Anda di halaman 1dari 17

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Sistem tenaga listrik


Pengertian Sistem Tenaga Listrik Secara umum sistem tenaga listrik terdiri

atas komponen tenaga listrik yaitu pembangkit tenaga listrik, sistem transmisi dan

sistem distribusi. Ketiga bagian ini merupakan bagian utama pada suatu rangkaian

sistem tenaga listrik yang bekerja untuk menyalurkan daya listrik dari pusat

pembangkit ke pusat-pusat beban. Rangkaian sistem tenaga listrik dapat dilihat pada

gambar 2.1.

Energy listrik yang dihasilkan di pusat pembangkit listrik akan disalurkan melalui

saluran transmisi kemudian melalui saluran distribusi akan sampai ke konsumen.

Berikut ini penjelasan mengenai bagian utama pada system tenaga listrik pada

umumnya, antara lain :


2.1.1 Pusat Pembangkit Listrik (Power Plant)

Pusat pembangkit listrik merupakan tempat energi listrik pertama kali

dibangkitkan, dimana terdapat turbin sebagai penggerak awal (PrimeMover) dan

generator yang membangkitkan listrik dengan mengubah tenaga turbin menjadi

energi listrik. Biasanya dipusat pembangkit listrik juga terdapat gardu induk.

Peralatan utama pada gardu induk antara lain: transformer, yang berfungsi untuk

menaikkan tegangan generator (11,5kV) menjadi tegangan transmisi atau tegangan

tinggi (150kV) dan juga peralatan pengaman dan pengatur. Secara umum, jenis

pusat pembangkit dibagi kedalam dua bagian besar yaitu pembangkit hidro yaitu

PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) dan pembangkit thermal diantaranya yaitu

PLTU (Pusat Listrik Tenaga Uap), PLTG (Pusat Listrik Tenaga Gas), PLTN (Pusat

Listrik Tenaga Nuklir), dan PLTGU (Pusat Listrik Tenaga Gas Uap).

2.1.2 Transmisi Tenaga Listrik

Transmisi tenaga listrik merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari

pusat pembangkitan listrik hingga saluran distribusi listrik sehingga nantinya dapat

tersalurkan pada pengguna listrik.

2.1.3 Sistem Distribusi

Sistem distribusi ini adalah sub sistem tenaga listrik yang langsung

berhubungan dengan pengguna listrik dan pada umumnya berfungsi dalam hal

penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat. Sub sistem ini terdiri dari: pusat

pengatur atau gardu induk, gardu hubung, saluran tegangan menengah atau jaringan

primer (6 kV dan 20 kV) yang berupa saluran udara atau kabel bawah tanah, saluran
tegangan rendah atau jaringan sekunder (380 V dan 220 V), gardu distribusi

tegangan yang terdiri dari panel-panel pengatur tegangan baik tegangan menengah

ataupun tegangan rendah, dan trafo.

2.2 Gangguan Pada System Tenaga Listrik

Pada system saluran tenaga listrik dalam melakukan penyaluran energy

listrik tidak selalu berjalan dengan baik, pasti selalu terdapat gangguan baik itu

gangguan yang berasal dari system tenaga listrik itu sendiri, maupun gangguan yang

berasal dari luar system tenaaga listrik. Salah satu gangguan yang paling sering di

temukan dalam system tenaga listrik adalah gangguan hubung singkat. Gangguan

hubung singkat ini jika terjadi akan berdampak negative pada system tenaga listrik

dan dapat merugikan pihak PLN dan pihak konsumen.

2.2.1 Jenis Gangguan Berdasarkan Lamanya Gangguan

a. Gangguan Permanen

Gangguan yang bersifat permanen dapat disebabkan oleh kerusakan peralatan,

sehinggga gangguan ini baru hilang setelah kerusakan ini diperbaiki atau karena

ada permanen. Misal gangguan ini yaitu adanya kawat yang putus, terjadinya

gangguan hubung singkat, belitan trafo, tembus isolasi.

b. Gangguan Temporer

Merupakan gangguan yang terjadi dalam waktu yang singkat saja dimana

kemudian sistem kembali dalam keadaan normal.


