Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Entrepreneurship sering juga disebut sebagai kewirausahaan atau

kewiraswastaan, adalah keberanian untuk berdiri sendiri. Entrepreneurship

adalah merupakan suatu proses melakukan sesuatu yang baru (kreatif) dan

sesuatu yang berbeda (inovatif) untuk menciptakan kekayaan bagi individu

dan penambahan nilai bagi masyarakat (1).

Secara historis konsensus dinyatakan bahwa untuk kemakmuran sebuah

Negara diperlukan entrepreneur minimal 2%. Saat ini di Indonesia hanya

memiliki 0,18% entrepreneur, sedangkan Singapura 7,2%, dan Amerika

Serikat 11,5%. Dengan uang saja tidak dapat berdiri sebuah Negara yang

makmur. Energi manusialah yang lebih diperlukan yaitu energi kreatif

terutama dari para entrepreneur, promotors, dan manager. Jadi, sudah saatnya

Indonesia mulai mendidik dan membentuk entrepreneur unggul tidak

terkecuali dalam bidang kesehatan (2).

Rumah Sakit merupakan salah satu usaha dalam bidang kesehatan. Rumah

sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang

pelayanannya disediakan oleh dokter umum maupun spesialis, perawat dan

tenaga kesehatan lainnya. Fungsi secara umum dari rumah sakit adalah

melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis, pelayanan medis

1
tambahan, pelayanan rujukan kesehatan, pelayanan rawat jalan, rawat darurat

dan rawat inap dan membantu penelitian dan pengembangan kesehatan.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan umum penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui aplikasi ilmu

kewirausahaan dalam menjalankan usaha yang bergerak di bidang medis.

Tujuan khusus penulisan laporan ini adalah untuk:

1. Memenuhi tugas praktik lapangan mata kuliah kewirausahaan

2. Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai managemen dan rekam medik

Rumah Sakit Khusus Bedah Siaga Banjarmasin.

3. Mengetahui masukan (input), proses dan keluaran (output) pada Rumah Sakit

Khusus Bedah Siaga Banjarmasin.

4. Mengetahui permasalahan yang muncul dalam proses pendirian serta

pengembangan Rumah Sakit Khusus Bedah Siaga Banjarmasin.

5. Pemecahan dari permasalahan yang muncul dalam proses pendirian serta

pengembangan Rumah Sakit Khusus Bedah Siaga Banjarmasin.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kewirausahaan

Kata entrepreneurship yang dahulunya sering diterjemahkan dengan kata

kewiraswastaan akhir-akhir ini diterjemahkan dengan kata kewirausahaan.

Entrepreneur berasal dari bahasa Perancis yaitu entreprendre yang artinya

memulai atau melaksanakan. Wiraswasta/wirausaha berasal dari kata Wira:

utama, gagah berani, luhur; swa: sendiri; sta: berdiri; usaha: kegiatan produktif.

Dari asal kata tersebut, wiraswasta pada mulanya ditujukan pada orang-orang

yang dapat berdiri sendiri. Di Indonesia kata wiraswasta sering diartikan sebagai

orang-orang yang tidak bekerja pada sektor pemerintah yaitu; para pedagang,

pengusaha, dan orang-orang yang bekerja di perusahaan swasta, sedangkan

wirausahawan adalah orang-orang yang mempunyai usaha sendiri. Wirausahawan

adalah orang yang berani membuka kegiatan produktif yang mandiri (3).

Hisrich, Peters, dan Sheperd mendefinisikan: “Kewirausahaan adalah proses

penciptaan sesuatu yang baru pada nilai menggunakan waktu dan upaya yang

diperlukan, menanggung risiko keuangan, fisik, serta risiko sosial yang

mengiringi, menerima imbalan moneter yang dihasilkan, serta kepuasan dan

kebebasan pribadi”. Tidak semua pengusaha adalah wirausahawan. Sebagai

contoh seorang pengusaha yang karena ia memiliki saham disuatu perusahaan dan

memiliki koneksi tertentu dengan pejabat pemerintah sehingga ia memperoleh

fasilitas-fasilitas istimewa baik dalam memenangkan tender maupun kemudahan

3
dalam perizinan bukanlah seorang wirausahawan. Orang tersebut tidak lebih

hanyalah seorang pengusaha/pedagang (4).

