Anda di halaman 1dari 11

RUMAH SAKIT CITAMA

Cepat, Tepat, AkrabdanTuntas


Jl. Raya Pabuaran No.52 Bojonggede, Bogor – Jawa Barat 16922
Telepon : 021-8798 4444 / 8798 5555, Fax. : 021-8798 6666, Email : rumahsakitcitama@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT CITAMA


NOMOR : 373/ SK / DIR / RSC / VII /2018

TENTANG

PANDUAN TRIASE DI RUMAH SAKIT CITAMA

DIREKTUR RUMAH SAKIT CITAMA

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit


Citama maka diperlukan penyelenggaraan Panduan TRIASE;
b. Bahwa agar pelaksanaan triage di Rumah Sakit Citama dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya Panduan Rumah Sakit Citama
sebagai landasan bagi penyelenggaraan TRIASE di Rumah Sakit
Citama;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a
dan b, perluditetapkandengankeputusanRumah Sakit Citama.

Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit;


2. Undang - Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang praktik kedokteran;
3. Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan;
4. Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentangKesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 129 / Menkes / Per / III / 2008
tentang Rekam Medis;
6. Peraturan Kebijakan Akses Ke Rumah Sakit dan Kontinuitas
Pelayananan 264 /SK/DIR/RSC/VIII/2018;.
7. Surat Keputusan Direktur PT Citama Marga Husada Nomor
017/SK/DIR/CMH/2017 Pengangkatan Direktur Rumah Sakit Citama.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
Pertama : Panduan Triase Di Rumah Sakit Citama.
Kedua : Panduan Triase Rumah Sakit Citama menggunakan sistem klasik,
sebagaimana dimaksud terlampir pada keputusan ini.
Ketiga : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya

Ditetapkan di : Bogor
Pada tanggal : 12 Juli 2018
Direktur,

Dr. Yohannes Febru Nainggolan, MARS


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Triase adalah sistem seleksi pasien yang datang berobat ke Instalasi Gawat Darurat dalam
keadaan sehari - hari dan atau dalam keadaan bencana. Dalam hal ini dalam triase juga meliputi cara
mendiagnosis serta memilah penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang
tersedia. Kegiatan triase sangat diperlukan dalam pelayanan gawat darurat karena Instalasi
Gawat Darurat sebagai pusat pelayanan kesehatan yang melayani selama 24 jam penuh
seharusnya berfungsi untuk melayani kesehatan pada pasien yang bersifat gawat dan darurat
serta membutuhkan pertolongan segera untuk menghindari perkembangan penyakit yang
lebih parah dan dapat mengancam jiwa pasien. Namun dalam misi sosialnya, Instalasi Gawat
Darurat tidak diperkenankan untuk menolak pasien yang datang dan membutuhkan pertolongan
kesehatan, meskipun pada kenyataannya bukan termasuk dalam kriteria gawat dan/atau darurat.
Untuk itu diperlukan tata laksana triase yang lebih baik sehingga pelayanan kesehatan untuk
kasus - kasus gawat dan darurat tidak terganggu oleh pelayanan kasus-kasus yang tidak
gawat dan atau darurat.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Tujuan triase adalah memilah dan menilai pasien agar mendapatkan pertolongan medik
secara cepat dan tepat sesuai dengan prioritas kategori kegawatdaruratannya dan sesuai
dengan penyakitnya.
Tujuan utama adalah untuk megidentifikasi kondisi mengancam nyawa. Tujuan TRIASE
selanjutnya adalah untuk menetapkan tingkat atau derajat kegawatan yang memerlukan
pertolongan kedaruratan .

Dengan Triase tenaga kesehatan akan mampu :


a. Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada pasien
b. Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan pengobatan lanjutan
c. Memfasilitasi alur pasien melalui IGD dalam proses penanggulangan / pengobatan
gawat darurat .
System Triase di pengaruhi
a. Jumlah tenaga professional dan pola ketenagaan
b. Jumlah kunjungan pasien dan pola kunjungan pasien
c. Denah bangunan fisik instalasi gawat darurat
d. Terdapatnya klinik rawat jalan dan pelayanan medis
C. PENGERTIAN TRIASE
Triase berasal dari bahasa perancis “trier” yang memiliki arti “menseleksi“, yaitu tehnik untuk
menentukan prioritas penatalaksanaan atau korban berdasarkan derajat kegawatannya.
Triase adalah suatu system pembagian / klasifikasi prioritas pasien berdasarkan berat
ringanya kondisi klien / kegawatannya yang memerlukan tindakan segera. Dalam triase,
perawat dan dokter mempunyai batas waktu (respon time) untuk mengkaji keadaan dan
memberikan intervensi secepatnya yaitu < 5 menit.
Triase di IGD adalah Pemilahan penderita berdasarkan pada keadaan ABC (Airway,
Breathing, dan Circulation).

Triase mempunyai dua komponen :


1) Menyeleksi pasien dan menyusun prioritas berdasarkan beratnya penyakit
2) Alokasi dan rasional sumber daya yang ada

Prinsip dasarnya adalah “melakukan yang terbaik untuk sebanyak - banyaknya korban“
dengan kondisi medis yang paling gawat darurat dan paling besar kemungkinannya untuk
diselamatkan.
BAB II
RUANG LINGKUP

Pelayanan Gawat darurat di Rumah Sakit Citama menggunakan jenis triase ATS (Australian Triage
Scale) yang telah termodifikasi.
A. RUANG LINGKUP PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT MELIPUTI :
a. Pasien dengan True Emergency yaitu pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat
darurat atau akan menjadi gawat darurat dan terancam nyawanya atau anggota badannya
(akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
b. Pasien dengan kasus Fals emergency yaitu dengan pasien :
1) Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan gawat darurat
2) Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya
3) Keadaan tidak gawat dan tidak darurat
B. ADAPUN BENTUK JENIS YANG ADA DI DALAM RUMAH SAKIT CITAMA ADALAH
a. Triase rutin / sehari hari
Memprioritaskan kasus kasus yang benar benar gawat darurat (true emergency) dengan
tepat dan cepat (life saving).
b. Triase Disaster / Dalam keadaan bencana
Bila terjadi bencana baik dari dalam maupun dari luar rumah sakit, dimana pasien yang
datang lebih dari 10 orang dalam waktu yang bersamaan, maka kriteria triase berdasarkan
kemungkinan hidup pasien yang lebih besar.
C. PELAKSANAAN TRIASE
a. Pelaksana Triase di dalam keadaan sehari hari dilakukan oleh dokter jaga IGD atau perawat
yang kompeten di ruang IGD
b. Sedangkan dalam keadaan bencana di lakukan oleh perawat IGD dan di lakukan di luar atau
di depan IGD.
D. KRITERIA PASIEN
a. Gawat Darurat adalah :
Keadaan medik yang menyebabkan seorang pasien tiba-tiba berada dalam keadaan gawat
atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya akan menjadi
cacat, sehingga diperlukan pertolongan segera berupa tindakan resusitasi. Misalnya pasien
dengan gangguan jalan nafas, gangguan pernafasan dan sirkulasi
b. Gawat Tidak Darurat adalah :
Keadaan medik dimana pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan
tindakan darurat misalnya pasien kanker stadium lanjut.mengalami gangguan nafas ringan,
pasein dengan Asma Bronkhial yang memerlukan pertolongan segera, dan lain-lain. Pasien
dengan kirteria ini apabila kondisinya membaik, diperbolehkan rawat jalan. Jika kondisinya
membaik tetapi membutuhkan observasi memburuk, pasien harus dirujuk ke fasilitas
kesehatan terdekat yang lebih lengkap sarananya.
c. Darurat Tidak Gawat adalah :
Keadaan medik dimana pasien memerlukan pertolongan segera tetapi kondisinya tidak
mengancam jiwanya. Seperti pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak
mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal atau pasien
dengan trauma yang hanya memerlukan tindakan penjahitan luka, pasien dengan luka bakar
ringan-sedang,dan lain-lain. Pasien dengan kriteria ini memerlukan pengawasan maksimal 3
jam. Apabila kondisinya membaik, diperbolehkan pulang. Jika kondisinya memburuk pasien
harus dirujuk kefasilitas kesehatan terdekat yang lebih lengkap sarananya.
d. Tidak Gawat dan Tidak Darurat :
Keadaan medik dimana pasien hanya memerlukan pengobatan saja. Seperti pasien dengan
radang saluran nafas atas, pasien diare ringan, pasien dengan gangguan kulit dan lain-lain.
E. KECELAKAAN (ACCIDENT)
Suatu kejadian interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehingga
menimbulkan cedera (fisik, mental, sosial)
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
a. Tempat kejadian
1) Kecelakaan lalulintas
2) Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
3) Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
4) Kecelakaan di sekolah
5) Kecelakaan di tempat umum lain seperti tempat rekreasi, perbelanjaan, arena olahraga
dan lain-lain
F. MEKANISME KEJADIAN
a. Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar (efek kimia, fisik,
listrik atau radiasi)
a) Waktu kejadian :
1. Waktu perjalanan (travelling/transport time)
2. Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain-lain
b) Cedera : Masalah kesehatan yang didapat/dialami sebagai akibat kecelakaan
G. BENCANA
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang
mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan,
kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan
dan penghidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan
bantuan.
BAB III
KEBIJAKAN

