Anda di halaman 1dari 17

Praktikum : 1 Dosen : Lesia F .

Ginoga
Judul : Laporan Hasil Wawancara Tanggal : 27 September 2016

Oleh :
Annisa Azhari J3N116027
Astilia Pratiwi Sari J3N116036
Isma Gusti J3N116117
Mutia Aulia N J3N116160
Nurul Aulya J3N116184
Sri Ulfianti Koswara J3N116243

Program Keahlian Akuntansi Kelas A


Program Diploma
Institut Pertanian Bogor
2016
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karuniaNyalah, tugas ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat
pada waktunya. Adapun tujuan penulisan tugas ini adalah untuk memenuhi tugas
Pengantar Bisnis. Dengan membuat tugas ini diharapkan mampu untuk lebih
mengenal Usaha ini.

Dalam penyelesaian tugas ini, kelompok banyak mengalami kesulitan,


terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun,
berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya tugas ini dapat
terselesaikan dengan cukup baik. Karena itu, sudah sepantasnya jika kami
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Lesia F Ginoga ,selaku Dosen Pengantar Bisnis yang tidak lelah dan
bosan untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada kami setiap saat.

2. Orang Tua dan keluarga tercinta yang banyak memberikan motivasi dan
dorongan serta bantuan, baik secara moral maupun spiritual.

Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran,
tugas ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan tugas yang lebih baik
lagi di masa yang akan datang.

Bogor, 27 September 2016

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1. Latar Belakang................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan.............................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI........................................................................................3
A. Pengertian CSR....................................................................................................3
B. Sejarah CSR.........................................................................................................4
C. Dasar Hukum.....................................................................................................6
D. Prinsip-Prinsip yang Harus Dipegang dalam Melaksanakan CSR......................7
E. Indikator Keberhasilan CSR................................................................................7
BAB III PEMBAHASAN.............................................................................................8
3.1 Program-Program CSR PT.Unilever...................................................................8
a. Program Lingkungan.........................................................................................8
1. Kebutuhan Pengelolaan Sampah........................................................................8

2
b. Program Kesehatan............................................................................................8
1. Sekolah Sehat.....................................................................................................9
c. Program Kemasyarakatan..................................................................................9
1. Pertanian kedelai hitam yang berkelanjutan.......................................................9
2. Program pemberdayaan petani perempuan.......................................................10
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................12
A. Kesimpulan.......................................................................................................12
B. Saran.................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................13

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan suatu negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja,


setiap insan manusia berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan
peningkatan kualitas hidup masyarakat. Dunia usaha berperan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangan pula faktor lingkungan
hidup. Kini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan
perusahaan semata (single bottom line), melainkan sudah meliputi aspek keuangan,
aspek sosial, dan aspek lingkungan biasa disebut triple bottom line. Sinergi dari tiga
elemen ini merupakan kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable
development).
Seiring dengan pesatnya perkembangan sektor dunia usaha sebagai akibat
liberalisasi ekonomi, berbagai kalangan swasta, organisasi masyarakat, dan dunia
pendidikan berupaya merumuskan dan mempromosikan tanggung jawab sosial sektor
usaha dalam hubungannya dengan masyarakat dan lingkungan.
Namun saat ini – saat perubahan sedang melanda dunia – kalangan usaha juga
tengah dihimpit oleh berbagai tekanan, mulai dari kepentingan untuk meningkatkan
daya saing, tuntutan untuk menerapkan corporate governance, hingga masalah
kepentingan stakeholder yang makin meningkat. Oleh karena itu, dunia usaha perlu
mencari pola-pola kemitraan (partnership) dengan seluruh stakeholder agar dapat
berperan dalam pembangunan, sekaligus meningkatkan kinerjanya agar tetap dapat
bertahan dan bahkan berkembang menjadi perusa haan yang mampu bersaing.
Upaya tersebut secara umum dapat disebut sebagai Corporate Social
Responsibility (CSR) atau corporate citizenship dan dimaksudkan untuk mendorong
dunia usaha lebih etis dalam menjalankan aktivitasnya agar tidak berpengaruh atau
berdampak buruk pada masyarakat dan lingkungan hidupnya, sehingga pada akhirnya

1
dunia usaha akan dapat bertahan secara berkelanjutan untuk memperoleh manfaat
ekonomi yang menjadi tujuan dibentuknya dunia usaha.

1.2. Rumusan Masalah

1. Jelaskan sebuah konsep tentang konsep Corporate Social Responsibility


(CSR) yang inovatif dari sebuah perusaaahan berdasarkan evaluasi program
Corporate Social Responsibility (CSR) yang sudah dilakukan.?
2. Sebutkan dampak positif/negatif tentang penerapan konsep inovatif
Corporate Social Responsibility (CSR) ?

