Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITASII

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


“DYSMENHOREA”

OLEH :
Kelompok 3
B 11- A
1. NI NENGAH JUNIARTI (183222921)
2. KADEK YOPI ANITA (183222924)
3. NI LUH SUTAMIYANTI (183222933)
4. NI MADE SRI DAMAYANTI (183222936)
5. NI PUTU ITA MARTARIANI (183222941)
6. NI PUTU RITA LAKSMI (183222944)
7. NI WAYAN NIA ARDITYA SARI (183222948)
8. NI WAYAN SUMARNI (183222949)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2018

i
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan makalah laporan
pendahuluan asuhan keperawatan ini tepat pada waktunya. Adapun makalah ini merupakan salah
satu tugas dari Keperawatan Maternitas II.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak
dan sumber. Karena itu kami sangat menghargai bantuan dari semua pihak yang telah memberi
kami bantuan dukungan juga semangat, buku-buku dan beberapa sumber lainnya sehingga tugas
ini bias terwujud. Oleh karena itu, melalui media ini kami sampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami miliki. Maka
itu kami dari pihak penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat memotivasi saya
agar dapat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

Om Santih, Santih, Santih Om

Denpasar, November 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Rumuan Masalah .......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 KONSEP DASAR PENYAKIT ................................................................... 3
2.1.1 Definisi ...................................................................................................... 3
2.1.2Klasifikasi ................................................................................................... 3
2.1.3 Fisiologi ..................................................................................................... 4
2.1.4 Etiologi ...................................................................................................... 6
2.1.5 Patofisiologi ............................................................................................... 7
2.1.6 Pathway ..................................................................................................... 7
2.1.7 Epidemiologi ............................................................................................ 9
2.1.8 Faktor Resiko Disminore ........................................................................... 9
2.1.9 Gejala Disminore ...................................................................................... 9
2.1.10 Pemeriksaan Penunjang ........................................................................... 10
2.1.11 Komplikasi .............................................................................................. 10
2.1.12 Penatalaksanaan ....................................................................................... 10
2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN ....................................... 12
2.2.1 Pengkajian ................................................................................................. 12
2.2.2 Diagnosa .................................................................................................... 13
2.2.3 Rencana Keperawatan ............................................................................... 15
2.2.4 Implementasi ............................................................................................. 21
2.2.5 Evaluasi ..................................................................................................... 21
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian Keperawatan ..............................................................................

ii
3.2 Diagnosa Keperawatan .................................................................................
3.3 Intervensi Keperawatan ................................................................................
3.4 Implementasi ................................................................................................
3.5 Evaluasi ........................................................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................
4.2 Saran .............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I
PENDAHUULUAN

1.1. Latar Belakang


Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejaktera fisik, mental dan social secara utuh,
tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan
system reproduksi. ( Azwar,2001).Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sampai 19
tahun,dan merupakan peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa (Dawkins,2006).Masa
remaja atau puber adalah suatu tahap dalam perkembangan saat kematangan alat seksual dan
tercapai kemampuan reproduksi. Salah satu tanda seorang perempuan memasuki masa remaja
adalah terjadinya menstruasi (Ramaiah,2006).Selama perode menstruasi,kaum wanita sering
mengalami masalah,karena proses dan siklus menstruasi dapat mengalami pasang surut serta
berubah-ubah setiap bulannya.Masalah yang sering timbul dan paling banyak dialami wanita
adalah gangguan nyeri menstruasi.
Angka kejadian nyeri haid di dunia sangat besar.Angka kejadian (prevalensi) Nyeri Haid
berkisar 45-95% (USA, Nopember 2006).Dismenore banyak dialami oleh para wanita.Di
Amerika Serikat diperkirakan hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10-15%
diantaranya mengalami dismenore berat, yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan
kegiatan apapun (Jurnal Occupation And Environmental Medicine, 2008). Telah diperkirakan
bahwa lebih dari 140 juta jam kerja yang hilang setiap tahunnya di Amerika Serikat karena
dismenore primer (Schwarz, 1989).Di Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 64.25 % yang
terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36 % dismenore sekunder (Info sehat, 2008). Di
Surabaya di dapatkan 1,07 %-1,31 % dari jumlah penderita dismenore datang kebagian kebidanan
(Harunriyanto, 2008). Sumber : http://iqvita.wordpress.com di unggah pada tanggal 26 sepeteber
2012.
Dismenore adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram dan terpusat di abdomen
bawah. Keluhan nyeri haid dapat terjadi bervariasi mulai dari yang ringan sampai berat. Nyeri
haid yang dimaksud adalah nyeri haid berat sampai menyebabkan perempuan tersebut datang
berobat ke dokter atau mengobati dirinya sendiri dengan obat anti nyeri. wanita yang menderita
nyeri haid hanya bias menyembunyikan rasa sakitnya tanpa mengetahui apa yang harus
dilakukannya dan kemana ia harus mengadu. Keadaan itu diperburuk oleh orang di sekitar

