungan yang memadai. FDR juga
berpengaruh terhadap Return on Asset yang mana semakin tingginya FDR suatu
bank, maka akan berpengaruh terhadap modal dan penurunan aset suatu bank. Ini
dikarenakan bank harus memenuhi kebutuhan kewajiban jangka pendeknya
kepada nasabah. 73
Selain itu pembiayaan juga dipengaruhi oleh besarnya margin keuntungan
dan bagi hasil, semakin besar bagihasil atau margin yang ditetapkan oleh suatu
bank, maka secara tidak langsung akan mempengaruhi keputusan nsabah dalam
memilih keputusan. Untuk meminimalisir tingkat bagihasil dan margin, bank
memiliki berbagai opsi, salah satunya selain mencari sumber dana murah tetapi
juga harus melakukan efisiensi diberbagai biaya yang biasa disebut sebagai biaya
Overhead cost (OHC). Kinerja perbankan salah satunya diukur melalui efisiensi.
Inefisiensi perbankan merupakan salah satu indikator yang menunjukkan
rendahnya kinerja perbankan. Bank yang inefisiensi dan tidak sehat secara
individual dapat melemahkan sistem keungan melalui margin pembiayaan yang
tinggi. 74 Jadi secara parsial tingginya tingkat inefisiensi suatu bank, dapat
mempengaruhi kenaikkan tingkat margin dan bagi hasil dan secara langsung
mempengaruhi total pembiayaan suatu bank karna tinggi rendahnya margin atau
bagihasil suatu bank dapat mempengaruhi keputusan nasabah.
Di jaman era modern seperti sekarang ini bank tidak hanya sebagai lembaga
Intermediasi seperti tugas utamanya, apalagi setelah terjadi krisis moneter tahun
1998 di mana banyak bank yang tutup dikarnakan salah satunya besarnya margin
bank yang akhirnya kegagalan bayar oleh nasabah, maka dari itu bank mencoba
mencari pendapatan alternatif selain pembiayaan yang sering disebut dengan
pendapatan non operasional yang sering disebut Fee based income (FBI). variabel
pendapatan non operasional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
return on asset. Jadi semakin tinggi pendapatan non operasional suatu bank
berpengaruh terhadap meningkatnya suatu aset bank.75
73Ibid,.172
74Alfin Apriyana.”Faktor faktor yang mempengaruhi efisiensi biaya perbankan dikawasan Asean”. Dalam
terhadap kinerja keuangan (Return on assets)”. (Tesis Fakultas Ekonomi. Universitas Brawijaya.Malang 2014).h.1
33
B. Kajian Terdahulu
76Global finance report,”Cases on islamic banks : Theories and cases.strategies of banks and other financial
institutions.2014.h.4.
34
pula, sedangkan pada pembiayaan, jika pembiayaan naik, maka nilai aset juga
akan naik pula.77
2. Penelitian oleh Rose Kalari dengan judul Analisis pengaruh Total Aset , dana
pihak ketiga dan non performing financing (NPF) terhadap volume pembiayaan
bagi hasil. menghasilkan bahwa sumber dana yang bisa digunakan untuk
pembiayaan (loan) adalah simpanan dalam bentuk giro , tabungan dan deposito
berjangka, penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan dan
deposito disebut dna pihak ketiga (DPK). 78
3. Penelitian yang dilakukan oleh Syukriah Selvie, Muhammad Arfan, Syukriy
Abdullah yang berjudul pengaruh dana pihak ketiga, suku bunga kredit, dan
modal bank terhadap penyaluran kredit pada bank perkreditan rakyat
konvensional di Indonesia menyimpulkan bahwa dana pihak ketiga, suku bunga
dan modal bank berpengaruh secara signifikan dan bersama sama terhadap
penyaluran kredit, selain itu secara parsial bahwa dana pihak ketiga dan modal
bank berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran pembiayaan,
sementara suku bunga tidak mempengaruhi. 79
4. Penelitian oleh Silva Tri Putrisatya yang berjudul Analisis pengaruh Dana Pihak
Ketiga (DPK), Return on assets (ROA), dan Non performing financing (NPF)
terhadap pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah menghasilkan bahwa
Semakin besar nilai NPF kepercayaan masyarakat akan semakin kecil pada bank
untuk menyimpan dananya.peningkatan nilai laba dan peningkatan dana yang
dihimpun dari masyarakat perlu dilakukan bank agar penyaluran pembiayaan
lebih meningkat, tetapi perlu diingat bank harus lebih berhati hati dalam memilih
nasabah agar terhindar dari pembiayaan bermasalah. 80
5. Penelitian oleh Asmi Nur Siwi Kusmiyati yang berjudul Risiko Akaddalam
Pembiayaan Murabahah pada BMT di Yogyakarta (dari Teori ke Terapan),
77Faridah Yuliani,rer pol Heri Kuswanto,”Peramalan aset dengan memperhatikan dana pihak ketiga (DPK) dan
pembiayaan perbankan syari’ah di Indonesia dengan metode fungsi transfer”. Dalam Jurnal.h.1.
78Agung Faizal,”Analisis pengaruh Total Aset , dana pihak ketiga dan non performing financing (NPF) terhadap
pada bank perkreditan rakyat konvensional di Indonesia”. Dalam jurnal Megister Akuntansi,pascasarjana UNSYIAH
Kuala.ISSN : 2302-0164.h.1.
80Silva Tri Putrisatya,Analisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Return on assets (ROA), dan Non
performing financing (NPF) terhadap pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah”. (Thesis Fak,
Ekonomi.Univ.UMY.2016).h.1
35
menghasilkan semakin baik tingkar FDR suatu bank maka semakin baik pula
rasio perbandingan antara pembiayaan yang disalurkan (PYD) dengan rasio dana
pihak ketiga (DPK). FDR diartikan sebagai perbandingan antara pembiayaan yang
diberikan dengan dana yang diterima bank. 81
6. Menurut penelitian Amalia Yuliana yang berjudul Pengaruh LDR, CAR, ROA
dan NPL terhadap penyaluran kredit pada bank umum di Indonesia mengatakan
bahwa semakin tinggi FDR pada suatu bank akan mengakibatkan semakin
rendahnya liquiditas bank tersebut karena jumlah dana yang diperlukan untuk
membiayai pembiayaan menjadi semakin besar, sebaliknya semakin rendah FDR
akan mengakibatkan semakin tingginya liquiditas bank yang bersangkutan. Hal ini
menunjukkan pengaruh pada kemampuan pembiayaan pada suatu bank, karena
semakin tinggi FDR maka kemampuan pembiayaan yang disalurkan oleh bank
juga semakin tinggi dalam membayar kemampuan jangka pendeknya. 82
7. Menurut penelitian Sapariah dengan judul penelitian pengaruh pinjaman yang
diberikan terhadap nilai perusahaan dengan non performing loan sebagai variabel
pemoderasi . menghasilkan bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap aset. 83
8. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Dwi Priatmoko dengan judul Pengaruh
pendapatan bunga kredit dan pendapatan non bunga (fee based income) terhadap
kinerja keuangan (Return on assets) tahun 2014 menghasilkan bahwa variabel
pendapatan non operasional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
return on asset. Jadi semakin tinggi pendapatan non operasioanl suatu bank
berpengaruh terhadap meningkatnya suatu aset bank.84
9. Penelitian yang dilakukan oleh Alfin Apriyana yang berjudul Faktor faktor yang
mempengaruhi efisiensi biaya perbankan dikawasan Asean Bank yang inefisiensi
81Slamet Riyadi,”Pengaruh pembiayaan bagihasil , pembiayaan jual beli, Financing to Deposit Ratio, dan non
performing Financing terhadap profitabilitas bank Umum syari’ah di Indonesia”. Dalam Accounting Analysis
Journal.h.469
82Amalia Yuianadkk, et, al,.”Pengaruh LDR, CAR, ROA dan NPL terhadap penyaluran kredit pada bank umum
dan kualitas aktiva produktif terhadap profitabilitas pada PT. Bank Pembangunan daerh Bali”. (Thesis
Udayana).2011.H.1545.
84Wahyu Dwi Priatmoko,”Pengaruh pendapatan bunga kredit dan pendapatan non bunga (fee based income)
terhadap kinerja keuangan (Return on assets)”. (Tesis Fakultas Ekonomi. Universitas Brawijaya.Malang 2014).h.1.
36
dan tidak sehat secara individual dapat melemahkan sistem keungan melalui
margin pembiayaan yang tinggi. 85
C. Kerangka Pemikiran
85Alfin Apriyana.”Faktor faktor yang mempengaruhi efisiensi biaya perbankan dikawasan Asean”. Dalam Jurnal
manajemen Teknologi.Vol.14.no.03.
37
Kerangka Konseptual
𝜌𝑧𝑥1
DPK (XI)
𝜌𝑦𝑥1
𝜌𝑦𝑥
FBI (X2) 𝜌𝑦𝑥2 Aset Y Pembiayaan Z
𝜌𝑦𝑥2
𝜀1 𝜀2
FDR (X5) 𝜌𝑧𝑥5
D. Hipotesis Penelitian
Tabel 2.1
Hipotesis Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
39
40
menggunakan data skunder yaitu data yang bersumber dari laporan keuangan
Bank Syariah Bukopin, jurnal-jurnal, dokumen, buku,situs internet yang
terkait,serta karya ilmiah yang relevan dengan penelitian ini.
