KARAKTERISASI EKSTRAK DAUN DEWA Gynura P PDF
KARAKTERISASI EKSTRAK DAUN DEWA Gynura P PDF
ABSTRACT
Extract of god leaves [Gynura pseudochina (L.) DC] has been characterized by using the
high performance liquid chromatography method (HPLC). Dried god leaves were extracted
by 70% ethanol and followed by fractionation successively with hexane, ethyl acetate,
butanol and water. Fractions of ethyl acetate, butanol and water were dissolved in methanol
respectively and injected into HPLC system which is optimized previously. Profiles of
respective fractions showed a number of specific peaks that can be used to identify and
control the quality of god leaves extract.
Keywords: characterization, HPLC, Gynura pseudochina
ABSTRAK
Karakterisasi ekstrak daun dewa [Gynura pseudochina (L.) DC] telah dilakukan dengan
menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Daun dewa kering diekstraksi
dengan etanol 70% dan kemudian difraksinasi berturut-turut dengan heksana, etil asetat,
butanol dan air. Fraksi-fraksi etil asetat, butanol dan air dilarutkan dalam metanol dan
diinjeksikan ke sistem KCKT yang telah dioptimasi sebelumnya. Pola KCKT masing-masing
fraksi menunjukkan puncak-puncak khas yang dapat dipakai untuk identifikasi dan
pengendalian mutu ekstrak daun dewa.
Kata kunci: karakterisasi, KCKT, daun dewa, Gynura pseudochina
detector SPD-10A dan kolom liquid 1 mL/menit serta deteksi pada panjang
chromatography LC-10AT RP-18 (250 gelombang 360 nm.
x 4,6 mm, 5 µm), alat untuk
menghilangkan gas yang terlarut dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN
larutan (2210 Branion Sonics),
penyaring membrane milipore 0,22 Dalam penelitian ini daun dewa yang
mm, kertas saring polypropylene digunakan adalah daun dewa seperti
(Whatman). Sebelum digunakan, diperlihatkan pada Gambar 1.
keseuaian sistem KCKT untuk Tumbuhan ini tumbuh subur di dalam
pemisahan komponen-komponen yang pot yang diberi pupuk kandang tanpa
ada dalam ekstrak daun dewa harus pestisida di Kelurahan Anduring,
ditentukan terlebih dahulu. Pengujian Kecamatan Kuranji, Kota Padang.
keseuaian sistem untuk memilih fase Untuk memastikan kebenarannya,
gerak dilakukan dengan menggunakan tumbuhan ini telah dideterminasi oleh
senyawa pembanding yaitu rutin, Herbarium Universitas Andalas dengan
isokuersitrin dan kuersetin pada nama Gynura pseudochina (Lour.) DC.
berbagai macam pelarut dan
perbandingan yaitu metanol :
aquabidest (50:50, 60:40, 70:30),
metanol : asam asetat 1 % (50:50,
60:40, 70:30) dengan kecepatan alir 1
mL/menit. Pada pengujian ini
digunakan kolom fase terbalik RP18.,
detektor UV pada panjang gelombang
360 nm, volume penyuntikan 20 µL.
Dari kromatogram yang didapatkan, Gambar 1. Daun Dewa [Gynura
ditentukan waktu retensi (tR), faktor pseudochina (Lour.) DC]
kapasitas (k’), dan efisien kolom (N),
resolusi (R), tinggi plat teoritis (HETP) Dari daun dewa segar sebanyak 1
dari larutan standar. Fase gerak yang kilogram setelah dikering-anginkan
paling optimum memisahkan pada suhu kamar sampai kering (kadar
komponen-komponen tersebut dipakai air 9,6 %), diperoleh serbuk daun dewa
untuk karakterisasi ekstrak daun dewa. kering sebanyak 235 gram. Pembuatan
ekstrak daun dewa dilakukan
Pemeriksaan Ekstrak Daun Dewa berdasarkan buku Monografi Ekstrak
dengan KCKT: Ekstrak kental daun
Tumbuhan Obat Indonesia Volume 1
dewa sebanyak 0,5670 gram dilarutkan (15) untuk pembuatan ekstrak daun
dengan aqua bidest dalam labu ukur sambung nyawa (Gynura procumbens).
sampai 50 mL. Larutan ekstrak itu Dari 100 g daun dewa kering diperoleh
difraksinasi berturut-turut dengan ekstrak kental sebanyak 7,567 gram
heksan, etil asetat dan butanol.
dengan rendemen 7,567 %. Rendemen
Masing-masing fraksi dan fraksi sisa ini sesuai dengan persyaratan yang
dalam air diuapkan pelarutnya dengan ditetapkan oleh BPOM (15) untuk
rotary evaporator sampai kental. Fraksi ekstrak kental daun sambung nyawa.
kental etil asetat, butanol dan air Hasil pemeriksaan organoleptik yaitu
dilarutkan dengan metanol sampai 100
bentuk, bau, warna dan rasa dari
mL, kemudian disaring melalui filter ekstrak daun dewa menunjukkan nilai-
0,45 mm. Sebanyak 20 µL larutan nilai yang berbeda dengan ekstrak
fraksi dalam metanol diinjeksikan kental daun sambung nyawa (14).