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2018 Tentang Pelayanan
Kegawatdaruratan
2. Peraturan Direktur Rumah Sakit Citama Nomor : 374 / SK / DIR / RSC / VII / 2018 Tentang
Kebijakan Triase Di Rumah Sakit Citama
BAB IV
TATA LAKSANA

Proses Triase merupakan suatu proses identifikasi yang dilakukan terhadap pasien pada kontak
pertama berdasarkan tingkat prioritas kegawatan pasien. agar pasien IGD dapat segera diidentifikasi
dan diberikan pelayanan segera sesuai tingkat ke gawatdaruratannya.
Memprioritaskan kasus – kasus yang benar – benar gawat darurat (true emergency) dengan tepat
dan cepat (life saving)
Rumah Sakit Citama mengadopsi jenis Triase ATS (Australian Triage Scale) yang telah dimodifikasi,
Triage tingkat kegawatan pasien berdasarkan keluhan pasien, klinis, dan TTV.
Terbagi kedalam 4 Prioritas :
1. Prioritas 1 (Label Merah/Red Zone).
2. Prioritas 2 (Label Kuning/Yellow Zone).
3. Prioritas 3 (Label hijau/ Green Zone).
4. Prioritas 0 (Label hitam), DOA dgn tanda2 kematian khas.

A. MELAKUKAN PRIMARY SURVEY


Tindakan untuk mencari keadaan yang mengancam nyawa adalah :
1. Airway dengan kontrol servical
a. Penilaian :
a) Mengenal keadaan airway dengan inspeksi, auskultasi dan palpasi
b) Penilaian secara tepat dan tepat akan adanya obstruksi
c) Pengelolaan airway
d) Lakukan chin lift atau jaw trust dengan kontrol servical
e) Bersihkan airway dari benda asing bila perlu suction
f) Pasang gudel
g) Fiksasi leher
h) Menganggap kemungkinan adanya fractur servical pada semua pasien dengan multi
trauma terlebih bila ada gangguan kesadaran

2. Breathing dan Ventilasi oksigen


a. Penilaian :
a) Buka leher dan dada penderita dengan tetap memperhatikan kontrol servical
b) Hitung dan perhatikan dalamnya pernapasan
c) Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali kemungkinan terdapat deviasi
trakhea, ekspansi thoraks simetris atau tidak, pemakaian otot otot tambahan dan tanda
tanda cidera lainya.
d) Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor.
e) Auscultasi thoraks bilateral.
f) Pengelolaan,
g) Pemberian oksigen konsentrasi tinggi dengan pemakaian NRBM 10-12 ltr/mnt
Ventilasi dengan bag valve mask
h) Menghilangkan tension pneumothoraks
i) Menutup open pneumothoraks
J) Memasang Saturasi oksigen
k) Evaluasi

3. Circulation dengan kontrol perdarahan


a. Penilaian.
a) Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal.
b) Mengetahui sumber perdarahan yang internal
c) Periksa nadi pasien : kecepatan, kualitas, keteraturan. Tidak di ketemukanya pulsasi
dari arteri besar yang merupakan tanda untuk memerlukan resusitasi masif segera.
d) Periksa warna kulit, kenali tanda tanda sianosis.
e) Periksa tekanan darah.
f) Pengelolaan
g) Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal
h) Kenali perdarahan internal, kebutuhan untuk intervensi bedah serta konsultasi pada ahli
bedah
i) Pasang iv canule 2 jalur ukuran besar sekaligus untuk mengambil sampel darah untuk
pemeriksan laboratorium dan Analisa gas darah
j) Beri cairan kristaloid dengan tetesan cepat
k) Cegah hipothermia

4. Disability (Penilaian Status Neurologis)


a. Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS
Eye : 4 Buka mata spontan
3 Buka mata dengan panggilan
2 Buka mata dengan rangsangan nyeri
1 Tidak ada respon
Verbal : 5 orientasi baik
4 Berbicara bingung
3 Berbicara tidak jelas
2 Hanya merintih
1 tidak ada respon
Motorik : 6 Bergerak mengikuti perintah
5 Bergerak terhadap nyeri
4 Flexi normal (menarik anggota badan yang dirangsang)
3 Flexi abnormal
2 Ekstensi abnormal
1 Tidak ada respon

b. Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, refleks cahaya dan awasi tanda tanda lateralisasi
c. Evaluasi dan Re evaluasi airway, oksigenasi, ventilasi dan circulation.

