Ginoga
Judul : Laporan Hasil Wawancara Tanggal : 27 September 2016
Oleh :
Annisa Azhari J3N116027
Astilia Pratiwi Sari J3N116036
Isma Gusti J3N116117
Mutia Aulia N J3N116160
Nurul Aulya J3N116184
Sri Ulfianti Koswara J3N116243
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karuniaNyalah, tugas ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat
pada waktunya. Adapun tujuan penulisan tugas ini adalah untuk memenuhi tugas
Pengantar Bisnis. Dengan membuat tugas ini diharapkan mampu untuk lebih
mengenal Usaha ini.
1. Ibu Lesia F Ginoga ,selaku Dosen Pengantar Bisnis yang tidak lelah dan
bosan untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada kami setiap saat.
2. Orang Tua dan keluarga tercinta yang banyak memberikan motivasi dan
dorongan serta bantuan, baik secara moral maupun spiritual.
Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran,
tugas ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan tugas yang lebih baik
lagi di masa yang akan datang.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1. Latar Belakang................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan.............................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI........................................................................................3
A. Pengertian CSR....................................................................................................3
B. Sejarah CSR.........................................................................................................4
C. Dasar Hukum.....................................................................................................6
D. Prinsip-Prinsip yang Harus Dipegang dalam Melaksanakan CSR......................7
E. Indikator Keberhasilan CSR................................................................................7
BAB III PEMBAHASAN.............................................................................................8
3.1 Program-Program CSR PT.Unilever...................................................................8
a. Program Lingkungan.........................................................................................8
1. Kebutuhan Pengelolaan Sampah........................................................................8
2
b. Program Kesehatan............................................................................................8
1. Sekolah Sehat.....................................................................................................9
c. Program Kemasyarakatan..................................................................................9
1. Pertanian kedelai hitam yang berkelanjutan.......................................................9
2. Program pemberdayaan petani perempuan.......................................................10
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................12
A. Kesimpulan.......................................................................................................12
B. Saran.................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................13
3
BAB I PENDAHULUAN
1
dunia usaha akan dapat bertahan secara berkelanjutan untuk memperoleh manfaat
ekonomi yang menjadi tujuan dibentuknya dunia usaha.
2
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian CSR
Corporate Social Responsibility (CSR) ialah sebuah pendekatan dimana
perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial di dalam operasi bisnis mereka dan
dalam interaksi mereka dengan para stakeholder berdasarkan prinsip kemitraan dan
kesukarelaan (Nuryana, 2005)
Menurut Zadek, Fostator, Rapnas
CSR adalah bagian yang tidak terpisahkan dari strategi bersaing jagka panjang yang
berorientasi pada avokasi pendampingan & kebijakan publik.
CSR (Program Corporate Social Reponsibility) merupakan salah satu
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan isi pasal 74
Undang-undang Perseroan Terbatas (UUPT) yang baru. Undang-undang ini
disyahkan dalam sidang paripurna DPR.
Dalam pasal 74 ayat 1 diatur mengenai kewajiban Tanggungjawab sosial dan
lingkungan bagi perseroan yang menangani bidang atau berkaitan dengan SDA, ayat
2 mengenai perhitungan biaya dan asas kepatutan serta kewajaran, ayat 3 mengenai
sanksi, dan ayat 4 mengenai aturan lanjutan. Ketiga, Undang-Undang No.25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 15 (b) menyebutkan bahwa “Setiap penanam
modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”.
3
Namun UU ini baru mampu menjangkau investor asing dan belum mengatur
secara tegas perihal CSR bagi perusahaan nasional. Tentu saja kedua ketentuan
undang-undang tersebut diatas membuat fobia sejumlah kalangan terutama pelaku
usaha swasta lokal. Apalagi munculnya Pasal 74 UU PT yang terdiri dari 4 ayat itu
sempat mengundang polemik. Pro dan kontra terhadap ketentuan tersebut masih tetap
berlanjut sampai sekarang. Kalangan pelaku bisnis yang tergabung dalam Kadin dan
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) yang sangat keras menentang kehadiran dari
pasal tersebut.