1. Total asset adalah Sesuatu yang mampu menimbulkan aliran kas positif atau
manfaat ekonomi lainnya, baik dengan dirinya sendiri maupun dengan aset yang
lain, yang haknya didapat oleh bank islam sebagai hasil dari transaksi atau
peristiwa masa lalu.86
2. Dana Pihak Ketiga adalahkewajiban bank kepada penduduk dan bukan penduduk
dalam rupiah dan valuta asing.87
3. Pembiayaan adalah penyediaan fasilitas financial atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan dan kesepakatanyang dibuat
oleh lembaga pembiayaan dan pihak lain yang mewajibkan peminjam yang
dibiayai melunasi utangnya dengan jangkawaktu tertentu.88
4. Non Performing loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF) adalah rasio
antara jumlah total pembiayaan dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan
macet terhadap total pembiayaan. 89
5. Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara besarnya seluruh volume
pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah dengan jumlah penerimaan.
6. Over Head Cost (OHC)adalah biaya - biaya yang dikeluarkan oleh suatu bank
untuk dapat melakukan kegiatan operasionalnya yaitu funding dan financing
untuk menghasilkan keuntungan, di mana overheadcost ini menjadi pengurang
laba suatu bank
86Muhammad syafi’i antonio.Bank Syariah dari teori kepraktik. (Jakarta : Gema Insani, 2001).h.203
87Peraturan bank Indonesia nomor 17/11/2015 tentang giro wajib minimum.hal.3
88Undang undang Republik Indonesia nomor 1 tahun 2016 tentang pinjaman.h.2.
89Ibid.h.6.
41
7. Fee Based Income adalah Keuntungan yang didapat daritransaksi yang diberikan
dalam jasa jasa bank lainnya selain spread based selisih antara bunga simpanan
dengan bunga pinjaman). 90
90Imam Buchori,”fee based income dalam perspektif fikih muamalah”. Dalam Jurnal Al-
qanun.vol.13.no.2.Desember 2010.h.263.
91 Istijanto,Aplikasi praktis riset pemasaran. (Jakarta :PT. Gramedia Pustaka utama,2013). h.38.
42
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah untuk mengetahui apakah distirbusi sebuah
data yang didapatkan mengikuti atau mendekati data distribusi normal
(Gauss).93 Yaitu distribusi data dengan bentuk lonceng ( Bell Shaped).
Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Data yang baik adalah data yang mempunyai
distribusi normal. Uji normalitas data diperoleh dengan melihat grafik
histrogram dengan normal kurva yang disajikan dalam output SPSS.
Analisisnya yaitu jika data menyebar disekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas dan sebaliknya jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/
atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka regresi tidak memenuhi
asumsi normalitas.
Uji statisitik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas
residual adalah uji statistik Kolmogrov Smirnov (K-S). Uji K-S dibuat
dengan membuat hipotesis :
Ho : Data residual berdistribusi normal
Ha : Data residual tidak berdistribusi normal
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini terjadi karena perubahan situasi yang tidak tergambarkan dalam
spesifikasi model regresi, yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan
tingkat keakuratan data.95 bertujuan untuk menguji apakah pada model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau
tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya
heterokedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis grafik,
yaitu melihat grafik scarterr plot .
Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan sebagai
berikut:96
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur, maka mengidentifikasikan telah terjadi
heterokedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik- titik menyebar diatas dan
dibawah angka 0 pada sumbu y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.
c. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas adalah keadaan di mana variabel variabel
independen dalam persamaan regresi mempunyai korelasi (hubungan) yang
erat satu sama lain. 97 Pengertian lain adalah uji yang digunakan untuk
mengetahui apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi yang
94Andi Kartika,”Faktor – faktor yang mempengaruhi audit delay di Indonesia”. Dalam Jurnal bisnis dan
ekonomi .Vol.16.no.1.h.9
95 Pratisto Arif,Masalah statistic dan rancangan percobaan. (Jakarta :PT. Elex Media komputindo, 2004).h.149.
96Ibid,.h.11
97Ibid.h.156.
44
d. Uji Autokorelasi
Dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t sebelumnya pada
model regresi linier yang dipergunakan. 99 Uji autokorelasi bertujuan menguji
apakah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada
periode t dengan kesalahan penganggu pada perode t-1 ( sebelumnya). Salah
satu metode analisis untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah
dengan melakukan pengujian nilai Durbin Watson ( DW test). Model yang
baik adalah bebas dari autokorelasi. Salah satu cara mengidentifikasikasinya
adalah dengan melihat nilai Durbin Watson ( D-W):100
98Ibid,.
99Nisfiannoor, Muhammad,Pendekatan Statistik Modern. (Jakarta :Salemba Humanika, 2009).h.92
100Andi Kartika,”Faktor – faktor yang mempengaruhi audit delay di Indonesia”. Dalam Jurnal bisnis dan
ekonomi .Vol.16.no.1.h.10.
45
1. Bila nilai D-W terletak antara batas atas atau upper bond(du) dan (4-du),
maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berari tidak ada
auokorelasi.
2. Bila nilai D-W terletak antara batas bawah atau lower bond(dl) maka
koefisien autokorelasi lebih besar dari pada nol berartiada autokorelasi
positif.
3. Bila nilai D-W lebih besar terletak dari pada (4-dl) maka koefisien
autokorelasi lebih kecildari pada nol. Berarti autokoelasi negatif.
4. Bila nilai dw negatif diantara batas atas atau upper bond (du) dan batas
bawah atau lower bond (dl) atau dw terletak antara (4-du) dan (4-dl),
maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
3. Analisis Jalur
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
analisis jalur (path analysis).Analisis jalur adalah analisis yang digunakan
untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung antara variabel
eksogen terhadap variabel endogen.Pertimbangan menggunakan analisis ini
karena antara satu variabel dengan variabel lainya mempunyai hubungan
karena faktor-faktor yang dianalisis dalam penelitian ini dapat diukur secara
langsung.101Analisis jalur diawali dengan menggambarkan secara diagramatik
struktur hubungan antar variabel penyebab dengan variabel akibat.Diagram ini
disebut diagram jalur (path diagram) yang bentuknya ditentukan oleh
proposisi teoritik yang berasal dari kerangka pikir tertentu.Diagram jalur
merupakan gambar yang menyatakan struktur hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat.102
101Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro.Analisis Jalur : Path Analysis, Edisi 2, (Bandung: Alfabeta, 2008) h.
7
102Kadir.Statistika Terapan. Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan Program SPSS/Lisrel dalam Penelitian.
𝜌𝑧𝑥1
DPK (XI)
𝜌𝑦𝑥1
𝜌𝑦𝑥
FBI (X2) 𝜌𝑦𝑥2 Aset Y Pembiayaan Z
𝜌𝑦𝑥2
𝜀1 𝜀2
FDR (X5) 𝜌𝑧𝑥5
Gambar 3.1
Kerangka Konseptual
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada tahun 2001 sampai akhir 2002 proses akuisisi oleh Organisasi
Muhammadiyah dan sekaligus perubahan nama PT Bank Swansarindo
Internasional menjadi PT Bank Persyarikatan Indonesia yang memperoleh
persetujuan dari (BI) nomor 5/4/KEP. DGS/2003 tanggal 24 Januari 2003 yang
dituangkan ke dalam akta nomor 109 Tanggal 31 Januari 2003. Dalam
perkembangannya kemudian PT Bank Persyarikatan Indonesia melalui
tambahan modal dan asistensi oleh PT Bank Bukopin, Tbk., maka pada tahun
2008 setelah memperolah izin kegiatan usaha bank umum yang beroperasi
berdasarkan prinsip syariah melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia
nomor 10/69/KEP.GBI/DpG/2008 tanggal 27 Oktober 2008 tentang Pemberian
Izin Perubahan Kegiatan Usaha Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah, dan
49
49
Gambar 4.1
Identitas Perusahaan
50
Berikut ini adalah visi dan Misi didirikannya PT Bank Syariah Bukopin
sebagai berikut :
Gambar 4. 2
Tujuan, Visi Dan Misi PT. Bank Syariah Bukopin
51
3. Penghargaan
Gambar 4.3
Penghargaan PT. Bank Syariah Bukopin
52
4. Stuktur Organisasi
Gambar 4.4
5. Pemegang Saham
Gambar 4.5
Pemegang Saham PT. Bank Syariah Bukopin
54
B. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data
Pada penelitian ini, penulis menggunakan data sekunder yang diperoleh
dari situs www.banksyariahbukopin.co.id dan situs www.ojk.go.id. Data diambil
langsung dari laporan keuangan triwulan yang tersedia di situsnya, data diambil
mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2018 kuartal II yaitu bulan Juni. Data
yang diperoleh kemudian diolah menggunakan program LISREL 8.8 versi
Student. Berikut ini laporan keuangan triwulan PT Bank Syariah Bukopin :
Tabel 4.1
Laporan Keuangan Triwulan PT Bank Syariah Bukopin
55
103 Trianto Budi, Riset Modelling, (Pekanbaru : Adhuha Institute, Juli 2016), h.113
57
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
TA ,133 33 ,200 ,930 33 ,034
DPK ,111 33 ,200* ,937 33 ,057
NPF ,136 33 ,124 ,945 33 ,095
FDR ,146 33 ,072 ,815 33 ,000
OHC *
,117 33 ,200 ,931 33 ,038
FBI ,133 33 ,145 ,932 33 ,039
PMB ,099 33 ,200* ,905 33 ,007
104
Ibid., h.120
58
terlihat bahwa nilai Sig. pada Variabel Total Aset sebesar 0,200 ; Variabel Dana
Pihak Ketiga sebesar 0,200 ; Variabel Non Performing Financing sebesar 0,124 ;
variabel Financing to Deposit Ratio sebesar 0,072 ; variabel Overhead Cost
sebesar 0,200 ; Variabel Feebased Income sebesar 0.145 ; dan Variabel
Pembiayaan sebesar 0.200. Variabel tersebut lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi normal. Dengan
demikian data yang diuji telah berdistribusi normal serta bisa dianggap mewakili
popolasi yang merupakan syarat untuk dilakukannya parametric test.
b. Uji Homoskedastisitas
Homoskedastisitas adalah variance variabel dependent yang bisa
menerangkan hubungan dependent tidak terkonsentrasi hanaya pada limited range
variabel dependent pada masing-masing nilai variabel independent, dengan kata
lain, sebaran (variance) nilai variabel dependent harus relative sama dengan
masing-masing nilai variabel predictor.105Jika nilai tersebut tidak sama dengan
nilai independent variabel maka hal tersebut dinamakan dengan
hetersokedastisitas. Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya
heteroskedastisitas dengan melakukan uji Scatterplot sebagai berikut :
105
Hair,dkk, Multivariate Data Analysis, Sixth Edition, (Prentice Hall : Pearson Education
International, 2006), h. 120
59
Gambar. 4.6
Scatterplot Uji Homoskedastisitas
c. Uji Multikolonilieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui apakah hubungan
diantara variabel bebas memiliki masalah multikorelasi atau tidak.
Multikolonieritas adalah korelasi yang sangat tinggi atau sangat rendah yang
terjadi pada hubungan diantara variabel bebas. Uji multikorelasi perlu
dilakukan jika variabel bebasnya lebih dari satu. Menurut wijaya, ada
beberapa cara mendeteksi ada tidaknya multikolonieritas, sebagai barikut: 106
Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empriris
yang sangat tinggi, tetpai secara individual variabel bebas banyak yang tidak
signifikan mempengaruhi variabel terikat. Jika korelasi diantara variabel
bebas sangat tinggi (>0,90), hal ini merupakan indikasi adanya
multikolonieritas. Multikolonieritas dapat juga dilihat dari nilai VIF
(variance-inflating factor) jika nilai VIF < 10, tingkat kolonieritas dapat
ditoleransi. Adapun hasil uji multikolonieritas sebagai berikut:
Tabel 4.4.
Hasil Uji Multikolonieritas
106
Sarjono dan Julianita. SPSS Vs LISREL, Sebuah Pengantar Aplikasi Untuk Riset
(Jakarta : Salemba Empat, 2011), h. 122
60
d. Uji Linieritas
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah data bersifat linier
atau mengikuti garis linier atau tidak. Uji linieritas dapat diketahui melalui
nilai sig. pada Deviation from Linierity. Jika nilai Sig. pada Deviation from
Linierity > 0,05 maka hubungan antar variabel tersebut bersifat linier. 107
Tabel 4.5
Hasil Uji Linieritas Variabel Total Aset (TA) Terhadap Pembiayaan
(PMB)
Dari hasil output SPSS tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai Sig.
pada Deviation from Linierity yakni Total Aset (TA)*Pembiayaan (PMB) =
0,708 lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut
bersifat linier.
107
Trianto Budi, Riset Modelling, (Pekanbaru : Adhuha Institute, Juli 2016), h.123
61
Tabel 4.6.
Hasil Uji Linieritas Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) Terhadap PMB
(Pembiayaan)
Dari hasil output SPSS tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai Sig.
pada Deviation from Linierity yakni Dana Pihak Ketiga (DPK)*Pembiayaan
(PMB) = 0,306 lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data
tersebut bersifat linier.
Tabel 4.7.
Hasil Uji Linieritas Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) Terhadap Total Aset
(TA)
Dari hasil output SPSS tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai Sig.
pada Deviation from Linierity yakni Dana Pihak Ketiga (DPK) *Total Aset
(TA) = 0,646 lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data
tersebut bersifat linier.
62
Tabel 4.8.
Hasil Uji Linieritas Variabel Feebased Income (FBI) Terhadap Total Aset
(TA)
Dari hasil output SPSS tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai Sig.
pada Deviation from Linierity yakni Feebased Income (FBI) *Total Aset
(TA) = 0,348 lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data
tersebut bersifat linier.