1.3. Tujuan Penulisan

1.Untuk mengetahui tentang konsep Corporate Social Responsibility (CSR).


2.Untuk mengetahui seberapa besar dampak positif/negatif terhadap tentang
konsep Corporate Social Responsibility (CSR).

2
BAB II LANDASAN TEORI

Dalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan teori-teori yang sudah


ada untuk mendukung kebenaran data makalah kami. CSR berhubungan erat dengan
"pembangunan berkelanjutan", di mana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan
dalam melaksanakan aktivitasnya harus berdasarkan keputusannya tidak semata
berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga
harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk
jangka panjang.

A. Pengertian CSR
Corporate Social Responsibility (CSR) ialah sebuah pendekatan dimana
perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial di dalam operasi bisnis mereka dan
dalam interaksi mereka dengan para stakeholder berdasarkan prinsip kemitraan dan
kesukarelaan (Nuryana, 2005)
Menurut Zadek, Fostator, Rapnas
CSR adalah bagian yang tidak terpisahkan dari strategi bersaing jagka panjang yang
berorientasi pada avokasi pendampingan & kebijakan publik.
CSR (Program Corporate Social Reponsibility) merupakan salah satu
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan isi pasal 74
Undang-undang Perseroan Terbatas (UUPT) yang baru. Undang-undang ini
disyahkan dalam sidang paripurna DPR.
Dalam pasal 74 ayat 1 diatur mengenai kewajiban Tanggungjawab sosial dan
lingkungan bagi perseroan yang menangani bidang atau berkaitan dengan SDA, ayat
2 mengenai perhitungan biaya dan asas kepatutan serta kewajaran, ayat 3 mengenai
sanksi, dan ayat 4 mengenai aturan lanjutan. Ketiga, Undang-Undang No.25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 15 (b) menyebutkan bahwa “Setiap penanam
modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”.

3
Namun UU ini baru mampu menjangkau investor asing dan belum mengatur
secara tegas perihal CSR bagi perusahaan nasional. Tentu saja kedua ketentuan
undang-undang tersebut diatas membuat fobia sejumlah kalangan terutama pelaku
usaha swasta lokal. Apalagi munculnya Pasal 74 UU PT yang terdiri dari 4 ayat itu
sempat mengundang polemik. Pro dan kontra terhadap ketentuan tersebut masih tetap
berlanjut sampai sekarang. Kalangan pelaku bisnis yang tergabung dalam Kadin dan
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) yang sangat keras menentang kehadiran dari
pasal tersebut.
Jika ditarik pada berbagai pengertian di atas maka CSR merupakan komitmen
perusahaan terhadap kepentingan pada stakeholders dalam arti luas dari sekedar
kepentingan perusahaan belaka. Dengan kata lain, meskipun secara moral adalah baik
bahwa perusahaan maupun penanam modal mengejar keuntungan, bukan berarti
perusahaan ataupun penanam modal dibenarkan mencapai keuntungan dengan
mengorbankan kepentingan-kepentngan pihak lain yang terkait.

B. Sejarah CSR
Istilah CSR pertama kali menyeruak dalam tulisan Social Responsibility of
the Businessman tahun 1953. Konsep yang digagas Howard Rothmann Browen ini
menjawab keresahan dunia bisnis. Belakangan CSR segera diadopsi, karena bisa jadi
penawar kesan buruk perusahaan yang terlanjur dalam pikiran masyarakat dan lebih
dari itu pengusaha di cap sebagai pemburu uang yang tidak peduli pada dampak
kemiskinan dan kerusakan lingkungan. Kendati sederhana, istilah CSR amat
marketable melalu CSR pengusaha tidak perlu diganggu perasaan bersalah.
CSR merupakan tanggung jawab aktivitas sosial kemasyarakatan yang tidak
berorientasi profit.
 John Elkington dalam buku ”Triple Bottom Line” dengan 3P tipe yaitu:
Profit  Mendukung laba perusahaan
People  Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Planet  meningkatkan kualitas lingkungan