2.2.2 Gangguan Hubung Singkat

Gangguan hubung singkat dapat terjadi akibat adanya isolasi yang tembus atau

rusak karena tidak tahan terhadap tegangan lebih, baik yang berasal dari dalam

(Tegangan lebih dan arus tak normal) maupun yang berasal dari luar (akibat

sambaran petir)bila gangguan hubung singkat di biarkan berlangsung dengan lama

pada suatu sistem daya, banyak pengaruh-pengaruh yang tidak di inginkan dapat

terjadi:

a. berkurangnya batas-batas kesetabilan untuk sistem daya.

b. rusaknya perlengkapan yang berada dekat dengan ganguan yang di sebabkan oleh

arus tak seimbang, atau tegangan rendah yang di timbulkan oleh hubung singkat.

c. ledakan yang mungkin terjadi pada peralatan yang mendukung minyak isolasi

suatu terjadinya suatu hubung singkat, dan yang mungkin menimbulkan

kebakaran sehingga dapat membahayakan orang yang menanganinya dan

merusak peralatan-peralatan yang lain.

d. terbaginya keseluruhan daerah pelayanan sistem daya itu oleh susatu rentekan

tindakan pengamanan yang di ambil oleh sistem pengaman yang berbeda,

kejadian ini di kenal sebagai’cascading’.

2.2.3 Dari segi Kesimetrisan Atau Keseimbangan

a. Simetri atau seimbang

Gangguan ini terdiri dari :

1. Tiga fasa (3ϕ)

2. Tiga fasa ke tanah (3ϕ - N)


Gambar 2.2 gangguan hubung singkat simetri

b. Tidak simetri atau tidak seimbang

Gangguan ini terdiri dari :

1. Gangguan antar fasa (2ϕ)

2. Dua fasa ke tanah (2ϕ - N)

3. Satu fasa ke tanah (1ϕ - N)

Gambar 2.3 gangguan tidak simetris

2.2.4 Komponen Simetris

Menurut teorema Fortescue, tiga fasor tak seimbang dari sistem tiga fasa

dapat diuraikan menjadi tiga sistem fasor yang seimbang. Himpunan seimbang

komponen itu adalah (Stevenson, 1982: 260):


a. Komponen urutan positif, yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya,

terpisah satu dengan yang lainnya dalam fasa sebesar 120, dan mempunyai

urutan fasa yang sama seperti fasor aslinya.

b. Komponen urutan negatif, yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya,

terpisah satu dengan yang lainnya dalam fasa sebesar 120, dan mempunyai

urutan fasa yang berlawanan dengan fasor aslinya.

c. Komponen urutan nol, yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya dan dengan

pergeseran fasa nol antara fasor yang satu dengan yang lain. Dalam sistem tiga

fasa, urutan fasa didefinisikan sebagai arus seimbang

2.2.4 Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah

Hubung singkat satu fasa ke tanah adalah gangguan hubung singkat yang

terjadi karena flashover antara penghantar fasa dan tanah (tiang travers atau kawat

tanah pada SUTM). Gangguan ini bersifat temporer, tidak ada kerusakan yang

permanen di titik gangguan. Pada gangguan yang tembusnya adalah isolasi

udaranya, oleh karena itu tidak ada kerusakan yang permanen. Setelah arus

gangguannya terputus, misalnya karena terbukanya circuit breaker oleh relai

pengamannya, peralatan atau saluran yang terganggu tersebut siap dioperasikan

kembali. Jika terjadi gangguan satu fasa ke tanah, arus gangguannya hampir selalu

lebih kecil daripada arus hubung singkat tiga fasa. Berdasarkan ANSI/IEEE Std.

100-1992 gangguan didefinisikan sebagai suatu kondisi fisis yang disebabkan

kegagalan suatu perangkat, komponen, atau suatu elemen untuk bekerja sesuai

dengan fungsinya. Gangguan hampir selalu ditimbulkan oleh hubung singkat antar

fase atau hubung singkat fase ke tanah. Suatu gangguan hampir selalu berupa
hubung langsung atau melalui impedansi. Istilah gangguan identik dengan hubung

singkat, sesuai standart ANSI/IEEE Std. 100-1992. Hubung singkat merupakan

suatu hubungan abnormal (termasuk busur api) pada impedansi yang relatif rendah

terjadi secara kebetulan atau disengaja antara dua titik yang mempunyai potensial

yang berbeda. Istilah gangguan atau gangguan hubung singkat digunakan untuk

menjelaskan suatu hubungan singkat. Untuk mengatasi gangguan tersebut, perlu

dilakukan analisis hubung singkat sehingga sistem Proteksi yang tepat pada Sistem

Tenaga Listrik dapat ditentukan. Analisis hubung singkat adalah analisis yang

mempelajari kontribusi arus gangguan hubung singkat yang mungkin mengalir pada

setiap cabang didalam sistem (di jaringan distribusi, transmisi, trafo tenaga atau dari

pembangkit) sewaktu gangguan hubung singkat yang mungkin terjadi di dalam

sistem tenaga listrik.Analisis Hubung Singkat memiliki tujuan, yaitu sebagai

berikut:

1. Untuk menentukan arus maksimum dan minimum hubung singkat.

2. Untuk menentukan arus gangguan tak simetris bagi gangguan satu dan dua

line ke tanah, gangguan line ke line, dan rangkaian terbuka

3. Penyelidikan operasi rele-rele proteksi

4. Untuk menentukan kapasitas pemutus dari circuit breaker

5. Untuk menentukan distribusi arus gangguan dan tingkat tegangan busbar

selama gangguan.

Hubung singkat terjadi akibat dari faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal dari gangguan adalah rusaknya peralatan listrik. Faktor eksternal
adalah antara lain cuaca buruk, seperti badai, hujan, dingin; bencana, seperti gempa

bumi, angin ribut, kecelakaan kendaraan; runtuhnya pohon; petir; aktivitas

konstruksi, ulah manusia, dan lain-lain. Sebagian besar gangguan terjadi karena

cuaca buruk, yaitu hujan atau badai, dan pohon. Gangguan hubung singkat

menyebabkan terjadinya interupsi kontinuitas pelayanan daya kepada para

konsumen apabi1a gangguan itu sampai menyebabkan terputusnya suatu rangkaian

(sircuit) atau menyebabkan keluarnya satu unit pembangkit, penurunan tegangan

yang cukup besar menyebabkan rendahnya kualitas tenaga listrik dan merintangi

kerja normal pada peralatan konsumen, pengurangan stabilitas sistem dan

menyebabkan jatuhnya generator, dan merusak peralatan pada daerah terjadinya

gangguan tersebut. Gangguan dapat terdiri dari gangguan temporer atau permanent.

Kebanyakan gangguan temporer di amankan dengan circuit breaker (CB) atau

pengaman lainnya. Gangguan permanent adalah gangguan yang menyebabkan

kerusakan permanent pada sistem. Seperti kegagalan isolator, kerusakan

penghantar, kerusakan pada peralatan seperti transformator atau kapasitor. Pada

saluran bawah tanah hampir semua gangguan adalah gangguan permanen.

Kebanyakan gangguan peralatan akan menyebabkan hubung singkat. Gangguan

permanen hampir semuanya menyebabkan pemutusan/gangguan pada konsumen.

Untuk melindungi jaringan dari gangguan digunakan fuse, recloser atau CB.

Namun, berdasarkan kesimetrisannya, gangguan terdiri dari gangguan simetris dan

asimetris. Gangguan simetris adalah gangguan yang terjadi pada semua fasanya

sehingga arus dan tegangan pada masing-masing fasa bernilai sama, yaitu di

antaranya Hubung Singkat 3 fasa dan Hubung singkat 3 fasa ke tanah. Sedangkan
gangguan simetris adalah gangguan yang mengakibatkan arus yang mengalir pada

setiap fasa tidak seimbang, yaitu di antaranya hubung singkat 1 fasa ke tanah.

Persamaan yang di gunakan untuk menghitung hubung singkat satu phasa ke tanah

adalah sebagai berikut

Gambar 2.4 Gangguan Satu Fasa ke Tanah


Kondisi terminalnya sebagai berikut :

𝐼b = 0 ; 𝐼c = 0 ; 𝑉af =𝐼a.𝑍f ; 𝑉 = 0

Untuk persamaan arus yang digunakan diperoleh dari komponen simetris arus :

𝐼𝑎0 = 1⁄3 (𝐼𝑎 + 𝐼𝑏 + 𝐼𝑐 ) = 1⁄3 𝐼𝑎

𝐼𝑎1 = 1⁄3 (𝐼𝑎 + 𝑎𝐼𝑏 + 𝑎2 𝐼𝑐 ) = 1⁄3𝐼𝑎

𝐼𝑎2 = 1⁄3 (𝐼𝑎 + 𝑎2 𝐼𝑏 + 𝑎𝐼𝑐 ) = 1⁄3𝐼𝑎

Jadi, 𝐼𝑎0 = 𝐼𝑎1 = 𝐼𝑎2 = 1⁄3𝐼𝑎 (2.1)