Wirausaha berbeda dengan penemu (inventor) yaitu orang yang menemukan

sesuatu yang berguna bagi kehidupan manusia, misalnya Thomas Alpha Edison

menemukan listrik, Einstein menemukan atom, dan lainnya. Mereka tidak dapat

disebut wirausahawan jika penemuannya tersebut tidak ditransformasikan oleh

mereka sendiri ke dalam dunia usaha. Wirausahawan adalah orang yang yang

memanfaatkan penemuan tersebut ke dalam dunia usaha (3).

Wirausahawan berbeda dengan manajer. Meskipun demikian tugas dan

perannya dapat saling melengkapi. Seorang wirausahawan yang membuka suatu

perusahaan harus menggunakan keahlian manajerial (manajerial skills) untuk

mengimplementasikan visinya. Dilain pihak seorang manajer harus menggunakan

keahlian dari wirausahawan (entrepreneurial skill) untuk mengelola perubahan

dan inovasi (5).

Menurut Kao (1989), secara umum posisi wirausahawan adalah

menempatkan dirinya terhadap risiko atas guncangan-guncangan dari perusahaan

yang dibangunnya (venture). Wirausahawan memiliki risiko atas finansialnya

sendiri atau finansial orang lain yang dipercayakan kepadanya dalam memulai

suatu. Ia juga berisiko atas keteledoran dan kegagalan usahanya. Sebaliknya

manajer lebih termotivasi oleh tujuan yang dibebankan dan kompensasi (gaji dan

benefit lainnya) yang akan diterimanya. Seorang manajer tidak toleran terhadap

sesuatu yang tidak pasti dan membingungkan dan kurang berorientasi terhadap

resiko dibandingkan dengan wirausahawan. Manajer lebih memilih gaji dan posisi

4
yang relatif aman dalam bekerja. Wirausahawan lebih memiliki keahlian intuisi

dalam mempertimbangkan suatu kemungkinan atau kelayakan dan perasaan

dalam mengajukan sesuatu kepada orang lain. Dilain pihak, manajer memiliki

keahlian yang rational dan orientasi yag terperinci (rational and detailed-oriented

skills)(4).

Usaha pelayanan kesehatan misalnya saja rumah sakit harus memiliki

suatu sistem dalam menjalankannya. Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan

tergantung dari berbagai komponen yang masuk dalam pelayanan kesehatan.

Sistem dalam usaha pelayanan kesehatan dapat terdiri dari: input, proses, dan

output (4).

Input atau struktur adalah segala sumber daya yang diperlukan untuk

melakukan pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana/anggaran, perlengkapan

administrasi, sarana dan prasarana. Pelayanan kesehatan yang bermutu

memerlukan dukungan input yang bermutu. Hubungan input dengan mutu yaitu

sebagai perencanaan dan pergerakan pelaksanaan pelayanan kesehatan (6).

Proses merupakan kegiatan yang mengubah input menjadi output yang

diharapkan dari sistem tersebut atau pelaksanaan jalannya usaha. Proses dalam

pelayanan kesehatan dilaksanakan secara profesional oleh tenaga kesehatan dan

interaksinya dengan pasien. Penilaian terhadap proses contohnya evaluasi kepada

dokter dan profesi kesehatan dalam memanajemen pasien (7).

Output adalah hasil yang dicapai dari usaha pelayanan kesehatan.Output

merupakan hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional

5
terhadap pasien. Hasil pelayanan kesehatan dapat dinilai antara lain dengan

melakukan audit medis, review rekam medis, dan keluhan-keluhan pasien (3).

B. Kunjungan Lapangan

Kunjungan lapangan adalah salah satu kegiatan pelatihan yang dilakukan

dengan cara melihat kondisi lapangan yang terkait dengan kegiatan untuk

menggali potensi usaha yang bisa dilakukan. Kunjungan lapangan bisa dilakukan

di pasar, industri, maupun lembaga pelatihan yang memiliki berbagai bidang

usaha. Dalam kesempatan ini, kunjungan lapangan dilakukan ke Apotek Murah

Sehat Banjarmasin. Tujuan kunjungan lapangan adalah untuk memotivasi dalam

menemukan berbagai peluang usaha/ide bisnis (8).

Kegiatan yang harus dilakukan peserta dalam kunjungan lapangan di pasar

adalah mengamati usaha yang ada di pasar yang paling dianggap unik, memiliki

nilai lebih, serta bisa dikembangkan. Untuk kunjungan lapangan ke tempat usaha

peserta melakukan pengamatan proses produksi, laporan keuangan, dan

manajemen pengelolanya. Dari hasil pengamatan diharapkan peserta mampu

melihat adanya peluang usaha yang bisa dikembangkan. Kegiatan kunjungan

lapangan juga bisa dilakukan di suatu lembaga pelatihan yang memiliki bidang

usaha bervariasi. Dengan kunjungan lapangan ini diharpkan peserta mampu

melihat peluang usaha (9).

Beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam melakukan kunjungan lapangan,

antara lain adalah (5):

 Peserta membentuk kelompok sesuai kebutuhan

6
 Jika kunjungan lapangan akan dilakukan di berbagai tempat secara serentak,

maka kelompok dapat dibagi berdasarkan lokasi kunjungan

 Kelompok tersebut bertanggungjawab dalam hal pengumpulan data, paparan

diskusi, dan penyusunan laporan sesuai dengan aspek yang menjadi

tanggungjawabnya

 Setelah kelompok terbentuk, peserta membagi tugas kepada masing-masing

individu anggota kelompok

7
BAB III

GAMBARAN UMUM USAHA

Rumah Sakit Khusus Bedah Siaga Banjarmasin adalah sebuah rumah sakit

khusus bedah yang didirikan pada tanggal 25 Juni 1997. Pada awal pendiriannya

Rumah sakit ini merupakan sebuah yayasan yang bernama yayasan Sutiksna,

kemudian pada tahun 2003 berubah menjadi PT Sutiksna karena peraturan daerah

yang mengaharuskan pendirian rumah sakit dibawahi sebuah Perseroan Terbatas

(PT). Pada tahun 2009, RS ini menenmpati gedung berlantai 3 di Jalan A. Yani

Km. 4,5 no. 73, Banjarmasin.

Pada awalnya pendiriannya rumah sakit Khusus Bedah Siaga Banjarmasin

ini digagas oleh dr. H. Musrad Abdi, SpF, dr. Zairin Noor H, Sp.OT(K) MM,

FICS, dr. Benyamin Akhwan, dr. Dedi SD, Sp.B, dr. M. Noor Amrullah, Sp.B, dr.

Sudharman T., dr. Kamajaya Sp.B tetapi seiring berjalannya waktu kini sudah

banyak dokter spesialis yang ikut bergabung dan ada juga yang meninggalkan

kepengurusan.

A. Input

1. Izin

Adapun izin pembangunan rumah sakit khusus bedah siaga Banjarmasin

terdiri dari 12 izin, diantaranya adalah izin penangkal petir, izin pembuatan

jembatan, izin genset, izin pemerintah daerah dan dinas kesehatan tentang

pembangunan Rumah Sakit Khusus Bedah Siaga Banjarmasin.

8
2. SDM (Sumber Daya Manusia)

Rumah Sakit Khusus Bedah Siaga Banjarmasin dipimpin oleh seorang

direktur utama yang membawahi direktur RS dan diawasi oleh dewan pengawas.

Direktur RS mengepalai 5 bagian/ bidang, yaitu bagian sekretariat, bagian umum

dan rumah tangga, bagian penunjang medik, bagian SDM dan diklat, dan bagian

pelayanan medik dan perawatan.

Berikut gambaran umum peran dari direktur utama, direktur RS, dewan

pengawas, dan kepala-kepala bagian.

- Direktur utama berperan membawahi rumah sakit

- Direktur RS berperan menggerakkan rumah sakit

- Dewan pengawas berperan mengawasi direktur RS

- Bagian sekretariat, antara lain perannya adalah mewakili pimpinan dinas

keluar dan mengurus surat masuk dan keluar

- Bagian penunjang medik, salah satu perannya adalah menyediakan alat-alat

penunjang radiologi, farmasi, dan laboratorium

- Bagian umum dan rumah tangga, antara lain perannya adalah mengadakan

perlengkapan rumah sakit, tata kelola rumah sakit, dan menyediakan ambulan

- Bagian SDM dan diklat, salah satu perannya adalah mengadakan pendidikan

pelatihan bagi karyawan

- Bagian medik pelayanan dan perawatan, perannya antara lain mengurus

masalah pelayanan dan perawatan kepada pasien.

Pembagian jam kerja karyawan di RSKB Siaga Banjarmasin sebagai berikut:

9
- Perawat, dibagi menjadi 3 shift dari jam 07.00-14.00 WITA, 14.00-21.00

WITA, dan 21.00-07.00 WITA. Untuk hari libur tergantung perputaran dinas

setiap bulan.

- Staff, hari kerja dari Senin-Minggu pukul 08.00-15.00 WITA

- Keamanan, selama 24 jam

Setiap bagian/ bidang rumah sakit memberikan laporan 1 bulan sekali kepada

kepala bagian/ bidang. Laporan dari setiap kepala bagian/ bidang diserahkan

kepada direktur RS, dan selanjutnya akan diserahkan ke direktur utama setiap

tahun.