1
mereka yang menganggap bahwa nyeri haid adalah rasa sakit yang dibuat-buat oleh wanita
bahkan beberapa orang menganggap bahwa wanita yang menderita nyeri haid hanyalah wanita
yang mencari perhatian atau kurang diperhatikan. Anggapan seperti ini sudah mulai hilang
beberapa tahun yang lalu. Sekarang baru di ketahui bahwa nyeri haid adalah konisi medis yang
nyata yang diderita wanita. Banyak metode yang telah dikembangkan oleh ahli dibidangnya yang
bertujuan untuk mengatasi nyeri haid dapat dilakukan dengan cara Kompres bagian bawah
abdomen dengan botol berisi air panas atau bantal pemanas khusus untuk meredakan nyeri
Minum banyak air, hindari konsumsi garam dan minuman yang berkafein untuk mencegah
pembengkakan dan retensi air.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Dismenhorea.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana pengertian, penyebab, tanda gejala, penatalaksanaan dan
asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan Dismenhorea.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu mengidentifikasi Konsep Dasar Penyakit pada Pasien Dismenhorea.
2. Mampu mengidentifikasi Asuhan Keperawatan pada Pasien Dismenhorea.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa Keperawatan
Makalah ini bisa bermanfaat bagi mahasiswa keperawatan untuk menambah ilmu
pengetahuan konsep dasar penyakit dan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Dismenhorea dan dapat digunakan sebagai refrensi tambahan untuk mengetahui konsep
dasar penyakit.
1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan
Makalah ini dapat bermanfaat sebagai refrensi di Institusi Pendidikan dan sebagai bahan
bacaan tentang Dismenhorea.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR PENYAKIT

2.1.1 DEFINISI

Menurut Sarwono (2011), dismenore adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa
kram dan terpusat di abdomen bawah. Keluhan nyeri haid dapat terjadi bervariasi mulai dari
yang ringan sampai berat. Nyeri haid yang dimaksud adalah nyeri haid berat sampai
menyebabkan perempuan tersebut datang berobat ke dokter atau mengobati dirinya sendiri
dengan obat anti nyeri.
Menurut Bobak (2012), Dismenore atau menstruasi yang menimbulkan nyeri
merupakan salah satu masalah ginekologi yang paling umum dialami wanita dari berbagai
tingkat usia. Diperkirakan wanita Amerika kehilangan 1,7 juta hari kerja setiap bulan akibat
dismenore.
2.1.2 KLASIFIKASI
Karim (2013) menyebutkan bahwa dismenore dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu
primer dan sekunder.
1. Dismenore Primer
Dismenore primer disebut juga primary dysmenorrhea, merupakan suatu rasa
nyeri siklik menstrual tanpa kelainan patologis pada panggul, dismenore primer biasa
sering terjadi beberapa tahun pertama setelah menarche, memiliki karakteristik nyeri
yang khas (J.O.Schorge,2008).
Menurut Sarwono (2011), dismenore primer adalah nyeri haid tanpa ditemukan
keadaan patologi pada panggul. Dismenore primer berhubungan dengan siklus ovulasi
dan disebabkan oleh kontraksi miometrium sehingga terjadi iskemia akibat adanya
prostaglandin yang diproduksi oleh endometrium pada fase sekresi. Perempuan dengan
dismenore primer didapatkan kadar prostaglandin lebih tinggi dibandingkan dengan
perempuan tanpa dismenore. Peningkatan ini terjadi lebih kurang 48 jam pertama saat
haid. Hal ini sejalan dengan awal muncul dan besarnya intensitas keluhan nyeri haid.