Adapun formula perhitungan hubung singkat adalah:


3𝑉𝐿−𝑁
𝐼hs 1 _ tanah = (𝑧 (2.2)
1 +𝑧2 +𝑧3 )

Keterangan:

𝐼hs 1 _ tanah =arus hubung singkat fasa-tanah dalam ampere

3𝑉𝐿−𝑁 = Tegangan fasa dalam Volt

𝑍1 = Impedansi urutan positif rangkaian dalam Ohm


𝑍2 = Impedansi urutan negatif rangkaian dalam Ohm

𝑍3 = Impedansi urutan nol rangkaian dalam Ohm

2.3 System proteksi pada tenaga listrik

Dalam melakukan penyaluran energy listrik pasti selalu di lengkapi dengan

system proteksi atau system pengaman. System proteksi atau system pengaman

mempunyai salah satu fungsi yaitu meminimalisir gangguan yang terjadi pada

system tenaga listrik dan tidak terpengaruh pada jaringan listrik yang lain agar

penyaluran energy listrik dapat terus berjalan dengan baik. Ada beberapa pengaman

atau proteksi dalam system tenaga listrik anatara lain :

2.3.1 Dasar-Dasar Sistem Proteksi

Secara umum rele proteksi harus bekerja sesuai dengan yang diharapkan dengan

waktu yang cepat sehingga tidak akan mengakibatkan kerusakan, ataupun kalau

suatu peralatan terjadi kerusakan secara dini telah diketahui, atau walaupun terjadi

gangguan tidak menimbulkan pemadaman bagi konsumen. Hal ini dapat dijabarkan

sebagai fungsi dan persyaratan rele pengaman seperti penjelasan berikut. Rele

proteksi adalah susunan peralatan yang direncanakan untuk dapat merasakan atau

mengukur adanya gangguan atau mulai merasakan adanya ketidak normalan pada

peralatan atau bagian sistem tenaga listrik dan segera secara otomatis member

perintah untuk membuka pemutus tenaga untuk memisahkan peralatan atau bagian

dari sistem yang terganggu dan member isyarat berupa lampu dan bel. Rele proteksi

dapat merasakan atau melihat adanya gangguan pada peralatan yang diamankan

dengan mengukur atau membandingkan besaranbesaran yang diterimanya,


misalnya arus, tegangan, daya, sudut rase, frekuensi, impedansi dan sebagainya,

dengan besaran yang telah ditentukan, kemudian mengambil keputusan untuk

seketika ataupun dengan perlambatan waktu membuka pemutus tenaga. Pemutus

tenaga umunya dipasang pada generator, transformator daya, saluran transmisi,

saluran distribusi dan sebagainya supaya masing-masing bagian sistem dapat

dipisahkan sedemikian rupa sehingga system lainnya tetap dapat beroperasi secara

normal ( 2 Samaulah, Hazairin. 2004. Dasar-Dasar Sistem Proteksi Tenaga Listrik.

Unsri, Palembang. Hal : 5)

Tugas rele proteksi juga berfungsi menujukkan lokasi dan macam

gangguannya. Dengan data tersebut memudahkan analisa dari gangguannya. Dalam

beberapa hal rele hanya member tanda adanya gangguan atau kerusakan, jika

dipandang gangguan atau kerusakan tersebut tidak segera membahayakan. Dari

uraian diatas maka rele proteksi pada sistem tenaga listrik berfungsi untuk :

1. Merasakan, mengukur dan menentukan bagian sistem yang terganggu serta

memisahkan secepatnya sehingga sistem lain yang tidak terganggu dapat beropersi

secara normal.

2. Mengurangi kerusakan yang lebih parah dari peralatan yang terganggu

3. Mengurangi pengaruh gangguan terhadap bagian sistem yang lain tidak

terganggu di dalam sistem tersebut serta mencegah meluasnya gangguan.