5. Exposure
a. Buka pakaian pasien untuk melihat dengan jelas apakah ada cedera yang lain
b. Cegah hipothermia : beri selimut hangat dan tempatkan pada ruangan yang hangat

B . KRITERIA PASIEN SESUAI JENIS TRIASE


1. RESUSITASI
Prioritas I :
Pasien yang mengancam jiwa/fungsi vital dilakukan tindakan SEGERA. Pelayanan terhadap
pasien dengan kategori “GAWAT DARURAT MENGANCAM NYAWA” yang membutuhkan
RESUSITASI akan “Diprioritaskan lebih dulu pertama kali” dalam waktu 0 menit.
Penilaian :
Airway : ada sumbatan
Breathing : Henti napas/ apnoe, bradipnoe dan sianosis
Circulation : Henti jantung / arrest, nadi tidak teraba dan akral dingin
Kesadaran : GCS < 9

2. EMERGENT
Prioritas II :
Pasien Potensial mengancam jiwa / fungsi organbila tidak segera ditangani dalam waktu
singkat.Pelayanan terhadap pasien dengan kategori “GAWAT DARURAT (EMERGENT)”
YANG MEMBUTUHKAN PELAYANAN SEGERA akan mendapatkan penanganan dalam
waktu 1 - 3 menit.
Penilaian :
Airway : ada ancaman sumbatan
Breathing : takipnoe , ada wheezing
Circulation : nadi teraba lemah, bradikardia/ takikardia, pucat CRT > 2
Kesadaran : GCS 9 – 12 , Gelisah

3. URGENT
Prioritas III URGENT :
Pasien tidak berpotensial mengancam jiwa/ fungsi organ. Pelayanan terhadap pasien dengan
kategori “DARURAT TIDAK GAWAT” yang membutuhkan pelayanan lebih lanjut akan
mendapatkan penanganan dalam waktu 3 – 5 menit
Penilaian :
Airway : bebas tidak ada hambatan
Breathing : normal, ada wheezing
Circulation : nadi kuat, takikardia, TDS > 160 TDD > 100
Kesadaran : GCS > 12 Apatis , somnolen

4. NON URGENT dan FALSE EMERGENT


Prioritas IV:
Keadaan dimana pasien masih bernapas normal, denyut jantung normal dan memerlukan
tindakan observasi ataupun tidak
Airway : bebas tidak ada hambatan
Breathing : frekwensi napas normal
Circulation : frekwensi nadi normal
Kesadaran : GCS > 15

C. DALAM KEADAAN BENCANA BAIK DARI DALAM ATAU DARI LUAR RUMAH SAKIT.
Perawat IGD terlatih ikut dalam melakukan triase, petugas IGD akan menetapkan kondisi pasien
dengan label seperti berikut sesuai dengan klasifikasi berat ringannya / kegawatdaruratan pasien :

a) Warna Hijau / rendah :


Perlu penanganan seperti pelayanan biasa tidak perlu tindakan segera. penanganan dan
pemindahan bersifat terakhir seperti luka ringan dan luka superfisial

b) Warna Kuning / prioritas sedang :


Potensi mengancam nyawa atau fungsi vital bila tidak segera diberikan pertolongan dalam
jangka waktu singkat seperti cedera abdoment tanpa shok, cedera dada tanpa gangguan
respirasi, cedera kepala dan tulang belakang tanpa gangguan kesadaran

c) Warna Merah / prioritas utama :


Mengancam jiwa atau fungsi vital yang memerlukan tindakan / pertolongan segera untuk
penyelamatan nyawa perlu resusitasi dan tindakan bedah segera, mempunyai kesempatan
hidup yang besar seperti gangguan jalan napas, syok dengan perdarahan hebat, luka bakar
grade II dan III > 25% penurunan status mental

d) Warna Hitam / prioritas nol :


Sudah meninggal atau kemungkinan untuk hidup sangat kecil atau luka sangat parah . Pasien
dalam kondisi tidak bernyawa / sudah meninggal di tempatkan di kamar mayat

BAB V
DOKUMENTASI

1. Form Triase
2. SPO Triase
3. Asesmen IGD

Anda mungkin juga menyukai