3
Keluhan mual, muntah, nyeri kepala, atau diare sering menyertai dismenore karena
masuknya prostaglandin ke sirkulasi sistemik.
Menurut French (2005), dismenore primer merupakan nyeri menstruasi yang
sering ditemui pada wanita dengan anatomi panggul yang normal, pada umumnya
dialami pada masa remaja. Karakteristik nyeri ini khas yaitu nyeri pelvik seperti kram
yang dimulai sesaat sebelum atau pada onset dari menstruasi dan biasanya berakhir satu
sampai tiga hari setelah hari pertama haid.
2. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder disebut juga secondary dysmenorrhea, merupakan
dismenore yang sering terjadi akibat komplikasi dari endometriosis, leiomioma, PUD,
adenomiosis, polip endometrial dan obstruksi anatomis. Oleh sebab itu, dismenore
sekunder sering dikaitkan dengan keluhan ginekologis seperti dispareuni, disuria,
perdarahan abnormal dan infertilitas (J.O.Schorge,2008).
Menurut Sarwono (2011), dismenore sekunder adalah nyeri haid yang
berhubungan dengan berbagai keadaan patologis di organ genitalia, misalnya
endometriosis, adenomiosis, mioma uteri, stenosis serviks, penyakit radang panggul,
perlekatan panggul atau irritable bowel syndrome.

2.1.3 FISIOLOGI
Fisiologi Menstruasi Haid normal merupakan hasil akhir suatu siklus ovulasi. Siklus
ovulasi diawali dari pertumbuhan beberapa folikel antral pada awal siklus, diikuti ovulasi
dari satu folikel dominan, yang terjadi pada pertengahan siklus. Kurang lebih lebih 14 hari
pascaovulasi, bila tidak terjadi pembuahan akan diikuti dengan haid. Sedangkan siklus
anovulasi adalah siklus haid tanpa ovulasi sebelumnya.
Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) yang disekresi hipotalamus mengontrol
siklus baik pada ovarium dan uterus. GnRH merangsang dilepaskannya follicle-stimulating
hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) oleh pituitari anterior. FSH berperan dalam
pertumbuhan folikel, sedangkan LH berperan dalam perkembangan dari folikel tersebut.
FSH dan LH menstimulasi folikel-folikel untuk mensekresikan estrogen. Selain itu, LH juga
berperan untuk merangsang theca cells dari suatu folikel yang sedang berkembang untuk
mensekresi androgen. Androgen yang dihasilkan ini nantinya akan dikonversi menjadi

4
estrogen karena adanya pengaruh dari FSH. LH akan memicu terjadinya ovulasi dan
pembentukan corpus luteum, corpus luteum akan menghasilkan estrogen, progesterone,
relaxin dan inhibin. Estrogen yang disekresi oleh folikel memiliki beberapa fungsi yang
penting :
1. Perkembangan dari struktur reproduksi wanita dan karakteristik seks sekunder.
2. Meningkatkan anabolisme protein, termasuk pertumbuhan tulang (bekerja bersama
dengan Growth Hormone).
3. Menurunkan level kolesterol darah.
4. Inhibisi pelepasan GnRH oleh hipotalamus dan sekresi LH serta FSH oleh pituitari
anterior.
Progesteron, disekresi oleh sel yang terdapat pada corpus luteum, bersama dengan
estrogen untuk mempertahankan endometrium agar dapat terjadi implantasi jika terjadi
pembuahan dan mempersiapkan kelenjar mamae untuk sekresi air susu. Relaksin diproduksi
untuk menginhibisi kontraksi uterus yang berlebihan. Sedangkan, Inhibin disekresi oleh sel
granulosa dan juga oleh corpus luteum setelah ovulasi, fungsinya untuk mencegah sekresi
FSH dan mengurangi kadar LH (G.J.Tortora & B.Derrickson,2011).
Siklus haid pada wanita umumnya antara 24-36 hari. Fase-fasenya terbagi empat
antara lain :
1. Fase menstrual yang terjadi 5 hari pertama dari suatu siklus. Pada ovarium, fase ini
adalah fase ketika terjadi perkembangan folikel primordial menjadi folikel sekunder
sedangkan di uterus terjadi peluruhan 50-150 ml yang berupa darah, jaringan serta
mukus. Peluruhan ini terjadi karena penurunan kadar progesteron dan estrogen yang
memicu sekresi prostaglandin sehingga menyebabkan arteriol uterus menjadi
vasokonstriksi.
2. Fase pre-ovulatori merupakan waktu antara hari terakhir menstruasi dengan ovulasi.
Fase ini terjadi pada hari ke-6 hingga hari ke-13. Di ovarium, folikel sekunder mulai
mensekresikan estrogen dan inhibin. Pada hari ke-6, folikel sekunder akan menyebabkan
folikel lainnya menjadi folikel dominan. Sedangkan pada uterus, estrogen yang
dibebaskan ke dalam darah oleh folikel ovarium menstimulasi regenerasi dari
endometrium sehingga ketebalan endometrium menjadi lebih kurang 4 - 10 mm. Fase