4. Memperkecil bahaya bagi manusia.

Untuk melaksanakan fungsi di atas maka rele pengaman harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut :


1. Dapat diandalkan (reliable)

2. Selektif

3. Waktu kerja rele cepat

4. Peka (sensitif)

5. Ekonomis dan sederhana

2.3.2 Persyaratan Sistem Proteksi

Tujuan utama sistem proteksi adalah:

1. Mendeteksi kondisi abnormal (gangguan)

2. Mengisolir peralatan yang terganggu dari sistem.

2.3.3 Persyaratan terpenting dari sistem proteksi yaitu :

2.3.3.1 Kepekaan (sensitivity) Pada prinsipnya relay harus cukup peka sehingga

dapat mendeteksi gangguan di kawasan pengamanannya, termasuk kawasan

pengamanan cadanganjauhnya, meskipun dalam kondisi yang memberikan deviasi

yang minimum. Untuk relay arus-lebih hubung-singkat yang bertugas pula sebagai

pengaman cadangan jauh bagi seksi berikutnya, relay itu harus dapat mendeteksi

arus gangguan hubung singkat dua fasa yang terjadi diujung akhir seksi berikutnya

dalam kondisi pembangkitan minimum. Sebagai pengaman peralatan seperti motor,

generator atau trafo, relay yang peka dapat mendeteksi gangguan pada tingkatan

yang masih dini sehingga dapat membatasi kerusakan. Bagi peralatan seperti tsb

diatas hal ini sangat penting karena jika gangguan itu sampai merusak besi laminasi
stator atau inti trafo, maka perbaikannya akan sangat sukar dan mahal. Sebagai

pengaman gangguan tanah pada SUTM, relay yang kurang peka menyebabkan

banyak gangguan tanah, dalam bentuk sentuhan dengan pohon yang tertiup angin,

yang tidak bisa terdeteksi. Akibatnya, busur apinya berlangsung lama dan dapat

menyambar ke fasa lain, maka relay hubung-singkat yang akan bekerja. Gangguan

sedemikian bisa terjadi berulang kali di tempat yang sama yang dapat

mengakibatkan kawat cepat putus. Sebaliknya, jika terlalu peka, relay akan terlalu

sering trip untuk gangguan yang sangat kecil yang mungkin bisa hilang sendiri atau

risikonya dapat diabaikan atau dapat diterima.

2.3.3.2 Keandalan (Reliability) Ada 3 aspek keandalan:

a. Dependability Yaitu tingkat kepastian bekerjanya (Keandalan kemampuan

bekerjanya). Pada prinsipnya pengaman harus dapat diandalkan bekerjanya (dapat

mendeteksi dan melepaskan bagian yang terganggu), tidak boleh gagal bekerja.

Dengan kata lain perkataan dependability-nya harus tinggi.

b. Security Yaitu tingkat kepastian untuk tidak salah kerja (keandalan untuk tidak

salah kerja). Salah kerja adalah kerja yang semestinya tidak harus kerja, misalnya

karena lokasi gangguan di luar kawasan pengamanannya atau sama sekali tidak ada

gangguan atau kerja yang terlalu cepat atau terlalu lambat. Salah kerja

mengakibatkan pemadaman yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Jadi pada

prinsipnya pengaman tidak boleh salah kerja, dengan lain perkataan security-nya

harus tinggi.
c. Availabilty Yaitu perbandingan antara waktu di mana pengaman dalam keadaan

berfungsi/siap kerja dan waktu total dalam operasinya. Dengan relay

elektromekanis, jika rusak/tak berfungsi, tak diketahui segera. Baru diketahui dan

diperbaiki atau diganti. Disamping itu, sistem proteksi yang baik juga juga

dilengkapi dengan kemampuan mendeteksi terputusnya sirkit trip, sirkit sekunder

arus, dan sirkit sekunder tegangan serta hilangnya tegangan serta hilangnya

tegangan searah (DC voltage), dan memberikan alarm sehingga bisa diperbaiki,

sebelum kegagalan proteksi dalam gangguan yang sesungguhnya, benar-benar

terjadi. Jadi availability dan keandalannya tinggi.

d. Selektifitas (Selectivity) Pengaman harus dapat memisahkan bagian sistem yang

terganggu sekecil mungkin yaitu hanya seksi atau peralatan yang terganggu saja

yang termasuk dalam kawasan pengamanan utamanya. Pengamanan sedemikian

disebut pengaman yang selektif. Jadi relay harus dapat membedakan apakah:

1. Gangguan terletak di kawasan pengamanan utamanya dimana ia harus bekerja

cepat.

2. Gangguan terletak di seksi berikutnya dimana ia harus bekerja dengan waktu

tunda (sebagai pengaman cadangan) atau menahan diri untuk tidak trip.