4
Pengertian CSR sangat beragam. Intinya, CSR adalah operasi bisnis yang
berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara
finansial, tetapi untuk pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik,
melembaga, dan berkelanjutan. Beberapa nama lain yang memiliki kemiripan dan
bahkan sering diidentikkan dengan CSR adalah corporate giving, corporate
philanthropy, corporate community relations, dan community development.
Ditinjau dari motivasinya, keempat nama itu bisa dimaknai sebagai dimensi
atau pendekatan CSR. Jika corporate giving bermotif amal atau charity, corporate
philanthropy bermotif kemanusiaan dan corporate community relations bernapaskan
tebar pesona, community development lebih bernuansa pemberdayaan.
Dalam konteks global, istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970-an dan
semakin populer terutama setelah kehadiran buku Cannibals with Forks: The Triple
Bottom Line in 21st Century Business (1998) karya John Elkington.
Mengembangkan tiga komponen penting sustainable development, yakni economic
growth, environmental protection, dan social equity yang digagas the World
Commission on Environment and Development (WCED) dalam Brundtland Report
(1987), Elkington mengemas CSR ke dalam tiga fokus: 3P (profit, planet, dan
people). Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka
(profit), tetapi memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan
kesejahteraan masyarakat (people).
Di Indonesia, istilah CSR semakin populer digunakan sejak tahun 1990-an.
Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA (corporate social
activity) atau aktivitas sosial perusahaan. Walaupun tidak menamainya sebagai CSR,
secara faktual aksinya mendekati konsep CSR yang merepresentasikan bentuk “peran
serta” dan “kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan.
Melalui konsep investasi sosial perusahaan seat belt, sejak tahun 2003
Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang aktif dalam
mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan
nasional. Kepedulian sosial perusahaan terutama didasari alasan bahwasannya
kegiatan perusahaan membawa dampak (baik maupun buruk) bagi kondisi

5
lingkungan dan sosial-ekonomi masyarakat, khususnya di sekitar perusahaan
beroperasi.
Selain itu, pemilik perusahaan sejatinya bukan hanya shareholders atau para
pemegang saham, melainkan pula stakeholders, yakni pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan. Stakeholders dapat mencakup
karyawan dan keluarganya, pelanggan, pemasok, masyarakat sekitar perusahaan,
lembaga-lembaga swadaya masyarakat, media massa, dan pemerintah selaku
regulator.

C. Dasar Hukum
Landasan hukum yang menyangkut CSR terdapat dalam:
UU. 40 tahun 2007 yang berisi peraturan mengenai diwajibkannya melakukan
CSR. Direksi yang bertanggung jawab bila ada permasalahan hukum yang
menyangkut perusahaan & CSR.
Penjelasan pasal 15 huruf b UU Penanaman Modal menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan “tanggung jawab sosial perusahaan” adalah tanggung jawab yang
melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan
yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya
masyarakat setempat “.
Pasal 1 angka 3 UUPT , tangung jawab sosial dan lingkungan adalah
komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang
bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat maupun masyarakat
pada umumnya.

6
D. Prinsip-Prinsip yang Harus Dipegang dalam Melaksanakan CSR
Prinsip pertama adalah kesinambungan atau sustainability. Ini bukan berarti
perusahaan akan terus-menerus memberikan bantuan kepada masyarakat. Tetapi,
program yang dirancang harus memiliki dampak yang berkelanjutan. CSR berbeda
dengan donasi bencana alam yang bersifat tidak terduga dan tidak dapat di prediksi.
Itu menjadi aktivitas kedermawanan dan bagus.
Prinsip kedua, CSR merupakan program jangka panjang. Perusahaan mesti
menyadari bahwa sebuah bisnis bisa tumbuh karena dukungan atmosfer sosial dari
lingkungan di sekitarnya. Karena itu, CSR yang dilakukan adalah wujud
pemeliharaan relasi yang baik dengan masyarakat. Ia bukanlah aktivitas sesaat untuk
mendongkrak popularitas atau mengejar profit.
Perinsip ketiga, CSR akan berdampak positif kepada masyarakat, baik secara
ekonomi, lingkungan, maupun sosial. Perusahaan yang melakukan CSR mesti peduli
dan mempertimbangkan sampai kedampaknya.
Prinsip keempat, dana yang diambil untuk CSR tidak dimasukkan ke dalam
cost structure perusahaan sebagaimana budjet untuk marketing yang pada akhirnya
akan ditransformasikan ke harga jual produk. “CSR yang benar tidak membebani
konsumen.

E. Indikator Keberhasilan CSR


Indikator keberhasilan dapat dilihat dari dua sisi perusahaan dan masyarakat.
Dari sisi perusahaan, citranya harus semakin baik di mata masyarakat. Sementara itu,
dari sisi masyarakat, harus ada peningkatan kualitas hidup. Karenanya, penting bagi
perusahaan melakukan evaluasi untuk mengukur keberhasilan program CSR, baik
secara kuantitatif maupun kualitatif. Satu hal yang perlu diingat, “Salah satu ukuran
penting keberhasilan CSR adalah jika masyarakat yang dibantu bisa mandiri, tidak
melulu bergantung pada pertolong orang lain.

7
BAB III PEMBAHASAN

3.1 Program-Program CSR PT.Unilever

a. Program Lingkungan

1. Kebutuhan Pengelolaan Sampah

Pemahaman masyarakat Indonesia akan pentingnya pemanfaatan sampah masih perlu


ditingkatkan dan memberikan tantangan tersendiri dengan karakteristik geografis
kepulauan. Barang rusak, benda tidak terpakai, kemasan produk, sisa makanan akan
terbuang begitu saja. Ada yang tertumpuk di tempat pemrosesan akhir (TPA),
berserakan di jalanan, atau mengambang di sungai. Pada tahun 2012, Kementrian
Lingkungan Hidup Indonesia mencatat rata-rata penduduk Indonesia menghasilkan 2
kilogram sampah per orang per hari. Sehingga sekitar 500 ribu ton sampah dihasilkan
oleh seluruh penduduk Indonesia dalam satu hari.

2. Bright Future

Melalui gerakan bright future, PT. Unilever ingin mengajak masyarakat untuk ikut
peduli dengan masalah yang dihadapi bumi untuk mewujudkan hari esok yang lebih
baik, dengan cara menerapkan gaya hidup yang lebih sustainable.

b. Program Kesehatan

1. Kesehatan Masyarakat

Perseroan telah menetapkan target untuk menginspirasi 100 juta orang Indonesia
di perkotaan dan pedesaan di seluruh negeri untuk mengambil langkah-langkah guna
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan mereka. Kami melaksanakan berbagai
prakarsa berikut untuk mencapai target tersebut, yaitu: Program Ibu di Posyandu

8
berfokus pada pendidikan perilaku hidup bersih dan sehat di tingkat rumah tangga
untuk ibu yang memiliki anak di bawah usia 5 tahun. Program yang didukung oleh
Lifebuoy ini memberikan perhatian khusus untuk para ibu yang baru pertama kali
memiliki anak dengan tujuan meningkatkan tingkat kelangsungan hidup bayi yang
baru lahir melalui praktek mencuci tangan yang benar dengan sabun. Dengan bekerja
sama dengan aktivis dari PKK, yaitu gerakan kesejahteraan keluarga, program ini
memberikan edukasi kebersihan dasar kepada lebih dari 4 juta ibu di 2015.

1. Sekolah Sehat

Program ini berfokus untuk menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa
sekolah dasar dan menengah melalui kegiatan pendidikan yang terpadu mengenai
kesehatan, kebersihan dan gizi. Inti dari program ini adalah pembentukan para kader
kesehatan, yang berperan penting dalam menyampaikan pesan-pesan kesehatan
kepada rekan sebayanya dengan cara memberikan teladan dan motivasi. Di tingkat
SD, para kader kesehatan ini dikenal sebagai ‘dokter kecil’, sementara pada tingkat
menengah, mereka disebut sebagai ‘duta muda.

Pesan utama dari program-program tersebut berkaitan erat dan didukung penuh oleh
brand-brand kami, termasuk cucitangan dengan sabun setelah ke toilet dan sebelum
makan (Lifebuoy); menyikat gigi pagi dan malam (Pepsodent); menggunakan toilet
dengan benar di sekolah dan di rumah (Domestos); minum air yang aman (PureIt);
dan sarapan bergizi sebelum pergi ke sekolah (Blue Band). Edukasi kesehatan dan
kebersihan terpadu ini telah menjangkau sekitar 1,6 juta siswa sekolah dasar sejak
2015.

c. Program Kemasyarakatan

1. Pertanian kedelai hitam yang berkelanjutan

Komitmen untuk menerapkan prinsip pertanian keberlanjutan merupakan bagian


dari visi Unilever untuk mengurangi dampak lingkunga secara keseluruhan. PT.

9
Unilever bekerja sama dengan para pemasok untuk mencapai sasaran yang
ditetapkan. PT. Unilever telah mengembangkan Unilever Sustainable Agriculture
Code (USAC) sebagai definisi akan prinsip pertanian berkerlanjutan. Pedoman ini
terdiri dari berbagai praktik yang harus diimplementasikan oleh para petani dan
pemasok material komoditas pertanian.

2. Program pemberdayaan petani perempuan

Sejak 2003, Yayasan Unilever Indonesia telah bekerja dengan wanita-wanita


pedesaan melalui Program Pengembangan Petani Kedelai Hitam. Mereka terlibat di
dalam proses pasca panen dengan melakukan sortasi biji kedelai hitam terbaik.