5
preovulatori juga disebut juga fase proliferatif karena endometrium sedang
berproliferasi.
3. Fase ovulasi merupakan fase rupturnya folikel matur (Graafian) dan dilepaskannya oosit
sekunder ke rongga pelvik, pada umumnya terjadi pada hari ke14.
4. Fase post-ovulatori terjadi antara ovulasi dengan onset dari menstruasi berikutnya. Fase
ini terjadi pada hari ke-15 sampai hari ke-28. Di ovarium, folikel matur mengalami
degenerasi menjadi corpus Hemorrhagicum. Sel Theca internal dengan sel granulosa
akan ditransformasi menjadi corpus luteum karena pengaruh LH. Fase ini disebut juga
dengan fase luteal. Pada uterus, progesteron dan esterogen yang dihasilkan oleh corpus
luteum menyebabkan perkembangan kelenjar endometrial, vaskularisasi dari
endometrium dan penebalan endometrium. Fase ini disebut juga dengan fase sekretori.
Apabila tidak terjadi fertilisasi, maka kadar hormon akan turun karena degenerasi corpus
luteum (G.J.Tortora & B.Derrickson,2011).

2.1.4 ETIOLOGI
1. Dismenore Primer
Secara umum, nyeri haid timbul akibat kontraksi disritmik miometrium yang
menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari nyeri yang ringan sampai berat di perut
bagian bawah, bokong, dan nyeri spasmodik di sisi medial paha. Penyebab Dismenore
Primer :
a. Faktor endokrin
b. Kelainan organic
c. Faktor kejiwaan atau gangguan psikis
d. Faktor konstitusi
e. Faktor alergi
2. Dismenore sekunder
mungkin di sebabkan oleh kondisi berikut :
a. Endometriosis
b. Polip atau fibroid uterus
c. Penyakit radang panggul
d. Perdarahan uterus disfungsional

6
e. Prolaps uterus
f. Maladaptasi pemakaian AKDR
g. Produk kontrasepsi yang tertinggal setelah abotus spontan, abortus terauputik, atau
,melahirkan
h. Kanker ovarium atau uterus.

2.1.5 PATOFISIOLOGI DISMENORE


Penelitian membuktikan bahwa dismenore primer disebabkan karena adanya
prostaglandin F2α, yang merupakan stimulan miometrium poten dan vasokonstriktor pada
endometrium. Kadar prostaglandin yang meningkat selalu ditemui pada wanita yang
mengalami dismenore dan tentu saja berkaitan erat dengan derajat nyeri yang ditimbulkan.
Peningkatan kadar ini dapat mencapai 3 kali dimulai dari fase proliferatif hingga fase luteal,
dan bahkan makin bertambah ketika menstruasi. Peningkatan kadar prostaglandin inilah
yang meningkatkan tonus miometrium dan kontraksi uterus yang berlebihan. Adapun
hormon yang dihasilkan pituitari posterior yaitu vasopresin yang terlibat dalam penurunan
aliran menstrual dan terjadinya dismenore. Selain itu, diperkirakan faktor psikis dan pola
tidur turut berpengaruh dengan timbulnya dismenore tetapi mekanisme terjadinya dan
pengaruhnya dengan dismenore belum jelas dan masih dipelajari (Karim,2013).
Peningkatan kadar prostaglandin juga ditemui pada dismenore sekunder, tetapi harus
ditemui adanya kelainan patologis pada panggul yang jelas untuk menegakkan diagnosa
dismenore sekunder. Faktor yang ditemukan dalam patogenesis dismenore sekunder adalah
endometriosis, pelvic inflammatory disease, kista dan tumor ovarium, adenomiosis, fibroid,
polip uteri, adanya kelainan kongenital, pemasangan intrauterine device, transverse vaginal
septum, pelvic congestion syndrome dan allen-masters syndrome (Karim,2013).
2.1.6 Pathway