3. Gangguannya diluar daerah pengamanannya, atau sama sekali tidak ada

gangguan, dimana ia tidak harus bekerja sama sekali. Untuk itu relay-relay, yang

didalam sistem terletak secara seri, di koordinir dengan mengatur peningkatan

waktu (time grading) atau peningkatan setting arus (current grading), atau gabungan

dari keduanya. Untuk itulah rele dibuat dengan bermacam-macam jenis dan
karakteristiknya. Dengan pemilihan jenis dan karakteristik rele yang tepat,

spesifikasi trafo arus yang benar, serta penentuan setting rele yang terkoordinir

dengan baik, selektifitas yang baik dapat diperoleh. Pengaman utama yang

memerlukan kepekaan dan kecepatan yang tinggi, seperti pengaman transformator

tenaga, generator, dan busbar pada sistem tegangan ekstra tinggi (TET) dibuat

berdasarkan prinsip kerja yang mempunyai kawasan pengamanan yang batasnya

sangat jelas dan pasti, dan tidak sensitif terhadap gangguan diluar kawasannya,

sehingga sangat selektif, tapi tidak bisa memberikan pengamanan cadangan bagi

seksi berikutnya. Contohnya pengaman differensial.

2.3.3.3 Kecepatan (speed) Untuk memperkecil kerugian/kerusakan akibat

gangguan, maka bagian yang terganggu harus dipisahkan secepat mungkin dari

bagian sistem lainnya. Waktu total pembebasan sistem dari gangguan adalah waktu

sejak munculnya gangguan, sampai bagian yang terganggu benar-benar terpisah

dari bagian sistem lainnya. Kecepatan itu penting untuk:

1. Menghindari kerusakan secara thermis pada peralatan yang dilalui arus gangguan

serta membatasi kerusakan pada alat yang terganggu.

2. Mempertahankan kestabilan sistem

3. Membatasi ionisasi (busur api) pada gangguan disaluran udara yang akan berarti

memperbesar kemungkinan berhasilnya penutupan balik PMT (reclosing) dan

mempersingkat dead timenya (interval waktu antara buka dan tutup). Untuk

menciptakan selektifitas yang baik, mungkin saja suatu 11 pengaman terpaksa


diberi waktu tunda (td) namun waktu tunda tersebut harus sesingkat mungkin

(seperlunya saja) dengan memperhitungkan resikonya.

2.3.4 Fungsi Rele Proteksi

Rele proteksi berfungsi untuk mengamankan peralatan listrik dari kondisi kerja

yang kurang normal atau kondisi gangguan. Jika terjadi kondisi tidak normal pada

peralatan yang diproteksi maka sistem rele proteksi yang digunakan akan

merasakan kondisi tadi dan kemudian member tanda bahaya atau mengerjakan

pemutus CB (Circuit Breaker). Pemutus beban atau (circuit breaker) merupakan

satau rangkaian dengan peralatan rele pengaman. Oleh sebaba itu pemutuss beban

harus mempuanyai kemampuan memutuskan arus hubung singkat sesaat

maksimum, yang dapat mengalir melaluinya. Pemutus beban harus mampu juga

terhadap penutup pada “kondisi hubung singkat” yang kemudian diputuskan sesuai

dengan sinyal yang diterima rele. Fungsi lain dari rele pengaman adalah untuk

mengetahui letak dan jenis gangguan. Sehingga data-data tersebut dapat dipakai

untuk pedoman perbaikan peralatan yang rusak dengan membandingkan data-data

yang diperoleh dari pengaman orang dan hasil pengukuran otomatis. Biasanya

semua data tersebut dianalisa secara efektif guna langkah pencegahan gangguan dan

juga mengetahui apa kekurangan-kekurangan yang terjadi pada sistem pengaman

termasuk rele itu sendiri. Jika dirumuskan maka fungsi rele proteksi adalah sebagai

berikut :

1. Membunyikan alarm sebagai tanda adanya gangguan dan memberikan informasi

mengenai jenis gangguan yang terjadi pada sistem.


2. Membuat seminimum mungkin bahaya kerusakan pada peralatan-peralatan lain.

3. Memblok rele-rele lain agar tidak bekerja untuk suatu kondisi tertentu. Dengan

demikian suatu sistem rele proteksi mempunyai peranan yang penting didalam

emngurangu pengaruh kesalahan dan mengurangi kerusakan pada saat terjadi

gangguan pada sistem tenaga listrik.

Anda mungkin juga menyukai