3. Fasilitas

a. Fasilitas Umum

 Rawat Jalan

 Rawat Inap

 Rawat Intensif

 Rawat Darurat

 Poliklinik Bedah

 Poliklinik Anak

 ESWL

 Klorokopsi

 Poliklinik Penyakit Dalam

 Poliklinik Fisikologi

10
b. Fasilitas Penunjang

1. Radiologi.

2. Poliklinik Gigi.

3. Laboratorium.

4. Instalasi Gawat Darurat.

5. Farmasi.

6. Poliklinik Gizi.

7. USG.

8. CT Scan.

9. MRI.

10. Hemodialisis.

11. Endoscopy.

12. Medical Check Up.

13. Elektromedika.

14. Poliklinik Gizi.

4. Lingkungan

Rumah sakit ini berada ditempat yang strategis dan mudah di akses karena

berada di jalan utama.

B. Proses

1. Manajemen Sumber Daya Manusia

Rumah Sakit Khusus Bedah Siaga Banjarmasin dipimpin oleh dr. M. Noor

Amrullah, Sp.B, beliau mengkoordinasi masalah keuangan, sumber daya

11
manusia, pemasaran dan lain-lain seputar permasalah Rumah Sakit Khusus Bedah

Siaga.

2. Manajemen Rekam Medik

Menurut PERMENKES No: 269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud

rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas

pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan kepada pasien.

Rekam medis merupakan bukti tertulis tentang proses pelayanan yang

diberikan oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya kepada pasien dalam rangka

penyembuhan pasien, rekam medis mencantupkan nilai administrasi, legal,

finansial, riset, edukasi, dokumen, akurat, informative dan dapat

dipertanggungjawabkan. Rekam Medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan

jelas atau secara elektronik.

(Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI)

Rekam Medis

 Identitas pasien

 Instruksi dokter

 Rekaman asuhan keperawatan

 Rekaman asuhan keperawatan harian

 TPR grafik chart

 Cairan infus

 Hasil, EKG, X-Ray

 Pengecekan akhir / Persiapan Operasi

12
 Surat pernyataan persetujuan permintaan operasi

 Sureat pernyataan persetujuan anastesi

 Rekaman anestesi

 Laporan Operasi

 Resume medik

 Resume medik kepulangan pasien.

 Surat pernyataan penanggungjawab pelunasan pembayaran

 Surat pernyataan bersedia mentaati peraturan rumah sakit

Rekam medik diperbaharui setiap 5 tahun sekali, jika pasien dalam jangka

waktu lama tidak kembali lagi untuk berobat, maka rekam medik pasien tersebut

akan di tempatkankan dir uang rekam medik pasif. Jika rekam medik pasif sudah

terlalu penuh, maka akan dihapus atau di bakar, tetapi ada tiga berkas yang tidak

boleh dihapus.

Rekam medik nantinya dilaporkan baik secara intern maupun intern, rekam

medik intern dilaporkan setiap bulan kepada direktur rumah sakit berupa laporan

tentang kegiatan rumah sakit dan jumlah pasien setiap bulan. Untuk ekstern

laporan kegiatan rumah sakit di tujukan kepada Dinas Kesehatan.

Rekam medik Rumah Sakit Khusus Bedah Siaga Banjarmasin dikelola oleh

bagian unit rekam medik yang dibantu oleh 4 orang penanggung jawab

pendaftaran pasien dan penyimpanan serta 1 orang penanggung jawab pengolahan

dan pelaporan rekam medik.

13
3. Manajemen Pemasaran

Untuk tetap menjaga kepuasan konsumen, RSKB Siaga Banjarmasin tetap

menjaga kualitas, menjaga pelayanan, dan kepuasan pelanggan. RSKB Siaga

Banjarmasin tidak mengandalkan promosi yang berlebihan, melainkan hanya

dengan pencitraan dari mulut ke mulut dan rujukan dari rumah sakit lain.

4. Monitoring dan evaluasi

Monitoring dan evaluasi dalam menjaga kualitas pelayanan dan perawatan

dilakukan setiap seminggu sekali oleh bagian yang berkepentingan.

C. Output

Sejauh ini, tidak ada komplain dari pasien atas pelayanan yang diberikan

oleh RSKB Siaga Banjarmasin, dengan kata lain rumah sakit ini telah

memberikan pelayanan yang memuaskan karena merupakan satu-satunya rumah

sakit khusus bedah di Kalimantan.

