Anda di halaman 1dari 90

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan lembaga keuangan syariah khususnya Perbankan Syariah di


Indonesia, dapat dilihat dari data statistik yang dimiliki OJK selaku Regulator dan
Monitor Segala aktivitas perbankan Syariah. mengalami perkembangan yang
cukup pesat. Bank Indonesia mencatat dalam kurun waktu yang relatif singkat
perbankan syariah telah tumbuh sebesar lebih dari 27 kali, aset total yang dimiliki
oleh perbankan syariah pada tahun 2000 mencapai Rp 1,79 Triliun dan pada akhir
2008 mencapai Rp 49,6 Triliun serta akhir Oktober 2013 mencapai Rp 229,5
Triliun.1 Pada tahun 2014 nilai total aset tersebut bertambah menjadi Rp 272,34
Triliun ini artinya selama periode tahun 2010-2014 rata-rata tumbuh sebesar 33,5
persen. 2 Pertumbuhan ini signifikan di Desember 2015 dimana peningkatan aset
menjadi sebesar Rp 296,26 Triliun dan naik di Desember 2016 menjadi Rp
356,50 Triliun atau meningkat sebesar 20,33 % terakhir pada Februari 2018
bertambah sebesar Rp 429,36 Triliun. Kenaikan yang selalu meningkat ini tidak
terlepas dari kerja keras insan perbankan syariah dan masyarkat indonesia dalam
memajukan perbankan syariah di indonesia.
Saat ini perbankan syariah memiliki 13 Bank Umum Syariah (BUS) dan
yang lainnya masih berbentuk Unit Usaha Syariah (UUS). Dalam kegiatan
usahanya beberapa bank memiliki batasan batasan dalam melakukan kegiatan
operasionalnya, dimana batasan tersebut tergantung dari besaran modal inti yang
disetorkan oleh pemegang saham. Batasan operasional tersebut diatur oleh BI
dengan sebutan Bank Umum Kategori (BUKU) I,II,III,IV. Semakin tinggi tingkat
kategori usaha (BUKU) suatu bank, maka semakin banyak kegiatan operasional
yang diperbolehkan oleh BI.

1 Fauziyah Adzimatinur, Sri Hartoyo dan Ranti Wiliasih,”Factors affecting the amount of financing Islamic

Banking in Indonesia”. Dalam Jurnal Al-Muzara’ah ISSN IPB, Hal : 106.


2 Maltuf Fitri,” Peran Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam kinerja lembaga pembiayaan syariah dan faktor-faktor

yang mempengaruhinya”. Dalam Jurnal Vol. VII, Hal : 73.

1
2

Berikut daftar Bank Umum Kategori Usaha Syariah (BUKU) satu di


Indonesia ialah sebagai berikut :
Tabel 1.1
Daftar Bank Umum Syariah Kategori Usaha Satu (BUKU 1)

Bank Syariah Bukopin merupakan bank yang termasuk kategori bank


umum kategori usaha satu (BUKU I) dimana modal inti dibawah 1 T. Dilihat dari
data statistik OJK dan laporan keuangan masing – masing Bank Umum Syariah,
bahwa Bank Syariah Bukopin merupakan bank dengan aset tertinggi di buku I
dengan total equitas terbesar di Indonesia dengan hampir Rp 1 T. Sehingga
dengan penambahan modal yang tidak terlalu banyak maka dapat naik ke bank
umum kategori usaha dua (BUKU II). Kemudian Bank Syariah Bukopin
menduduki posisi ke dua dalam hal Total Aset dengan besar Rp 7,1 T. Dilihat dari
segi pembiayaannya berada di posisi pertama sebesar Rp 4.5 T. Ini
menggambarkan bahwa PT. Bank Syariah Bukopin sangat gencar melakukan
ekspansi pembiayaan dan mampu mengelola risiko serta telah matang untuk lebih
meluaskan kegiatan usaha syariahnya. Tetapi pada sisi FDR tidak terlalu baik, ini
dikarnakan perusahaan sangat mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam
kegiatan pemberian pembiayaan, sehingga dana masyarakat yang disalurkan
menjadi lebih berkah dan menguntungkan karna disalurkan dengan baik dan
Prudent. Sehingga perlu dilakukan penelitian dan Bank Syariah Bukopin tepat
dijadikan objek penelitian dikarnakan sudah barang tentu banyak investor yang
tertarik dengan perseroan.
Di samping memiliki equitas yang besar, serta ditambah dengan
banyaknya pembiayaan yang disalurkan oleh perseroan, namun jumlah laba yang
dihasilkan oleh perseroan masih belum optimal seperti yang diharapkan oleh
stakeholder, padahal perseroan telah banyak melakukan ekspansi dari segi
3

pembiayaan dan memiliki total penyaluran pembiayaan yang terbesar tetapi laba
yang diinginkan belum seluruhnya sesuai yang diharapkan. Dimana diyakini
bahwa ada beberapa faktor lain yang penyebab hal tersebut.
Beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang faktor faktor yang
mempengaruhi pembiayaan di bank syariah maupun BPRS namun beberapa
kesimpulan penelitian menghasilkan pendapat yang berseberangan satu dengan
yang lainnya, seperti penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat tidak
signifikannya variabel dana pihak ketiga dengan pembiayaan.3 artinya bahwa
semakin banyak dana masyarakat yang terkumpul pada suatu bank maka tidak
selalu diikuti oleh penyaluran pembiayaan. ini bertentangan dengan penelitian
lainnya bahwa dana pihak ketiga memiliki pengaruh positif terhadap pembiayaan
pada bank syariah di Indonesia. 4 Penelitian ini diperkuat oleh penelitian lainnya
bahwa perkembangan Aset perbankan syariah di Indonesia dipengaruhi oleh dana
pihak ketiga dan total pembiayaan.5
Kemudian penelitian lain menyebutkan bahwa Non Performing Financing
(NPF) tidak memiliki pengaruh terhadap pembiayaan mudharabah dimana NPF
yang semakin naik tidak membawa perubahan pada sisi pembiayaan, diikuti oleh
penelitian di Bank Muamalat mengatakan bahwa CAR,NPF dan ROA tidak
berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan. 6 Namun penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian berikutnya yang menunjukkan bahwa dana pihak ketiga dan
NPF secara simultan memiliki pengaruh terhadap pembiayaan bagi hasil. 7
Semakin besar nilai NPF kepercayaan masyarakat akan semakin kecil pada bank
untuk menyimpan dananya, dimana penurunan maupun kenaikan dana akan
mempengaruhi penyaluran pembiayaan. 8 Variabel Financing to Deposit Ratio

3 Ustad Fattah Alhakim,”Pengaruh tingkat perkembangan dana pihak ketiga terhadap pemberian pembiayaan

pada BMT di Magelang” (Thesis Keuangan dan perbankan syariah).h. 81.


4 Rina Destiana,”Analisis dana pihak ketiga dan risiko terhadap pembiayaan musyarakah dan mudharabah pada

bank syariah di Indonesia”. Dalam Jurnal Vol.XVII,No.02. h. 42.


5 Faridah Yuliani,rer pol Heri Kuswanto,”Peramalan aset dengan memperhatikan dana pihak ketiga (DPK) dan

pembiayaan perbankan syari’ah di Indonesia dengan metode fungsi transfer”. Dalam Jurnal .h.1.
6 Wuri Arianti Novi.”Analisis pengaruh DPK,CAR,NPF,dan ROA terhadap pembiayaan dan profitabilitas pada

bank syariah”. (Tesis Fak Ekonomi.UNDIP 2010) ,h.1.


7 Pengaruh dana pihak ketiga, non performing financing, return on aset, capital adequacy ratio, terhadap

pembiayaan bagi hasil, pada bank umum syariah di Indonesia periode 2010-2013. Dalam Jurnal Manajemen, Vol. 02
2015. H.1.
8 Silva Tri Putrisatya,Analisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Return on assets (ROA), dan Non

performing financing (NPF) terhadap pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah”. (Thesis Fak,
Ekonomi.Univ.UMY.2016),h.1.
4

(FDR) juga berpengaruh terhadap pembiayaan, bahwa semakin baik tingkat FDR
suatu bank maka semakin baik pula rasio dana pihak ketiga. 9
Dengan banyaknya berbagai kesimpulan penelitian yang tidak sesuai satu
dengan berbagai penelitian yang lainnya, membuat peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang beberapa variabel yang mempengaruhi pembiayaan,
di mana pembiayaan merupakan salah satu sumber pendapatan bank terbesar.
Objek penelitian tesis ini ialah pada PT. Bank Syariah Bukopin dimana
peneliti bertugas dan menggeluti tentang pembiayaan sehingga mempermudah
dalam pengambilan data dan penulis paham akan bidang pembiayaan dimana
bidang yang digeluti selama ini. Berikut ini rincian kenaikan dan penurunan pada
pembiayaan dan indikator pembiayaan di PT. Bank Syariah Bukopin ialah sebagai
berikut :

Tabel 1.2

Tabel laporan Keuangan Publikasi Tahunan PT. Bank Syariah Bukopin


(dalam jutaan)

9 Slamet Riyadi,”Pengaruh pembiayaan bagihasil , pembiayaan jual beli, Financing to Deposit Ratio, dan non

performing Financing terhadap profitabilitas bank Umum syari’ah di Indonesia”. Dalam Accounting Analysis Journal.h.
469.
5

Pada tahun 2011 Jumlah pembiayaan yang disalurkan naik sebesar 1.9 T
tetapi Biaya Operasional, NPF, FDR turun masing – masing sebesar 143 M,
1.74%, 83.66%. kemudian di tahun 2012 terjadi kenaikan NPF disertai kenaikan
PYD, DPK dan Biaya Operasional yang mengakibatkan turunnya Aset, FDR dan
Fee Based perusahaan masing masing sebesar 2.7 T, 99,31% , 27T. Selanjutnya
tahun 2013 terjadi kenaikan Total Aset, DPK, Pembiayaan dan Fee Based, tetapi
tidak diikuti oleh NPF dan biaya operasional yang mana ini berbanding terbalik
dengan tahun sebelumnya. Kemudian di tahun 2014 Total Aset, DPK, Fee Based,
dan Biaya Operasional naik tetapi tidak diikuti oleh Pembiayaan yang diberikan,
NPF, FDR yang malah turun masing masing sebesar 3.2 T, 4.07% dan 81.37%.
selanjutnya di tahun 2015 terjadi kenaikan hampir di seluruh variabel penelitian,
hanya NPF yang turun sebesar 2.99%. dan yang terakhir di tahun 2016 Total Aset,
Fee Based dan Biaya Operasional naik tetapi tidak diikuti oleh variabel
lain.Terakhir pada tahun 2017 semua variabel terjadi kenaikan dengan perbaikan
keuangan manajemen.
Dari fenomena keuangan yang telah diuraikan di atas, tidak sesuai dan
senada dengan beberapa teori dan penelitian yang dilakukan sebelumnya, di mana
terdapat korelasi yang tinggi antara aset dan DPK dan aset dengan pembiayaan
menunjukkan adanya hubungan linier yang kuat dab korelasi ini cenderung
positif. 10 DPK merupakan salah satu factor yang mempengaruhi pembiayaan,
semakin besar DPK yang berhasil dihimpun oleh bank syariah, maka semakin
besar pula pembiayaan yang akan disalurkannya. kenaikan NPF akan
menyebabkan penyaluran dana berkurang atau sebaliknya menurunnya jumlah
NPF akan menaikkan jumlah penyaluran dana bank syariah kepada masyarakat.11
Penelitian lain bahwa variabel DPK dan FDR yang berpengaruh signifikan
terhadap volume pembiayaan, sedangkan NPF tidak berpengaruh signifikan
terhadap volume pembiayaan. secara parsial bahwa DPK dan modal bank

10 Faridah Yuliani,rer pol Heri Kuswanto,”Peramalan aset dengan memperhatikan dana pihak ketiga (DPK) dan

pembiayaan perbankan syari’ah di Indonesia dengan metode fungsi transfer”. Dalam Jurnal.h.1.
11Septiana Ambarwati, “Faktor – faktor yang mempengaruhi pembiayaan di bank syariah di indonesia”.(Thesis,

program pasca sarjana. Universitas Indonesia. Th.2008). h.20.


6

berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran pembiayaan, sementara


suku bunga tidak mempengaruhi. 12
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas penulis sangat tertarik untuk
meneliti variabel Total Aset, Dana Pihak Ketiga, Non performing Financing,
Financing to Deposite Ratio, Overhead Cost, Fee Based Income dan Pembiayaan
serta hubungan ketiga variabel tersebut secara bersama sama menjadi sebuah
penelitian. Karna alasan itulah peneliti mencoba merumuskan sebuah penelitian
dengan judul :“Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Fee Based Income, Non
Performing Financing, Financing to Deposite Ratio, Overhead Cost terhadap
Pembiayaan pada PT. Bank Syariah Bukopin dengan Total Aset sebagai
variabel Intervening”.

B. Identifikasi Masalah
Dari uraian di atas maka penulis dapat mengidentifikasikan permasalahan
dalam penelitian ini adalah :
1. Adanya kenaikan Total Aset yang tidak diikuti oleh pembiayaan.
2. Adanya kenaikan Dana Pihak Ketiga yang tidak diikuti oleh pembiayaan.
3. Adanya kenaikan Dana Pihak Ketiga yang tidak diikuti oleh Total Aset.
4. Adanya kenaikan Fee Based Income yang tidak diikuti oleh Total Aset.
5. Adanya kenaikan Non Performing Financing yang tidak diikuti oleh
pembiayaan.
6. Adanya kenaikan Non Performing Financing yang tidak diikuti oleh Total
Aset.
7. Adanya kenaikan Financing to Deposit Ratio yang tidak diikuti oleh
pembiayaan.
8. Adanya kenaikan Overhead Cost yang tidak diikuti oleh pembiayaan.

12
Syukriah Selvie, et. al.,” pengaruh dana pihak ketiga, suku bunga kredit, dan modal bank terhadap penyaluran
kredit pada bank perkreditan rakyat konvensional di Indonesia”. Dalam Jurnal Megister Akuntansi,pascasarjana UNSYIAH
Kuala.ISSN : 2302-0164),h.55.
7

C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, peneliti perlu membuat
batasan masalah yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini, ini agar
masalah yang diteliti menjadi lebih fokus. Adapun batasan dalam penelitian ini
difokuskan pada :
1. Total Aset yang dimiliki oleh BSB pada tahun penelitian terhadap pembiayaan
yang disalurkan. Di mana Total Aset pada tahun penelitian selalu naik dan
turun yang terdapat di laporan keuangan publikasi Bank Syariah Bukopin.
2. Total Dana Pihak Ketiga yang berhasil dihimpun oleh Bank Syariah Bukopin
selama tahun penelitian, di mana berupa Tabungan, Deposito dan tabungan.
Di mana di luar ketiga instrumen di atas tidak termasuk ke dalam penelitian.
3. Non Performing Financing yang timbul oleh pembiayaan yang telah
diberikan, di mana NPF yang diteliti merupakan NPF Gross, NPF yang di
dalamnya terdapat kriteria lancar sampai dengan Macet selama tahun
penelitian.
4. Financing to Deposite Ratio yang mempengaruhi pembiayaan selama tahun
penelitian.
5. Over Head Cost yang timbul pada tahun penelitian terhadap pembiayaan yang
disalurkan.
6. Fee Based Income yang diperoleh dari Bank Garansi dan Safe Deposite box
selama tahun penelitian.
7. Pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Syariah Bukopin selama tahun
penelitian.

D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh Total Aset terhadap pembiayaan pada PT. Bank Syariah
Bukopin ?
2. Bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga pada terhadap pembiayaan PT. Bank
Syariah Bukopin ?
8

3. Bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap Total Aset pada PT. Bank
Syariah Bukopin ?
4. Bagaimana pengaruh Fee Based Income terhadap Total Aset pada PT. Bank
Syariah Bukopin ?
5. Bagaimana pengaruh Non Performing Financing terhadap pembiayaan pada
PT. Bank Syariah Bukopin ?
6. Bagaimana pengaruh Non Performing Financing terhadap Total Aset pada
PT. Bank Syariah Bukopin ?
7. Bagaimana pengaruh Financing to Deposit Ratio terhadap Total Aset pada PT.
Bank Syariah Bukopin ?
8. Bagaimana pengaruh Overhead Cost terhadap Total Aset pada PT. Bank
Syariah Bukopin ?

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini dilakukan akan dirincikan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Total Aset terhadap
pembiayaan PT. Bank Syariah Bukopin.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap
pembiayaan PT. Bank Syariah Bukopin.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap
Total Aset PT. Bank Syariah Bukopin.
4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Fee Based Income terhadap
Total Aset PT. Bank Syariah Bukopin.
5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Non Performing Financing
terhadap pembiayaan PT. Bank Syariah Bukopin.
6. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Non Performing Financing
terhadap Total Aset PT. Bank Syariah Bukopin.
7. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Financing to Deposite Ratio
terhadap Total Aset PT. Bank Syariah Bukopin.
8. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Over Head Cost terhadap
pembiayaan PT. Bank Syariah Bukopin.
9

F. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-
pihak sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
a. Untuk menambah wawasan peneliti mengenai perkembangan PT. Bank
Syariah Bukopin dalam segi aset, dana pihak ketiga, Non Performing
Financing, Financing to Deposite Ratio, Overhead Cost dan Fee Based
Incomeserta pembiayaan pada 8 tahun terakhir.
b. Sebagai pertimbangan kepada penulis dalam tugas Pengendali Risiko
Pembiayaan dalam penyaluran Pembiayaan di PT. Bank Syariah Bukopin
2. Bagi perusahaan
Sebagai acuan pedoman dan motivasi untuk terus meningkatkan aset, dana
pihak ketiga, Non Performing Financing, Financing to Deposite Ratio,
Overhead Cost dan Fee Based Incomeserta pembiayaan di Indonesia dan
segera mencapai target aset perbankan syariah di Indonesia.

3. Bagi peneliti selanjutnya


Diharapkan dengan selesainya Thesis ini peneliti selanjutnya dapat
mengambil acuan penelitian selanjutnya dan diharapkan berguna bagi bagi
pihak-pihak yang berminat terhadap masalah yang sama.

G. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini ditulis dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut :

Bab pertama, berupa pendahuluan, merupakan kerangka dasar penelitian, yang terdiri dari latar
BAB I : belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kerdua, berupa uraian teori paada bab ini akan diuraikan tentang landasan teori, Membahas
tentang pengertian aset, penggolongan aset, Pengertian Dana Pihak Ketiga (DPK), Komposisi DPK,
pengertian Deposito, Giro dan Tabungan, serta manfaat ketiganya, pengertian Non Performing
BAB II : Financing (NPF), penyebab terjadinya NPF dan penanganan NPF di suatu bank, pengertian Financing
to Deposit Ratio(FDR), pengertian Overhead Cost (OHC), pengertian Fee Based Income, Pengertian
pembiayaan, unsur unsur pembiayaan, Fungsi pembiayaan, tujuan pembiayaan, prinsip pembiayaan,
Aplikasi pembiayaan di perbankan syariah.
10

Bab ketiga, berupa Metodologi penelitian, dalam bab ini akan diungkap jenis penelitian dan
BAB III : pendekatan yang digunakan, lokasi dan waktu penelitian, sumber data, definisi operasional, alat dan
teknik pengumpulan data, hasil uji coba instrumen dan teknik analisis data.
Bab keempat membahas temuan dan hasil penelitian, menganalisa seberapa besar pengaruh Pengaruh
BAB IV : Total Aset, Dana Pihak Ketiga, Non Performing Financing, Financing to Deposite Ratio, Overhead
Cost, Fee Based Income terhadap Pembiayaan pada PT. Bank Syariah Bukopin.
BAB V : Bab kelima merupakan penutup, berisi kesimpulan dan saran.
11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Uraian Teori
1. Aset

Setiap bank yang ada di Indonesia memiliki kategori aset berupa buku I (bank
umum kategori usaha ) sampai dengan buku IV, pembeda setiap buku ialah
berdasarkan Total Aset yang dimiliki oleh suatu bank, semakin besar aset suatu
bank, maka bank tersebut dapat melakukan kegiatan operasionalnya dengan baik,
sehingga dapat menarik minat nasabah dan menghasilkan profit yang baik juga
bagi stakeholder. Secara sederhana, aktiva (asset) dapat didefinisikan sebagai
sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa
lalu dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh
perusahaan.13 pengertian lain menyebutkan bahwa aset merupakan sesuatu yang
mampu menimbulkan aliran kas positif atau manfaat ekonomi lainnya, baik
dengan dirinya sendiri maupun dengan set lain, yang haknya didapat oleh bank
islam sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa masa lalu. 14

a. Pengaruh Total Aset terhadap Pembiayaan


Aset merupakan suatu indikator pertumbuhan bank yang sangat menarik
untuk diteliti, perkembangan aset perbankan syari’ah Indonesia dipengaruhi
oleh dana pihak ketiga (DPK) dan total pembiayaan. 15 Penelitian lain
membuktikan bahwa DPK dan pembiayaan merupakan dua faktor yang
mempengaruhi aset secara siginifikan yang berarti bahwa pengoptimalan aset
dapat dilakukan melalui peningkatan penghimpunan DPK dan
mempromosikan pembiayaan kepada masyarakat.16 Disebutkan bahwa terjadi
korelasi yang tinggi antara Aset, DPK dan aset dengan pembiayaan,

13Jopie Jusuf, Analisis Kredit untuk account officer, (Jakarta : Kompas Gramedia, Mei 2010),h.7.
14Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syari’ah (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), h.103.
15Faridah Yuliani,rer pol Heri Kuswanto,”Peramalan aset dengan memperhatikan dana pihak ketiga (DPK) dan

pembiayaan perbankan syari’ah di Indonesia dengan metode fungsi transfer”. Dalam Jurnal .h.1.
16Ibid,.

