Pemrosesan Sinyal Aliasing
Pemrosesan Sinyal Aliasing
Secara umum, sinyal terbagi dua yaitu sinyal analog dan sinyal digital. Kadang
orang menyebut sebagai data analog dan data digital. Sinyal seismik merupakan sinyal
analog yang terbentuk secara alamiah sesuai dengan getaran tanah. Sensor atau
transduser penangkap sinyal seismik adalah geophone. Prinsip kerja sensor geophone
adalah memunculkan arus induksi akibat dari gerakan lilitan kawat di sekitar medan
magnet (Hukum Faraday). Lilitan kawat tersebut digantung pada pegas ringan yang
membuatnya turut berosilasi ketika ada getaran tanah. Arus induksi yang muncul di lilitan
kawat berbentuk arus bolak balik yang teredam dan bersifat analog kontinyu. Arus
analog ini kemudian dikonversi menjadi tegangan analog bolak-balik sehingga dapat
Agar sinyal seismik dapat diolah menggunakan komputer, maka sinyal seismik
yang mulanya berupa analog harus dikonversi menjadi sinyal digital. Proses
pengkonversian sinyal seismik dilakukan dengan cara pencuplikan (sampling).
Pencuplikan sinyal seismik adalah proses pengambilan data sinyal pada saat tertentu
secara teratur dan berurutan dalam suatu interval waktu pencuplikan (sampling rate).
Pada umumnya, interval waktu pencuplikan adalah 2 ms dan 4 ms. Dalam besaran
Sinyal seismik bersifat band-limited, artinya pada sinyal seismik terkandung sejumlah
frekuensi. Tidak ada sinyal seismik yang hanya memiliki frekuensi tunggal. Rentang
frekuensi seismik adalah berkisar antara 15 Hz (frekuensi rendah) hingga 120 Hz
(frekuensi tinggi). Agar frekuensi tinggi sinyal seismik dapat direkam secara baik, maka
besarnya sampling rate yang dibutuhkan minimal adalah 480 Hz. Menurut kriteria
Nyquist, sampling rate harus 4 kali lebih besar dari frekuensi yang terkandung pada
sinyal seismik.
1
Pemrosesan Sinyal ( ALIASING)
Muhammad Zainuddin Lubis, dan Pratiwi Dwi Wulandari
Penentuan besar kecilnya sampling rate bergantung pada frekuensi tertinggi sinyal
seismik yang ingin direkam pada saat survei akan berlangsung. Tetapi pada
kenyataannya, besarnya sampling rate dalam perekaman sangat bergantung pada
kemampuan instrumentasi perekaman yang digunakan, dan biasanya sudah ditentukan
oleh pabrik pembuat instrumen tersebut. Penentuan sampling rate ini akan memberikan
batas frekuensi tertinggi yang terekam. Jika sampling rate di-setting terlalu besar maka
Efek aliasing adalah fenomena begesernya frekuensi tinggi sinyal seismik menjadi
lebih rendah yang diakibatkan pemilihan sampling rate yang terlalu besar (kasar).
Sehingga informasi yang didapatkan akan jauh berbeda dari frekuensi yang dikandung
1. Frekuensi pencuplikan sebesar 150 Hz dan rentang waktu selama 1 detik, dengan
2
Pemrosesan Sinyal ( ALIASING)
Muhammad Zainuddin Lubis, dan Pratiwi Dwi Wulandari
clear all
clc
fs=150;
t=0:1/fs:1;
f1=10;
x1=sin(2*pi*f1*t);
f2=20;
x2=sin(2*pi*f2*t);
f3=50;
plot(t,x1,'-o',t,x2,'-o');
legend('10hz','50hz','150hz'); title('Tugas Sinyal Muhammad Zainuddin Lubis
(C552140121)Teorema Nyquist - Efek Aliasing (Fs=150Hz)');
a. F = 10 Hz
b. F = 50 Hz???
3
Pemrosesan Sinyal ( ALIASING)
Muhammad Zainuddin Lubis, dan Pratiwi Dwi Wulandari
Jawab :
a. F = 10 Hz
4
Pemrosesan Sinyal ( ALIASING)
Muhammad Zainuddin Lubis, dan Pratiwi Dwi Wulandari
hold on
figure;
t1=0:1/(2.5*f):1;
y1=sin(2*pi*f*t1);
plot(t,y,t1,y1,'-r','LineWidth',2);
grid on
hold on
title(sprintf('Tugas sinyal aliasing Muhammad Zainuddin Lubis
(C552140121)frekuensi sampling = 2,5 x frekuensi sinyal, jumlah data
%d',length(y1)));
b. 50 Hz
5
Pemrosesan Sinyal ( ALIASING)
Muhammad Zainuddin Lubis, dan Pratiwi Dwi Wulandari
6
Pemrosesan Sinyal ( ALIASING)
Muhammad Zainuddin Lubis, dan Pratiwi Dwi Wulandari
2. Nyquist
Dalam dunia Pemrosesan Sinyal Digital, ada suatu proses untuk mendapatkan data
digital melalui proses pencuplikan, artinya sinyal analog dicuplik (diambil) secara diskrit
dengan periode Ts atau frekuensi cuplik Fs. agar tidak terjadi kesalahan (yang kemudian
diberi nama aliasing), Mr. Nyquist memberikan aturan bahwa frekuensi cuplik minimal
harus 2 (dua) kali lipat frekuensi maksimum yang dikandung sinyal yang bersangkutan.
Untuk memahami hal tersebut, mari kita persiapkan dulu sinyal sinusoidal dengan
frekuensi 2 Hz. Kita gunakan frekuensi cuplik 1000 Hz atau periode 0.001 detik .
Jawab
Hasil yang ditunjukka yaitu berupa garis lurus , sehingga frekuensi pencuplikan =
frekuensi sinyal, seharusnya 2 kali lipat dari Fs, solusinya maka = (gunakan 1/(2*f))
clear all
clc
t=0:0.001:1;
f=2;
y=sin(2*pi*f*t);
t1=0:1/f:1;
y1=sin(2*pi*f*t1);
plot(t,y,t1,y1,'-r','LineWidth',2);
7
Pemrosesan Sinyal ( ALIASING)
Muhammad Zainuddin Lubis, dan Pratiwi Dwi Wulandari
grid on
hold on
title(sprintf('Tugas sinyal aliasing Muhammad Zainuddin Lubis (C552140121)
frekuensi sampling = frekuensi sinyal, jumlah data %d',length(y1)));
Hail ini menunjukkan perbedaan yang sangat berbeda dengan gambar sebelumnya atau
bandingkan hasil sebelumny, dengan hasil yaitu buka berupa garis lurus yang disebut
clear alll
clc
figure;
t1=0:1/(2.5*f):1;
y1=sin(2*pi*f*t1);
plot(t,y,t1,y1,'-r','LineWidth',2);
grid on
hold on
title(sprintf('Tugas sinyal aliasing Muhammad Zainuddin Lubis
(C552140121)frekuensi sampling = 2,5 x frekuensi sinyal, jumlah data
%d',length(y1)));
8
Pemrosesan Sinyal ( ALIASING)
Muhammad Zainuddin Lubis, dan Pratiwi Dwi Wulandari
3. Sebuah sinyal seismik memiliki rentang dinamis 1 volt dan disampel dengan sebuah
Jawab: