Analisis Buku Manajemen
Analisis Buku Manajemen
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga penulis bias menyelesaikan tugas “BOOK
REPORT” ini. Dalam penyusunannya mungkin tugas “BOOK REPORT” ini sangat
jauh sekali dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat berharap saran dan
kritik yang sifatnya membangun sebagai bahan perbaikan bagi penulis di masa yang
akan datang.
Dalam kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini. Mudah-
mudahan tugas “BOOK REPORT” yang penulis buat dapat bermanfaat bagi para
pembacanya.
Wassalamualaikum wr.wb
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BOOK REPORT
Identitas Buku
Judul buku : Manajemen Sumber Daya Manusia
Pengarang : Komaruddin Sastradipoera
Penerbit : Kappa Sigma Bandung
Komaruddin Sastradipoera
Kebutuhan
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut maka kita harus
melihat bahwa kebutuhan individu (baik yang cacat maupun tidak cacat)
tidak hanya bersifat fisik, namun lebih jauh dari itu. Abraham Maslow,
seorang pakar aliran Humanisme, membagi kebutuhan manusia menjadi 5
bagian yang menurutnya merupakan suatu hirarki dari yang paling rendah
(kebutuhan fisiologis dasar) sampai ke paling tinggi (kebutuhan aktualisasi
diri).
Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow
Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Kebutuhan untuk dihargai
Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
Kebutuhan akan rasa aman dan tentram
Kebutuhan fisiologis dasar
Hirarki kebutuhan tersebut diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Kebutuhan fisiologis dasar: mencakup makanan, pakaian,
perumahan dan fasilitas-fasilitas dasar lainnya yang berguna untuk
kelangsungan hidup individu
Kebutuhan akan rasa aman: mencakup lingkungan yang bebas dari
segala bentuk ancaman, pekerjaan yang jelas, keamanan atas alat
atau instrumen yang dipergunakan dalam beraktivitas.
Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi: mencakup interaksi
dengan anggota keluarga atau teman, kebebasan melakukan aktivitas
sosial, kesempatan yang diberikan untuk menjalin hubungan yang
akrab dengan orang lain
Kebutuhan untuk dihargai: mencakup pemberian penghargaan atau
reward atas prestasi yang dicapai, mengakui hasil karya individu,
mendaptkan status sosial dalam masyarakat
Kebutuhan aktualisasi diri: mencakup kesempatan dan kebebasan
untuk merealisasikan cita-cita atau harapan individu, kebebasan untuk
mengembangkan bakat atau talenta yang dimiliki.
Dari hirarki kebutuhan tersebut dapat terlihat bahwa prioritas
pemenuhan kebutuhan sangat ditentukan oleh tingkatan kebutuhan yang
ada. Artinya individu yang sudah terpenuhi kebutuhan fisiologis dasar
secara otomatis akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan di tingkat
yang lebih tinggi dan begitu seterusnya.
Pekerjaan
Seiring dengan adanya berbagai kebutuhan individu, maka alasan
individu untuk bekerja pun menjadi beragam mengikuti kebutuhan tersebut
sehingga pekerjaan memiliki makna tertentu bagi individu. Makna suatu
pekerjaan bukan lagi hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan fisiologis
dasar tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi
tingkatannya. Jika dilihat dari sudut pandang psikologi, maka suatu
pekerjaan memiliki beberapa makna sebagai berikut:
1. Instrumen (instrumental)
Dalam memahami bahwa bekerja adalah suatu alat atau instrumen,
maka dapat kita bagi menjadi dua bagian yaitu sebagai alat untuk
mendapatkan penghasilan dan sebagai alat untuk melakukan aktivitas.
Bahwa bekerja merupakan alat untuk memperoleh penghasilan mungkin
tidak perlu saya jelaskan lagi karena hal tersebut sudah merupakan hal
yang umum dan sangat terkait dengan kebutuhan fisiologis dasar.
Dalam hal bekerja merupakan instrumen untuk beraktivitas, sangatlah
jelas bagi kita bahwa dengan bekerja seseorang akan memiliki
serangkaian aktivitas yang pasti dan jelas. Dengan bekerja maka semua
kegiatan seolah-olah menjadi terprogram. Contoh: orang yang memiliki
pekerjaan pasti akan bangun tidur pada jam tertentu, mandi dan sarapan
dalam waktu tertentu, lalu berangkat kerja pada jam tertentu, bekerja
dengan rentang waktu yang sudah jelas, dan kemudian pulang ke
rumahnya pada jam tertentu pula. Semua waktu terlihat diisi dengan
optimal dan bermanfaat, sehingga hampir tidak ada ruang untuk meratapi
kemalangan hidup atau hal-hal negatif dalam diri individu. Semua itu
membuat individu yang bekerja menjadi berbeda dengan individu yang
tidak memiliki pekerjaan. Dalam beberapa kasus aktivitas-aktivitas kerja
sangat dinikmati dan terasa begitu penting oleh si pekerja sehingga ia rela
bekerja (melakukan aktivitas kerja) mesti tidak mendapatkan gaji
(bayaran). Dalam hal ini aktivitas tersebutlah yang dianggap sebagai
bayaran.
2. Kesenangan (enjoyment)
Sejalan dengan aktivitas yang dilakukan sebagai konsekuensi logis
dari bekerja, maka tidak jarang individu menemukan berbagai kesenangan
dalam bekerja. Pada pekerjaan yang benar-benar sesuai dengan minat
dan bakat serta cita-citanya maka aktivitas kerja merupakan hiburan dan
pendorong semangat hidup. Dengan kesenangan yang dimilikinya
tersebut maka individu akan dapat berfungsi secara optimal sehingga
bermanfaat bagi perkembangan jiwanya dan juga memudahkannya dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.
3. Pemenuhan diri (self-fulfillment)
Setiap orang ingin mengaplikasikan semua talenta yang dimiliki.
Dengan bekerja maka individu memiliki kesempatan untuk
mengaplikasikan semua kemampuan yang dimilikinya atau dengan kata
lain bekerja memungkinkan seseorang untuk dapat mengaktualisasikan
dirinya. Dengan bekerja individu akan terus-menerus meningkatkan
pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan diri untuk menjadi lebih baik
dari hari ke hari. Lewat pekerjaan ia menghasilkan suatu karya cipta dan
akan memperoleh pengakuan atau hasil karya tersebut. Dengan demikian
maka ia akan semakin memiliki konsep diri yang positif dan memiliki rasa
percaya diri yang tinggi.
4. Institusi Sosial (social institution)
Tak dapat dipungkiri bahwa pekerjaan menciptakan suatu institusi
sosial. Dengan bekerja mau tidak mau individu terikat dalam suatu institusi
sosial yang memiliki aturan main tersendiri yang seringkali berbeda antara
institusi yang satu dengan yang lain. Dengan bekerja maka relasi sosial
akan terbuka lebar dan akan terjalin hubungan interpersonal. Hubungan
tersebut memungkinkan individu untuk bisa berbagi pengalamanan, tukar-
menukar informasi, bertanya, bahkan memperoleh bimbingan dari orang
lain, sehingga memperluas wawasan individu tersebut. Dalam interaksi
sosial dalam dunia kerja, sang individu mungkin akan menemukan teman
akrab bahkan mungkin juga teman hidup. Selain itu dengan bekerja
individu memiliki status sosial yang jelas dan diakui oleh masyarakat,
sehingga ia merasa diterima dan menjadi bagian masyarakat.
Dengan melihat makna suatu pekerjaan bagi individu dan mengingat
asas kesamaan kesempatan untuk memperoleh pekerjaan dan kehidupan
yang layak, maka kita semua tentu dapat lebih memahami jika Lembaga
Bantuan Hukum (LBH) penyandang cacat Indonesia mendesak kepada
semua perusahaan yang beroperasi di Indonesia untuk melaksanakan
kewajiban kuota tenaga kerja penyandang cacat seperti disebutkan di
atas. Pentingnya suatu pekerjaan bagi individu juga tidak memandang
apakah seorang penyandang cacat berasal dari keluarga yang mampu
atau keluarga tidak mampu, mengingat bahwa bekerja justru memiliki
makna yang jauh lebih mendalam dari sekedar masalah finansial.
Kesiapan dan Kemampuan
Untuk dapat bersaing dengan para pekerja tidak cacat maka para
penyandang cacat tentu harus mempersiapkan segala hal untuk dapat
menampilkan potensi yang dimilikinya. Hal tersebut harus dilakukan
mengingat bahwa keberhasilan seseorang dalam mendapatkan pekerjaan
akan sangat ditentukan oleh kemampuan yang bersangkutan dalam
meyakinkan si pemberi pekerjaan (perusahaan) bahwa dialah yang terbaik
untuk mengisi jabatan yang tersedia. Hal inipun berlaku untuk semua
pencari kerja, termasuk penyandang cacat. Oleh sebab itu penyandang
cacat yang mau bekerja harus mempersiapkan hal-hal sebagai berikut:
Tingkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan anda melalui
pelatihan-pelatihan atau pun kursus-kursus yang sesuai.
Aktif mencari lowongan pekerjaan yang sesuai. Gunakan berbagai jalur
dan teknik mencari pekerjaan, misalnya lewat institusi penyandang
cacat, relasi, media massa, dll.
Cari tahu dan kenali perusahaan-perusahaan yang berpotensi
mempekerjakan para penyandang cacat.