11
12

menunjukkan bahwa ada hubungan linier yang kuat antara aset dengan DPK
serta aset dengan pembiayaan. korelasi ini cenderung bernilai positif, artinya
jika nilai DPK naik maka nilai aset akan naik pula, sedangkan pada
pembiayaan, jika pembiayaan naik, maka nilai aset juga akan naik pula.17
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara parsial variabel dana
pihak ketiga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volume pembiayaan
bagi hasil dan memiliki arah positif , yang berarti semakin tinggi dana pihak
ketiga yang berhasil dihimpun maka akan meningkatkan volume pembiayaan
bagi hasil. Variabel lainnya yaki non performing financing (NPF) secara
parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volume pembiayaan
bagi hasil. 18
Salah satu praktisi perbankan syari’ah di Medan mengatakan dengan
meningkatnya suatu aset bank, maka bank tersebut harus bisa menyalurkan
pembiayaan lebih besar lagi di karnakan suatu bank harus menjaga rasio
antara DPK dan pembiayaan agar laba atau spread yang dihasilkan besar dan
akan menguntungkan bank.19 Bank yang memiliki Total Aset yang besar,
berkesempatan untuk menyalurkan pembiayaannya kepada pihak peminjam
dalam jumlah yang lebih besar, sehingga memperoleh keuntungan yang
tinggi. 20 Aset merupakan indikator Kriteria utama, suatu aset adalah manfaat
ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset tersebut, yaitu potensi untuk
memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung arus kas atau
setara kas kepada entitas. Potensi tersebut dapat berbentuk sesuatu yang
produktif, dan dapat menghasilkan kas atau setara kas atau mampu
mengurangi pengeluaran kas atau menurunkan biaya.
Penyajian aset harus dilakukan sedemikian rupa sehingga bisa
dihubungkan dengan komponen laporan posisi keuangan lainnya sehingga
akan menggambarkan jasa atau kewajiban dan modal, sehingga akan

17Ibid,.
18Agung Faizal,”Analisis pengaruh Total Aset , dana pihak ketiga dan non performing financing (NPF) terhadap

volume pembiayaan bagi hasil”.(Thesis jurusan manajemen) Univ.Bengkulu.h.v.


19Mhd. Bakrie, Pimpinan Cabang PT. Bank Syari’ahBukopin Cab, Medan, Wawancara di Medan, Tanggal 25

Mei 2018.
20A.A Yogi Prasanjaya,”Analisis pengaruh rasio CAR,BOPO,LDR dan ukuran perusahaan terhadap

profitabilitas yang terdaftar di BEI”. Dalam E-jurnal Akuntansi univ.Udayana.ISSN : 2302-8556.2013.h.234.


13

menggambarkan laporan posisi keuangan. Aset terbagi atas kelompok aset


lancer dan aset tidak lancer, dan aset lain lain.Standar Akuntansi Keuangan,
aturan akuntansi yang berlaku di tanah air, mewajibkan aset agar disajikan
dalam laporan keuangan (neraca). SAK mengatur secara sistematis dalam
penyajian aset perusahaan di neraca agar lebih mudah dipahami sebagai dasar
pengambilan keputusan pengguna neraca.Pengaturan yang dimaksudkan
untuk memudahkan itu ialah dengan penggolongan aset dalam dua jenis
kategori lancar dan tidak lancer dan aset lain lain.

2. Pengertian DPK (Dana Pihak Ketiga)

Bagi bank konvensional para penabung atau pemilik dana tertarik


menabung atau menempatkan dananya ke bank dikarnakan penawaran tingkat
bunga yang dijanjikan, demikian pula dengan sistem pembiayaannnya, bank
menyaluran dana - dananya kepada pihak pihak yang membutuhkan menurut
tingkat margin atau bagihasil yang diperjanjikan, jadi hubungan nasabah
dengan baik hanyalah sebatas hubungan antara kreditur dan debitur.21 Sangat
berbeda dengan bank syari’ah, di mana bank syari’ah menganggap bahwa
nasabah ialah mitra usaha, di karenakan bank dan nasabah memiliki ikatan
emosional karna telah mempercayai bank syari’ah untuk menyimpan dananya,
dan mengizinkan bank untuk menyalurkannya kepada sektor sektor usaha yang
produktif sesua syari’ah, di mana nasabah telah siap menanggung untung dan
rugi atas uangnya tersebut. Disisi pembiayaan, bank syari’ah juga bermitra
kepada nasabah untuk mengembangkan usaha nasabah serta bank juga telah
siap menanggung untung dan rugi atas kegagalan usaha nasabah. 22 Menurut
PAPSI 2013 Dana Pihak Ketiga adalah simpanan nasabah dalam berntuk
tabungan, giro dan deposito yang dihimpun perbankan syari’ah pada saat
tertentu.

21Zainul Arifin, Dasar-dasar menejemen Bank Syari’ah, (Tangerang : Azkia Publisher, April 2009).h.56.
22Ibid,.
14

a. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Pembiayaan

Penelitian Syukriah menyebutkan bahwa dana pihak ketiga berpengaruh secara


positif dan signifikan terhadap penyaluran pembiayaan pada BPRS di Indonesia.
Artinya semakin tinggi DPK maka semakin tinggi pula penyaluran pembiayaan. 23 Ini
mencerminkan kepada bank umum syari’ah bahwa dana pihak ketiga juga
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan di bank umum syari’ah, ini di
karenakan dana pihak ketiga yang terkumpul harus segera disalurkan secara hati hati
dan prudent kepada masyarakat yang membutuhkan untuk menunjang perekonomian
di daerah ataupun di suatu negara.24
Penelitian selanjutnya menjelaskan bahwa DPK berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pembiayaan, DPK mempunyai pengaruh karna mempunyai aliran
dana utama bank yang mana dapat dipengaruhi oleh nilai NPF. 25 Penelitian lain yang
memiliki keterkaitan variabel dengan penelitian ini mengemukakan bahwa dana pihak
ketiga adalah salah satu faktor yang berpengaruh signifikan dalam penyaluran dana
bank syari’ah.26 Dana pihak ketiga yang telah terhimpun oleh bank melalui tabungan,
deposito dan giro serta bentuk bentuk lainnya harus segera diputar untuk
menghasilkan keuntungan termasuk ke dalam bentuk pembiayaan untuk menghasilkan
keuntungan dan menggerakkan roda perekonomian dengan tujuan untuk meningkatkan
taraf hidup masyarakat.
Tingginya penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) mengindikasikan semakin
meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada perbankan syari’ah sekaligus
menunjukkan bahwa pasar potensi pasar perbankan syari’ah masih besar di Indonesia.
semakin besar dana yang terkumpul maka bank akan menyalurkan pembiayaan
semakin besar, hal itu di karenakan bank tidak akan menganggurkan dananya dan
cenderung menyalurkan dananya untuk menghasilkan keuntungan. Selain itu untuk
menghasilkan spread dan keuntungan yang besar suatu bank harus mencari sumber
23Syukriah Selvie, et. al.,” pengaruh dana pihak ketiga, suku bunga kredit, dan modal bank terhadap penyaluran kredit

pada bank perkreditan rakyat konvensional di Indonesia”. Dalam jurnal Megister Akuntansi,pascasarjana UNSYIAH Kuala.ISSN
: 2302-0164.h.55.
24Ibid,.56.
25Silva Tri Putrisatya,Analisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Return on assets (ROA), dan Non performing

financing (NPF) terhadap pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah”. (Thesis Fak, Ekonomi.Univ.UMY.2016) .h.1
26Dita Andreany,”Analisis pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat bagi hasil, dan Non Performing Financing terhadap

volume pembiayaan berbasis bagi hasil pada perbankan syari’ah di Indonesia,”dalam Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh
2011. h.9
15

dana pihak ketiga yang berbiaya murah, seperti tabungan dll, sehingga bank dapat
menyalurkan pembiayaan dengan margin dan tingkat bagihasil yang kompetitif
dengan pesaing lain. DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran
pembiayaan.27 dana pihak ketiga berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan
bagihasil, dan non performing financing tidak berpengaruh signifikan terhadap volume
pembiayaan bagi hasil. 28
Besar kecilnya dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun sangat bergantung pada
produk Bank Funding (Penarikan Dana) itu sendiri. Semakin menarik produk
simpanan yang ditawarkan maka akan dapat memengaruhi masyarakat untuk
menabung, deposit, atau jadi nasabah giro, sehingga ketersediaan dana mencukupi
untuk aktivitas Bank Lending (pembiayaan/kredit). Selain itu juga berkaitan dengan
pelayanan yang diberikan kepada nasabah dan juga reputasi bank tersebut. 29 Salah satu
sumber dana yang digunakan dalam pembiayaan antara lain dana simpanan atau dana
dari nasabah (DPK).
Semakin besar dana pihak ketiga (DPK) yang tersedia, maka bank syari’ah akan
lebih banyak menawarkan pembiayaan musyarakah.30 Bank memperoleh keuntungan
salah satunya dari pembiayaan, di mana kegiatan pembiayaan tidak dapat dilakukan
tanpa adanya dana yang ingin disalurkan oleh bank, dana tersebutlah yang dinamakan
dana pihak ketiga, untuk memaksimalkan keuntungan, bank harus menyalurkan dana
yang telah dikumpulkannya ke dalam bentuk pembiayaan, apabila tidak maka uang
yang telah terkumpul tadi menjadi beban oleh bank, dikarnakan bank harus membayar
bagihasil setiap bulannya kepada nasabahnya, sebaliknya jika bank mampu untuk
menyalurkan dananya dengan baik, maka bank akan mendapatkan keuntungan
maksimal yang akan dibagikan kepada nasabahnya.

27Ibid,.h.5
28Isnaini ,”Analisis pengaruh dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil, non performing financing dan modal sendiri

terhadap volume pembiayaan berbasis bagihasil pada perbankan syari’ah di Indonesia”.(Thesis


Fak.Ekonomi.Univ.UMY).h.3.
29Matul Fitri,”Peran Dana Pihak Ketiga dalam kinerja lembaga pembiayaan syari’ah dan faktor – faktor yang

mempengaruhinya” Dalam Jurnal Economica Vol. VII/Edisi 1 Mei 2016. H.75


30,.Ibid.
16

b. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Total Aset

Disebutkan bahwa terjadi korelasi yang tinggi antara Aset, DPK dan aset
dengan pembiayaan, menunjukkan bahwa ada hubungan linier yang kuat antara
aset dengan DPK serta aset dengan pembiayaan. korelasi ini cenderung bernilai
positif, artinya jika nilai DPK naik maka nilai aset akan naik pula, sedangkan pada
pembiayaan, jika pembiayaan naik, maka nilai aset juga akan naik pula. 31
Dana Pihak Ketiga yang semakin besar, maka memaksa bank untuk melakukan
ekspansi pembiayaan juga semakin besar untuk dapat memaksimalkan keuntungan
yang seharusnya didapat bank tetapi tetap memperhatikan unsur-unsur dan prinsip
kehati-hatiaan bank. Selain dipergunakan untuk menyalurkan pembiayaan kepada
masyarakat, Dana pihak ketiga juga dapat dipergunakan untuk berbagai macam
kegiatan bank termasuk pembelian sekuritas di bursa saham yang berujung kepada
keuntungan bank dan dapat mengembalikan uang milik masyarakat yang telah
dipercayakan kepada bank tersebut.

3. Pengertian Non performing financing (NPF)

High Risk High Return, merupakan kalimat yang tepat untuk menggambarkan
kegiatan perbankan, di mana banyak risiko yang akan di hadapi oleh perbankan
terutama perbankan syari’ah. Bank Syari’ah dalam menyalurkan pembiayaannya akan
menghadapi sepuluh risiko yang telah disebutkan dalam peraturan Bank Indonesia No.
13/23/PBI/2011 di mana seluruh risiko tersebut akan menyebabkan Non performing
financing.32 Non Performing loan (NPL) atau Non performing financing (NPF) adalah
kredit atau pembiayaan bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi kurang
lancar, diragukan dan macet. Pengertian lain di sebutkan Non performing financing
(NPF) adalah rasio antara pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang
disalurkan oleh bank syari’ah.

31Ibid,.
32Muhammad Taufik,”Pengaruh Financing to Deposit Ratio dan Capital Adequacy Ratio terhadap Return on

Assets dengan Non Performing Financing sebagai vaiabel moderasi pada perbankan syari’ah di Indonesia”. Dalam Jurnal
At-Tawassuth, Vol.2, No. 1, 2017:170-190.h.172.
17

a. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Pembiayaan

Semakin besar pinjaman yang diberikan oleh bank maka semakin besar pula
risiko pembiayaan yang akan dihadapi oleh bank tersebut.33 Rasio NPF
merupakan yang paling penting untuk menentukan kelangsungan hidup suatu
bank, NPF mencerminkan risiko pembiayaan,semakin kecil NPF semakin kecil
pula risiko pembiayaan yang ditanggung pihak bank. 34 Penelitian di Cina
mengemukakan bahwa bank yang memilki rasio NPL yang tinggi akan
mengambil lebih banyak risiko risiko yang dibawa oleh NPL sebagai akibat dari
pembiayaan yang disalurkan oleh bank. 35 Non performing financing akan
berdampak pada menurunnya tingkat bagi hasil yang dibagikan kepada pemilik
dana. Suatu bank hanya akan dapat melakukan kegiatan dan mengembangkan
kegiatan usahanya apabila mendapat kepercayaan dari nasabahnya untuk
menyimpan uangnya. Semakin tinggi NPF mengakibatkan penurunan penyaluran
pembiayaan.36
Semakin besar nilai NPF, kepercayaan masyarakat akan semakin kecil pada
bank untuk menyimpan dananya. peningkatan nilai laba dan peningkatan dana
yang dihimpun dari masyarakat perlu dilakukan bank agar penyaluran
pembiayaan lebih meningkat, tetapi perlu diingat bank harus lebih berhati hati
dalam memilih nasabah agar terhindar dari pembiayaan bermasalah. 37 Bank
merupakan agent of trust di mana bank harus menjaga reputasinya untuk
mempertahankan kepercayaan nasabah yang telah dan akan menyimpan dananya
di bank tersebut. Apabila suatu bank telah kehilangan kepercayaan oleh
nasabahnya, maka nasabah bisa saja menarik dananya secara besar besaran dan
serentak (rush) yang menyebabkan penurunan total aset dan bank kehilangan
modal dan akhirnya dapat diliquidasi oleh regulator.

33I Dewa Agung Nanditya Putra,”pengaruh pinjaman yang diberikan terhadap nilai perusahaan dengan non

performing loan sebagai variabel pemoderasi”. Dalam E-jurnal Akuntansi univ.Udayana.ISSN : 2302-8556.2018.h.1206.
34Ibid,.
35
Ibid.,h.6.
36Silva Tri Putrisatya,Analisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Return on assets (ROA), dan Non

performing financing (NPF) terhadap pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah”.Thesis Fak,


Ekonomi.Univ.UMY.2016.h.1.
37Silva Tri Putrisatya,Analisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Return on assets (ROA), dan Non

performing financing (NPF) terhadap pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah”. (Thesis Fak, Ekonomi.Univ.UMY.2016)
.h.1
18

Penelitian lain menyebutkan bahwa implikasi bagi pihak bank sebagai akibat
timbulnya pembiayaan bermasalah diantaranya akan mengakibatkan hilangnya
kesempatan memperoleh income (pendapatan) dari pembiayaan yang diberikan
sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi rentabilitas
bank. 38 Tidak ada bank yang ingin pembiayaan yang diberikannya gagal bahkan
tidak kembali, untuk itu bank memiliki tingkat analisa dan manajemen resiko
yang komprehensif. Jika suatu bank mengalami kenaikan rasio NPF di atas yang
telah ditentunkan oleh BI yaitu sekitar 5% termasuk sehat, maka suatu bank akan
menahan penyaluran pembiayaannya, dan bahkan menghentikan sementara proses
pembiayaan sampai keadaan NPF suatu bank tersebut kembali dibawah angka
yang telah di tentukan yaitu 5%.
Ciri yang mencolok dari krisis keuangan global baru baru ini adalah
peningkatan dan non performing financing pinjaman di neraca bank, eskalasi
tajam dalam NPL menghadapkan bank terhadap risiko pembiayaan yang
signifikan dan ini juga dapat mengganggu bank dalam memberikan pembiayaan
dan dapat memaksakan merusak pada ekonomi secara keseluruhan. 39 Kegagalan
suatu bank dapat menyebar ke industri keuangan lain menyebabkan efek berantai
dan kemungkinan mengguncang seluruh stabilitas sistem suatu negara maupun
global yang bukan hanya sektor perbankan tetapi juga merusak ekonomi rill suatu
sistem keuangan negara.40 ketika bank menghadapi ancaman kebangkrutan,
mereka cenderung mmenggulirkan pinjaman buruk untuk meningkatkan peluang
mereka untuk pemulihan. 41 Penelitian lain menunjukkan Apabila NPF
menunjukkan nilai yang rendah diharapkan pendapatan akan meningkat sehingga
laba yang dihasilkan akan meningkat, namun sebaliknya apabila nilai NPF tinggi
maka pendapatan akan menurun sehingga laba yang didapat akan turun.42

38Lukman Dendawijaya,”Analisis pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat bagi hasil, dan Non Performing

Financing terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil pada perbankan syari’ah di Indonesia,” Dalam Simposium
Nasional Akuntansi XIV Aceh 2011. h.9
39Amit Ghosh,”Sector-spesific analysis of non performing financing in the US banking system dan their

macroeconomic impact” Dalam .journal of economic and business.Vol.93.Oktober 2017.h.3.


40Dayong Zhang,”Non Performing loans, moral hazard, and regulation of the chinese commercial banking

system” Dalam journal of banking and finance.vol.63.februari 2016.h.4.


41Ibid.,h.7.
42Slamet Riyadi,”Pengaruh pembiayaan bagihasil , pembiayaan jual beli, Financing to Deposit Ratio, dan non

performing Financing terhadap profitabilitas bank Umum syari’ah di Indonesia”. dalam Accounting Analysis Journal.h.469
19

b. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Total Aset

Apabila suatu bank telah kehilangan kepercayaan oleh nasabahnya, maka nasabah
bisa saja menarik dananya secara besar besaran dan serentak (rush) yang menyebabkan
penurunan total aset dan bank kehilangan modal dan akhirnya dapat diliquidasi oleh
regulator.43 Berdasarkan penelitian dihasilkan bahwa rasio pembiayaan macet yang
dikaitkan bank islam rata rata 6,29 % lebih rendah dari pada bank konvensional
dengan rata rata 7,08% menunjukkan bahwa bank bank islam cenderung memiliki
kualitas aset yang lebih tinggi. Dengan demikian mereka lebih mungkin memiliki
risiko kebangkrutan lebih rendah dari pada bank konvensional. 44 ini dikarnakan bank
Islam atau perbankan syari’ah menerapkan prinsip bagihasil kepada semua
nasabahnya, artinya bank akan membagihasilkan keuntungan kepada nasabah jikalau
memang bank memiliki keuntungan, tetapi sebaliknya apabila pembiayaan yang
disalurkan oleh bank syari’ah menciptakan NPF yang tinggi yang menyebabkan bank
merugi, maka bank syari’ah tidak diharuskan untuk berbagihasil kepada nasabah yang
menabung.
Dalam Seminar restrukturisasi perbankan di Jakarta pada tahun 1998 disimpulkan
beberapa penyebab menurunnya kinerja bank, antara lain semakin meningkatnya
pembiayaan bermasalah perbankan, dampak likuidasi bank-bank 1 November 1997
yang mengakibatkan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan
pemerintah, sehingga memicu penarikan dana secara besar-besaran, semakin turunnya
permodalan bank-bank, banyak bank-bank tidak mampu melunasi kewajibannya
karena menurunnya nilai tukar rupiah, manajemen tidak professional. Banyak
perbankan hanya berfokus pada kuantitas , tetapi kualitasnya tidak diperhatikan
akibatnya banyak terjadi NPF.45

Rumus yang digunakan untuk mengukur NPF adalah sebagai berikut :

43
Dayong Zhang,”Non Performing loans, moral hazard, and regulation of the chinese commercial banking
system” Dalam journal of banking and finance.vol.63.februari 2016.h.4.
44Sunil K Mohanty,”Banking efficiencyin gulf cooperation council (GCC) countries : a comparative

study”.journal economics.vol.31.November 2016.h.19.