Tabel 4.9.
Hasil Uji Linieritas Variabel Non Performing Financing (NPF) Terhadap
PMB (Pembiayaan)
Dari hasil output SPSS tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai Sig.
pada Deviation from Linierity yakni Non Performing Financing (NPF)
*Pembiayaan (PMB) = 0,350 lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa data tersebut bersifat linier.
63
Tabel 4.10.
Hasil Uji Linieritas Variabel Non Performing Financing (NPF) Terhadap
Total Aset (TA)
Dari hasil output SPSS tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai Sig.
pada Deviation from Linierity yakni Non Performing Financing (NPF) *Total
Aset (TA) = 0,564 lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data
tersebut bersifat linier.
Tabel 4.11.
Hasil Uji Linieritas Variabel Financing to Deposite Ratio (FDR) Terhadap
PMB (Pembiayaan)
Dari hasil output SPSS tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai Sig.
pada Deviation from Linierity yakni Financing to Deposit Ratio (FDR)
*Pembiayaan (PMB) = 0,622 lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa data tersebut bersifat linier.
64
Tabel 4.12.
Hasil Uji Linieritas Variabel Overhead cost (OHC) Terhadap PMB
(Pembiayaan)
Dari hasil output SPSS tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai Sig.
pada Deviation from Linierity yakni Overhead Cost (OHC) *Pembiayaan
(PMB) = 0,257 lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data
tersebut bersifat linier.
e. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu (disturbance term) pada
periode (t-1). Masalah Autokorelasi sering terjadi pada date time series,
sementara pada data cross section sangat jarang terjadi sehingga uji
autokorelasi tidak wajib dilakukan pada penelitian yang menggunakan data
cross section. Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan melakukan uji Darbin-
Watson (DW). Keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah :108
o Bila nilai DW berada diantara dU sampai dengan 4-dU, koefisien
korelasi sama dengan nol. Artinya tidak terjadi autokorelasi
o Bila nilai DW lebih kecil daripada dL, koefisien korelasi lebih besar
daripada nol. Artinya terjadi autokorelasi positif.
108
Ibid., h.123
65
o Bila nilai DW lebih besar daripada 4-dL, koefisien korelasi lebih kecil
daripada nol. Artinya terjadi autokorelasi negative.
o Bila nilai DW terletak diantara 4-dU dan 4-dL, hasilnya tidak dapat
disimpulkan.
Tabel 4.13.
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
FBI_2 Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
1,00 1 ,990a ,981 ,977 229513,73671 1,994
a. Predictors: (Constant), FBI, OHC, FDR, NPF, DPK, TA
b. Dependent Variable: PMB
3. Analisis Jalur
Covariance Matrix
Fee Based Income (FBI) sebesar 0.00. gambaran kovarian ini menunjukkan
bahwa Fee Based income tidak berpengaruh terhadap variabel lainnya yang
ada dipenelitian ini.
Kovarian variabel Over Head Cost (OHC) dengan variabel variabel
Over Head Cost (OHC) itu sendiri sebesar 0.21 ; variabel Over Head Cost
(OHC) dengan variabel Fee Based Income (FBI) sebesar -0.03. kemudian
variabel Fee Based Income (FBI) dengan variabel Fee Based Income (FBI)
itu sendiri sebesar 0.26. gambaran kovarian diatas menunjukkan bahwa
variabel Over Head Cost (OHC) berpengaruh paling besar kepada variabel
Total Aset (TA) dan variabel Pembiayaan (PMB) sebesar 0.13.
b. Structural Equations
Structural Equation menunjukkan bahwa ini merupakan persamaan
structural yang dihasilkan oleh output LISREL. Ada dua persamaan structural
structural yang dihasilkan yaitu :
Structural Equations
Degrees of Freedom = 2
Full Information ML Chi-Square = 5.64 (P = 0.060)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.25
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.51)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.072
sempurna (Fit is Perfect) apabila nilai Chi-Square sebesar 0 dan nilai P lebih
besar dari 0,05.109
4. Path Diagram
Gambar 4.7
Diagram Jalur Model Estimates
109
Ghazali & Fuad. 2008. Structural Equations Modeling, Teori, Konsep dan Aplikasi
dengan Program LISREL 8,54. Badan Penerbit Universitas Diponogoro, Semarang, hal. 29.
73
Gambar 4.8
Diagram Jalur t-Value
Tabel 4.14.
Hasil Pengujian Hipotesis
C. Pembahasan Penelitian
110Faridah Yuliani,rer pol Heri Kuswanto,”Peramalan aset dengan memperhatikan dana pihak ketiga (DPK) dan
pembiayaan perbankan syari’ah di Indonesia dengan metode fungsi transfer”. Dalam Jurnal .h.1.