Manfaatkan teknologi secara maksimal untuk membantu anda. Satu
hal yang sangat membantu saat ini adalah adanya komputer. Dengan
keahlian menggunakan komputer maka akan terbuka banyak peluang
bagi penyandang cacat untuk bersaing bahkan bisa menjadi lebih ahli
dibandingkan orang yang tidak cacat.
Jika dipanggil wawancara kerja maka buatlah wawancara tersebut
menjadi mudah bagi interviewer (perusahaan) denganmemberitahukan
hal-hal apa saja yang harus mereka siapkan untuk anda.
Berpakaianlah secara pantas sesuai dengan jabatan atau pekerjaan
yang dilamar.
Bawalah surat lamaran beserta resume dan bahkan contoh hasil karya
yang telah anda buat (jika ada) pada saat wawancara.
Antisipasi sikap-sikap negatif terhadap anda. Seperti yang telah
disebutkan di atas, maka tidak dapat diingkari bahwa masih ada orang
yang memiliki prasangka buruk atau menganggap remeh para
penyandang cacat. Menghadapi hal tersebut maka anda harus
mempersiapkan mental secara baik sehingga tidak terpancing atau
menjadi emosional menanggapi hal tersebut. Fokuskan diri anda
hanya pada hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan. Dengan
cara ini perusahaan akan lebih dapat mengenali potensi anda.
Atasi pertanyaan-pertanyaan yang "memojokkan" secara elegan.
Dalam wawancara kerja tidak tertutup kemungkinan bahwa si interviewer
akan bertanya sampai ke hal-hal yang bersifat pribadi. Contoh: berapa kali
dalam sebulan anda harus ke dokter? (maksudnya: mungkin jika sering ke
dokter maka jika itu menjadi tanggungan perusahaan tentu akan berat
selain itu pekerja pasti akan sering absen). Jika pertanyaan semacam ini
diajukan pada anda yang kebetulan penyandang cacat maka pahami
terlebih dahulu maksud pertanyaan tersebut dan kemudian jawablah
pertanyaan tersebut sejujurnya dan tambahkan dengan kata-kata:
"Pak/Bu, saya menjamin bahwa tidak ada hal-hal dalam kehidupan pribadi
saya yang akan dapat mengganggu saya dalam mengerjakan tugas-tugas
yang diberikan perusahaan".
Mengingat bahwa para penyandang cacat tidak dapat mempersiapkan
diri sendiri tanpa dukungan dari pemerintah dan perusahaan/institusi
penyedia lapangan kerja maka sangat perlu kiranya kedua pihak tersebut
memberikan dukungan yang maksimal. Bagi pemerintah dukungan untuk
memberdayakan para penyandang cacat melalui pelatihan-pelatihan atau
pun kursus-kursus amat sangat dibutuhkan. Oleh karena itu pemerintah
diharapkan menyediakan dana dan sarana yang memadai.
Bagi perusahaan, melalui artikel ini penulis ingin mengetuk hati para
pembuat keputusan atau pemegang kebijakan di perusahaan untuk bisa
memberikan kesempatan kepada para penyandang untuk dapat bekerja
sesuai dengan kualifikasi yang ada. Jangan merekrut pekerja
penyandang cacat berdasarkan rasa belas kasihan dan tanpa prosedur
yang semestinya, tetapi hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur
rekrutmen dan seleksi yang semestinya sehingga hak-hak dan kewajiban
antara perusahaan dan pekerja (penyandang cacat) menjadi terjamin.
Selain itu bagi perusahaan yang terpaksa harus menerima kenyataan
bahwa ada pekerjanya yang mengalami kecelakaan kerja dan berakhir
dengan cacat, maka perlakukan mereka dengan sepantasnya sesuai
dengan jasa dan pengabdian yang telah mereka berikan. Dalam kasus
seperti ini hendaknya perusahaan tidak serta merta melakukan PHK dan
menggantikan kedudukan pekerja tersebut dengan orang lain yang tidak
cacat. Selamat membaca dan semoga berguna.
Saran:
Sebaiknya buku ini disusun lebih sistematis lagi, agar mudah dipahami
bagi para kalangan pelajar atau mahasiswa yang membacanya. Bahasa
yang digunakannya sangat intelektual sekali, sebaiknya menggunakan
bahasa yang lebih dimengerti. Tetapi untuk kalangan masyarakat umum
buku ini perlu menjadi pegangan dalam memenej suatu organisasi,
komunitas, bahkan suatu kelompok. Kajian pembahasannya pun perlu
dipertimbangkan agar mampu menyaring inti dari permasalahannya.
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
Book Report
Tugas ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah MSDM
Disusun oleh
Yuniar Muzdalipah
0700801