45Ning Zhu,”Productivity, Efficiency, and non performing financing in the chinese banking industry”. Dalam

The sosial science journal.Vol.52.Issue.4.Desember 2015.h.6.


20

Non Performing Financing = Total Pembiayaan Bermasalah


X 100 %
Total Pembiayaan

Dampak tingginya angka NPF pada sebuah bank bisa berdampak


kepadamasalah likuiditas pada bank tersebut di mana bank tidak mampu
membayar kewajiban jangka pendeknya kepada pihak ketiga. Penyelesaiain NPF
dengan angka rasio yang secara umum menunjukkan kenaikan, tentunya usaha
yang dilakukan juga harus semakin maksimal supaya rasio NPL turun dan
pinjaman makin dapat mengalir untuk nasabah-nasabah saat ini dan berikutnya.
Usaha-usaha ini dapat dilakukan dengan berbagai cara dilihat dari sudut pihak
bank maupun non-bank atau pemerintah. Sudut non-perbankan atau pemerintah
terbagi atas OJK dan Bank Indonesia yang langsung berkaitan dengan seluruh
bank di Indonesia. Dari sudut pemerintah seperti OJK, usaha ini dapat dilakukan
dengan meningkatkan pengawasan pada pihak bank yang rasio NPL-nya sudah
mulai tinggi dengan melihat pada tren laporan keuangan yang sudah diaudit. Bank
Indonesia sebagai pengatur kebijakan perbankan juga dapat mencegah inflasi
dengan menaikkan magin atau bagihasil dan menurunkan jumlah uang beredar,
sehingga NPL akhirnya dapat turun dengan sendirinya. Sementara itu dari sudut
perbankan, usaha menurunkan rasio NPL yang paling jelas dan sering dipakai
adalah rajin-rajin menagih dan mengingatkan nasabah akan cicilan yang
menunggak supaya segera dibayar. Bagaimanapun juga, salah satu faktor
pemengaruh NPL adalah itikad baik nasabah untuk membayar apa yang telah
menjadi kewajibannya hingga lunas. Penanganan NPF bagi bank dapat dilakukan
berupa restrukturing (perubahan jangka waktu), reshceduling (perubahan tanggal
jatuh tempo), reconditioning (Perubahan syarat syarat pembiayaan), AYDA
(Agunan Yang Diambil Alih), pelunasan (pelunasan pembiayaan), take over
(pemindahan pembiayaan ke bank lain atau pergantian nasabah).46

46 Asmi Nur Siwi Kusmiyati,”Risiko Akaddalam Pembiayaan Murabahah pada BMT di Yogyakarta (dari Teori

ke Terapan),dalam Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 1,h. 34.


21

4. Pengertian Fee Based Income (FBI)

Fee based income (pendapatan non magin atau bagihasil) adalah pendapatan
provisi, fee atau komisi yang diterima bank dari pemasaran produk maupun
transaksi jasa perbankan yang dibebankan kepada nasabah sehubungan dengan
produk dan jasa bank yang dinikmatinya. Fee based income adalah keuntungan
yang didapat dari transaksi yang diberikan dalam jasa-jasa bank lainnya
atau selain spread based. Dalam PSAK No.31 Bab I huruf A angka 03
dijelaskan bahwa dalam operasinya bank melakukan penanaman dalam
aktiva produktif deperti pembiayaan dan surat-surat berharga juga diberikan
memberikan komitmen dan jasa-jasa lain yang digolongkan sebagai “fee
based operation”, atau “off balance sheet activities”.

a. Pengaruh Fee based income terhadap Total Aset

Penelitian yang terdahulu menyebutkan bahwa semakin tinggi pendapatan


non operasional suatu bank berpengaruh terhadap meningkatnya suatu aset bank. 47
Pendapatan non operasional salah satunya ialah penjualan aset – aset yang
diperoleh dari penyitaan agunan milik nasabah karena tidak mampu membayar
dan secara langsung mempengaruhi peningkatan aset yang dimiliki oleh bank.
Semakin lengkap jasa bank yang di tawarkan maka semakin baik, hal ini
disebabkan jika nasabah hendak melakukan suatu transaksi perbankan cukup
dilakukan disatu bank saja. menyatakan tentang fee based income sebagai
pengelolaan bank dalam melakukan kegiatannya juga selalu dituntut senantiasa
menjaga keseimbangan pemeliharaan liquiditas dengan kebutuhan profitabilitas
yang wajar serta modal yang cukup sesuai dengan penanamannya. Hal tersebut
perlu dilakukan karna bank dalam usahanya selain menanamkan dana dalam
aktiva produktif juga memberikan komitmen jasa – jasa lainnya yang
menghasilkan fee based income (pendapatan non bagi hasil).

47Wahyu Dwi Priatmoko,”Pengaruh pendapatan bunga kredit dan pendapatan non bunga (fee based income)

terhadap kinerja keuangan (Return on assets)”. (Tesis Fakultas Ekonomi. Universitas Brawijaya.Malang 2014).h.1
22

Pada saat ini seharusnya perbankan tidak hanya mengandalkan pendapatan


dari margin atau bagihasil pembiayaan saja, apabila perbankan hanya
mengandalkan dari instrumen tersebut maka profitabilitas perbankan tidak akan
meningkat. Maka perbankan harus pintar untuk menggali potensi dari layanan
jasa bank yang sering disebut dengan Fee based income.48 Semakin besar fee
based income yang dihasilkan oleh suatu bank, maka pendapatan bank juga akan
semakin besar, di mana fee based income ini tidak berpengaruh terhadap
pembiayaan dikarnakan pembiayaan merupakan proses rangkaian memberikan
pinjaman atau bentuk lainnya di mana memiliki waktu jatuh tempo yang panjang,
sedangkan fee based income tidak memerlukan waktu yang panjang seperti
pembiayaan.
Fee based income yaitu dalam rangka menambah sumber sumber penerimaan
bagi bank serta untuk memberikan pelayanan kepada nasabahnya, bank
menyediakan berbagai bentuk jasa jasa. Semakin pesatnya persaingan antar bank
mendorong tidak hanya mengandalkan pada sumber penerimaannya yang utama
dari penyaluran pembiayaan melainkan juga dari jasa – jasa yang diberikan.
Penerimaan atau income yang berasal dari pemberian jasa – jasa tersebut disebut
fee based income.
Pendapatan non Bagi Hasil atau fee based income ini dianggap cukup
potensial karena beberapa pertimbangan, antara lain sebagai berikut :
a) Pendapatan Non Bagi Hasil ini dapat diperoleh baik dari aktivitas pemberian
pembiayaanmaupun aktivitas lainnya yang bersifat non pembiayaan.
b) Mengandung resiko unpaid (tidak terbayar kembali) yang relatif kecil
karena pembayaran fee ini diterima segera jasa maupun transaksi terjadi atau
saat feetersebut efektif dibebankan.
c) P e ne t a p a n t a r i f f e e o l e h ba n k a t a s s u a t u p r o d u k atau
j a s a n ya t id a k b a n ya k dipergunakan oleh tingkat fee yang diberlakukan
oleh pesaing.
d) Memberikan konstribusi yang cukup besar untuk peningkatan laba bank.

48 Sri Dewi Anggadini,”Analisis Fee based income dampaknya terhadap profitabilitas” dalam jurnal

bisnis,manajemen dan ekonomi,Vol.9. No.9.h.2252


23

Saat ini banyak perbankan yang berfokus terhadap fee based untuk
mendapatkan keuntungan di mana disisi pembiayaan belakangan ini signifikan
menurun dikarnakan ekonomi yang belum membaik. Bank Syari’ah Bukopin
sendiri juga berfokus mengejar pendapatan jasa perbankan atau fee based income.
Adapun dasar pertimbangan bank dalam memilih pendapatan lain lain atau fee
based income yaitu sebagai berikut :49
a) Fee based income merupakan alternatif pendapatan bank disaat pembiayaan
mengalami lesu.
b) Fee based income merupakan pendapatan non operasional yang sangat
minim Risiko akan terjadinya risiko pembiayaan.
c) Proses pengerjaannya lebih sederhana dan tidak sepanjang proses analisa
pembiayaan.
d) Mendapatkan pendapatan lebih cepat, dikarnakan pendapatan dibayar pada
saat akad (Ujroh).

5. Pengertian Financing to Deposite Ratio (FDR)

Financing to deposit ratio merupakan perbandingan antara pembiayaan


yang diberikan dengan dana pihak ketiga. Sedangkan menurut Kasmir Financing
to deposit ratio adalah Rasio yang digunakan untuk mengukur komposisi jumlah
pembiayaan yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan
50
modal sendiri yang digunakan. Berdasarkan pengertian dari para ahli di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa Semakin besar pembiayaan yang diberikan
kepada masyarakat atau nasabah, bank harus mampu mengimbanginya dengan
segera memenuhi kebutuhan akan penarikan kembali dana sewaktuwaktu oleh
deposan. FDR diartikan sebagai perbandingan antara pembiayaan yang diberikan
dengan dana yang diterima bank.51

49M. Bakrie Tanjung, Pemimpin cabang PT. Bank Syari’ah Bukopin cabang Medan, wawancara di

Medan,tanggal 23 Mei 2018.


50Ningsukma Hakiim,”Pengaruh internal Adequency Ratio, Financing to deposit ratio dan biaya operasional

perpendapatan operasional dalam peningkatan profitabilitas industri bank syari’ah di Indonesia”. Dalam Jurnal perbankan
syari’ah, Vol.1.h.68.
51Slamet Riyadi,”Pengaruh pembiayaan bagihasil , pembiayaan jual beli, Financing to Deposit Ratio, dan non

performing Financing terhadap profitabilitas bank Umum syari’ah di Indonesia”.dalam Accounting Analysis Journal.h.469
24

a. Pengaruh FDR terhadap pembiayaan

Semakin tinggi FDR pada suatu bank akan mengakibatkan semakin


rendahnya liquiditas bank tersebut karena jumlah dana yang diperlukan untuk
membiayai pembiayaan menjadi semakin besar, sebaliknya semakin rendah FDR
akan mengakibatkan semakin tingginya liquiditas bank yang bersangkutan. Hal ini
menunjukkan pengaruh pada kemampuan pembiayaan pada suatu bank, karena
semakin tinggi FDR maka kemampuan pembiayaan yang disalurkan oleh bank
juga semakin tinggi dalam membayar kemampuan jangka pendeknya. 52
Loan to Deposit Ratio (LDR) atau Financing to Deposit Ratio (FDR)
secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap aset.53 Penelitian yang
mengemukakan bahwa besarnya FDR akan berpengaruh terhadap laba melalui
penyaluran pembiayaan.54 FDR ini menjadi salah satu rasio likuiditas bank yang
berjangka waktu agak panjang. Penganggaran volume pembiayaan akan
meningkat tergantung besarnya posisi FDR, Net Open Position, dan ROA sebagai
ukuran tingkat keuntungan yang memadai. FDR juga berpengaruh terhadap
Return on Asset yang mana semakin tingginya FDR suatu bank, maka akan
berpengaruh terhadap modal dan penurunan aset suatu bank. Ini dikarenakan bank
harus memenuhi kebutuhan kewajiban jangka pendeknya kepada nasabah.55
Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh
dananya (loan-up) atau relatif tidak likuid (illiquid). Sebaliknya rasio yang rendah
menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk
dipinjamkan. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa suatu bank relatif illiquid
Semakin besarnya penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan dibandingkan
dengan deposit atau simpanan masyarakat pada suatu bank membawa konsekuensi

52Amalia Yuianadkk, et, al,.”Pengaruh LDR, CAR, ROA dan NPL terhadap penyaluran kredit pada bank umum

di Indonesia”. Dalam Jurnal Dinamika Manajemen.Vol.2.September 2014.h.171.


53Putu Desi Miadalyni, et, al,.”Pengaruh Loan to Deposit Ratio, Loan to Asset Ratio, Capital Adequacy Ratio

dan kualitas aktiva produktif terhadap profitabilitas pada PT. Bank Pembangunan daerh Bali”. (Thesis Udayana.2011)
H.1545.
54I Dewa Agung Nanditya Putra,”pengaruh pinjaman yang diberikan terhadap nilai perusahaan dengan non

performing loan sebagai variabel pemoderasi”. Dalam E-jurnal Akuntansi univ.Udayana.ISSN: 2302-8556.2018.h.
1203.
55Ibid,.172
25

semakin besarnya risiko yang harus ditanggung oleh bank yang bersangkutan.
FDR yang tinggi relatif akan menekan CAR bank.
FDR yang terlampau tinggi berarti likuiditas bank kurang baik karena
jumlah DPK tidak mampu menutup pembiayaan yang disalurkan sehingga bank
harus menggunakan dana antarbank (call money) untuk menutup kekurangannya.
Dana dari call money bersifat darurat, sehingga seyogianya bank tidak
menggunakan dana semacam itu untuk membiayai pembiayaan. Dana call money
adalah untuk membiayai missmatch likuiditas jangka sangat pendek. Sebaliknya,
angka FDR yang rendah menunjukkan tingkat ekspansi pembiayaan yang rendah
dibandingkan dengan dana yang diterimanya dan menunjukkan bahwa bank masih
jauh dari maksimal dalam menjalankan fungsi intermediasi. FDR dapat juga
digunakan untuk menilai strategi manajemen sebuah bank. Manajemen bank yang
konservatif biasanya cenderung memiliki Financing to deposit ratio yang relatif
rendah, sebaliknya manajemen bank yang agresif memiliki FDR yang tinggi atau
melebihi batas toleransi.
FDR merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efektifitas bank dalam
menyalurkan dana dalam bentuk pembiayaan dari dana yang berhasil
dihimpunnya dari masyarakat (DPK). semakin tinggi rasio FDR maka
memperlihatkan semakin bagus kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak
ketiga yang dimilikinya dalam bentuk pembiayaan yang diberikan
semakin banyak pembiayaan yang diberikan yang tercermin dalam rasio
FDR maka akan menghasilkan pendapatan yang akan diterima bank dari
penyaluran pembiayaan maka akan semakin meningkatkan profitabilitas bank
yang nantinya akan mmeningkatkan juga nilai perusahaan. 56Sebagian praktisi
perbankan menyepakati bahwa batas aman dari FDR suatu bank adalah sekitar
85%. Namun batas toleransi berkisar antara 85%-100% atau menurut Kasmir
(2003), batas aman untuk FDR menurut peraturan pemerintah adalah maksimum
110-115 %. FDR berfungsi sebagai indikator intermediasi perbankan.Kuncoro
(2002) mengungkapkan bahwa Financing to deposit ratio (FDR) merupakan

56I Dewa Agung Nanditya Putra,”pengaruh pinjaman yang diberikan terhadap nilai perusahaan dengan non

performing loan sebagai variabel pemoderasi”. Dalam E-jurnal Akuntansi univ.Udayana.ISSN: 2302-8556.2018.h.
1208.
26

perbandingan jumlah pembiayaan yang diberikan dengan simpanan masyarakat.


Dalam perbankan syari’ah loan to deposit ratio biasa disebut sebagai Financing to
deposit ratio, yang dirumuskan sebagai berikut :

Financing to Deposite Ratio Pembiayaan yang diberikan


x 100%
(FDR) = Dana Masyarakat

Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, bank yang dianggap sehat


apabila FDR-nya antara 85% – 110%. Pada gilirannya bahwa semakin besar dana
yang disalurkan pada masyarakat maka akan memberikan kesempatan yang besar
kepada bank untuk menuai keuntungan yang besar, walaupun langkah tersebut
mengandung resiko yang besar yaitu berupa resiko pembiayaan. Kebutuhan
likuiditas setiap bank berbeda – beda tergantung antara lain pada kekhususan
usaha bank, besarnya bank dan sebagainya. Oleh karenanya untuk menilai cukup
tidaknya likuiditas suatu bank dengan menggunakan salah satunya FDR perlu
diteliti apakah bank telah memperhitungkan berbagai aspek yang berkaitan
dengan kewajibannya, seperti misalnya memenuhi commitment loan, antisipasi
atas pemberian jaminan bank yang pada gilirannya akan menjadi kewajiban bagi
bank dan sebagainya. Hasil pengukuran tadi kemudian dibandingkan dengan
target dan limit likuiditas yang telah ditetapkan.Dengan demikian akan diketahui
apakah bank mengalami kesulitan likuiditas ataukah kelebihan likuiditas. Semakin
tinggi LDR menunjukkan semakin riskan kondisi likuiditas bank, sebaliknya
semakin rendah LDR menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam
menyalurkan pembiayaan.57
Financing to deposit ratio (FDR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) dan Non performing financing (NPF) secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROE) perbankan syari’ah.
Pengujian secara parsial menunjukkan variabel FDR yang berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas ROE perbankan syari’ah pada tingkat kepercayaan 95%.

57Ningsukma Hakiim,”Pengaruh internal Adequency Ratio, Financing to deposit ratio dan biaya operasional

perpendapatan operasional dalam peningkatan profitabilitas industri bank syari’ah di Indonesia”. Dalam Jurnal perbankan
syari’ah, Vol.1.h.68.
27

Selain itu, Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap
ROA pada Bank Syari’ah di Indonesia, Financing to deposit ratio (FDR) tidak
berpengaruh signifikan terhadap ROA pada Bank Syari’ah di Indonesia.

6. Pengertian Overhead Cost (OHC)

Bank yang efisien merupakan bank yang mampu menekan biaya operasi
dan meningkatkan pendapatan operasi untuk memperoleh keuntungan yang tinggi
serta terhindar dari kondisi bermasalah. 58 Overhead cost adalah biaya - biaya yang
dikeluarkan oleh suatu bank untuk dapat melakukan kegiatan operasionalnya
yaitu funding dan financing untuk menghasilkan keuntungan, di mana
overheadcost ini menjadi pengurang laba suatu bank. Dalam pengertian lain
Overhead cost adalah seluruh biaya (di luar biaya dana) yang dikeluarkan oleh
bank dalam menjalankan kegiatannya.

a. Pengaruh Overhead Cost (OHC) terhadap Pembiayaan

Bank yang inefisiensi dan tidak sehat secara individual dapat melemahkan
sistem keungan melalui margin pembiayaan yang tinggi. 59 Jadi secara parsial
tingginya tingkat inefisiensi suatu bank, dapat mempengaruhi kenaikkan tingkat
margin dan bagi hasil dan secara langsung mempengaruhi total pembiayaan suatu
bank karna tinggi rendahnya margin atau bagihasil suatu bank dapat
mempengaruhi keputusan nasabah. dalam penelitian lain menyebutkan bahwa
semakin tinggi biaya pendidikan maka akan berpengaruh di sisi aktiva bank yang
diperoleh BUS dan UUS di Indonesia. 60 Dikarnakan biaya yang terlalu besar yang
dikeluarkan oleh bank dapat mengurangi perolehan laba pada periode tersebut dan
akan berpengaruh terhadap margin dan tingkat bagihasil yang disalurkan oleh
perbankan.
58A.A. Yogi Prasanjaya,”Analisis pengaruh rasio CAR, BOPO, LDR dan ukuran perusahaan terhadap

Profitabilitas bank yang terdaftar di BEI”. Dalam E-jurnal Akuntansi.Uni.Udayana.ISSN : 2302-8556.2013.h.236.


59Alfin Apriyana.”Faktor faktor yang mempengaruhi efisiensi biaya perbankan dikawasan Asean”. Dalam

Jurnal manajemen Teknologi.Vol.14.no.03.


60Ridwansyah,”Analisis pengaruh biaya pendidikan terhadap peningkatan aset dan laba pada perbankan syari’ah

di Indonesia”. Dalam Jurnal ekonomi.vol.XXII, NO.03.November 2017.h.334.


28

Kinerja perbankan yang rendah akan menyebabkan sektor produktif


kekurangan dana sehingga akan menghambat produksi yang dapat menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan ekonomi suatu negara. Kinerja perbankan salah
satunya diukur melalui efisiensi. Inefisiensi perbankan merupakan salah satu
indikator yang menunjukkan rendahnya kinerja perbankan. Bank yang inefisiensi
dan tidak sehat secara individual dapat melemahkan sistem keungan melalui
margin pembiayaan yang tinggi. 61 Jadi secara parsial tingginya tingkat inefisiensi
suatu bank, dapat mempengaruhi kenaikkan tingkat margin dan bagi hasil dan
secara langsung mempengaruhi total pembiayaan suatu bank karna tinggi
rendahnya margin atau bagihasil suatu bank dapat mempengaruhi keputusan
nasabah.
Perbankan Islam atau perbankan syari’ah memiliki banyak perbedaan
dengan konvensional antara lain sisi kompleksitas pembiayaan mungkin
menambah biaya untuk menjalankan sebuah bank islam, hal ini bisa terjadi
misalnya di mana dibawah kontrak murabahah yang benar sesuai kepatuhan
syairah, bank harus mengambil kepemilikan fisik aset untuk disalurkan kembali
kepada nasabah.62 Ini akan menambah biaya disisi perbankan syari’ah. Selain itu
biaya overhead bank islam relatif lebih tinggi dibandingkan konvensional karena
bank syari’ah memerlukan sebuat tim mengawasi kontrak perbankan syari’ah
seperti komite pengawas dan ahli pemantauan kontrak joint venture dan
pengembangan produk ini memerlukan biaya yang relatif tinggi untuk tenaga
kerja dan dana dibandingkan dengan bank konvensional. 63 Perbankan merupakan
industri yang sarat dengan ketidaksetaraan informasi (asymmetric information)
yang berpotensi memunculkan adverse selection dan moral hazard. Dua hal
tersebut merupakan komponen pokok yang dapat memengaruhi besarnya biaya
transaksi dalam industri perbankan.64 Tingkat margin aktiva produktif ini disebut
Base Lending Rate. Mengingat pentingnya industri perbankan bagi perekonomian

61Alfin Apriyana.”Faktor faktor yang mempengaruhi efisiensi biaya perbankan dikawasan Asean”. Dalam

Jurnal manajemen Teknologi.Vol.14.no.03.


62Faisal Alqahtani,”Islamic Bank Efficiency compared to conventional banks during the global crisis in the GCC

region”. Dalam Journal of International Financial and market, intitutions dan money Elsevier.Vol.51.november 2017.h.59.
63Ibid,.h.65
64Eko Listianto,”Analisis biaya transaksi pada industri bank umum di indonesia”. Dalam Jurnal Vol.1 No.1

Otober 2007.h.46.
29

nasional, maka sektor ini perlu dikelola dan dikembangkan secara efektif dan
efisien. Dilihat dari sudut pandang ekonomi kelembagaan, efisiensi bisa diukur
dari berapa besarnya biaya transaksi yang muncul pada industri perbankan dalam
melakukan aktivitas. Besarnya biaya transaksi mencerminkan desain kelembagaan
yang dibuat oleh lembaga perbankan tersebut. Semakin besar biaya transaksi,
maka desain kelembagaan yang dibuat oleh suatu lembaga perbankan semakin
tidak efisien. Berkaitan dengan aktivitas utama yang diemban dunia perbankan
sebagai lembaga intermediasi, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan lembaga
perbankan sudah pasti akan mengganggu fungsi intermediasi. Hanya bank yang
beroperasi secara efektif dan efisienlah yang akan mampu menjalankan fungsi
intermediasi dengan baik.65
Dalam penelitian lain menyebutkan bahwa semakin tinggi biaya
pendidikan maka akan berpengaruh di sisi aktiva bank yang diperoleh BUS dan
UUS di Indonesia. 66 Di mana biaya pendidikan karyawan merupakan bagian dari
biaya yang harus dikeluarkan bank dalam kegiatannya yaitu biaya overheadcost,
salah satu kunci untuk menjaga kinerja perbankan syari’ah dan mempertahankan
masyarakat Indonesia untuk tetap menjadi nasabah perbankan syari’ah adalah
dengan melaksanakan program pendidikan dan pelatihan bagi seluruh sumber
daya manusia yang ada di lingkungan perbankan syari’ah, sehingga SDI tersebut
mampu memberikan pelayanan terbaik dan maksimal kepada nasabah dan pada
akhirnya akan meningkatkan penilaian terhadap kinerja perbankan tersebut.67
Dalam menjalankan usaha bank, manajemen bank harus memperhitungkan
seluruh biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan mobilisasi sumber dana secara
cermat dan akurat. Apabila perhitungan biaya sumber dana maupun biaya
operasional tidak diperhitungkan dengan cermat dan akurat, maka yang akan
terjadi adalah bahwa bank tidak akan memperoleh keuntungan yang optimal.
Biasanya bank akan mengalami kesulitan dalam memasarkan produk-produk

65Ibid,.
66Ridwansyah,”Analisis pengaruh biaya pendidikan terhadap peningkatan aset dan laba pada perbankan syari’ah

di Indonesia”. Dalam Jurnal ekonomi.vol.XXII, NO.03.November 2017.h.334.


67Ibid,.h.328.
30

aktivanya yang disebabkan oleh tingkat magin atau bagihasil yang tidak
kompetitif (mahal) yang pada akhirnya bank akan menderita kerugian.
Meminimalisasi pembiayaan macet juga merupakan salah satu langkah
dalam efisiensi karna bank harus mencadangkan sejumlah dana untuk menutupi
kerigian dan akan menggerus modal, pendapatan non operasional (fee based
income) sangat diharapkan bisa membantu bank dalam menutupi kerugian,
perbankan di cina meningkatkan pendanaan hampir 20% dari operasi biaya
pertahun untuk mengembangkan dan meningkatkan sistem bisnis serta
meningkatkan sejumlah fasilitas self – service.68 Self- service merupakan
terobosan perbankan di China untuk mengurangi biayan overhead cost, di mana
cara ini ampuh dalam mengurangi biaya operasional bank.

7. Pengertian Pembiayaan

Perbankan dan keuangan syari’ah telah berkembang pesat dan menjadi


fenomena tersendiri di dunia Islam. Hal ini juga menarik perhatian dan
keterlibatan yang serius dari lembaga keuangan Barat. Inti dari gerakan IBF
(Islamic Banking Finance) adalah larangan terhadap riba yang identik dan setara
dengan bunga. Untuk menghindari riba/bunga, IBF mengembangkan transaksi
yang didasarkan pada prinsip Profit and Loss Sharing (PLS) atau sistem bagi
hasil. Model PLS adalah untuk menghindari debt financing atau pembiayaan
berbasis utang, serta menggunakan asas kemitraan dan pembiayaan berbasis
ekuitas. Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang di berikan oleh suatu
pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah di rencanakan,
baik di lakukan sendiri maupun lembaga.jadi pembiayaan merupakan tombak
setiap bank syari’ah dalam menginvestasikan dana pihak ketiga dan membuat laba
untuk di bagikan kepada nasabah dana pihak ketiga dan pihak – pihak lainnya.
Pembiayaan sangat berbeda dengan system pembiayaan yang di anut oleh
perbankan syari’ah.

68Ning Zhu,”Productivity, Efficiency, and non performing financing in the chinese banking industry”.Dalam

The sosial science journal.Vol.52.Issue.4.Desember 2015.h.4


31

Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian


fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak pihak yang
merupakan defisit unit. Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah untuk
meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan nilai
nilai islam. Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh sebanyak banyaknya
pengusaha yang bergerak dibidang industri, peranian, dan perdagangan untuk
menunjang produksi dan distribusi barang dan jasa dalam rangka memenuhi
kebutahan dalam negeri maupun ekspor.69
Pembiayaan merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu bank, di mana
semakin besar pembiayaan maka akan menutupi dan menurunkan tingkat rasio
NPF suatu bank, secara tidak langsung mempengaruhi kenaikan aset bank
tersebut. Pembiayaan tidak memiliki pengaruh terhapat fee based income dan
berpengaruh terhadap overheadcost. Pembiayaan pada dasarnya di berikan atas
dasar kepercayaan, yang berarti waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 70
penelitian menyebutkan bahwa perkembangan aset perbankan syari’ah Indonesia
di pengaruhi oleh dana pihak ketiga (DPK) dan total pembiayaan. 71 Pembiayaan
yang disalurkan oleh bank berasal dari Dana Pihak Ketiga yang dikumpulkan oleh
bank serta pembiayaan akan meningkatkan aset suatu bank, dan mengurangi rasio
pembiayaan bermasalah (NPF).
Besarnya bagihasil yang akan diberikan kepada nasabahnya membuat
perbankan harus sebanyak banyaknya melemparkan pembiayaan kepada
masyarakat.72 Hal ini dilakukan untuk menjaga rasio antara Dana Pihak Ketiga
yang telah dihimpun oleh bank dengan Pembiayaan yang telah disalurkan. Rasio
FDR ini sangat menuntukan keuntungan bank, di mana kenaikan FDR yang tinggi
menyebabkan bank memiliki banyak Dana Pihak ketiga yang harus disalurkan
begitu juga sebaliknya, beberapa peneliti menyatakan bahwa penganggaran
volume pembiayaan akan meningkat tergantung besarnya posisi FDR, Net Open

69Agung Faizal,”Analisis pengaruh Total Aset , dana pihak ketiga dan non performing financing (NPF) terhadap

volume pembiayaan bagi hasil”. (Thesis jurusan manajemen Univ.Bengkulu).h.40.


70Ismail. “Perbakan syari’ah”(Jakarta : Kencana Prenada Media Grup,2011).h.106.
71Faridah Yuliani,rer pol Heri Kuswanto,”Peramalan aset dengan memperhatikan dana pihak ketiga (DPK) dan

pembiayaan perbankan syari’ah di Indonesia dengan metode fungsi transfer”. Dalam Jurnal.h.1.
72International Sharia researchc Academy for Islamic Finance (ISRA), Sistem Keuangan Islam (Jakarta : PT

Raja Grafindo Persada, 2015),h. 124.


32

Position, dan ROA sebagai ukuran tingkat keuntungan yang memadai. FDR juga
berpengaruh terhadap Return on Asset yang mana semakin tingginya FDR suatu
bank, maka akan berpengaruh terhadap modal dan penurunan aset suatu bank. Ini
dikarenakan bank harus memenuhi kebutuhan kewajiban jangka pendeknya
kepada nasabah. 73
Selain itu pembiayaan juga dipengaruhi oleh besarnya margin keuntungan
dan bagi hasil, semakin besar bagihasil atau margin yang ditetapkan oleh suatu
bank, maka secara tidak langsung akan mempengaruhi keputusan nsabah dalam
memilih keputusan. Untuk meminimalisir tingkat bagihasil dan margin, bank
memiliki berbagai opsi, salah satunya selain mencari sumber dana murah tetapi
juga harus melakukan efisiensi diberbagai biaya yang biasa disebut sebagai biaya
Overhead cost (OHC). Kinerja perbankan salah satunya diukur melalui efisiensi.
Inefisiensi perbankan merupakan salah satu indikator yang menunjukkan
rendahnya kinerja perbankan. Bank yang inefisiensi dan tidak sehat secara
individual dapat melemahkan sistem keungan melalui margin pembiayaan yang
tinggi. 74 Jadi secara parsial tingginya tingkat inefisiensi suatu bank, dapat
mempengaruhi kenaikkan tingkat margin dan bagi hasil dan secara langsung
mempengaruhi total pembiayaan suatu bank karna tinggi rendahnya margin atau
bagihasil suatu bank dapat mempengaruhi keputusan nasabah.
Di jaman era modern seperti sekarang ini bank tidak hanya sebagai lembaga
Intermediasi seperti tugas utamanya, apalagi setelah terjadi krisis moneter tahun
1998 di mana banyak bank yang tutup dikarnakan salah satunya besarnya margin
bank yang akhirnya kegagalan bayar oleh nasabah, maka dari itu bank mencoba
mencari pendapatan alternatif selain pembiayaan yang sering disebut dengan
pendapatan non operasional yang sering disebut Fee based income (FBI). variabel
pendapatan non operasional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
return on asset. Jadi semakin tinggi pendapatan non operasional suatu bank
berpengaruh terhadap meningkatnya suatu aset bank.75

73Ibid,.172
74Alfin Apriyana.”Faktor faktor yang mempengaruhi efisiensi biaya perbankan dikawasan Asean”. Dalam

Jurnal manajemen Teknologi.Vol.14.no.03.


75Wahyu Dwi Priatmoko,”Pengaruh pendapatan bunga kredit dan pendapatan non bunga (fee based income)

terhadap kinerja keuangan (Return on assets)”. (Tesis Fakultas Ekonomi. Universitas Brawijaya.Malang 2014).h.1
33

Pembiayaan yang baik harus memperhatikan unsur unsur risiko dan


membentuk tata kelola risiko yang berfungsi membentuk dan mempertahankan
portofolio pembiayaan untuk meminimalkan terjadinya default nasabah.
Keputusan pembiayaan didasarkan pada penilaian atas kemampuan customer
untuk melayani dan membayar kembali hutang serta jaminan di ambil sebagai
faktor pengurang jika terjadi kegagalan bayar oleh nasabah. 76
Setiap bank menginginkan pembiayaan yang disalurkannya kepada
masyarakat dapat menggerakkan ekonomi sekaligus tidak menciptakan
pembiayaan bermasalah (NPF), maka dari itu, bank syari’ah sangat berhati hati
dalam penyaluran pembiayaan ditambah lagi bank syari’ah harus menganalisa
kelayakan dan kesesuaian dengan prinsip syari’ah, agar tidak bertentangan dengan
ghirah pendirian bank syari’ah.
Pembiayaan yang dilakukan oleh bank syari’ah memiliki beberapa hal yang
mempengaruhi seperti yang telah disebutkan pada teori diatas yakni berupa, Total
Aset, dana pihak ketiga, Non performing financing, Financing to deposit ratio,
Over Headcost, Fee based income, diperkirakan menurut teori dan penelitian
terdahulu mempengaruhi pertumbuhan dan penurunan pembiayaan di perbankan
syari’ah khususnya PT. Bank Syari’ah Bukopin.

B. Kajian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan penelitian ini


adalah sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Faridah Yuliani dan Dr, rer pol Heri Kuswanto
menghasilkan bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara aset dengan DPK dan
aset dengan pembiayaan menunjukkan adanya hubungan linier yang kuat dan
korelasi ini cenderung positif artinya jika nilai DPK naik maka nilai aset akan naik

76Global finance report,”Cases on islamic banks : Theories and cases.strategies of banks and other financial

institutions.2014.h.4.
34

pula, sedangkan pada pembiayaan, jika pembiayaan naik, maka nilai aset juga
akan naik pula.77
2. Penelitian oleh Rose Kalari dengan judul Analisis pengaruh Total Aset , dana
pihak ketiga dan non performing financing (NPF) terhadap volume pembiayaan
bagi hasil. menghasilkan bahwa sumber dana yang bisa digunakan untuk
pembiayaan (loan) adalah simpanan dalam bentuk giro , tabungan dan deposito
berjangka, penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan dan
deposito disebut dna pihak ketiga (DPK). 78
3. Penelitian yang dilakukan oleh Syukriah Selvie, Muhammad Arfan, Syukriy
Abdullah yang berjudul pengaruh dana pihak ketiga, suku bunga kredit, dan
modal bank terhadap penyaluran kredit pada bank perkreditan rakyat
konvensional di Indonesia menyimpulkan bahwa dana pihak ketiga, suku bunga
dan modal bank berpengaruh secara signifikan dan bersama sama terhadap
penyaluran kredit, selain itu secara parsial bahwa dana pihak ketiga dan modal
bank berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran pembiayaan,
sementara suku bunga tidak mempengaruhi. 79
4. Penelitian oleh Silva Tri Putrisatya yang berjudul Analisis pengaruh Dana Pihak
Ketiga (DPK), Return on assets (ROA), dan Non performing financing (NPF)
terhadap pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah menghasilkan bahwa
Semakin besar nilai NPF kepercayaan masyarakat akan semakin kecil pada bank
untuk menyimpan dananya.peningkatan nilai laba dan peningkatan dana yang
dihimpun dari masyarakat perlu dilakukan bank agar penyaluran pembiayaan
lebih meningkat, tetapi perlu diingat bank harus lebih berhati hati dalam memilih
nasabah agar terhindar dari pembiayaan bermasalah. 80
5. Penelitian oleh Asmi Nur Siwi Kusmiyati yang berjudul Risiko Akaddalam
Pembiayaan Murabahah pada BMT di Yogyakarta (dari Teori ke Terapan),

77Faridah Yuliani,rer pol Heri Kuswanto,”Peramalan aset dengan memperhatikan dana pihak ketiga (DPK) dan

pembiayaan perbankan syari’ah di Indonesia dengan metode fungsi transfer”. Dalam Jurnal.h.1.
78Agung Faizal,”Analisis pengaruh Total Aset , dana pihak ketiga dan non performing financing (NPF) terhadap

volume pembiayaan bagi hasil”. (Thesis jurusan manajemen Univ.Bengkulu).h.v.


79Syukriah Selvie,” pengaruh dana pihak ketiga, suku bunga kredit, dan modal bank terhadap penyaluran kredit

pada bank perkreditan rakyat konvensional di Indonesia”. Dalam jurnal Megister Akuntansi,pascasarjana UNSYIAH
Kuala.ISSN : 2302-0164.h.1.
80Silva Tri Putrisatya,Analisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Return on assets (ROA), dan Non

performing financing (NPF) terhadap pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah”. (Thesis Fak,
Ekonomi.Univ.UMY.2016).h.1
35

menghasilkan semakin baik tingkar FDR suatu bank maka semakin baik pula
rasio perbandingan antara pembiayaan yang disalurkan (PYD) dengan rasio dana
pihak ketiga (DPK). FDR diartikan sebagai perbandingan antara pembiayaan yang
diberikan dengan dana yang diterima bank. 81
6. Menurut penelitian Amalia Yuliana yang berjudul Pengaruh LDR, CAR, ROA
dan NPL terhadap penyaluran kredit pada bank umum di Indonesia mengatakan
bahwa semakin tinggi FDR pada suatu bank akan mengakibatkan semakin
rendahnya liquiditas bank tersebut karena jumlah dana yang diperlukan untuk
membiayai pembiayaan menjadi semakin besar, sebaliknya semakin rendah FDR
akan mengakibatkan semakin tingginya liquiditas bank yang bersangkutan. Hal ini
menunjukkan pengaruh pada kemampuan pembiayaan pada suatu bank, karena
semakin tinggi FDR maka kemampuan pembiayaan yang disalurkan oleh bank
juga semakin tinggi dalam membayar kemampuan jangka pendeknya. 82
7. Menurut penelitian Sapariah dengan judul penelitian pengaruh pinjaman yang
diberikan terhadap nilai perusahaan dengan non performing loan sebagai variabel
pemoderasi . menghasilkan bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap aset. 83
8. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Dwi Priatmoko dengan judul Pengaruh
pendapatan bunga kredit dan pendapatan non bunga (fee based income) terhadap
kinerja keuangan (Return on assets) tahun 2014 menghasilkan bahwa variabel
pendapatan non operasional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
return on asset. Jadi semakin tinggi pendapatan non operasioanl suatu bank
berpengaruh terhadap meningkatnya suatu aset bank.84
9. Penelitian yang dilakukan oleh Alfin Apriyana yang berjudul Faktor faktor yang
mempengaruhi efisiensi biaya perbankan dikawasan Asean Bank yang inefisiensi

81Slamet Riyadi,”Pengaruh pembiayaan bagihasil , pembiayaan jual beli, Financing to Deposit Ratio, dan non

performing Financing terhadap profitabilitas bank Umum syari’ah di Indonesia”. Dalam Accounting Analysis
Journal.h.469
82Amalia Yuianadkk, et, al,.”Pengaruh LDR, CAR, ROA dan NPL terhadap penyaluran kredit pada bank umum

di Indonesia”. Dalam Jurnal Dinamika Manajemen.Vol.2.September 2014.h.171.