76
berisiko untuk terjadinya gagal bayar nasabah, dan merugikan bank. Disamping
itu kenaikan total aset tetapi tidak diikuti oleh pembiayaan dikarenakan aset yang
meningkat bukan berasal dari dana pihak ketiga yang harus segera disalurkan ke
pembiayaan untuk menjaga FDR suatu bank, melainkan kenaikan total aset
berasal dari tambahan modal yang terus menerus didapatkan perseroan dalam
menjalan kegiatannya seperti Gedung baru, pembukaan cabang dan kantor kas
baru, investasi terhadap Teknologi dll, sehingga tidak mengharuskan bank untuk
meningkatkan pembiayaannya.
111Syukriah Selvie, et. al.,” pengaruh dana pihak ketiga, suku bunga kredit, dan modal bank terhadap penyaluran
kredit pada bank perkreditan rakyat konvensional di Indonesia”. Dalam jurnal Megister Akuntansi,pascasarjana UNSYIAH
Kuala.ISSN : 2302-0164.h.55.
77
Hipotesis ketiga (H3) adalah: Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh terhadap
Total Aset (TA) pada PT Bank Syariah Bukopin. Berdasarkan hasil analisis data
didapat bahwa koefisien jalur hubungan antara Dana Pihak Ketiga (DPK) dan
Total Aset (TA) sebesar 0,97 dengan nilai t-hitung yang dihasilkan adalah
sebesar 28,8. Nilai ini lebih besar dari nilai t-tabel sebesar 2,05. Oleh
karenanya hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima (H 3
diterima). Dapat dideskripsikan bahwa meningkatnya Dana Pihak Ketiga pada
PT Bank Syariah Bukopin dari tahun 2010 s/d 2018 juga diikuti oleh Total
Aset (TA), dikarnakan Dana Pihak Ketiga yang berhasil dihimpun disalurkan
melalui pembiayaan dan bentuk lainnya yang menghasilkan aset bagi bank itu
sendiri. Tingginya Dana Pihak Ketiga yang ada di Bank Syariah Bukopin maka
112 Ustad Fattah Alhakim,”Pengaruh tingkat perkembangan dana pihak ketiga terhadap pemberian pembiayaan
bank akan mengubah dana pihak ketiga tersebut kedalam bentuk aset atau
pembiayaan sehingga total aset pada tahun peneltian meningkat.
Ini sejalan dan seirama dengan penelitian yang menyebutkan bahwa terjadi
korelasi yang tinggi antara Aset, DPK dan aset dengan pembiayaan,
menunjukkan bahwa ada hubungan linier yang kuat antara aset dengan DPK
serta aset dengan pembiayaan. korelasi ini cenderung bernilai positif, artinya
jika nilai DPK naik maka nilai aset akan naik pula, sedangkan pada
pembiayaan, jika pembiayaan naik, maka nilai aset juga akan naik pula.113
113Ibid,.
79
114Wahyu Dwi Priatmoko,”Pengaruh pendapatan bunga kredit dan pendapatan non bunga (fee based income)
terhadap kinerja keuangan (Return on assets)”. (Tesis Fakultas Ekonomi. Universitas Brawijaya.Malang 2014).h.1
115Isnaini ,”Analisis pengaruh dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil, non performing financing dan modal sendiri
performing loan sebagai variabel pemoderasi”. Dalam E-jurnal Akuntansi univ.Udayana.ISSN : 2302-8556.2018.h.1206.
117
Ibid.,h.6.
80
membawa dampak negatif disisi pembiayaan karna bank harus lebih berhati
hati lagi dalam menyelurkan pembiayaan. Tetapi penelitian pada PT Bank
Syariah Bukopin tahun penelitian 2010- Juni 2018 ini menggambarkan bahwa
NPF tidak berpengaruh terhadap pembiayaan dan menolak beberapa teori yang
menyebutkan NPF berpengaruh terhadap pembiayaan.
118 Wuri Arianti Novi.”Analisis pengaruh DPK,CAR,NPF,dan ROA terhadap pembiayaan dan profitabilitas pada
akhirnya dapat diliquidasi oleh regulator. Dengan kata lain, NPF pada PT Bank
Syariah Bukopin selama tahun penelitian walaupun terjadi kenaikan yang tidak
terlalu signifikan tetapi tidak mempengaruhi total aset pada perseroan.
119Putu Desi Miadalyni, et, al,.”Pengaruh Loan to Deposit Ratio, Loan to Asset Ratio, Capital Adequacy Ratio
dan kualitas aktiva produktif terhadap profitabilitas pada PT. Bank Pembangunan daerh Bali”. (Thesis Udayana.2011)
H.1545.
120I Dewa Agung Nanditya Putra,”pengaruh pinjaman yang diberikan terhadap nilai perusahaan dengan non
performing loan sebagai variabel pemoderasi”. Dalam E-jurnal Akuntansi univ.Udayana.ISSN: 2302-8556.2018.h.
1203.
121Amalia Yuianadkk, et, al,.”Pengaruh LDR, CAR, ROA dan NPL terhadap penyaluran kredit pada bank umum
122Alfin Apriyana.”Faktor faktor yang mempengaruhi efisiensi biaya perbankan dikawasan Asean”. Dalam
mampu memberikan pelayanan terbaik dan maksimal kepada nasabah dan pada
akhirnya akan meningkatkan penilaian terhadap kinerja perbankan tersebut.124
124Ibid,.h.328.
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
85
85
Aset (TA) pada Bank Syariah Bukopin tahun penelitian Januari 2010 s/d
Juni 2018.
4. Fee Based Income (FBI) berpengaruh negatif terhadap Total Aset (TA).
Berdasarkan hasil analisis data didapat bahwa koefisien jalur hubungan
antara Fee Based Income (FBI) dan Total Aset (TA) sebesar -0,00 dengan
nilai t-hitung yang dihasilkan adalah sebesar -0,07. Nilai ini lebih besar
dari nilai t-tabel sebesar 2,05. Oleh karenanya hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini dapat ditolak (H5 ditolak). Maka Fee Based Income
(FBI) berpengaruh negatif terhadap Total Aset (TA) pada PT Bank Syariah
Bukopin tahun penelitian Januari 2010 s/d Juni 2018.
5. Non Performing Financing (NPF) berpengaruh negatif terhadap
Pembiayaan (PMB). Berdasarkan hasil analisis data didapat bahwa
koefisien jalur hubungan antara Non Performing Financing (NPF) dan
pembiayaan sebesar -0,00 dengan nilai t-hitung yang dihasilkan adalah
sebesar -1,93. Nilai ini lebih kecil dari nilai t-tabel sebesar 2,05. Oleh
karenanya hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ditolak (H 6
ditolak). Maka Non Performing Financing (NPF) berpengaruh negatif
terhadap Pembiayaan (PMB) pada PT Bank Syariah Bukopin tahun
penelitian Januari 2010 s/d Juni 2018.
6. Non Performing Financing (NPF) berpengaruh negatif terhadap Total Aset
(TA). Berdasarkan hasil analisis data didapat bahwa koefisien jalur
hubungan antara Non Performing Financing (NPF) dan Total Aset
sebesar 0,02 dengan nilai t-hitung yang dihasilkan adalah sebesar 0,40.
Nilai ini lebih kecil dari nilai t-tabel sebesar 2,05. Oleh karenanya
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat ditolak (H 5 ditolak).
Maka Non Performing Financing (NPF) tidak berpengaruh/negatif
terhadap Total Aset (TA) pada PT Bank Syariah Bukopin tahun penelitian
Januari 2010 s/d Juni 2018.
7. Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh positif terhadap
Pembiayaan (PMB). Berdasarkan hasil analisis data didapat bahwa
koefisien jalur hubungan antara Financing to Deposit Ratio (FDR) dan
86
B. Saran-Saran
Berdasarkan uraian kesimpulan tersebut, terdapat beberapa saran yang
dapat dikemukakan yaitu sebagai berikut
1. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar menambah jumlah sampel
dan variabel diluar variabel penelitian ini, seperti variabel lingkungan
sekitar, toleransi akan resiko, dan potensi kewirausahaan, karena semakin
banyak sampel dan variabel maka diharapkan penelitian tersebut lebih
baik.
2. Bagi dosen mata pelajaran Kewirausahaan, melihat hasil temuan bahwa
motivasi berwirausaha teramat penting dalam menumbuhkan minat
mahasiswa dalam berwirausaha maka dosen diharapkan selalu
memberikan keyakinan kepada mahasiswa untuk pantang menyerah
mencoba berwirausaha dengan cara memberikan contoh nyata wirausaha
sukses beserta perjuangan yang dilalui untuk mencapai kesuksesan
tersebut.
87
Daftar Bacaan
El-Ashker, Ahmed dan Rodney Wilson, Islamic Economic, USA : Danvers, 2006
El-Diwani ,Tarek, The problem with Interest, Jakarta : Akbar Media Eka Sarana.
2003
IAI, BI, Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah (PAPSI) , Jakarta Biro Perbankan
Syariah Bank Indonesia, 2013.
89
Maha Alandejani.”Non performing loans in the GCC banking sectors : does the
islamic finance better”.Volume.42.december 2017.