7
Ovulasi
Posisi rahim tidak normal

Hormon progesteron Hormon Proliferasi endometrium


Ukuran rahim terlalu kecil
 prostaglandin  dan meluruh pada siklus
menstruasi

Tumor
Kontraksi Dismenore primer Kerusakan jaringan
miometrium dan
pembuluh darah Penyakit lain : TBC, anemia
uterus 
Nyeri Akut
Udara terlalu dingin

Dismenore sekunder

Hipoksia  Dismenore

Nyeri Keluhan pada seluruh bagian


tubuh

Defisit pengetahuan tentang


Intoleransi Kurang terpaparnya
Aktivitas informasi manajemen nyeri

8
2.1.7 EPIDEMIOLOGI
Sebanyak 90% dari remaja wanita di seluruh dunia mengalami masalah saat haid dan
lebih dari 50% dari wanita haid mengalami dismenore primer dengan 10-20% dari mereka
mengalami gejala yang cukup parah.
Prevalensi dismenore di Indonesia sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89%
dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder. Dismenore primer dialami oleh 60-75%
remaja, dengan tiga perempat dari jumlah remaja tersebut mengalami nyeri ringan sampai
berat dan seperempat lagi mengalami nyeri berat.

2.1.8 FAKTOR RISIKO DISMENORE


Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan dismenore primer berupa usia yang
sangat muda ketika menarke (<12 tahun), nulliparity, perdarahan menstruasi yang berlebihan
dan lama berhenti, merokok, konsumsi alkohol, adanya riwayat dismenore pada keluarga,
obesitas.
Adapun faktor resiko yang turut berkontribusi dalam timbulnya dismenore sekunder
adalah leiomiomata (fibroid), pelvic inflammatory disease, abses tuboovarian, endometriosis,
adenomiosis ( Karim,2013).

2.1.9 GEJALA DISMENORE


1. Dismenore primer
a. kram pada perut
b. ketidaknyamanan / kegelisahan satu atau dua hari sebelum menstruasi,
c. diare
d. mual dan muntah
e. pusing
f. nyeri kepala bahkan pingsan.
2. Dismenore sekunder
Memiliki gejala yang sesuai dengan apa yang menyebabkannya, yaitu :
a. Jika pasien tersebut mengalami endometriosis, maka akan timbul gejala berupa nyeri
yang lebih berat selama menstruasi dan nyeri tersebut menetap serta bisa ditemukan
tidak hanya di bagian uterus.

9
b. Jika etiologinya merupakan PID, maka dapat timbul gejala nyeri tekan pada palpasi
serta massa adneksa yang teraba. Fibroid uterus gejalanya berupa perubahan aliran
menstruasi, nyeri kram dan polip teraba. Prolaps uteri gejalanya berupa nyeri
punggung serta dispareuni (Morgan&Hamilton,2009).

2.1.10 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien dengan dismenorea adalah :
1. Tes laboratorium
2. Pemeriksaan darah lengkap: normal.
3. Urinalisis: normal
4. Tes diagnostic: tambahan
5. Laparaskopi : penyikapan atas adanya endomeriosi atau kelainan pelvis yang lain.

2.1.11 KOMPLIKASI
1. Syok
2. Penurunan kesadaran

2.1.12 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Berdasarkan MIMS Indonesia (2008) penatalaksanaan untuk Dismenorea,
sebagai berikut :
1. Farmakologi
a. Obat antiinflamasi nonsteroid / NSAID
NSAID adalah terapi awal yang sering digunakan untuk dismenore. NSAID
mempunyai efek analgetika yang secara langsung menghambat sintesis prostaglandin
dan menekan jumlah darah haid yang keluar. Seperti diketahui sintesis prostaglandin
diatur oleh dua isoform siklooksigenase (COX) yang berbeda, yaitu COX-1 dan COX-
2. Sebagian besar NSAID bekerja menghambat COX-2 (Sarwono,2011).
b. Pil Kontrasepsi Kombinasi
Bekerja dengan cara mencegah ovulasi dan pertumbuhan jaringan endometrium
sehingga mengurangi jumlah darah haid dan sekresi prostaglandin serta kram uterus.

10
Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi sangat efektif untuk mengatasi dismenore dan
sekaligus akan membuat siklus haid teratur. Progestin dapat juga dipakai untuk
pengobatan dismenore, misalnya medroksi progesteron asetat (MPA) 5 mg atau
didrogestron 2x10 mg mulai haid hari ke-5 sampai 25. Bila penggunaan obat tersebut
gagal mengatasi nyeri haid sebaiknya dipertimbangkan untuk mencari penyebab
dismenore sekunder ( Sarwono,2011).

c. Gonadotropin-Releasing Hormone Agonists dan Androgen


Efek penurunan estrogen yang dimilik obat ini menyebabkan atrofi dari endometrium
dan penurunan kadar prostaglandin (J.O.Schorge,2008).
2. Non-Farmakologi
a. Pembedahan
Histerektomi sangat efektif dalam mengobati dismenore, tetapi dapat menyebabkan
gangguan pada fertilitas seseorang di masa yang akan datang (J.O.Schorge,2008).
b. Pengobatan alternative
1) Peningkatan masukan makanan seperti serat, kalsium, sayur-sayuran,buah-
buahan. Pengobatan alternatif
2) Mengurangi konsumsi seperti kafein, garam dan gula yang berlebihan.
3) Berhenti merokok dan konsumsi alkohol.
4) Mengkonsumsi suplemen tambahan seperti multi-vitamin yang banyak
mengandung magnesium, vitamin E dan vitamin B6 serta tingkatkan konsumsi
fish-oil. Magnesium dikatakan memiliki efek vasodilatasi dan menghambat
sintesis dari prostaglandin sehingga dapat mengurangi keluhan nyeri pasien
dismenore (J.O.Schorge,2008).
3. Keperawatan
a. Kompres bagian bawah abdomen dengan botol berisi air panas atau bantal pemanas
khusus untuk meredakan nyeri
b. Minum banyak air, hindari konsumsi garam dan minuman yang berkafein untuk
mencegah pembengkakan dan retensi air

11
c. Olahraga secara teratur bermanfaat untuk membantu mengurasi dismenore karena
akan memicu keluarnya hormon endorfin yang dinilai sebagai pembunuh alamiah
untuk rasa nyeri
d. Makan makanan yang bergizi, kaya akan zat besi, kalsium, dan vitamin B kompleks.
Jangan mengurangi jadwal makan
e. Istirahat dan relaksasi dapat membantu meredakan nyeri
f. Lakukan aktivitas yang dapat meredakan stres, misalnya pijat,yoga, atau meditasi,
untuk membantu meminimalkan rasa nyeri
g. Pada saat berbaring terlentang, tinggikan posisi pinggul melebihi posisi bahu untuk
membantu meredakan gejala dismenorea.
2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

2.2.1 PENGKAJIAN

1. Riwayat
a. Riwayat menstruasi
 Awitan menarke
 Awitan dismenore yang berkaitan dengan minarke
 Frekuensi dan keteraturan siklus
 Lama dan jumlah aliran menstruasi
 Hubungan antara dismenore dengan siklus dan aliran menstruasi.
b. Deskripsi nyeri
 Awitan yang terkait dangan masa menstruasi
 Rasa kram spasmodic atau menetap
 Lokasi menyeluruh atau spesifik
 Unilateral atau seluruh abdomen bagian bawah
 Lokasi pada abdomen bagian bawah, punggung atau paha.
 Memburuk saat palpasi atau bergerak

c. Gejala yang berkaitan


 Gejala ekstragenetalia
 Dispareunia- konstan atau bersiklus yang berhubungna dengan silus menstruasi.