Jika ditarik pada berbagai pengertian di atas maka CSR merupakan komitmen
perusahaan terhadap kepentingan pada stakeholders dalam arti luas dari sekedar
kepentingan perusahaan belaka. Dengan kata lain, meskipun secara moral adalah baik
bahwa perusahaan maupun penanam modal mengejar keuntungan, bukan berarti
perusahaan ataupun penanam modal dibenarkan mencapai keuntungan dengan
mengorbankan kepentingan-kepentngan pihak lain yang terkait.
B. Sejarah CSR
Istilah CSR pertama kali menyeruak dalam tulisan Social Responsibility of
the Businessman tahun 1953. Konsep yang digagas Howard Rothmann Browen ini
menjawab keresahan dunia bisnis. Belakangan CSR segera diadopsi, karena bisa jadi
penawar kesan buruk perusahaan yang terlanjur dalam pikiran masyarakat dan lebih
dari itu pengusaha di cap sebagai pemburu uang yang tidak peduli pada dampak
kemiskinan dan kerusakan lingkungan. Kendati sederhana, istilah CSR amat
marketable melalu CSR pengusaha tidak perlu diganggu perasaan bersalah.
CSR merupakan tanggung jawab aktivitas sosial kemasyarakatan yang tidak
berorientasi profit.
John Elkington dalam buku ”Triple Bottom Line” dengan 3P tipe yaitu:
Profit Mendukung laba perusahaan
People Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Planet meningkatkan kualitas lingkungan
4
Pengertian CSR sangat beragam. Intinya, CSR adalah operasi bisnis yang
berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara
finansial, tetapi untuk pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik,
melembaga, dan berkelanjutan. Beberapa nama lain yang memiliki kemiripan dan
bahkan sering diidentikkan dengan CSR adalah corporate giving, corporate
philanthropy, corporate community relations, dan community development.
Ditinjau dari motivasinya, keempat nama itu bisa dimaknai sebagai dimensi
atau pendekatan CSR. Jika corporate giving bermotif amal atau charity, corporate
philanthropy bermotif kemanusiaan dan corporate community relations bernapaskan
tebar pesona, community development lebih bernuansa pemberdayaan.
Dalam konteks global, istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970-an dan
semakin populer terutama setelah kehadiran buku Cannibals with Forks: The Triple
Bottom Line in 21st Century Business (1998) karya John Elkington.
Mengembangkan tiga komponen penting sustainable development, yakni economic
growth, environmental protection, dan social equity yang digagas the World
Commission on Environment and Development (WCED) dalam Brundtland Report
(1987), Elkington mengemas CSR ke dalam tiga fokus: 3P (profit, planet, dan
people). Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka
(profit), tetapi memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan
kesejahteraan masyarakat (people).
Di Indonesia, istilah CSR semakin populer digunakan sejak tahun 1990-an.
Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA (corporate social
activity) atau aktivitas sosial perusahaan. Walaupun tidak menamainya sebagai CSR,
secara faktual aksinya mendekati konsep CSR yang merepresentasikan bentuk “peran
serta” dan “kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan.
Melalui konsep investasi sosial perusahaan seat belt, sejak tahun 2003
Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang aktif dalam
mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan
nasional. Kepedulian sosial perusahaan terutama didasari alasan bahwasannya
kegiatan perusahaan membawa dampak (baik maupun buruk) bagi kondisi
5
lingkungan dan sosial-ekonomi masyarakat, khususnya di sekitar perusahaan
beroperasi.
Selain itu, pemilik perusahaan sejatinya bukan hanya shareholders atau para
pemegang saham, melainkan pula stakeholders, yakni pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan. Stakeholders dapat mencakup
karyawan dan keluarganya, pelanggan, pemasok, masyarakat sekitar perusahaan,
lembaga-lembaga swadaya masyarakat, media massa, dan pemerintah selaku
regulator.