83Putu Desi Miadalyni, et, al,.”Pengaruh Loan to Deposit Ratio, Loan to Asset Ratio, Capital Adequacy Ratio

dan kualitas aktiva produktif terhadap profitabilitas pada PT. Bank Pembangunan daerh Bali”. (Thesis
Udayana).2011.H.1545.
84Wahyu Dwi Priatmoko,”Pengaruh pendapatan bunga kredit dan pendapatan non bunga (fee based income)

terhadap kinerja keuangan (Return on assets)”. (Tesis Fakultas Ekonomi. Universitas Brawijaya.Malang 2014).h.1.
36

dan tidak sehat secara individual dapat melemahkan sistem keungan melalui
margin pembiayaan yang tinggi. 85

C. Kerangka Pemikiran

Sebagai lembaga intermediasai berbasis syari’ah, perbankan syari’ah juga


sebagai lembaga penghimpun dana dan penyalur dana masyarakat, untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia dalam bentuk pembiayaan.Dana pihak
ketiga berasal dari dana masyarakat berupa tabungan, giro dan deposito yang nantinya
dikelola oleh bank syari’ah dalam bentuk kerjasama maupun investasi pada bidang
yangproduktif, konsumtif dan investasi. Setelah dana-dana itu dihimpun kemudian
dana tersebut disalurkan kembali dalam bentuk pembiayaan kepada masyarakat yang
membutuhkan dalam bentuk pinjaman modal usaha, jual beli barang, konsumsi
maupun dalam bentuk investasi . pembiayaan yang disalurkan perbankan syari’ah
harus sangat berhati hati untuk mengurangi rasio NPF yang akan mempengaruhi aset
dan modal suatu bank. DPK yang terhimpun semakin banyak jumlahnya maka bank
juga semakin besar dalam menyalurkan pembiayaan untuk menjaga rasio FDR untuk
memaksimalkan keuntungan yang berdampak kepada naiknya aset suatu bank
syari’ah.
Dalam memaksimalkan keuntungan, bank tidak hanya memfokuskan kepada
pembiayaan, tetapi melalui pendapatan non operasional atau fee based income, di
mana naiknya fee based income dapat mempengaruhi kenaikan aset suatu bank. Selain
itu untuk menarik minat masyarakat bank dapat menurunkan biaya biaya yang
diberikan kepada nasabah melalui margin dan bagihasil bank yang tinggi dengan cara
menekan biaya operasional bank atau overheadcost, yang berdampak penurunan
margin dan bagihasil yang berpengaruh terhadap pembiayaan dan mempengaruhi
Total Aset suatu bank.
Berdasarkan pada landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya serta
permasalahannya yang telah dikemukakan, maka sebagai dasar perumusan

85Alfin Apriyana.”Faktor faktor yang mempengaruhi efisiensi biaya perbankan dikawasan Asean”. Dalam Jurnal

manajemen Teknologi.Vol.14.no.03.
37

hipotesis.Berikut disajikan kerangka konseptual yang dituangkan dalam model


penelitian pada gambar berikut :
Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

𝜌𝑧𝑥1
DPK (XI)
𝜌𝑦𝑥1
𝜌𝑦𝑥
FBI (X2) 𝜌𝑦𝑥2 Aset Y Pembiayaan Z
𝜌𝑦𝑥2

NPF (X3) 𝜌𝑧𝑥3

OHC (X4) 𝜌𝑧𝑥4

𝜀1 𝜀2
FDR (X5) 𝜌𝑧𝑥5

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan hubungan antara tujuan penelitian serta kerangka konseptual


terhadap rumusan masalah penelitian ini, maka hipotesis yang diajukan adalah
sebagai berikut :
38

Tabel 2.1
Hipotesis Penelitian

Total Aset tidak berpengaruh terhadap pembiayaan pada PT.Bank Syariah


H0 :
Bukopin
H1 : Total Aset berpengaruh terhadap pembiayaan pada PT.Bank Syariah Bukopin
Dana Pihak Ketiga tidak berpengaruh terhadap pembiayaan pada PT Bank
H0 :
Syariah Bukopin
Dana Pihak Ketiga berpengaruh terhadap pembiayaan pada PT Bank Syariah
H2 :
Bukopin
Dana Pihak Ketiga berpengaruh terhadap Total Aset pada PT. Bank Syariah
H0 :
Bukopin
Dana Pihak Ketiga berpengaruh terhadap Total Aset pada PT. Bank Syariah
H3 :
Bukopin
Fee Based Income berpengaruh terhadap Total Aset pada PT Bank Syariah
H0 :
Bukopin
Fee Based Income tidak berpengaruh terhadap Total Aset pada PT Bank
H4 :
Syariah Bukopin
Non Performing Financing (NPF) berpengaruh terhadap pembiayaan pada
H0 :
PT. Bank Syariah Bukopin
Non Performing Financing (NPF) tidak berpengaruh terhadap pembiayaan
H5 :
pada PT. Bank Syariah Bukopin
Non Performing Financing (NPF) berpengaruh terhadap Total Aset pada PT.
H0 :
Bank Syariah Bukopin
Non Performing Financing (NPF) tidak berpengaruh terhadap Total Aset
H6 :
pada PT. Bank Syariah Bukopin
Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh terhadap Pembiayaan pada
H0 :
PT. Bank Syariah Bukopin
Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh terhadap Pembiayaan
H7 :
pada PT. Bank Syariah Bukopin
Overhead Cost (OHC) tidak berpengaruh terhadap Pembiayaan pada PT.
H0 :
Bank Syariah Bukopin
Overhead Cost (OHC) berpengaruh terhadap Pembiayaan pada PT. Bank
H8 :
Syariah Bukopin
39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan


asosiatif / hubungan, pengaruh yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan dan pengaruh antar variabel bebas dengan variabel terikat, apakah
hubungan secara simetris (datangnya bersama – sama), Hubungan Kausal (sebab
– akibat) atau resipokal (timbal - balik) dan nantinya akan membentuk fungsi dari
variabel tersebut yang diginakan untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol
sesuatu.

Sedangkan dari jenisnya penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif


yang menekankan pada pengujian kepada teori – teori atau hipotesis – hipotesis
melalui pengukuran variabel – variabel penelitian dalam angka (quantitative) dan
melakukan analisis data dengan prosedur statis dan pemodelan sistematis.

B. Tempat dan Jadwal Penelitian


Penelitian ini dilakukan melalui laporan keuangan PT. Bank Syariah
Bukopin dengan memaparkan beberapa indicator yaitu : Aset, Dana Pihak Ketiga
(DPK), Non Performing Finaning (NPF), Financing to Deposite Ratio (FDR),
Overhead Cost (OHC), Fee Based Income dan pembiayaan, dari tahun 2010
sampai dengan tahun 2016.

C. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini termasuk field research, berarti penelitian lapangan yaitu


penelitian objek di lapangan untuk mendapatkan data dan gambaran yang jelas
dan konkrit tentang hal-hal yang berhubungan tentang perkembangan Aset, Dana
Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Finaning (NPF), Financing to Deposite
Ratio (FDR), Overhead Cost (OHC), Fee Based Income dan pembiayaan dan
pembiayaan pada Bank Syariah Bukopin. Sumber data dalam penelitian ini

39
40

menggunakan data skunder yaitu data yang bersumber dari laporan keuangan
Bank Syariah Bukopin, jurnal-jurnal, dokumen, buku,situs internet yang
terkait,serta karya ilmiah yang relevan dengan penelitian ini.

D. Defenisi Operasional Variabel

Untuk memberikan batasan penelitian dalam memudahkan pemberian


penafsiran mengenai variabel-variabel yang digunakan, maka diperlukan
penjabaran defenisi opersional variabel,yakni sbb :

1. Total asset adalah Sesuatu yang mampu menimbulkan aliran kas positif atau
manfaat ekonomi lainnya, baik dengan dirinya sendiri maupun dengan aset yang
lain, yang haknya didapat oleh bank islam sebagai hasil dari transaksi atau
peristiwa masa lalu.86
2. Dana Pihak Ketiga adalahkewajiban bank kepada penduduk dan bukan penduduk
dalam rupiah dan valuta asing.87
3. Pembiayaan adalah penyediaan fasilitas financial atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan dan kesepakatanyang dibuat
oleh lembaga pembiayaan dan pihak lain yang mewajibkan peminjam yang
dibiayai melunasi utangnya dengan jangkawaktu tertentu.88
4. Non Performing loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF) adalah rasio
antara jumlah total pembiayaan dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan
macet terhadap total pembiayaan. 89
5. Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara besarnya seluruh volume
pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah dengan jumlah penerimaan.
6. Over Head Cost (OHC)adalah biaya - biaya yang dikeluarkan oleh suatu bank
untuk dapat melakukan kegiatan operasionalnya yaitu funding dan financing
untuk menghasilkan keuntungan, di mana overheadcost ini menjadi pengurang
laba suatu bank

86Muhammad syafi’i antonio.Bank Syariah dari teori kepraktik. (Jakarta : Gema Insani, 2001).h.203
87Peraturan bank Indonesia nomor 17/11/2015 tentang giro wajib minimum.hal.3
88Undang undang Republik Indonesia nomor 1 tahun 2016 tentang pinjaman.h.2.
89Ibid.h.6.
41

7. Fee Based Income adalah Keuntungan yang didapat daritransaksi yang diberikan
dalam jasa jasa bank lainnya selain spread based selisih antara bunga simpanan
dengan bunga pinjaman). 90

E. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan data skunder dalam penelitian ini, data skunder


merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain(bukan oleh periset
sendiri) untuk tujuan lain. 91

1. Studi dokumentasi yaitu mengumpulan data atau dokumen perusahaan yang


berkenaan dengan Aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Finaning
(NPF), Financing to Deposite Ratio (FDR), Overhead Cost (OHC), Fee Based
Income dan pembiayaan pada Bank Syariah Bukopin, melalui situs di
www.BankSyariahBukopin.co.id dengan mendownload laporan keuangan per
tahunan.
2. Penelitian kepustakaan (library reseach) merupakan data skunder yang
digunakan untuk mendukung data primer,dan dalam hal ini penulis skripsi ini
, literature ini berupa buku , majalah, surat kabar, internet dan lain yang
berkaitan dengan tema skripsi tersebut.

F. Teknik analasis data

1. Analisis Data Deskriptif

Analisis deskriptif adalah analisis yang ditunjukkan pada perkembangan


dan pertumbuhan dari suatu keadaan dan hanya memberikan gambaran tentang
keadaan tertentu dengan cara menguraikan tentang sifat-sifat dari objek
penelitian tersebut. Dalam penelitian ini data dianalisis dengan menggunakan
analisa deskriptif, yaitu dengan membaca tabel-tabel, angka-angka yang
tersedia, kemudian dilakukan uraian dan penafsiran.

90Imam Buchori,”fee based income dalam perspektif fikih muamalah”. Dalam Jurnal Al-
qanun.vol.13.no.2.Desember 2010.h.263.
91 Istijanto,Aplikasi praktis riset pemasaran. (Jakarta :PT. Gramedia Pustaka utama,2013). h.38.
42

2. Uji Asumsi Klasik


Adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi
linier berganda yang berbasis ordinary least square. 92 dalam menganalisis
nmodel regresi linier berganda agar menghasilkan estimasi yang baik, yaitu
dengan BLUE( best linier unbiased estimator) adalah terpenuhinya asumsi
dasar regresi yaitu dengan melakukan serangkaian uji asumsi klasik yang
digunakan peneltian ini adalah :

a. Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah untuk mengetahui apakah distirbusi sebuah
data yang didapatkan mengikuti atau mendekati data distribusi normal
(Gauss).93 Yaitu distribusi data dengan bentuk lonceng ( Bell Shaped).
Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Data yang baik adalah data yang mempunyai
distribusi normal. Uji normalitas data diperoleh dengan melihat grafik
histrogram dengan normal kurva yang disajikan dalam output SPSS.
Analisisnya yaitu jika data menyebar disekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas dan sebaliknya jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/
atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka regresi tidak memenuhi
asumsi normalitas.
Uji statisitik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas
residual adalah uji statistik Kolmogrov Smirnov (K-S). Uji K-S dibuat
dengan membuat hipotesis :
Ho : Data residual berdistribusi normal
Ha : Data residual tidak berdistribusi normal

92 Ansofino,Ekonometrika. (Yogyakarta :CV. Budi utama, 2016). h.93


93 Nisfiannoor, Muhammad,Pendekatan Statistik Modern. (Jakarta : Salemba Humanika, 2009).h.91
43

Bila signifikan > 0,05 dengan α = 5% berarti berdistribusi data normal


dan Ho diterima, sebaliknya bila nilai signifikan < 0,05 berarti distribusi
data tidak normal dan Ha diterima. 94
Data yang tidak terdistribusi secara tidak normal dapat transformasi
agar menjadi normal.

b. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini terjadi karena perubahan situasi yang tidak tergambarkan dalam
spesifikasi model regresi, yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan
tingkat keakuratan data.95 bertujuan untuk menguji apakah pada model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau
tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya
heterokedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis grafik,
yaitu melihat grafik scarterr plot .
Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan sebagai
berikut:96
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur, maka mengidentifikasikan telah terjadi
heterokedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik- titik menyebar diatas dan
dibawah angka 0 pada sumbu y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.

c. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas adalah keadaan di mana variabel variabel
independen dalam persamaan regresi mempunyai korelasi (hubungan) yang
erat satu sama lain. 97 Pengertian lain adalah uji yang digunakan untuk
mengetahui apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi yang

94Andi Kartika,”Faktor – faktor yang mempengaruhi audit delay di Indonesia”. Dalam Jurnal bisnis dan

ekonomi .Vol.16.no.1.h.9
95 Pratisto Arif,Masalah statistic dan rancangan percobaan. (Jakarta :PT. Elex Media komputindo, 2004).h.149.
96Ibid,.h.11
97Ibid.h.156.
44

kuat antar variable independent. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan


terdapat problem Multikolinieritas Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi diantara variable independent. Pengujian ini dilakukan
dengan mengukur besar korelasi antar variable independen, jika kedua
variable independen terbukti berkorelasi secara kuat, maka dikatakan
terdapat Multikolinieritas pada kedua variable tersebut.

Deteksi adanya Multiko :98

1. Besaran VIF ( Variance Inflation Factor) dan Tolerance Pedoman suatu


model regresi yang bebas multiko adalah :
2. Mempunyai nilai VIF tidak melebihi angka 10.
3. Mempunyai angka Tolerance tidak melebihi batas angka 10.
4. Besaran korelasi antar variable independen
Pedoman suatu model regresi yang bebas multiko adalah : Koefisien
korelasi antar-variable independen haruslah lemah. Jika korelasi kuat, maka
terjadi problem multiko.

d. Uji Autokorelasi
Dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t sebelumnya pada
model regresi linier yang dipergunakan. 99 Uji autokorelasi bertujuan menguji
apakah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada
periode t dengan kesalahan penganggu pada perode t-1 ( sebelumnya). Salah
satu metode analisis untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah
dengan melakukan pengujian nilai Durbin Watson ( DW test). Model yang
baik adalah bebas dari autokorelasi. Salah satu cara mengidentifikasikasinya
adalah dengan melihat nilai Durbin Watson ( D-W):100

98Ibid,.
99Nisfiannoor, Muhammad,Pendekatan Statistik Modern. (Jakarta :Salemba Humanika, 2009).h.92
100Andi Kartika,”Faktor – faktor yang mempengaruhi audit delay di Indonesia”. Dalam Jurnal bisnis dan
ekonomi .Vol.16.no.1.h.10.
45

1. Bila nilai D-W terletak antara batas atas atau upper bond(du) dan (4-du),
maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berari tidak ada
auokorelasi.
2. Bila nilai D-W terletak antara batas bawah atau lower bond(dl) maka
koefisien autokorelasi lebih besar dari pada nol berartiada autokorelasi
positif.
3. Bila nilai D-W lebih besar terletak dari pada (4-dl) maka koefisien
autokorelasi lebih kecildari pada nol. Berarti autokoelasi negatif.
4. Bila nilai dw negatif diantara batas atas atau upper bond (du) dan batas
bawah atau lower bond (dl) atau dw terletak antara (4-du) dan (4-dl),
maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

3. Analisis Jalur
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
analisis jalur (path analysis).Analisis jalur adalah analisis yang digunakan
untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung antara variabel
eksogen terhadap variabel endogen.Pertimbangan menggunakan analisis ini
karena antara satu variabel dengan variabel lainya mempunyai hubungan
karena faktor-faktor yang dianalisis dalam penelitian ini dapat diukur secara
langsung.101Analisis jalur diawali dengan menggambarkan secara diagramatik
struktur hubungan antar variabel penyebab dengan variabel akibat.Diagram ini
disebut diagram jalur (path diagram) yang bentuknya ditentukan oleh
proposisi teoritik yang berasal dari kerangka pikir tertentu.Diagram jalur
merupakan gambar yang menyatakan struktur hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat.102

Berikut adalah diagram jalur yang digunakan dalam penelitian ini :

101Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro.Analisis Jalur : Path Analysis, Edisi 2, (Bandung: Alfabeta, 2008) h.
7
102Kadir.Statistika Terapan. Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan Program SPSS/Lisrel dalam Penelitian.

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2015) h. 243.


46

𝜌𝑧𝑥1
DPK (XI)
𝜌𝑦𝑥1
𝜌𝑦𝑥
FBI (X2) 𝜌𝑦𝑥2 Aset Y Pembiayaan Z
𝜌𝑦𝑥2

NPF (X3) 𝜌𝑧𝑥3

OHC (X4) 𝜌𝑧𝑥4

𝜀1 𝜀2
FDR (X5) 𝜌𝑧𝑥5

Gambar 3.1
Kerangka Konseptual

Analisis jalur dalam penelitian ini menggunakan program LISREL


dengan model komplek dan menggunakan data interval. Output yang
dihasilkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. CovarianMatrix. Kovarian menunjukkan hubungan linier yang terjadi
diantara dua variabel. Jika suatu variabel memiliki hubungan linier yang
positif, maka nilai kovariansnya adalah positif (vise versa) Jika tidak
terdapat hubungan diantara dua variabel, nilai kovariansnya adalah Nol.
Nilai kovarians tidak terbatas, bisa positif dan bisa negatif.
b. Structural Equations. Structural Equations menunjukkan bahwa ini
merupakan persamaan struktural yang dihasilkan oleh output LISREL.
c. Reduced From Equation. Ini merupakan bentuk yang lebih sederhana
dari persamaan-persamaan structural yang dihasilkan sebelumnya. Tetapi
jika pada bentuk ini, hanya ditampilkan variabel Independen.
d. Covariance Matrix of Independent Variables. Matriks ini memberikan
informasi mengenai kovarians diantar variabel-variabel independen yang
menjadi variabel yang dianalisis.
47

e. Covariance Matrix of Latent Variabel. Matriks tersebut memberikan


informasi mengenai kovarians diantara variabel-variabel yang dianalisis.
f. Goodness of Fit Statistics. Hasil ini akan memberikan arti apakah model
memiliki fit yang sangat baik karenamemiliki nilai chi-square = 0,00 dan
P adalah 1 (P > 0,05).
g. Path Diagram. Yaitu suatu diagram yang menghubungkan antara
variabel bebas, perantara dan tergantung. Pola hubungan ditunjukkan
dengan menggunakan anak panah. Anak panah-anak panah tunggal
menunjukkan hubungan sebab-akibat antara variabel-variabel exogenous
atau perantara dengan satu variabel tergantung atau lebih. Adapun
diagram path analisisnya adalah:

Langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesis. Dasar pengambilan


keputusan apakah hipotesis yang kita bangun ditolak atau dia terima sebagai
berikut :
Jika t-hitung < t-tabel : Ho diterima, artinya Ha ditolak
Jika t-hitung > t-tabel : Ho ditolak, artinya Ha diterima
Adapun bunyi hipotesis Ho dan Ha sebagai berikut :
Ho = variabel eksogen tidak berpengaruh terhadap variabel endogen
Ha = variabel eksogen berpengaruh terhadap variabel endogen
48

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran PT Bank Syariah Bukopin


1. Sejarah Perusahaan
PT BANK SYARIAH BUKOPIN sebagai bank yang beroperasi dengan
prinsip syariah yang bermula masuknya konsorsium PT Bank Bukopin, Tbk
diakuisisinya PT Bank Persyarikatan Indonesia (sebuah bank konvensional) oleh
PT Bank Bukopin, Tbk., proses akuisisi tersebut berlangsung secara bertahap
sejak 2005 hingga 2008, dimana PT Bank Persyarikatan Indonesia yang
sebelumnya bernama PT Bank Swansarindo Internasional didirikan di
Samarinda, Kalimantan Timur berdasarkan Akta Nomor 102 tanggal 29 Juli
1990 merupakan bank umum yang memperolah Surat Keputusan Menteri
Keuangan nomor 1.659/ KMK.013/1990 tanggal 31 Desember 1990 tentang
Pemberian Izin Peleburan Usaha 2 (dua) Bank Pasar dan Peningkatan Status
Menjadi Bank Umum dengan nama PT Bank Swansarindo Internasional yang
memperoleh kegiatan operasi berdasarkan surat Bank Indonesia (BI) nomor
24/1/UPBD/PBD2/Smr tanggal 1 Mei 1991 tentang Pemberian Izin Usaha Bank
Umum dan Pemindahan Kantor Bank.