kedalam sistem KCKT dengan pelarut Demikian pula hasil pengujian
yang sesuai, laju alir fase gerak adalah parameter non speksifiknya, berbeda
136
Karakterisasi ekstrak Daun Dewa dengan KCKT
(Harrizul Rivai, Hazli Nurdin, Hamzar Suyani, Amri Bakhtiar)
dengan ekstrak kental daun sambung Pada kromatogram fraksi etil asetat
nyawa (14). Hasil pengujian ini (Gambar 3A) terdeteksi lima senyawa
menunjukkan bahwa ekstrak daun dengan waktu retensi 3,358, 4,833,
dewa yang dibuat sesuai dengan 6,350, 11,867 dan 12,317 menit. Pada
standar mutu yang berlaku, tetapi kromatogram fraksi butanol (Gambar
berbeda dengan ekstrak kental 3B) terdeteksi tujuh senyawa dengan
sambung nyawa. Hasil uji pendahuluan waktu retensi 2,742, 2,942, 3,275,
ekstrak daun dewa menunjukkan 3,625, 4,592, 5,000 dan 6,150 menit.
bahwa ekstrak berbentuk cairan kental, Sedangkan pada kromatogram fraksi
berbau khas, berwarna hijau tua dan air (Gambar 3C) terdeteksi enam
rasa pahit. Susut pengeringan yang senyawa dengan waktu retensi 2,442,
diperoleh dari ekstrak daun dewa 2,675, 3,192, 7,500, 7,842 dan 9,950
adalah 9,48 %, kadar abu total 7,85 % menit.
dan kadar abu tidak larut dalam asam
1,25 %. A
Dari beberapa perbandingan fase
gerak yang digunakan diperoleh hasil
terbaik dengan menggunakan fase
gerak metanol : asam asetat 1% pada
perbandingan 70 : 30 dan sistem KCKT
partisi fase terbalik RP 18 (250 x 4,6
mm, 5 µm), detektor UV pada panjang
gelombang 360 nm dan kecepatan alir
1 mL/menit. Dari kromatogram dapat B
dilihat bahwa senyawa rutin terlihat
pada waktu retensi 3,225 menit,
sedangkan pada kromatogram
pembanding kuersetin terdapat dua
puncak yaitu isokuersitrin terlihat pada
waktu retensi 4,450 menit dan
kuersetin terlihat pada waktu retensi C
5,683 menit (Gambar 2A dan 2B).
Kromatogram campuran kedua
senyawa pembanding tersebut
menunjukkan tiga puncak pada waktu
retensi 3,250, 4,533 dan 5,808 menit
(Gambar 2C). Pada pengukuran KCKT
senyawa pembanding secara berulang Gambar 2. Kromatogram KCKT Rutin
diperoleh waktu retensi seperti pada (A), Isokuersitrin dan
Tabel 1. Kuersetin (B) dan
Dari kromatogram hasil pengukuran Campuran Ketiganya (C)
ekstrak daun dewa (Gambar 3) dapat dengan Fase Gerak
dilihat bahwa pada fraksi etil asetat, Metanol-Asam Asetat 1%
butanol dan air dapat terdeteksi (70 : 30)
beberapa senyawa. Karakteristik
kromatogram itu diringkaskan dalam
Tabel 2.
137
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 3 Januari 2011: 134 -141
Ekstrak daun dewa sebanyak bersifat non polar akan terikat kuat
0,5670 gram ditambahkan 50 ml aqua dalam kolom. Fraksi-fraksi etil asetat,
bidestilata dan dilakukan proses butanol dan air dikarakterisasi
fraksinasi, tujuannya adalah untuk menggunakan KCKT. Fraksi-fraksi ini
memisahkan senyawa yang bersifat diduga mengandung senyawa-senyawa
non polar, semi polar dan polar. Pelarut polifenol dan senyawa semi polar
yang digunakan pada proses fraksinasi lainnya. Hasil fraksinasi ini diuapkan
ini adalah heksan (non polar), etil dengan rotary evaporator sehingga
asetat (semi polar) dan butanol (polar) diperoleh larutan pekat. Larutan pekat
dan air (paling polar). Dari fraksinasi ini dilarutkan dalam metanol sampai
ekstrak daun dewa didapat 4 fraksi 100 ml lalu diukur dengan
yaitu fraksi heksan, fraksi etil asetat, menggunakan KCKT partisi fase
fraksi butanol dan fraksi air. Dari terbalik.
keempat fraksi ini, fraksi heksan tidak Untuk mendapatkan hasil yang baik
dikarakterisasi dengan KCKT karena dalam karakterisasi ekstrak daun dewa
dikhawatirkan fraksi heksan yang dengan KCKT, uji kesesuaian sistem
138
Karakterisasi ekstrak Daun Dewa dengan KCKT
(Harrizul Rivai, Hazli Nurdin, Hamzar Suyani, Amri Bakhtiar)
perlu dilakukan terlebih dahulu. Untuk digunakan dengan fase gerak polar dan
uji kesesuaian sistem, faktor-faktor semi polar. Uji kesesuaian sistem ini
yang harus diperhatikan adalah jenis dilakukan dengan menggunakan
kolom yang digunakan, jenis fase gerak senyawa pembanding yang
yang cocok dan panjang gelombang diperkirakan terkandung dalam ekstrak
detektor. Pada penelitian ini kolom daun dewa, yaitu rutin, isokuersitrin dan
yang digunakan adalah kolom RP 18, kuersetin. Dari kromatogram yang
ukuran 250 mm x 4,6 mm. Pemilihan dihasilkan dihitung nilai tinggi plat
kolom ini disesuaikan dengan metode teoritis (HETP), jumlah plat teoritis (N),
KCKT yang digunakan yaitu KCKT faktor kesimetrisan (TF), resolusi (R),
partisi fase terbalik yang dapat selektivitas (α) dan faktor kapasitas (k’).
Gambar 3. Kromatogram KCKT Fraksi Etil Asetat (A), Fraksi Butanol (B) dan Fraksi
Air (C) dari Ekstrak Daun Dewa dengan Fase Gerak Metanol-Asam
Asetat 1% (70 : 30)
141