C. Dasar Hukum
Landasan hukum yang menyangkut CSR terdapat dalam:
UU. 40 tahun 2007 yang berisi peraturan mengenai diwajibkannya melakukan
CSR. Direksi yang bertanggung jawab bila ada permasalahan hukum yang
menyangkut perusahaan & CSR.
Penjelasan pasal 15 huruf b UU Penanaman Modal menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan “tanggung jawab sosial perusahaan” adalah tanggung jawab yang
melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan
yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya
masyarakat setempat “.
Pasal 1 angka 3 UUPT , tangung jawab sosial dan lingkungan adalah
komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang
bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat maupun masyarakat
pada umumnya.
6
D. Prinsip-Prinsip yang Harus Dipegang dalam Melaksanakan CSR
Prinsip pertama adalah kesinambungan atau sustainability. Ini bukan berarti
perusahaan akan terus-menerus memberikan bantuan kepada masyarakat. Tetapi,
program yang dirancang harus memiliki dampak yang berkelanjutan. CSR berbeda
dengan donasi bencana alam yang bersifat tidak terduga dan tidak dapat di prediksi.
Itu menjadi aktivitas kedermawanan dan bagus.
Prinsip kedua, CSR merupakan program jangka panjang. Perusahaan mesti
menyadari bahwa sebuah bisnis bisa tumbuh karena dukungan atmosfer sosial dari
lingkungan di sekitarnya. Karena itu, CSR yang dilakukan adalah wujud
pemeliharaan relasi yang baik dengan masyarakat. Ia bukanlah aktivitas sesaat untuk
mendongkrak popularitas atau mengejar profit.
Perinsip ketiga, CSR akan berdampak positif kepada masyarakat, baik secara
ekonomi, lingkungan, maupun sosial. Perusahaan yang melakukan CSR mesti peduli
dan mempertimbangkan sampai kedampaknya.
Prinsip keempat, dana yang diambil untuk CSR tidak dimasukkan ke dalam
cost structure perusahaan sebagaimana budjet untuk marketing yang pada akhirnya
akan ditransformasikan ke harga jual produk. “CSR yang benar tidak membebani
konsumen.
7
BAB III PEMBAHASAN
a. Program Lingkungan
2. Bright Future
Melalui gerakan bright future, PT. Unilever ingin mengajak masyarakat untuk ikut
peduli dengan masalah yang dihadapi bumi untuk mewujudkan hari esok yang lebih
baik, dengan cara menerapkan gaya hidup yang lebih sustainable.
b. Program Kesehatan
1. Kesehatan Masyarakat
Perseroan telah menetapkan target untuk menginspirasi 100 juta orang Indonesia
di perkotaan dan pedesaan di seluruh negeri untuk mengambil langkah-langkah guna
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan mereka. Kami melaksanakan berbagai
prakarsa berikut untuk mencapai target tersebut, yaitu: Program Ibu di Posyandu
8
berfokus pada pendidikan perilaku hidup bersih dan sehat di tingkat rumah tangga
untuk ibu yang memiliki anak di bawah usia 5 tahun. Program yang didukung oleh
Lifebuoy ini memberikan perhatian khusus untuk para ibu yang baru pertama kali
memiliki anak dengan tujuan meningkatkan tingkat kelangsungan hidup bayi yang
baru lahir melalui praktek mencuci tangan yang benar dengan sabun. Dengan bekerja
sama dengan aktivis dari PKK, yaitu gerakan kesejahteraan keluarga, program ini
memberikan edukasi kebersihan dasar kepada lebih dari 4 juta ibu di 2015.
1. Sekolah Sehat
Program ini berfokus untuk menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa
sekolah dasar dan menengah melalui kegiatan pendidikan yang terpadu mengenai
kesehatan, kebersihan dan gizi. Inti dari program ini adalah pembentukan para kader
kesehatan, yang berperan penting dalam menyampaikan pesan-pesan kesehatan
kepada rekan sebayanya dengan cara memberikan teladan dan motivasi. Di tingkat
SD, para kader kesehatan ini dikenal sebagai ‘dokter kecil’, sementara pada tingkat
menengah, mereka disebut sebagai ‘duta muda.