Pada tahun 2001 sampai akhir 2002 proses akuisisi oleh Organisasi
Muhammadiyah dan sekaligus perubahan nama PT Bank Swansarindo
Internasional menjadi PT Bank Persyarikatan Indonesia yang memperoleh
persetujuan dari (BI) nomor 5/4/KEP. DGS/2003 tanggal 24 Januari 2003 yang
dituangkan ke dalam akta nomor 109 Tanggal 31 Januari 2003. Dalam
perkembangannya kemudian PT Bank Persyarikatan Indonesia melalui
tambahan modal dan asistensi oleh PT Bank Bukopin, Tbk., maka pada tahun
2008 setelah memperolah izin kegiatan usaha bank umum yang beroperasi
berdasarkan prinsip syariah melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia
nomor 10/69/KEP.GBI/DpG/2008 tanggal 27 Oktober 2008 tentang Pemberian
Izin Perubahan Kegiatan Usaha Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah, dan

49
49

Perubahan Nama PT Bank Persyarikatan Indonesia Menjadi PT Bank Syariah


Bukopin dimana secara resmi mulai efektif beroperasi tanggal 9 Desember 2008,
kegiatan operasional Perseroan secara resmi dibuka oleh Bapak M. Jusuf Kalla,
Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2004 -2009. Sampai dengan akhir
Desember 2014 Perseroan memiliki jaringan kantor yaitu 1 (satu) Kantor Pusat
dan Operasional, 11 (sebelas) Kantor Cabang, 7 (tujuh) Kantor Cabang
Pembantu, 4 (empat) Kantor Kas, 1 (satu) unit mobil kas keliling, dan 76 (tujuh
puluh enam) Kantor Layanan Syariah, serta 27 (dua puluh tujuh) mesin ATM
BSB dengan jaringan Prima dan ATM Bank Bukopin.

Gambar 4.1
Identitas Perusahaan
50

2. Tujuan, Visi dan Misi

Berikut ini adalah visi dan Misi didirikannya PT Bank Syariah Bukopin
sebagai berikut :

Gambar 4. 2
Tujuan, Visi Dan Misi PT. Bank Syariah Bukopin
51

3. Penghargaan

Beberapa penghargaan yang pernah didapatkan oleh PT. Bank Syariah


Bukopin sebagai berikut :

Gambar 4.3
Penghargaan PT. Bank Syariah Bukopin
52

4. Stuktur Organisasi

Berikut ini adalah Stuktur Organisasi yang ada di PT Bank Syariah


Bukopin, sebagai berkut :

Gambar 4.4

Struktur Oraganisasi PT Bank Syariah Bukopin


53

5. Pemegang Saham

Berikut ini adalah Pemegang Saham yang ada di PT Bank Syariah


Bukopin, sebagai berkut :

Gambar 4.5
Pemegang Saham PT. Bank Syariah Bukopin
54

B. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data
Pada penelitian ini, penulis menggunakan data sekunder yang diperoleh
dari situs www.banksyariahbukopin.co.id dan situs www.ojk.go.id. Data diambil
langsung dari laporan keuangan triwulan yang tersedia di situsnya, data diambil
mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2018 kuartal II yaitu bulan Juni. Data
yang diperoleh kemudian diolah menggunakan program LISREL 8.8 versi
Student. Berikut ini laporan keuangan triwulan PT Bank Syariah Bukopin :

Tabel 4.1
Laporan Keuangan Triwulan PT Bank Syariah Bukopin
55

Perkembangan positif yang dilakukan oleh perseroan membuat Bank


Syariah Bukopin semakin berkontribusi bagi perekonomian di Indonesia,
terkhusus pada perbankan syariah di Indonesia. Dapat dilihat dari tabel 4.1 di
atas bahwa terjadi kenaikan yang signifikan terhadap pos-pos variabel setiap
tahunnya walaupun ada beberapa pos pada tahun tertentu tidak mengalami
kenaikan pendapatan. Dimana seharusnya terjadi kenaikan seperti yang
disebutkan oleh beberapa ahli tentang variabel tersebut. Ini semakin menarik jika
dilihat dari penelitian penelitian sebelumnya di beberapa Bank Syariah, dimana
terdapat beberapa variabel yang saling bertolakbelakang pada satu variabel yang
sama seperti dibahas pada bagian latarbelakang pada tesis ini.
Banyak peneliti yang berfokus pada bank yang sudah memiliki aset dan
modal inti yang besar / bank umum kategori usaha 3 dst (BUKU 3), dimana
bank bank yang telah memiliki aset dan modal inti yang besar, justru tidak lagi
berfokus pada pembiayaan sebagai sumber pendapatan utamanya, justru lebih
berfokus pada sektor digital, fee based income, transaksi derivatif, teknologi,
yang mana transaksi tersebut diatas ialah low risk dan high return, walaupun
sebagian kecil bank bank tersebut masih melakukan ekspansi pembiayaan, tetapi
tidak terlalu fokus seperti bank yang memiliki modal yang kecil, seperti Bank
Syariah Bukopin yang masih menjadi bank syariah terbaik pada bank umum
kategori usaha satu (BUKU 1) seIndonesia. Ini juga merupakan hal yang
menarik karna bank bank BUKU 1 yang fokusnya pada sektor pembiayaan
sebagai sumber pendapatan utama mereka lebih pas dan match dengan variabel
pembiayaan pada penelitian ini, sehingga diharapkan penelitian ini dapat
menjadi acuan bagi peneliti kedepannya yang berfokus pada dunia pembiayaan
perbankan syariah.
56

2. Uji Validitas dan Reliabilitas


a. Uji Validitas
Uji validitas adalah bukti bahwa instrument atau proses yang
digunakan untuk mengukur sebuah konsep benar-benar mengukur konsep
yang dimaksudkan. Uji validitas bertujuan untuk mengukur valid atau
tidaknya suatu item pernyataan, valid tidaknya item pernyataan bisa dilihat
dari membandingkan nilai r-hitung dengan r-tabel, data dikatakan valid jika
r-hitung lebih besar dari r-tabel (r-hitung> r-tabel).103
Sedangkan Uji Reliabilitas dilakukan untuk melihat sejauh mana hasil
pengukuran dapat dipercaya. Hasil suatu pengukuran dapat dipercaya apabila
dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap suatu objek yang sama
diperoleh hasil yang relative sama artinya mempunyai konsistensi
pengukuran yang baik. Nilai reliabilitas bisa dilihat dari Cronbach Alpa >
0.70.
Berikut ini hasil uji reliabilitas dengan menggunakan program
SPSS 16 for windows:
Tabel 4.2.
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

103 Trianto Budi, Riset Modelling, (Pekanbaru : Adhuha Institute, Juli 2016), h.113
57

Hasil di atas menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha yang


dihasilkan oleh output SPSS.16 for windows adalah sebesar 0,778 artinya
semua variabel reliabel karena nilai Cronbach’s Alpha yang dihasilkan lebih
besar dari 0.7 (0.778 > 0.7). dengan demikian variabel variabel dalam
penelitian ini adalah valid.

3. Uji Asumsi Klasik


a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya
suatu distribusi data. Pada dasarnya uji normalitas membandingkan antara
data yang dimiliki dengan berdistribusi normal yang dimiliki mean dan
standar deviasi yang sama dengan data kita. Adapun hasil uji normalitas
sebagai berikut :
Tabel 4.3.
Hasil Uji Normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
TA ,133 33 ,200 ,930 33 ,034
DPK ,111 33 ,200* ,937 33 ,057
NPF ,136 33 ,124 ,945 33 ,095
FDR ,146 33 ,072 ,815 33 ,000
OHC *
,117 33 ,200 ,931 33 ,038
FBI ,133 33 ,145 ,932 33 ,039
PMB ,099 33 ,200* ,905 33 ,007

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

Suatu data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai Sig. pada


Kolmogorov-Smirnova lebih besar dari 0,05 (Sig.> 0,05).104 Dari data di atas

104
Ibid., h.120
58

terlihat bahwa nilai Sig. pada Variabel Total Aset sebesar 0,200 ; Variabel Dana
Pihak Ketiga sebesar 0,200 ; Variabel Non Performing Financing sebesar 0,124 ;
variabel Financing to Deposit Ratio sebesar 0,072 ; variabel Overhead Cost
sebesar 0,200 ; Variabel Feebased Income sebesar 0.145 ; dan Variabel
Pembiayaan sebesar 0.200. Variabel tersebut lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi normal. Dengan
demikian data yang diuji telah berdistribusi normal serta bisa dianggap mewakili
popolasi yang merupakan syarat untuk dilakukannya parametric test.

b. Uji Homoskedastisitas
Homoskedastisitas adalah variance variabel dependent yang bisa
menerangkan hubungan dependent tidak terkonsentrasi hanaya pada limited range
variabel dependent pada masing-masing nilai variabel independent, dengan kata
lain, sebaran (variance) nilai variabel dependent harus relative sama dengan
masing-masing nilai variabel predictor.105Jika nilai tersebut tidak sama dengan
nilai independent variabel maka hal tersebut dinamakan dengan
hetersokedastisitas. Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya
heteroskedastisitas dengan melakukan uji Scatterplot sebagai berikut :

105
Hair,dkk, Multivariate Data Analysis, Sixth Edition, (Prentice Hall : Pearson Education
International, 2006), h. 120
59

Gambar. 4.6
Scatterplot Uji Homoskedastisitas

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa sebaran data residual tidak


membentuk pola tertentu dan menyebar di bawah dan diatas angka nol pada
sumbu Y, dengan demikian model terbebas dari gejala heteroskedastisitas.

c. Uji Multikolonilieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui apakah hubungan
diantara variabel bebas memiliki masalah multikorelasi atau tidak.
Multikolonieritas adalah korelasi yang sangat tinggi atau sangat rendah yang
terjadi pada hubungan diantara variabel bebas. Uji multikorelasi perlu
dilakukan jika variabel bebasnya lebih dari satu. Menurut wijaya, ada
beberapa cara mendeteksi ada tidaknya multikolonieritas, sebagai barikut: 106
Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empriris
yang sangat tinggi, tetpai secara individual variabel bebas banyak yang tidak
signifikan mempengaruhi variabel terikat. Jika korelasi diantara variabel
bebas sangat tinggi (>0,90), hal ini merupakan indikasi adanya
multikolonieritas. Multikolonieritas dapat juga dilihat dari nilai VIF
(variance-inflating factor) jika nilai VIF < 10, tingkat kolonieritas dapat
ditoleransi. Adapun hasil uji multikolonieritas sebagai berikut:
Tabel 4.4.
Hasil Uji Multikolonieritas

106
Sarjono dan Julianita. SPSS Vs LISREL, Sebuah Pengantar Aplikasi Untuk Riset
(Jakarta : Salemba Empat, 2011), h. 122
60

Dari hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa nilai VIF (variance-


inflating factor) untuk semua variabel DPK, NPF, FDR, OHC, FBI terhadap
variabel Pembiayaan lebih kecil dari 10, artinya data tersebut terbebas dari
multikolonieritas. Variabel DPK, NPF, FDR, OHC, FBI dan Pembiayaan di
atas, mempunyai nilai VIF masing – masing sebesar 2.166, 1.076, 1.107,
2.092, 1.209 nilai ini lebih kecil dari 10.

d. Uji Linieritas
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah data bersifat linier
atau mengikuti garis linier atau tidak. Uji linieritas dapat diketahui melalui
nilai sig. pada Deviation from Linierity. Jika nilai Sig. pada Deviation from
Linierity > 0,05 maka hubungan antar variabel tersebut bersifat linier. 107

Tabel 4.5
Hasil Uji Linieritas Variabel Total Aset (TA) Terhadap Pembiayaan
(PMB)

Dari hasil output SPSS tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai Sig.
pada Deviation from Linierity yakni Total Aset (TA)*Pembiayaan (PMB) =
0,708 lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut
bersifat linier.

107
Trianto Budi, Riset Modelling, (Pekanbaru : Adhuha Institute, Juli 2016), h.123
61

Tabel 4.6.
Hasil Uji Linieritas Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) Terhadap PMB
(Pembiayaan)

Dari hasil output SPSS tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai Sig.
pada Deviation from Linierity yakni Dana Pihak Ketiga (DPK)*Pembiayaan
(PMB) = 0,306 lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data
tersebut bersifat linier.

Tabel 4.7.
Hasil Uji Linieritas Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) Terhadap Total Aset
(TA)

Dari hasil output SPSS tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai Sig.
pada Deviation from Linierity yakni Dana Pihak Ketiga (DPK) *Total Aset
(TA) = 0,646 lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data
tersebut bersifat linier.
62

Tabel 4.8.
Hasil Uji Linieritas Variabel Feebased Income (FBI) Terhadap Total Aset
(TA)

Dari hasil output SPSS tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai Sig.
pada Deviation from Linierity yakni Feebased Income (FBI) *Total Aset
(TA) = 0,348 lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data
tersebut bersifat linier.

Tabel 4.9.
Hasil Uji Linieritas Variabel Non Performing Financing (NPF) Terhadap
PMB (Pembiayaan)

Dari hasil output SPSS tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai Sig.
pada Deviation from Linierity yakni Non Performing Financing (NPF)
*Pembiayaan (PMB) = 0,350 lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa data tersebut bersifat linier.
63

Tabel 4.10.
Hasil Uji Linieritas Variabel Non Performing Financing (NPF) Terhadap
Total Aset (TA)

Dari hasil output SPSS tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai Sig.
pada Deviation from Linierity yakni Non Performing Financing (NPF) *Total
Aset (TA) = 0,564 lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data
tersebut bersifat linier.

Tabel 4.11.
Hasil Uji Linieritas Variabel Financing to Deposite Ratio (FDR) Terhadap
PMB (Pembiayaan)

Dari hasil output SPSS tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai Sig.
pada Deviation from Linierity yakni Financing to Deposit Ratio (FDR)
*Pembiayaan (PMB) = 0,622 lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa data tersebut bersifat linier.
64

Tabel 4.12.
Hasil Uji Linieritas Variabel Overhead cost (OHC) Terhadap PMB
(Pembiayaan)

Dari hasil output SPSS tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai Sig.
pada Deviation from Linierity yakni Overhead Cost (OHC) *Pembiayaan
(PMB) = 0,257 lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data
tersebut bersifat linier.

e. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu (disturbance term) pada
periode (t-1). Masalah Autokorelasi sering terjadi pada date time series,
sementara pada data cross section sangat jarang terjadi sehingga uji
autokorelasi tidak wajib dilakukan pada penelitian yang menggunakan data
cross section. Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan melakukan uji Darbin-
Watson (DW). Keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah :108
o Bila nilai DW berada diantara dU sampai dengan 4-dU, koefisien
korelasi sama dengan nol. Artinya tidak terjadi autokorelasi
o Bila nilai DW lebih kecil daripada dL, koefisien korelasi lebih besar
daripada nol. Artinya terjadi autokorelasi positif.

108
Ibid., h.123
65

o Bila nilai DW lebih besar daripada 4-dL, koefisien korelasi lebih kecil
daripada nol. Artinya terjadi autokorelasi negative.
o Bila nilai DW terletak diantara 4-dU dan 4-dL, hasilnya tidak dapat
disimpulkan.

Tabel 4.13.
Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
FBI_2 Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
1,00 1 ,990a ,981 ,977 229513,73671 1,994
a. Predictors: (Constant), FBI, OHC, FDR, NPF, DPK, TA
b. Dependent Variable: PMB

Pada penelitian ini, jumlah variabel independent sebanyak 6 variabel


yaitu Total Aset, Dana Pihak Ketiga, Non Performing Financing, Financing
to Depostit Ratio, Overhead Cost dan Feebased Income dengan jumlah
sampel sebanyak 34 sampel. Oleh karenanya nilai dL dan dU pada taraf
signifikan 5% pada table Durbin Watson adalah masing-masing 1.0794 dan
1.8913 (Lihat tabel Durbin Watson).

Nilai dL = 1.0794 (Dari Tabel DW)


Nilai dU = 1.8913 (Dari Tabel DW)
Nilai DW = 1,994 (Hasil output SPSS)
Nilai 4-dU = 4 - 1.8913 = 2,1087
Nilai 4-dL = 4 - 1.0794= 2,9206

Dari data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, DW berada


diantara dU dan 4-dU, yaitu 1.8913 < 1,994 < 2,1087, artinya tidak terjadi
autokorelasi.
66

3. Analisis Jalur

Aplikasi analisis jalur dalam penelitian ini menggunakan program


LISREL 8.80 (Student). Output yang dihasilkan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Covarian Matrix

Covariance Matrix

TA PMB DPK NPF FDR OHC


-------- -------- -------- -------- -------- --------
TA 0.20
PMB 0.20 0.21
DPK 0.20 0.20 0.21
NPF 0.01 0.01 0.01 0.08
FDR 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
OHC 0.13 0.13 0.12 0.03 0.00 0.21
FBI 0.07 0.07 0.07 -0.01 0.00 -0.03

Covarians menunjukkan hubungan linier yang terjadi diantara dua


variabel. Jika suatu variabel memiliki hubungan linier yang positif, maka nilai
covariansnya adalah positif (vise versa). Jika tidak terdapat hubungan
diantara dua variabel, nilai covariannya adalah Nol. Nilai covarians tidak
terbatas, bisa positif dan bisa negatif.
Dari matrix tersebut, dapat diketahui bahwa covariansmatriks antar
variabel dimana kovarian antara variabel Total Aset (TA) dengan variabel
Total Aset (TA) itu sendiri sebesar 0.20 ; Total Aset (TA) dengan
Pembiayaan (PMB) sebesar 0.20 ; variabel Total Aset (TA) dengan variabel
Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 0.20 ; variabel Total Aset (TA) dengan
variabel Non Performing Financing (NPF) sebesar 0.01 ; Total Aset (TA)
dengan variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) sebesar 0.00 ; variabel
Total Aset (TA) dengan variabel Overhead Cost (OHC) sebesar 0.13.
gambaran kovarian diatas menunjukkan bahwa variabel Total Aset (TA)
berpengaruh paling besar kepada variabel Pembiayaan (PMB) dan variabel
Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 0.20.
Kovarian antara variabel Pembiayaan (PMB) dengan variabel
Pembiayaan (PMB) itu sendiri sebesar 0.21 ; variabel Pembiayaan (PMB)
67

dengan variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 0.20 ; variabel


Pembiayaan (PMB) dengan variabel Non Performing Financing (NPF)
sebesar 0.01 ; Variabel Pembiayaan (PMB) dengan variabel Financing to
Deposit Ratio (FDR) sebesar 0.00 ; variabel Pembiayaan (PMB) dengan
variabel Overhead Cost (OHC) sebesar 0.13 ; variabel Pembiayaan (PMB)
dengan variabel Fee Based Income (FBI) sebesar 0.07. gambaran kovarian
diatas menunjukkan bahwa variabel Pembiayaan (PMB) berpengaruh paling
besar kepada variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 0.20.
Kovariat variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) dengan variabel Dana
Pihak Ketiga (DPK) itu sendiri sebesar 0.21 ; variabel Dana Pihak Ketiga
(DPK) dengan variabel Non Performing Financing (NPF) sebesar 0.01 ;
variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) dengan variabel Financing to Deposit
Ratio (FDR) sebesar 0.00 ; Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) dengan
variabel Overhead Cost (OHC) sebesar 0.12 ; variabel Dana Pihak Ketiga
(DPK) dengan variabel Fee Based Income (FBI)sebesar 0.07. gambaran
kovarian diatas menunjukkan bahwa variabel Dana Pihak Ketiga (DPK)
berpengaruh paling besar kepada variabel Overhead Cost (OHC) sebesar
0.12.
Kovarian variabel Non Performing Financing (NPF) dengan variabel
Non Performing Financing (NPF) itu sendiri sebesar 0.08 ; variabel Non
Performing Financing (NPF) dengan variabel Financing to Deposit Ratio
(FDR) sebesar 0.00 ; variabel Non Performing Financing (NPF) dengan
variabel Over Head Cost (OHC) sebesar 0.03 ; variabel Non Performing
Financing (NPF) dengan variabel Fee Based Income (FBI)sebesar -0.01.
gambaran kovarian diatas menunjukkan bahwa variabel Non Performing
Financing (NPF) berpengaruh paling besar kepada variabel Overhead Cost
(OHC) sebesar 0.3.
Kovarian variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) dengan variabel
Financing to Deposit Ratio (FDR) itu sendiri sebesar 0.00 ; variabel
Financing to Deposit Ratio (FDR) dengan variabel Over Head Cost (OHC)
sebesar 0.00 ; variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) dengan variabel
68

