Disusun oleh:
Kelompok 2
Rahmadyaning Ari A 15330037
Haddiyah 15330041
Moh Benny Perdana 15330051
Maulidya Nur Rahma 15330067
Emmy Ulan Sari 15330077
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................... i
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah.......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 2
1.4 Metode.............................................................................................................................. 2
BAB 2 ISI ....................................................................................................................................... 3
2.1 Perbekalan Farmasi .......................................................................................................... 3
2.2 Perencanaan ...................................................................................................................... 3
2.2.1 Tahap – Tahap Perencanaan ............................................................................................. 4
2.2.1.1 Tahap Pemilihan ............................................................................................................. 4
2.2.1.2 Tahap Kompilasi Pemakaian ........................................................................................ 4
2.2.1.3 Tahap Perhitungan Kebutuhan ..................................................................................... 5
2.2.1.4 Tahap Proyeksi Kebutuhan ......................................................................................... 10
2.2.1.6 Keuntungan dan kerugian perencanaan Rumah Sakit ......................................................... 10
BAB 3 KESIMPULAN ............................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 16
i
BAB 1
PENDAHULUAN
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu bagian atau unit atau divisi atau
fasilitas di rumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian
yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri. Seperti diketahui, pekerjaan
kefarmasian adalah pembuatan, termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan
pengadaan, penyimpanan dan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan
obat tradisional. Berdasarkan hal-hal tersebut IFRS dapat didefinisikan sebagai suatu
departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker
dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional, tempat atau fasilitas
penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan
kefarmasian, yang terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup perencanaan; pengadaan;
produksi; penyimpanan perbekalan kesehatan atau sediaan farmasi; dispensing obat
berdasarkan resep bagi penderita rawat tinggal atau rawat jalan; pengendalian mutu; dan
pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit;
pelayanan farmasi klinik umum dan spesialis.
1
digunakan pada saat yang tepat adalah tahap perencanaan dan pengadaan perbekalan
farmasi.
1.3 Tujuan
Memahami tahap-tahap penting pada perencanaan perbekalan farmasi.
Jenis dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Jumlah dan jenis kualifikasi staf yang diinginkan, dan uraian tugasnya.
1.4 Metode
Pembuatan makalah ini menggunakan metode studi pustaka, yaitu melalui buku dan
e-book yang berkaitan dengan tema makalah serta melalui penelusuran situs atau jurnal
yang dapat dipercaya dari media internet.
2
BAB 2
ISI
2.2 Perencanaan
3
• Sistem Perencanaan
perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemeliharaan jenis, jumlah dan
harga sediaan farmasi dan alat kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran
dalam rangka pengadaan untuk menghindari kekosongan obat dengan metode yang
dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar pelaksanaan yang telah ditentukan.
Perencanaan berpedoman pada DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional), formularium
RS, standart terapi RS, data catatan medik, anggaran yang tersedia, penetapan
prioritas, siklus penyakit, sisa persediaan, data pemakaian periode yang lalu dan
rencana pengembangan (Quick,1997).
Tujuan perencanaan perbekalan farmasi adalah untuk menetapkan jenis dan
jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit.
a. Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medik dan statistik yang memberikan efek
terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan ditimbulkan.
b. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin, hal ini untuk menghindari duplikasi dan
kesamaan jenis. Apabila terdapat beberapa jenis obat dengan indikasi yang sama
dalam jumlah banyak, maka kita memilih berdasarkan Drug of Choice dari penyakit
yang prevalensinya tinggi.
c. Jika ada obat baru, harus ada bukti yang spesifik untuk efek terapi yang lebih baik.
d. Hindari penggunaan obat kombinasi kecuali jika obat tersebut mempunyai efek yang
lebih baik dibandingkan obat tunggal.
4
Obat (LPLPO). Kompilasi pemakaian obat dapat digunakan sebagai dasar untuk
menghitung stok optimum.
1. Metode Konsumsi
Metode konsumsi adalah metode yang didasarkan atas analisa data
konsumsi obat tahun sebelumnya. Untuk menghitung jumlah obat yang dibutuhkan
berdasarkan metode konsumsi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Pengumpulan dan pengolahan data.
2) Analisa data untuk informasi dan evaluasi.
3) Perhitungan perkiraan kebutuhan obat.
4) Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana.
5
Rumus perhitungan metode konsumsi :
A = ( B+C+D)- E
6
Contoh perhitungan :
Selama tahun 2007 (Januari – Desember) pemakaian Parasetamol tablet di
Rumah Sakit sebanyak 2.500.000 tablet untuk pemakaian selama 10 bulan.
Pernah terjadi kekosongan selama 2 bulan.
Sisa stok per 31 Desember 2007 adalah 100.000 tablet (E)
Pemakaian rata-rata Parasetamol tablet perbulan tahun 2007 adalah 2.500.000
tablet / 10 = 250.000 tablet.
Pemakaian Parasetamol tahun 2007 (12 bulan) = 250.000 tablet x 12 =
3.000.000 tablet ( B)
Pada umumnya stok pengaman berkisar antara 10% - 20% (termasuk untuk
mengantisipasi kemungkinan kenaikan kunjungan).
Misalkan berdasarkan evaluasi data diperkirakan 20% = 20% x 3.000.000 tablet
= 600.000 tablet (C)
Pada umumnya waktu tunggu berkisar antara 3 s/d 6 bulan. Misalkan leadtime
diperkirakan 3 bulan = 3 x 250.000 tablet = 750.000 tablet (D)
Kebutuhan Parasetamol tahun 2007 adalah:
=b+c+d
= 3.000.000 tablet + 600.000 tablet + 750.000 tablet
= 4.350.000 tablet.
Rencana pengadaan Parasetamol untuk tahun 2008 adalah:
= (B + C + D )- E
= 4.350.000 tablet – 100.000 tablet
= 4.250.000 tablet
= 4250 kaleng/botol @ 1000 tablet.
2. Metode Morbiditas.
Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola
penyakit. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah perkembangan pola penyakit,
waktu tunggu, dan stok pengaman.
Langkah perhitungan :
7
1. Menetapkan pola morbiditas penyakit berdasarkan kelompok umur-penyakit.
8
Anak-anak :
Satu episode diperlukan 15 (lima belas) bungkus oralit @ 200 ml. Jumlah
episode 18.000 kasus. Maka jumlah oralit yang diperlukan = 18.000 x 15
bungkus = 270.000 bungkus @ 200 ml.
Dewasa :
Satu episode diperlukan 6 (enam) bungkus oralit @ 1 liter. Jumlah episode
10,800 kasus. Maka jumlah oralit yang diperlukan = 10.800 x 6 bungkus =
64.800 bungkus @ 1000 ml / 1 lite
3. Metode Kombinasi
Merupakan gabungan dari metode konsumsi dan metode epidemiologi.
Dalam metode ini, anggaran yang diperlukan disesuaikan dengan yang tersedia.
Penyusunan perencanaan mengacu pada :
1. DOEN, formularium, standar treatmen, kebijakan setempat
2. Data catatan medik / rekam medik
3. Anggaran
4. Penetapan prioritas
5. Pola penyakit
6. Sisa persediaan
9
7. Data penggunaan periode yang lalu
8. Rencana pengembangan
4. Metode Anggaran
Dengan melaksanakan penyesuaian rencana pengadaan obat dengan jumlah dana yang
tersedia maka informasi yang didapat adalah jumlah rencana pengadaan, skala prioritas masing-
masing jenis obat dan jumlah kemasan, untuk rencana pengadaan obat tahun yang akan datang.
Beberapa teknik manajemen untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan dana
dalam perencanaan kebutuhan obat adalah dengan cara :
10
Analisa ABC.
Kelompok A : Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya
menunjukkan penyerapan dana sekitar 70% dari jumlah dana obat keseluruhan.
Kelompok B : Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya
menunjukkan penyerapan dana sekitar 20%.
Kelompok C : Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya
menunjukkan penyerapan dana sekitar 10% dari jumlah dana obat keseluruhan.
2. Tentukan rankingnya mulai dari yang terbesar dananya sampai yang terkecil
Analisa VEN.
11
Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana obat yang
terbatas adalah dengan mengelompokkan obat yang didasarkan kepada dampak tiap
jenis obat pada kesehatan. Semua jenis obat yang tercantum dalam daftar obat
dikelompokkan kedalam tiga kelompok berikut :
Kelompok V : Adalah kelompok obat yang vital, yang termasuk dalam kelompok ini
antara lain:
- Obat penyelamat (life saving drugs).
Kelompok E : Adalah kelompok obat yang bekerja kausal, yaitu obat yang bekerja
pada sumber penyebab penyakit.
Kelompok N : Merupakan obat penunjang yaitu obat yang kerjanya ringan dan biasa
dipergunakan untuk menimbulkan kenyamanan atau untuk mengatasi keluhan ringan.
b. Konsumsi
12
c. Target kondisi
d. Biaya
A. Keuntungan:
Aktifitas di rumah sakit lebih terarah untuk mencapai tujuan.
Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif.
Alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai.
Memberikan landasan pokok fungsi manajemen lainnya yaitu fungsi pengawasan
B. Kerugian:
Keterbatasan dalam ketepatan informasi dan fakta-fakta tentang masa yang akan
datang
Memerlukan biaya yang cukup besar.
Hambatan psikologis.
Menghambat timbulnya inisiatif.
2.3.1.1 Produksi
13
3. Sediaan Farmasi dengan formula khusus.
4. Sediaan Farmasi dengan kemasan yang lebih kecil/repacking.
5. Sediaan Farmasi untuk penelitian.
6. Sediaan Farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan/harus dibuat baru (recenter
paratus).
Sediaan yang dibuat di Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan mutu dan
terbatas hanya untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di Rumah Sakit tersebut.