12
d. Riwayat obstetri-paritas
e. Pemasangan AKDR
f. Riwayat kondisi yang mungkin mengakibatkan dismenore sekunder.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pencatatan usia dan berat badan
b. Pemeriksaan speculum
 Observasi ostium uteri untuk mendeteksi polip
 Catat warna atau bau yang tidak biasa dari rabas vagina, lakukan pemeriksaan
sediaan basah
 Persiapkan uji kultur serviks, kultur IMS, dan uji darah bila perlu, berdasarkan
riwayat pasien
c. Pemeriksaan bimanual
 Catat nyeri tekan akibat gerakan serviks
 Ukuran bentuk dan konsestensi uterus, periksa adanya fibroid.
 Catat setiap masa atau nodul pada adneksa, terutama nyeri unilateral.
 Catat bila terdapat sistokel atau prolaps uterus.

2.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera biologis (meningkatnya kontraktilitas
uterus, hipersensitivitas, dan saraf nyeri uterus)
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
3. Defisit pengetahuan tentang manajemen nyeri berhubungan dengan kurang terpapar
informasi

13
14
2.2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi


Keperawatan
1 Nyeri akut berhubungan dengan agen NOC: Pain Management
 Pain level  Lakukan pengkajian nyeri
pencidera biologis (meningkatnya
 Pain control secara komprehensif, termasuk
kontraktilitas uterus,  Comfotr level lokasi, karakteristik, durasi,
Kriteria hasil: frekuensi, kualitas dan factor
hipersensitivitas, dan saraf nyeri
 Mampu mengontrol nyeri (tahu presifitasi.
uterus) penyebab nyeri, mampu  Obervasi reaksi non verbal dari
menggunakan tehnik non ketidaknyamanan
farmakologi untuk mengurangi  Gunakan teknik komunikasi
nyeri, mencar bantuan) terapeutik untuk mengetahui
 Melaprkan bahwa nyeri berkurang pengalaman nyeri pasien
dengan menggunakan majemen  Kaji kultur yang
nyeri mempengaruhi respon nyeri
 Mampu mengenali nyeri skala,  Evaluasi pengalaman nyeri
intensitas, prekuensi dan tanda masa lampau
nyeri)  Evaluasi bersama pasien dan
 Menyatakan rasa nyaman setelah tim kesehatan lain tentang
nyeri berkurang ketiadkefektipan control nyeri
masa lampau
 Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan menemukan
dukungan
 Control lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
 Kurangi faktor presipitasi

15
 Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non-
farmakologi, dan interpersonal)
 Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
 Ajarka tentang teknik non
farmakologi
 Berikan analgetik untuk
menguragi nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
 Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
Analgesik Administration
 Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas dan derajat nyeri
sebelum pemeberian obat
 Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesic yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesic
ketika pemberian lebih dari
satu.
 Tentukan pilihananalgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
 Tentukan analgesic pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal

16
 Pilih rute pemberian secara IV,
IM, untuk mengobati nyeri
secara teratur
 Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesic
pertama kali
 Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala
2 Intoleransi aktifitas berhubungan NOC NIC
 Energy conservation Activity Therapy
dengan kelemahan
 Activity tolerance - Kolaborasikan dengan
 Self care: ADLs tenaga rehabilitas medic
Krteria hasil: dalam merencanakan
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik program terapi yang tepat
tanpa disertai peningkatan tekanan - Bantu klien untuk
darah, nadi, dan RR mengidentifikasi aktivitas
 Mampu melakukan aktivitas yang mampu dilakukan
sehari-hari (ADLs) secara mandiri - Bantu untuk memilih
 TTV normal aktivitas konsisten yang
sesuai dengan kemampuan
 Level kelemahan
fisik, psikologi dan social
 Mampu berpindah: dengan atau
- Bantu untuk
tanpa bantuan alat
mengidentifikasi dan
 Status kardiopulmoari adekuat mendapatkan sumber yang
 Sirkulasi status baik diperlukan untuk aktivitas
Status respirasi: pertukaran gas dan yang diinginkan
ventilasi adekuat - Bantu untuk mendapatkan
alat bantu aktivitas seperti
kursi roda, krek

17
- Bantu untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
- Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
- Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
- Sediakan penguatan
positifbagi yang aktif
beaktivitas
- Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
- Moitor respon fisik, emosi,
social dan spiritual