3.2 Dampak Positif dari program CSR PT. Unilever

 Lingkungan sosial menjadi lebih baik


 Tingkat pengangguran berkurang di tengah maraknya PHK besar-besaran.
 Meningkatkan Citra Perusahaan
 Memperkuat “Brand” Perusahaan
 Mengembangkan Kerja Sama dengan Para Pemangku Kepentingan
 Membedakan Perusahaan dengan Pesaingnya
 Menghasilkan Inovasi dan Pembelajaran untuk Meningkatkan Pengaruh
Perusahaan
 Membuka Akses untuk Investasi dan Pembiayaan bagi Perusahaan

3.2 Dampak Negatif tanpa adanya Program CSR PT. Unilever

Dampak pencemaran lingkungan yang timbul akibat limbah pabrik PT.


Unilever tanpa adanya CSR dapat terbagi atas tiga jenis yaitu :
1. Dampak Pencemaran Air

10
Air yang telah tercemar dapat mengakibatkan kerugian terhadap manusia juga
ekosistem yang ada didalam air. Kerugian yang disebabkan oleh pencemaran air
dapat berupa :
 Air tidak dapat digunakan lagi untuk keperluan rumah tangga, hal ini
diakibatkan oleh air sudah tercemar sehingga tidak bisa digunakan lagi
apalagi air ini banyak manfaatnya seperti untuk diminum, mandi, memasak
mencuci dan lain-lain,
 Air tidak dapat digunakan untuk keperluan industri, contoh air yang
terkena minyak tidak dapat digunakan lagi sebagai solven atau sebagai air
dalam proses industri kimia,
 Air tidak dapat digunakan untuk keperluan pertanian, seperti untuk irigasi,
pengairan sawah dan kolam perikanan. Apabila air sudah tercemar oleh
senyawa an organik dapat mengakibatkan perubahan drastis pada PH air.
Air yang bersifat terlalu asam atau basa akan mematikan tanaman dan
hewan air, selain itu air yang tercemar oleh limbah B3 menyebabkan
banyak ikan mati dan pada manusia timbul penyakit kulit ( rasa gatal ).
2. Dampak Pencemaran Udara
Dengan dibangunnya pabrik di perkotaan asapnya dapat mengakibatkan
polusi udara sehingga menganggu kenyamanan bagi para pemakai jalan. Apabila
udara telah tercemar maka akan menimbulkan penyakit seperti sesak napas.

3. Dampak Pencemaran Tanah.


Tanah yang telah tercemar oleh bahan pencemar seperti senyawa karbonat maka
tanah tersebut akan menjadi asam, H2S yang bersama CO membentuk senyawa
beracun didalam tanah sehingga cacing penggembur tanah mati.
Ketiga dampak pencemaran tanah ini dapat berakibat buruk terhadap lingkungan
terutama karena hasil kegiatan industri PT Unilever bila limbahnya langsung dibuang
tanpa melalui proses pengolahan lebih dahulu.

11
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Tanpa adanya CSR, PT. Unilever dapat menimbulkan dampak negatif yang berupa
pencemaran lingkungan.
2. Banyak dampak positif yang dirasakan masyarakat sekitar dengan adanya CSR.
3. PT. Unilever turur berperan untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian kualitas
hidup yang lebih baik bagi masyarakat.
4. PT. Unilever melaksanakan program-program yang dapat mengatasi pencemaran
lingkungan.

B. Saran

Tanggung jawab sosial PT Unilever ini akan suskses bila ada kerjasama
diantara perusahaan dengan masyarakat. Untuk mencapai dunia yang lebih setara,
berkelanjutan tanpa kemiskinan dan kerusakan lingkungan. Dibutuhkan pergeseran
paradigma, dari pemenuhan “kepentingan individu” menjadi “kepentingan bersama”,
yaitu perubahan dari pengelolaan “corporate usual responsibility” menjadi “corporate
social responsibility”, yang berarti berubahnya orientasi dari gaya hidup “Saya”
menjadi “Kita”. Seluruh anggota masyarakat harus bekerja bersama sebagai team
untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik untuk kita semua.

12
DAFTAR PUSTAKA
http://adityiaameer.blogspot.co.id/2012/12/program-csr-pt-unilever-indonesia.html

https://www.unilever.co.id/about/who-we-are/about-Unilever/

http://mettalya.blogspot.co.id/2010/12/implementasi-corporate-
social.html

13

Anda mungkin juga menyukai