Kegiatan produksi yang dilakukan oleh sub instalasi produksi farmasi ada dua, yaitu:
Kegiatan produksi steril yang akan dilakukan sub instalasi produksi farmasi:
a. Total Parenteral Nutrition (TPN)
Total parenteral nutrition adalah membuat atau mencampur bahan nutrisi
yang berisi asam amino, karbohidrat dan lipid yang steril dengan kadar yang
sesuai kebutuhan masing-masing pasien, sehingga dihasilkan sediaan yang steril.
Ruang untuk TPN bertekanan positif dari pada di luar karena obat ini tidak
berbahaya hanya saja dalam pembuatannya harus steril.
b. IV admixture
Merupakan proses pencampuran obat steril ke dalam larutan intravena
steril untuk menghasilkan suatu sediaan steril yang bertujuan untuk penggunaan
intra vena (i.v). Ruang lingkup dari IV admixture :
1) Pelarutan serbuk steril
2) Menyiapkan suntikan IV sederhana (tunggal)
3) Menyiapkan suntikan IV kompleks
14
Keuntungan IV admixture antara lain:
1) Terjaminnya sterillitas produk
2) Terkontrolnya kompatibilitas obat
3) Terjaminnya kondisi penyimpanan yang optimum sebelum dan sesudah
pencampuran
c. Obat Sitostatika
Obat sitostatika adalah obat yang digunakan dalam pengobatan kanker
(antineoplastik). Peracikan obat kanker atau sitostatika adalah kegiatan
rekonstitusi (pencampuran) obat–obat sitostatik dan menyiapkan agar siap
digunakan dengan mempertimbangkan dasar–dasar keamanan bagi pekerja dan
lingkungan serta prinsip dasar pencampuran obat steril.
Obat ini diberikan pada bagian produksi obat steril maksimal sehari
sebelum dilakukan kemoterapi. Sebelum obat dibuat harus dilakukan pengecekan
apakah pasien jadi dikempoterapi pada waktu yang telah ditentukan atau tidak.
Jika tidak maka obat tidak boleh disiapkan, karena obat harus diberikan segera
setelah direkonstitusi mengingat ketidakstabilan obat dan jika terlalu lama
disimpan maka obat menjadi rusak.
15
semakin negatif. Hal ini untuk mencegah keluarnya obat yang direkonstitusi dan
agar tidak mengkontaminasi personil yang mengerjakannya. Personil yang
mengerjakan harus memakai pakaian steril model khusus, penutup kepala,
masker, kacamata, sarung tangan, dan penutup kaki.
Kegiatan yang dilakukan dalam produksi non steril yaitu pembuatan, pengenceran,
dan pengemasan kembali.
a. Pembuatan
Sub instalasi produksi farmasi memproduksi obat non steril berdasarkan
master formula. Produksi obat dilakukan dengan mengisi formulir pembuatan
obat. Tahapan pembuatan obat dilakukan berdasarkan urutan seperti contoh yang
terdapat pada formulir pembuatan obat dan pada setiap tahap pembuatan harus
diparaf oleh petugas yang mengerjakannya.
b. Pengenceran
Pengenceran dilakukan berdasarkan urutan seperti yang terdapat pada
formulir obat dan pada setiap tahap harus diparaf oleh petugas yang
mengerjakannya. Pengenceran misalnya pembuatan alkohol 70% dari alkohol
95%.
c. Pengemasan Kembali
16
Pengemasan kembali misalnya Betadine dan Rivanol dari kemasan besar
menjadi kemasan yang lebih kecil.
BAB 3
KESIMPULAN
Perencanaan merupakan tahap awal yang penting dalam siklus pengelolaan perbekalan
farmasi di rumah sakit, untuk menjaga ketersediaan obat dan perbekalan farmasi lainnya agar
dapat digunakan pada saat yang tepat. Pada perencanaan, terdapat lima tahap penting, yaitu tahap
pemilihan, kompilasi pemakaian, perhitungan kebutuhan, proyeksi kebutuhan, dan penyesuaian
rencana pengadaan yang harus ditentukan dengan tepat. Dalam menghitung kebutuhan
perbekalan di rumah sakit, dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu, metode konsumsi,
metode morbiditas, serta metode kombinasi keduanya.. Apoteker sebagai pihak yang berperan
17
dalam ketersediaan obat, bahan obat dan perbekalan kesehatan lainnya harus cermat dan teliti
dalam menjalani berbagai tahapan yang harus dilalui. Hal ini dilakukan agar obat, bahan obat
dan perbekalan kesehatan lainnya yang tersedia sesuai dengan yang dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Epstein, J. B., and Jermakowics, K. E., 2007, Wiley IFRS, Interpretation and Application of
International Financial Reporting Standards, USA, Wiley.
Wild,Tony, 2003, Consignment Stock, The IOM Knowledge Bank Issue Number 4.
Permenkes No.58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
Siregar, Charles J. P. 2003. Farmasi Rumah Sakit: Teori Penerapan. Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan. 2004. Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: DirJen
Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
18
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah
Salinan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-06/MBU/2011
Tentang Pedoman Pendayagunaan Aktiva Tetap Badan Usaha Milik Negara
19