Fee Based Income (FBI) sebesar 0.00. gambaran kovarian ini menunjukkan
bahwa Fee Based income tidak berpengaruh terhadap variabel lainnya yang
ada dipenelitian ini.
Kovarian variabel Over Head Cost (OHC) dengan variabel variabel
Over Head Cost (OHC) itu sendiri sebesar 0.21 ; variabel Over Head Cost
(OHC) dengan variabel Fee Based Income (FBI) sebesar -0.03. kemudian
variabel Fee Based Income (FBI) dengan variabel Fee Based Income (FBI)
itu sendiri sebesar 0.26. gambaran kovarian diatas menunjukkan bahwa
variabel Over Head Cost (OHC) berpengaruh paling besar kepada variabel
Total Aset (TA) dan variabel Pembiayaan (PMB) sebesar 0.13.

b. Structural Equations
Structural Equation menunjukkan bahwa ini merupakan persamaan
structural yang dihasilkan oleh output LISREL. Ada dua persamaan structural
structural yang dihasilkan yaitu :

Structural Equations

TA = 0.97*DPK + 0.022*NPF - 0.0020*FBI, Errorvar.= 0.0059 , R² = 0.97


(0.034) (0.055) (0.030) (0.0016)
28.30 0.40 -0.067 3.74

Persamaan struktural di atas menunjukkan bahwa variabel Dana Pihak


Ketiga (DPK), variabel Non Performing Financing (NPF), variabel Fee Based
Income berpengaruh secara simultan terhadap Total Aset (TA) dengan
besarnya pengaruh sebesar 0.97 untuk Dana Pihak Ketiga (DPK), variabel
Non Performing Financing (NPF) sebesar 0,022 dan variabel Fee Based
Income (FBI) sebesar 0.0020. dengan standar error sebesar 0.0059. Pengaruh
tersebut signifikan dimana t-hitung > t-tabel, yaitu :

Variabel t - hitung t - tabel


Dana Pihak Ketiga (DPK) 28,3 2,05183
Non Performing Financing (NPF) 0,4 2,05183
Fee Based Income (FBI) -0,067 2,05183
69

Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,97 atau sebesar 97%, artinya


variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), variabel Non Performing Financing
(NPF), variabel Fee Based Income (BI) secara simultan berpengaruh terhadap
Total Aset (TA) sebesar 97% atau dengan parameter estimate (error
variance) sebesar 0,97.

Persamaan structural yang kedua yang dihasilkan adalah sebagai


berikut:

Persamaan struktural kedua juga menunjukkan bahwa variabel Total


Aset (TA), variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), variabel Non Performing
Financing (NPF), variabel Financing to Deposit Ratio (FDR), variabel Over
Head Cost (OHC), dan variabel variabel Fee Based Income (FBI)
berpengaruh secara simultan terhadap variabel Pembiayaan (PMB) dengan
besarnya pengaruh sebesar 0,0021 untuk Total Aset (TA), variabel Dana
Pihak Ketiga (DPK) sebesar 1.00, variabel Non Performing Financing (NPF)
sebesar 0.0037, variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) sebesar 2.28,
variabel Over Head Cost (OHC) sebesar 0.0027 dan variabel variabel Fee
Based Income (FBI) sebesar 0,0011 dengan standar error sebesar 0,00.
Pengaruh tersebut signifikan dimana t-hitung > t-tabel, yaitu :

Variabel t - hitung t - tabel


Total Aset (TA) -0,33 2,05183
Dana Pihak Ketiga (DPK) 153,95 2,05183
Non Performing Financing (NPF) -1,9 2,05183
Financing to Deposit Ratio (FDR) 198,74 2,05183
Over Head Cost (OHC) 1,72 2,05183
Fee Based Income (FBI) 0,94 2,05183
70

koefisien determinasi (R2) sebesar 1.00 atau sebesar 100%, artinya


variabel Total Aset (TA), variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), variabel Non
Performing Financing (NPF), variabel Financing to Deposit Ratio (FDR),
variabel Over Head Cost (OHC), dan variabel variabel Fee Based Income
(FBI) secara simultan berpengaruh terhadap variabel Pembiayaan (PMB)
sebesar 100% atau dengan parameter estimate (error variance) sebesar 100%.

c. Reduced From Equation

Reduced Form Equations

Persamaan di atas merupakan bentuk yang lebih sederhana dari


persamaan-persamaan structural yang dihasilkan sebelumnya. Pada bentuk ini
hanya ditampilkan variabel Independen saja.

d. Covariance Matrix of Independent Variable


Covariance Matrix of Independent Variables
71

Matriks di atas menjelaskan tentang kovarians diantara variabel-


variabel independen yang dianalisis, yaitu variabel Dana Pihak Ketiga (DPK),
variabel Non Performing Financing (NPF), variabel Financing to Deposit
Ratio (FDR), variabel Over Head Cost (OHC), dan variabel Fee Based
Income (FBI).

e. Covariance Matrix of Latent Variabel

Matrik di atas menjelaskan tentang kovarian variabel laten diantara


variabel-variabel yang dianalisis memiliki hubungan linier yang positif.

f. Goodness of Fit Statistics

Degrees of Freedom = 2
Full Information ML Chi-Square = 5.64 (P = 0.060)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.25
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.51)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.072

Hasil di atas menggambarkan bahwa model memiliki fit yang CUKUP


baik karena memiliki nilai chi-square = 5.64 dan nilai P adalah 0.060 (P >
0,05). Menurut Ghazali dan Fuad mengatakan bahwa suatu memiliki fit yang
72

sempurna (Fit is Perfect) apabila nilai Chi-Square sebesar 0 dan nilai P lebih
besar dari 0,05.109

4. Path Diagram

Diagram Jalur (Model Estimates)

Gambar 4.7
Diagram Jalur Model Estimates

109
Ghazali & Fuad. 2008. Structural Equations Modeling, Teori, Konsep dan Aplikasi
dengan Program LISREL 8,54. Badan Penerbit Universitas Diponogoro, Semarang, hal. 29.
73

Diagram Jalur (t-value)

Gambar 4.8
Diagram Jalur t-Value

Path diagram (Model Istimates) di atas menggambarkan koefisien


jalur untuk masing-masing jalur. Koefisien tersebut merupakan hasil dari
persamaan struktural yang dihasilkan oleh output LISREL. Sedangkan path
diagram (t-value) menunjukkan tingkat signifikansi untuk masing-masing
variabel eksogen terhadap variabel endogen.
Dari diagram path di atas dapat diketahui pengaruh variabel eksogen
terhadap variabel endogen melalui warna angka pada diagram path tersebut.
Jika angka tersebut berwarna merah maka variabel eksogen tidak mempunyai
74

pengaruh terhadap variabel endogen, dan sebaliknya jika angka berwarna


hitam.Angka tersebut merupakan t-hitung yang dihasilkan oleh LISREL.
Apabila t-hitung yang dihasilkan LISREL < dari t-tabel, maka variabel
tersebut tidak berpengaruh. Sebaliknya apabila t-hitung yang dihasilkan
LISREL > dari t-tabel, maka variabel tersebut berpengaruh. Dari path
diagram di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :

Tabel 4.14.
Hasil Pengujian Hipotesis

Hipotesis t - Hitung t - Tabel Kesimpulan


H1:
Total Aset berpengaruh terhadap pembiayaan pada -0,33 2,05 Ditolak
PT. Bank Syari’ah Bukopin
H2:
Dana Pihak Ketiga berpengaruh terhadap 156,68 2,05 Diterima
Pembiayaan pada PT. Bank Syariah Bukopin
H3:
Dana Pihak Ketiga berpengaruh terhadap Total Aset 28,8 2,05 Diterima
PT Bank Syariah Bukopin
H4:
Fee based Income (FBI) berpengaruh terhadap -0,07 2,05 Ditolak
Total Aset pada PT Bank Syariah Bukopin
H5:
Non Performing Financing (NPF) berpengaruh
-1,93 2,05 Ditolak
terhadap Pembiayaan pada PT Bank Syariah
Bukopin
H6:
Non Performing Financing (NPF) berpengaruh 0,4 2,05 Ditolak
terhadap Total Aset pada PT Bank Syariah Bukopin
H7:
Financing to Deposite Ratio berpengaruh terhadap 202,26 2,05 Diterima
Pembiayaan pada PT. Bank Syariah Bukopin
H8:
Overhead cost berpengaruh terhadap Pembiayaan 1,75 2,05 Ditolak
pada PT. Bank Syariah Bukopin
75

C. Pembahasan Penelitian

Paradigma penelitian ini dibangun atas lima hipotesis penelitian. Untuk


menguji hipotesis tersebut dapat dihitung dari nilai t-hitung. Kemudian nilai t-
hitung tersebut dibandingkan dengan nilai t-tabel. Apabila t-hitung > t-tabel maka
hipotesis diterima.

1. Pengaruh Total Aset dengan Pembiayaan

Hipotesis pertama (H1) adalah : Total Aset tidak berpengaruh terhadap


pembiayaan pada PT. Bank Syari’ah Bukopin. Berdasarkan hasil analisis data
didapat bahwa koefisien jalur hubungan antara TA dan PMB sebesar -0,00 dengan
nilai t-hitung yang dihasilkan adalah sebesar -0,33. Nilai ini lebih kecil dari nilai t-
tabel sebesar 2,05. Oleh karenanya hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
dapat ditolak (H0 ditolak). Dimana dapat dijelaskan bahwa total aset yang
meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan tumbuhnya suatu bank tidak
selamanya diikuti oleh pembiayaan yang disalurkan juga ikut naik, terlihat dari
hasil analisis diatas bahwa ada faktor – faktor lain yang memiliki pengaruh yang
kuat dan linier terhadap pembiayaan pada PT Bank Syariah Bukopin dari tahun
2010 s/d Juni 2018.
Hasil ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang menyebutkan bahwa
Aset merupakan suatu indikator pertumbuhan bank yang sangat menarik untuk
diteliti, perkembangan aset perbankan syari’ah Indonesia dipengaruhi oleh dana
pihak ketiga (DPK) dan total pembiayaan.110 tidak adanya hubungan antara Total
Aset dan Pembiayaan pada Penelitian ini dikarenakan adanya berbagai peraturan
internal perusahaan untuk tidak terlalu ekspansif dalam menyalurkan pembiayaan
berhubung pada tahun penelitian merupakan tahun dimana kondisi ekonomi
Indonesia kurang baik sehingga penyaluran pembiayaan yang terlalu ekspansif
pada tahun tahun penelitian terutama pada 4 tahun kebelakang, yang sangat

110Faridah Yuliani,rer pol Heri Kuswanto,”Peramalan aset dengan memperhatikan dana pihak ketiga (DPK) dan

pembiayaan perbankan syari’ah di Indonesia dengan metode fungsi transfer”. Dalam Jurnal .h.1.
76

berisiko untuk terjadinya gagal bayar nasabah, dan merugikan bank. Disamping
itu kenaikan total aset tetapi tidak diikuti oleh pembiayaan dikarenakan aset yang
meningkat bukan berasal dari dana pihak ketiga yang harus segera disalurkan ke
pembiayaan untuk menjaga FDR suatu bank, melainkan kenaikan total aset
berasal dari tambahan modal yang terus menerus didapatkan perseroan dalam
menjalan kegiatannya seperti Gedung baru, pembukaan cabang dan kantor kas
baru, investasi terhadap Teknologi dll, sehingga tidak mengharuskan bank untuk
meningkatkan pembiayaannya.

2. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Pembiayaan

Hipotesis Kedua (H2) adalah: Dana Pihak Ketiga berpengaruh terhadap


Pembiayaan pada PT. Bank Syariah Bukopin. Berdasarkan hasil analisis data
didapat bahwa koefisien jalur hubungan antara Dana Pihak Ketiga (DPK) dan
Pembiayaan (PMB) sebesar 1,00 dengan nilai t-hitung yang dihasilkan adalah
sebesar 156,68. Nilai ini lebih besar dari nilai t-tabel sebesar 2,05. Oleh
karenanya hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima (H2
diterima). Dapat dideskripsikan bahwa antara tahun 2010 s/d 2018 PT Bank
Syariah Bukopin memiliki Dana Pihak Ketiga yang meningkat dari tahun
ketahun juga diikuti oleh kenaikan pembiayaan, dikarnakan semakin banyak
Dana Pihak Ketiga yang berhasil dihimpun oleh suatu bank maka harus segera
disalurkan melalui pembiayaan untuk menghasilkan keuntungan serta dapat
membayar bagihasil atas Dana Pihak Ketiga tersebut, apabila tidak maka akan
banyak dana yang mengendap di kas (Idle Fund) yang akan merugikan bank
karna.
Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang menyebutkan bahwa dana
pihak ketiga berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap penyaluran
pembiayaan pada BPRS di Indonesia. Artinya semakin tinggi DPK maka
semakin tinggi pula penyaluran pembiayaan.111 dan ini membuktikan penelitian

111Syukriah Selvie, et. al.,” pengaruh dana pihak ketiga, suku bunga kredit, dan modal bank terhadap penyaluran

kredit pada bank perkreditan rakyat konvensional di Indonesia”. Dalam jurnal Megister Akuntansi,pascasarjana UNSYIAH
Kuala.ISSN : 2302-0164.h.55.
77

yang mengatakan bahwa pada sebuah bank menunjukkan terdapat tidak


signifikannya variabel dana pihak ketiga dengan pembiayaan. 112 artinya bahwa
semakin banyak dana masyarakat yang terkumpul pada suatu bank maka tidak
selalu diikuti oleh penyaluran pembiayaan, ini tidak sesuai dengan penelitian
tesis ini. Dimana tingginya penghimpunan dana pihak ketiga (DPK)
mengindikasikan semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada
perbankan syari’ah sekaligus menunjukkan bahwa pasar potensi pasar
perbankan syari’ah masih besar di Indonesia. semakin besar dana yang
terkumpul maka bank akan menyalurkan pembiayaan semakin besar, hal itu di
karenakan bank tidak akan menganggurkan dananya dan cenderung
menyalurkan dananya untuk menghasilkan keuntungan. Selain itu untuk
menghasilkan spread dan keuntungan yang besar suatu bank harus mencari
sumber dana pihak ketiga yang berbiaya murah, seperti tabungan dll, sehingga
bank dapat menyalurkan pembiayaan dengan margin dan tingkat bagihasil
yang kompetitif dengan pesaing lain.

3. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Total Aset

Hipotesis ketiga (H3) adalah: Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh terhadap
Total Aset (TA) pada PT Bank Syariah Bukopin. Berdasarkan hasil analisis data
didapat bahwa koefisien jalur hubungan antara Dana Pihak Ketiga (DPK) dan
Total Aset (TA) sebesar 0,97 dengan nilai t-hitung yang dihasilkan adalah
sebesar 28,8. Nilai ini lebih besar dari nilai t-tabel sebesar 2,05. Oleh
karenanya hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima (H 3
diterima). Dapat dideskripsikan bahwa meningkatnya Dana Pihak Ketiga pada
PT Bank Syariah Bukopin dari tahun 2010 s/d 2018 juga diikuti oleh Total
Aset (TA), dikarnakan Dana Pihak Ketiga yang berhasil dihimpun disalurkan
melalui pembiayaan dan bentuk lainnya yang menghasilkan aset bagi bank itu
sendiri. Tingginya Dana Pihak Ketiga yang ada di Bank Syariah Bukopin maka

112 Ustad Fattah Alhakim,”Pengaruh tingkat perkembangan dana pihak ketiga terhadap pemberian pembiayaan

pada BMT di Magelang” (Thesis Keuangan dan perbankan syariah).h. 81.


78

bank akan mengubah dana pihak ketiga tersebut kedalam bentuk aset atau
pembiayaan sehingga total aset pada tahun peneltian meningkat.
Ini sejalan dan seirama dengan penelitian yang menyebutkan bahwa terjadi
korelasi yang tinggi antara Aset, DPK dan aset dengan pembiayaan,
menunjukkan bahwa ada hubungan linier yang kuat antara aset dengan DPK
serta aset dengan pembiayaan. korelasi ini cenderung bernilai positif, artinya
jika nilai DPK naik maka nilai aset akan naik pula, sedangkan pada
pembiayaan, jika pembiayaan naik, maka nilai aset juga akan naik pula.113

4. Pengaruh Fee Based Income terhadap Total Aset

Hipotesis kelima (H4) adalah : Fee Based Income berpengaruh terhadap


Total Aset pada PT Bank Syariah Bukopin. Berdasarkan hasil analisis data didapat
bahwa koefisien jalur hubungan antara Fee Based Income dan Total Aset sebesar
-0,00 dengan nilai t-hitung yang dihasilkan adalah sebesar -0,07. Nilai ini lebih
besar dari nilai t-tabel sebesar 2,05. Oleh karenanya hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini dapat ditolak (H5 ditolak). Dapat dideskripsikan bahwa
Meningkatnya Total Aset setiap tahunnya maka tidak berpengaruh terhadap
kenaikan dan penurunan Fee Based Income, dimana Fee Based Income
merupakan salah satu instrumen dan sumber pendapatan bank, tetapi kenaikan
dan penurunannya tidak berdampak pada kenaikan dan penurunan Total Aset
pada PT Bank Syariah Bukopin.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang menyebutkan bahwa fee
based income ini tidak berpengaruh terhadap pembiayaan dikarnakan
pembiayaan merupakan proses rangkaian memberikan pinjaman atau bentuk
lainnya di mana memiliki waktu jatuh tempo yang panjang, sedangkan fee
based income tidak memerlukan waktu yang panjang seperti pembiayaan. Dan
penelitian ini berseberangan dengan penelitian yang menyebutkan bahwa

113Ibid,.
79

semakin tinggi pendapatan non operasional suatu bank berpengaruh terhadap


meningkatnya suatu aset bank. 114

5. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap pembiayaan

Hipotesis keenam (H5) adalah : Non Performing Financing (NPF) tidak


berpengaruh terhadap pembiayaan pada PT. Bank Syariah Bukopin.
Berdasarkan hasil analisis data didapat bahwa koefisien jalur hubungan antara
Non Performing Financing (NPF) dan pembiayaan sebesar -0,00 dengan nilai
t-hitung yang dihasilkan adalah sebesar -1,93. Nilai ini lebih kecil dari nilai t-
tabel sebesar 2,05. Oleh karenanya hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
dapat ditolak (H6 ditolak). Dapat dideskripsikan bahwa semakin meningkatnya
atau menurunnya Non Performing Financing (NPF) tidak mempunyai
pengaruh terhadap pembiayaan pada PT Bank Syariah Bukopin, dikarnakan
apabila terjadi NPF yang Relatif tinggi, maka stakeholder akan segera
membantu untuk menambah modal sehingga tidak berdampak kepada
pembiayaan yang disalurkan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang menyebutkan bahwa dana
pihak ketiga berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan bagi hasil,
dan non performing financing tidak berpengaruh signifikan terhadap volume
pembiayaan bagi hasil. 115 Dan penelitian ini menolak teori dan penelitian yang
menyebutkan bahwa semakin besar pinjaman yang diberikan oleh bank maka
semakin besar pula risiko pembiayaan yang akan dihadapi oleh bank
tersebut.116 kemudian bank di Cina yang memilki rasio NPL yang tinggi akan
mengambil lebih banyak risiko risiko yang dibawa oleh NPL sebagai akibat
dari pembiayaan yang disalurkan oleh bank. 117 Dengan kata lain NPL di Cina

114Wahyu Dwi Priatmoko,”Pengaruh pendapatan bunga kredit dan pendapatan non bunga (fee based income)

terhadap kinerja keuangan (Return on assets)”. (Tesis Fakultas Ekonomi. Universitas Brawijaya.Malang 2014).h.1
115Isnaini ,”Analisis pengaruh dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil, non performing financing dan modal sendiri

terhadap volume pembiayaan berbasis bagihasil pada perbankan syari’ah di Indonesia”.(Thesis


Fak.Ekonomi.Univ.UMY).h.3.
116I Dewa Agung Nanditya Putra,”pengaruh pinjaman yang diberikan terhadap nilai perusahaan dengan non

performing loan sebagai variabel pemoderasi”. Dalam E-jurnal Akuntansi univ.Udayana.ISSN : 2302-8556.2018.h.1206.
117
Ibid.,h.6.
80

membawa dampak negatif disisi pembiayaan karna bank harus lebih berhati
hati lagi dalam menyelurkan pembiayaan. Tetapi penelitian pada PT Bank
Syariah Bukopin tahun penelitian 2010- Juni 2018 ini menggambarkan bahwa
NPF tidak berpengaruh terhadap pembiayaan dan menolak beberapa teori yang
menyebutkan NPF berpengaruh terhadap pembiayaan.

6. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Total Aset

Hipotesis keenam (H6) adalah : Non Performing Financing (NPF) tidak


berpengaruh terhadap Total Aset pada PT. Bank Syariah Bukopin. Berdasarkan
hasil analisis data didapat bahwa koefisien jalur hubungan antara Non
Performing Financing (NPF) dan Total Aset sebesar 0,02 dengan nilai t-hitung
yang dihasilkan adalah sebesar 0,40. Nilai ini lebih kecil dari nilai t-tabel
sebesar 2,05. Oleh karenanya hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
dapat ditolak (H5 ditolak). Dapat dideskripsikan bahwa NPF yang cenderung
naik pada tahun penelitian tidak berpengaruh dan tidak mempengaruhi total
aset pada PT Bank Syariah Bukopin, kenaikan NPF yang relatif tidak terlalu
tinggi menyebabkan perseroan masih mampu dalam mengelola dan memitigasi
dampak yang ditimbulkan akibat risiko NPF tersebut sehingga tidak menggerus
total aset yang dimiliki oleh perseroan.
Penelitian ini sejalan dengan penilitian yang menyebutkan bahwa Non
Performing Financing (NPF) tidak memiliki pengaruh terhadap pembiayaan
mudharabah dimana NPF yang semakin naik tidak membawa perubahan pada
sisi pembiayaan, diikuti oleh penelitian di Bank Muamalat mengatakan bahwa
CAR,NPF dan ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan. 118
Penelitian ini bersebrangan dan menolak teori yang menyebutkan bahwa
apabila suatu bank telah kehilangan kepercayaan oleh nasabahnya, maka
nasabah bisa saja menarik dananya secara besar besaran dan serentak (rush)
yang menyebabkan penurunan total aset dan bank kehilangan modal dan

118 Wuri Arianti Novi.”Analisis pengaruh DPK,CAR,NPF,dan ROA terhadap pembiayaan dan profitabilitas pada

bank syariah”. (Tesis Fak Ekonomi.UNDIP 2010) ,h.1.


81

akhirnya dapat diliquidasi oleh regulator. Dengan kata lain, NPF pada PT Bank
Syariah Bukopin selama tahun penelitian walaupun terjadi kenaikan yang tidak
terlalu signifikan tetapi tidak mempengaruhi total aset pada perseroan.

7. Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Pembiayaan

Hipotesis ketujuh (H7) adalah : Financing to Deposit Ratio (FDR)


berpengaruh terhadap Pembiayaan pada PT. Bank Syariah Bukopin.
Berdasarkan hasil analisis data didapat bahwa koefisien jalur hubungan antara
Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Pembiayaan sebesar 2.28 dengan nilai
t-hitung yang dihasilkan adalah sebesar 202,26. Nilai ini lebih besar dari nilai
t-tabel sebesar 2,05. Oleh karenanya hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini dapat diterima (H8 diterima). Dapat dideskripsikan bahwa Financing to
deposit ratio pada tahun penelitian memiliki pengaruh terhadap pembiayaan.
Ini sejalan dengan penelitian yang menyebutkan bahwa Loan to Deposit
Ratio (LDR) atau Financing to Deposit Ratio (FDR) secara parsial berpengaruh
positif dan signifikan terhadap aset.119 Penelitian yang mengemukakan bahwa
besarnya FDR akan berpengaruh terhadap laba melalui penyaluran
pembiayaan.120 Semakin tinggi FDR pada suatu bank akan mengakibatkan
semakin rendahnya liquiditas bank tersebut karena jumlah dana yang
diperlukan untuk membiayai pembiayaan menjadi semakin besar, sebaliknya
semakin rendah FDR akan mengakibatkan semakin tingginya liquiditas bank
yang bersangkutan. Hal ini menunjukkan pengaruh pada kemampuan
pembiayaan pada suatu bank, karena semakin tinggi FDR maka kemampuan
pembiayaan yang disalurkan oleh bank juga semakin tinggi dalam membayar
kemampuan jangka pendeknya. 121

119Putu Desi Miadalyni, et, al,.”Pengaruh Loan to Deposit Ratio, Loan to Asset Ratio, Capital Adequacy Ratio

dan kualitas aktiva produktif terhadap profitabilitas pada PT. Bank Pembangunan daerh Bali”. (Thesis Udayana.2011)
H.1545.
120I Dewa Agung Nanditya Putra,”pengaruh pinjaman yang diberikan terhadap nilai perusahaan dengan non

performing loan sebagai variabel pemoderasi”. Dalam E-jurnal Akuntansi univ.Udayana.ISSN: 2302-8556.2018.h.
1203.
121Amalia Yuianadkk, et, al,.”Pengaruh LDR, CAR, ROA dan NPL terhadap penyaluran kredit pada bank umum

di Indonesia”. Dalam Jurnal Dinamika Manajemen.Vol.2.September 2014.h.171.


82

8. Pengaruh Overhead Cost (OHC) terhadap Pembiayaan

Hipotesis kedelapan (H8) adalah : Overhead Cost (OHC) tidak


berpengaruh terhadap Pembiayaan pada PT. Bank Syariah Bukopin.
Berdasarkan hasil analisis data didapat bahwa koefisien jalur hubungan antara
Overhead Cost (OHC) dan Pembiayaan sebesar 0,00 dengan nilai t-hitung
yang dihasilkan adalah sebesar 1,75. Nilai ini lebih kecil dari nilai t-tabel
sebesar 2,05. Oleh karenanya hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
ditolak (H8 ditolak). Dapat dideskripsikan bahwa semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan bank untuk menghasilkan keuntungan maka, tidak
berdampak pada keputusan penyaluran pembiayaan pada PT Bank Syariah
Bukopin. Ini dikarenakan perseroan mengambil spread keuntungan dari
kegiatan operasional tidak terlalu besar sehingga tidak berpengaruh terhadap
margin atau bagi hasil pembiayaan. Kemudian apabila biaya yang
overheadcost terlalu besar maka perseroan dapat menurunkan bagihasil dana
simpanan nasabah sehingga tidak juga tidak berdampak kepada naiknya
margin dan bagihasil pembiayaan.
Penelitian ini berbeda dengan peneltian yang menyebutkan bahwa bank
yang inefisiensi dan tidak sehat secara individual dapat melemahkan sistem
keuangan melalui margin pembiayaan yang tinggi. 122 Penelitian lain
menyebutkan bahwa semakin tinggi biaya pendidikan maka akan berpengaruh
di sisi aktiva bank yang diperoleh BUS dan UUS di Indonesia. 123 Di mana
biaya pendidikan karyawan merupakan bagian dari biaya yang harus
dikeluarkan bank dalam kegiatannya yaitu biaya overheadcost, salah satu kunci
untuk menjaga kinerja perbankan syari’ah dan mempertahankan masyarakat
Indonesia untuk tetap menjadi nasabah perbankan syari’ah adalah dengan
melaksanakan program pendidikan dan pelatihan bagi seluruh sumber daya
manusia yang ada di lingkungan perbankan syari’ah, sehingga SDI tersebut

122Alfin Apriyana.”Faktor faktor yang mempengaruhi efisiensi biaya perbankan dikawasan Asean”. Dalam

Jurnal manajemen Teknologi.Vol.14.no.03.


123Ridwansyah,”Analisis pengaruh biaya pendidikan terhadap peningkatan aset dan laba pada perbankan

syari’ah di Indonesia”. Dalam Jurnal ekonomi.vol.XXII, NO.03.November 2017.h.334.


83

mampu memberikan pelayanan terbaik dan maksimal kepada nasabah dan pada
akhirnya akan meningkatkan penilaian terhadap kinerja perbankan tersebut.124

124Ibid,.h.328.
84

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Total Aset (TA) berpengaruh negatif terhadap Pembiayaan (PMB).


Berdasarkan hasil analisis data didapat bahwa koefisien jalur hubungan
antara Total Aset (TA) dan Pembiayaan (PMB) sebesar -0,00 dengan nilai
t-hitung yang dihasilkan adalah sebesar -0,33. Nilai ini lebih kecil dari
nilai t-tabel sebesar 2,05. Oleh karenanya hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini dapat ditolak (H0 ditolak). Maka Total Aset (TA) tidak
berpengaruh terhadap Pembiayaan (PMB) pada PT. Bank Syari’ah
Bukopin tahun penelitian Januari 2010 s/d Juni 2018.
2. Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif terhadap Pembiayaan
(PMB). Berdasarkan hasil analisis data didapat bahwa koefisien jalur
hubungan antara Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan (PMB)
sebesar 1,00 dengan nilai t-hitung yang dihasilkan adalah sebesar 156,68.
Nilai ini lebih besar dari nilai t-tabel sebesar 2,05. Oleh karenanya
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima (H 2 diterima).
Maka Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Pembiayaan (PMB) pada Bank Syariah Bukopin tahun penelitian
Januari 2010 s/d Juni 2018.
3. Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif terhadap Total Aset (TA).
Berdasarkan hasil analisis data didapat bahwa koefisien jalur hubungan
antara Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Total Aset (TA) sebesar 0,97
dengan nilai t-hitung yang dihasilkan adalah sebesar 28,8. Nilai ini lebih
besar dari nilai t-tabel sebesar 2,05. Oleh karenanya hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini dapat diterima (H3 diterima). Maka Dana
Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Total

85
85

Aset (TA) pada Bank Syariah Bukopin tahun penelitian Januari 2010 s/d
Juni 2018.
4. Fee Based Income (FBI) berpengaruh negatif terhadap Total Aset (TA).
Berdasarkan hasil analisis data didapat bahwa koefisien jalur hubungan
antara Fee Based Income (FBI) dan Total Aset (TA) sebesar -0,00 dengan
nilai t-hitung yang dihasilkan adalah sebesar -0,07. Nilai ini lebih besar
dari nilai t-tabel sebesar 2,05. Oleh karenanya hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini dapat ditolak (H5 ditolak). Maka Fee Based Income
(FBI) berpengaruh negatif terhadap Total Aset (TA) pada PT Bank Syariah
Bukopin tahun penelitian Januari 2010 s/d Juni 2018.
5. Non Performing Financing (NPF) berpengaruh negatif terhadap
Pembiayaan (PMB). Berdasarkan hasil analisis data didapat bahwa
koefisien jalur hubungan antara Non Performing Financing (NPF) dan
pembiayaan sebesar -0,00 dengan nilai t-hitung yang dihasilkan adalah
sebesar -1,93. Nilai ini lebih kecil dari nilai t-tabel sebesar 2,05. Oleh
karenanya hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ditolak (H 6
ditolak). Maka Non Performing Financing (NPF) berpengaruh negatif
terhadap Pembiayaan (PMB) pada PT Bank Syariah Bukopin tahun
penelitian Januari 2010 s/d Juni 2018.
6. Non Performing Financing (NPF) berpengaruh negatif terhadap Total Aset
(TA). Berdasarkan hasil analisis data didapat bahwa koefisien jalur
hubungan antara Non Performing Financing (NPF) dan Total Aset
sebesar 0,02 dengan nilai t-hitung yang dihasilkan adalah sebesar 0,40.
Nilai ini lebih kecil dari nilai t-tabel sebesar 2,05. Oleh karenanya
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat ditolak (H 5 ditolak).
Maka Non Performing Financing (NPF) tidak berpengaruh/negatif
terhadap Total Aset (TA) pada PT Bank Syariah Bukopin tahun penelitian
Januari 2010 s/d Juni 2018.
7. Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh positif terhadap
Pembiayaan (PMB). Berdasarkan hasil analisis data didapat bahwa
koefisien jalur hubungan antara Financing to Deposit Ratio (FDR) dan
86

Pembiayaan sebesar 2.28 dengan nilai t-hitung yang dihasilkan adalah


sebesar 202,26. Nilai ini lebih besar dari nilai t-tabel sebesar 2,05. Oleh
karenanya hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima (H 8
diterima). Maka Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Pembiayaan (PMB) pada PT. Bank Syariah
Bukopin tahun penelitian Januari 2010 s/d Juni 2018.
8. Overhead Cost (OHC) berpengaruh negatif terhadap Pembiayaan (PMB)
pada PT. Bank Syariah Bukopin. Berdasarkan hasil analisis data didapat
bahwa koefisien jalur hubungan antara Overhead Cost (OHC) dan
Pembiayaan sebesar 0,00 dengan nilai t-hitung yang dihasilkan adalah
sebesar 1,75. Nilai ini lebih kecil dari nilai t-tabel sebesar 2,05. Oleh
karenanya hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ditolak (H 8
ditolak). Maka Overhead Cost (OHC) tidak berpengaruh/negatif terhadap
Pembiayaan (PMB) pada PT. Bank Syariah Bukopin tahun penelitian
Januari 2010 s/d Juni 2018.

B. Saran-Saran
Berdasarkan uraian kesimpulan tersebut, terdapat beberapa saran yang
dapat dikemukakan yaitu sebagai berikut
1. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar menambah jumlah sampel
dan variabel diluar variabel penelitian ini, seperti variabel lingkungan
sekitar, toleransi akan resiko, dan potensi kewirausahaan, karena semakin
banyak sampel dan variabel maka diharapkan penelitian tersebut lebih
baik.
2. Bagi dosen mata pelajaran Kewirausahaan, melihat hasil temuan bahwa
motivasi berwirausaha teramat penting dalam menumbuhkan minat
mahasiswa dalam berwirausaha maka dosen diharapkan selalu
memberikan keyakinan kepada mahasiswa untuk pantang menyerah
mencoba berwirausaha dengan cara memberikan contoh nyata wirausaha
sukses beserta perjuangan yang dilalui untuk mencapai kesuksesan
tersebut.
87

3. Bagi peneliti selanjutnya, agar mampu memadukan penelitian ini dengan


menggunakan pendekatan kualitatif atau mix method.
88

Daftar Bacaan

Al – Qur’an, Al – Baqarah, (Jakarta : Maghfirah Pustaka,2006).

----------------, Al - Imran (Jakarta : Maghfirah Pustaka,2006).

----------------, An –Nisa(Jakarta : Maghfirah Pustaka,2006).

AAOIFI, Accounting and Auditing Standards For Islamic Financial Institutions


1419H-1998, Manama: AAOIFI, 1998

A.George Assaf,”Technical efficiency in Saudy banks”.Volume.38.Issue.5.May


11.

Amalia, Euis. Teori Mikroekonomi, suatu perbandingan Ekonomi Islam dan


Ekonomi Konvensional, Jakarta : Kencana Prenada media Group, 2010.

Dayong Zhang,”Non performing loans,moral hazard and regulation of the


chinese commercial banking system”.volume.63. February 2016.

El-Ashker, Ahmed dan Rodney Wilson, Islamic Economic, USA : Danvers, 2006

El-Diwani ,Tarek, The problem with Interest, Jakarta : Akbar Media Eka Sarana.
2003

Fauziyah Adzimatinur, Sri Hartoyo dan Ranti Wiliasih,”Factors affecting the


amount of financing Islamic Banking in Indonesia”. Jurnal Al-Muzara’ah
ISSN Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor, 2016, Hal : 106

Harahap, Darwis.” Determinan Dana Pihak Ketiga Bank Syariah di Indonesia :


Model Vector Autoregresive “. Jurnal Iqtishadia. Vol.10.Nomor.1.2017.

Hasan,”Analisis Industri Perbankan Syariah di Indonesia ”. jurnal dinamika


ekonomi pembangunan , Volume.1.Nomor.1. Juli 2011.

IAI, BI, Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah (PAPSI) , Jakarta Biro Perbankan
Syariah Bank Indonesia, 2013.
89

Ikatan Bankir Indonesia, Tata Kelola Manajemen Risiko Perbankan, Jakarta : PT


Gramedia Pustaka Utama, 2014

International Sharia research Academy for Islamic Finance (ISRA), Sistem


Keuangan Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2015

Ifham Sholihin ,Ahmad, Buku Pintar Ekonomi Syariah ,Jakarta : PT Gramedia


Pustaka Utama, 2010.

Izzat Alsmadi.”Building an islamic financial information system based on policy


managements”.Volume.27.Issue.4.oktober 2015.

J.Econ.”Prohibition of riba and gharar : a signaling and screening


explanation”.Volume 103.july 2014.

Maha Alandejani.”Non performing loans in the GCC banking sectors : does the
islamic finance better”.Volume.42.december 2017.

Masyhud ,Ali , Manajemen Risiko : Strategi Perbankan dan dunia usaha


menghadapi tantangan globalisasi bisnis. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada. 2005

Muhammad Taufik,”Pengaruh Financing to Deposit Ratio dan Capital Adequacy


Ratio terhadap Return on Assets dengan Non Performing Financing
sebagai vaiabel moderasi pada perbankan syariah di Indonesia”. Jurnal At-
Tawassuth, Vol.2, No. 1, 2017:170-190.h.172.

Munawar, Fansuri.” Ekonomi Syariah, Perbankan Islam, dan Manajemen


pendidikan di era global”. Jurnal PAI – Ta’lim, Volume.10.No.02-2012.

Ningsukma Hakiim.2016.”Pengaruh internal Adequency Ratio, Financing to


deposit ratio dan biaya operasional perpendapatan operasional dalam
peningkatan profitabilitas industri bank syariah di Indonesia”. Jurnal
perbankan syariah, Vol.1.NO.1. Mei 2016.

Ning Zhu,”Productivity, efficiency, and non performing loansin the chinese


banking industry”.Volume 52. issue 4.Desember 2015.

Satrio Wibowo, Edhi.”Analisi Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR,BOPO,NPF,


terhadap Profitabilitas Bank Syariah”. Diponegoro journal of Accounting,
Vol. 2. No.2. 2013.
90

Siregar,Saparuddin,Akuntansi Syariah : meletakkan nilai-nilai syariah Islam


dalam ilmu akuntansi. Medan : Madenatera, 2016.

-------------------------,Akuntansi : Zakat dan Infak/Sedekah sesuai PSAK 109 untuk


BAZNAS dan LAZ. Medan : Wal Ashri Publishing, 2013.

-------------------------,Akuntansi perbankan syariah sesuai PAPSI 2013. Medan :


Febi UINSU Press, 2015.

-------------------------,Manajemen Risiko pembiayaan pada Bank Syariah : Suatu


tinjauan filsafati. Jurnal Al-ulum Volume 17nomor 1 juni 2017.

Spica Almilia, Luciana.”Analisis Ratio Camel terhadap prediksi kondisi


bermasalah pada lembaga perbankan perioda 2000-2002”. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, Vol. 7.No.2. Nopember 2005.

Suharno, Analisa Kredit, Jakarta : Djambatan, 2013

Steven Fries.”Cost efficiencyof banks in transition: evidence from 289 banks in 15


post-communist countries”.Vol.29.issue1.January 2005.

Sunil.K.”Banking efficiency in gulf cooperation council(GCC) countries : a


comparative study”.Volume.31.November 2016.

Thorsten Beck.”Islamic VS Conventional Banking : Business model ,efficiency


and stability”.Volume 37.Issue.2.February 2013.

Yuli Andriansyah,”Kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia dan


kontribusinya bagi pembangunan nasional “. Jurnal Ekonomi Islam,Vol
III, No.2 Desember 2009.

Yulianti,Rahmani Timorita.”Asas-asas perjanjian dalam hukum kontrak syariah”.


Jurnal Ekonomi Islam.Vol.II.No.1.1 Juli 2008.

Anda mungkin juga menyukai