14
BAB IV

PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH

A. Masalah dan Prioritas Masalah

Secara umum, kendala yang sering muncul dalam bidang manajemen berupa

sumber daya manusia yang memiliki karakter yang bervariasi dan jumlah pegawai

yang masih terbatas serta belum adanya kerjasama dengan pihak askes. Selain itu

adanya keterbatasan biaya menyebabkan kurangnya sarana dan prasarana seperti

lahan parkir yang masih sempit dan pengolahan limbah medis pun belum dapat

dikelola sendiri. Sedangkan dalam bidang rekam medik kendala yang sering

muncul adalah ketika petugas rekam medik mengalami kesulitan dalam membaca

diagnosis dari dokter.

B. Usulan Pemecahan Masalah

Setelah diketahui beberapa penyebab masalah dari berbagai aspek yang telah

diuraikan, penulis berusaha menyajikan beberapa solusi yang diharapkan dapat

mengatasi permasalahan di atas yaitu sebagai berikut:

1. Sumber daya manusia yang masih kurang. Usulan pemecahan masalah yang

diajukan adalah melakukan perekrutan sumber daya manusia baru pada

bidang yang diperlukan.

2. Sumber daya manusia yang variatif. Usulan pemecahan masalah yang

diajukan adalah:

15
a. Melakukan pelatihan untuk lebih mengembangkan kinerja pada masing-

masing bidang.

b. Melakukan rapat tiap bidang setiap bulan untuk mengevaluasi kinerja

para pegawai.

3. Belum bekerjasama dengan askes. Usulan pemecahan masalah yang

diajukan adalah dengan melakukan kerjasama dengan pihak askes agar

masyarakat kelas bawah dapat mendapatkan fasilitas kesehatan yang layak.

Keterbatasan dana. Usulan pemecahan masalah yang diajukan adalah dengan

menambah kerjasama dengan asuransi kesehatan lainnya.

16
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Entrepreneurship adalah merupakan suatu proses melakukan sesuatu yang

baru (kreatif) dan sesuatu yang berbeda (inovatif) untuk menciptakan kekayaan

bagi individu dan penambahan nilai bagi masyarakat. Rumah Sakit merupakan

salah satu usaha pelayanan kesehatan. Sistem dalam usaha pelayanan kesehatan

dapat terdiri dari: input, proses, dan output.

Input atau struktur adalah segala sumber daya yang diperlukan untuk

melakukan pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana/anggaran, perlengkapan

administrasi, sarana dan prasarana. Proses merupakan kegiatan yang mengubah

input menjadi output yang diharapkan dari sistem tersebut atau pelaksanaan

jalannya usaha. Output adalah hasil yang dicapai dari usaha pelayanan kesehatan.

B. Saran

1. Berkerja sama dengan berbagai petugas kesehatan seperti dari dokter, agar

usaha tersebut dapat lebih maju dan berkembang.

2. Melakukan ekspansi ke tempat yang lain, dimana memiliki peluang pasar

yang menjanjikan.

3. Melakukan manajemen perusahaan yang lebih baik lagi, salah satunya dengan

membagi tugas-tugas seperti melakukan pemesanan obat, mengatur keuangan,

17
mengatur karyawan, dan lainnya. Sehingga Bapak Iwan selaku pemilik usaha

dapat fokus di inovasi pengembangan usaha apotek.

4. Perlu diadakan kunjungan lapangan lanjutan ke apotek di kota besar untuk

dapat berinovasi lebih baik lagi.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Iskandar, Nurlaila dkk. Penduduk, Ketenagakerjaan dan Pengangguran.

FPIPS. 2006. 3(1): 37-42.

2. Samuelson Paul & D, Nordhanus William. Makro Ekonomi. Jakarta:

Erlangga. 1992.

3. Sukirno Sadono. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: Rajagrafindo

Persada. 2002.

4. Badan Pusat Statistik. Keadaan Ketenagakerjaan Februari 2012. No.

33/05/Th. XV. Berita Resmi Statistik. 2012.

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009.

6. Kasmir. Kewirausahaan. Jakarta: Rajafrafindo Persada. 2006.

7. Machfoedz Mas’ud. Kewirausahaan, Metode, Manajemen, Implementasi.

Yogyakarta: BPPE. 2005.

8. Wiranto Maskur. Pengantar Kewirausahaan. Yogyakarta: BPPE. 1996.

9. Wulandari Kiki, Oya Gita, Putra Perdana. Praktek Kerja Profesi Apoteker.

UNAIR. 2011.

19

Anda mungkin juga menyukai