Pesan utama dari program-program tersebut berkaitan erat dan didukung penuh oleh
brand-brand kami, termasuk cucitangan dengan sabun setelah ke toilet dan sebelum
makan (Lifebuoy); menyikat gigi pagi dan malam (Pepsodent); menggunakan toilet
dengan benar di sekolah dan di rumah (Domestos); minum air yang aman (PureIt);
dan sarapan bergizi sebelum pergi ke sekolah (Blue Band). Edukasi kesehatan dan
kebersihan terpadu ini telah menjangkau sekitar 1,6 juta siswa sekolah dasar sejak
2015.
c. Program Kemasyarakatan
9
Unilever bekerja sama dengan para pemasok untuk mencapai sasaran yang
ditetapkan. PT. Unilever telah mengembangkan Unilever Sustainable Agriculture
Code (USAC) sebagai definisi akan prinsip pertanian berkerlanjutan. Pedoman ini
terdiri dari berbagai praktik yang harus diimplementasikan oleh para petani dan
pemasok material komoditas pertanian.
10
Air yang telah tercemar dapat mengakibatkan kerugian terhadap manusia juga
ekosistem yang ada didalam air. Kerugian yang disebabkan oleh pencemaran air
dapat berupa :
Air tidak dapat digunakan lagi untuk keperluan rumah tangga, hal ini
diakibatkan oleh air sudah tercemar sehingga tidak bisa digunakan lagi
apalagi air ini banyak manfaatnya seperti untuk diminum, mandi, memasak
mencuci dan lain-lain,
Air tidak dapat digunakan untuk keperluan industri, contoh air yang
terkena minyak tidak dapat digunakan lagi sebagai solven atau sebagai air
dalam proses industri kimia,
Air tidak dapat digunakan untuk keperluan pertanian, seperti untuk irigasi,
pengairan sawah dan kolam perikanan. Apabila air sudah tercemar oleh
senyawa an organik dapat mengakibatkan perubahan drastis pada PH air.
Air yang bersifat terlalu asam atau basa akan mematikan tanaman dan
hewan air, selain itu air yang tercemar oleh limbah B3 menyebabkan
banyak ikan mati dan pada manusia timbul penyakit kulit ( rasa gatal ).
2. Dampak Pencemaran Udara
Dengan dibangunnya pabrik di perkotaan asapnya dapat mengakibatkan
polusi udara sehingga menganggu kenyamanan bagi para pemakai jalan. Apabila
udara telah tercemar maka akan menimbulkan penyakit seperti sesak napas.
11
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Tanpa adanya CSR, PT. Unilever dapat menimbulkan dampak negatif yang berupa
pencemaran lingkungan.
2. Banyak dampak positif yang dirasakan masyarakat sekitar dengan adanya CSR.
3. PT. Unilever turur berperan untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian kualitas
hidup yang lebih baik bagi masyarakat.
4. PT. Unilever melaksanakan program-program yang dapat mengatasi pencemaran
lingkungan.
B. Saran
Tanggung jawab sosial PT Unilever ini akan suskses bila ada kerjasama
diantara perusahaan dengan masyarakat. Untuk mencapai dunia yang lebih setara,
berkelanjutan tanpa kemiskinan dan kerusakan lingkungan. Dibutuhkan pergeseran
paradigma, dari pemenuhan “kepentingan individu” menjadi “kepentingan bersama”,
yaitu perubahan dari pengelolaan “corporate usual responsibility” menjadi “corporate
social responsibility”, yang berarti berubahnya orientasi dari gaya hidup “Saya”
menjadi “Kita”. Seluruh anggota masyarakat harus bekerja bersama sebagai team
untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik untuk kita semua.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://adityiaameer.blogspot.co.id/2012/12/program-csr-pt-unilever-indonesia.html
https://www.unilever.co.id/about/who-we-are/about-Unilever/
http://mettalya.blogspot.co.id/2010/12/implementasi-corporate-
social.html
13