3 Defisit pengetahuan tentang NOC NIC


manajemen nyeri berhubungan  Knowledge : Disease Process Teaching : Disease Proses
dengan kurang terpapar informasi  Knowledge : Health Hehavior - Berikan penilaian tentang
Kriteria Hasil : tingkat pengetahuan pasien
 Pasien dan keluarga menyatakan tentang proses penyakit yang
pemahaman tentang penyakit, spesifik
kondisi, prognosis, dan program - Jelaskan patofisiologidari
pengobatan penyakit dan bagaimana hal
ini berhubungan dengan

18
 Pasien dan keluarga mampu anatomi dan fisiologi,
melaksakan prosedur yang dengan cara yang tepat.
dijelaskan secara benar - Gambarkan tanda dan gejala
 Pasien dan keluarga mampu yang biasa muncul pada
menjelaskan kembali apa yang penyakit, dengan cara yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan tepat
lainnya - Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengan cara yang
tepat
- Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
- Hindari jaminan yang
kosong
- Sediakan bagi keluarga atau
SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara
yang tepat
- Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi dimasa yang

19
akan datang dan ata proses
pengontrolan penyakit
- Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
- Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
- Rujuk pasien pada grup
atau agensi di komunitas
local, dengan cara yang tepat
- Intruksikan pasien
mengenal tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang
tepat

20
2.2.4 IMPLEMENTASI
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan di susun dan ditujukan pada
nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang di harapkan. Oleh karena itu
rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan pasien.
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
di tetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping. Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat
dilaksanakan dengan baik, jika klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan (Nursalam. 2011).
2.2.5 EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
menilai keberhasilan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Setelah dilaksanakan
tindakan keperawatan maka hasil yang diharapkan adalah sesuai dengan rencana tujuan yang
telah dibuat (Nursalam. 2011).

21
BAB III
TINJAUAN KASUS

22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Dismenore adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram dan terpusat di abdomen
bawah. Keluhan nyeri haid dapat terjadi bervariasi mulai dari yang ringan sampai berat. Nyeri
haid yang dimaksud adalah nyeri haid berat sampai menyebabkan perempuan tersebut datang
berobat ke dokter atau mengobati dirinya sendiri dengan obat anti nyeri. Menurut Bobak (2012),
Dismenore atau menstruasi yang menimbulkan nyeri merupakan salah satu masalah ginekologi
yang paling umum dialami wanita dari berbagai tingkat usia. Diperkirakan wanita Amerika
kehilangan 1,7 juta hari kerja setiap bulan akibat dismenore.

Klasifikasi dismenore ada dua yaitu Dismenore primer disebut juga primary
dysmenorrhea, merupakan suatu rasa nyeri siklik menstrual tanpa kelainan patologis pada panggul,
dismenore primer biasa sering terjadi beberapa tahun pertama setelah menarche, memiliki
karakteristik nyeri yang khas . Dismenore sekunder disebut juga secondary dysmenorrhea,
merupakan dismenore yang sering terjadi akibat komplikasi dari endometriosis, leiomioma, PUD,
adenomiosis, polip endometrial dan obstruksi anatomis. Oleh sebab itu, dismenore sekunder sering
dikaitkan dengan keluhan ginekologis seperti dispareuni, disuria, perdarahan abnormal dan
infertilitas .Penatalaksanaan yang dilakukan dengan cara farmakologi, nonfarmakologi, dan
keperawatan.

4.2 Saran

Sebaiknya para pembaca menumbuhkan niat untuk lebih mencari tahu tentang informasi
mengenai “Dismenhorea” tanpa mengacu pada satu referensi. Kami berharap para pembaca dapat
memberikan kritik dan saran terhadap makalah penulis yang masih banyak kekurangan dan perlu
perbaikan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, I. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4 (Renata Komalasari, Penerjemah).
Jakarta: EGC.

Karim Anton, C., & Michael R, R.Dysmenorrhea. Medscape reference .2013

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Jilid 1.Jogjakarta:Penerbit Mediaction

Potter & Perry . (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik.(Penerjemah: Devi Yulianti). Jakarta: EGC.

Smeltzer & Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
vol. 1 Jakarta: EGC.

24

Anda mungkin juga menyukai