Anda di halaman 1dari 8

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak

dalam Memenuhi Kewajiban Membayar Pajak di Surabaya

Christian Cahyaputra Siat dan Agus Arianto Toly


Program Akuntansi Pajak Program Studi Akuntansi Universitas Kristen Petra

ABSTRAK

Untuk mempermudah pemungutan pajak, Direktorat Jenderal Pajak memberlakukan sistem


self assessment. Dari sistem self assessment, wajib pajak diberikan kepercayaan penuh untuk
mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak, menghitung sendiri, menyetorkan, serta melaporkan
sendiri kewajiban pajaknya. Dengan sistem self assessment, fungsi pemerintah, dalam hal ini Direktorat
Jenderal Pajak, hanya memfasilitasi agar sistem self assessment berjalan dengan baik, sedangkan
pelaksanaanya sangat tergantung pada kepatuhan wajib pajak. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui pengaruh faktor kesadaran perpajakan, sikap fiskus, hukum pajak, dan sikap rasional
terhadap kepatuhan wajib pajak di Surabaya.
Dari hasil analisis regresi linier berganda dapat disimpulkan bahwa faktor kesadaran
perpajakan, sikap fiskus, hukum pajak, dan sikap rasional secara simultan dan secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak di Surabaya.

Kata kunci : kesadaran perpajakan, sikap fiskus, hukum pajak, sikap rasional, kepatuhan wajib pajak

ABSTRACT

To ease the procedures of tax collection, General Directorate of Taxes (Direktorat Jendral Pajak –
DJP) established self assessment system. In this self assessment system, tax payers are fully trusted to enroll
themselves to the Tax Service Office (Kantor Pelayanan Pajak), to count, to pay, and to report tax
obligations by themselves. With this self assessment system, government’s role, in this case Genera
Directorate l of Taxes, only to facilitate so self assessment system may run well, while the execution depends
on the tax payers’ compliance. The aim of this research was to discover the impact of tax awareness, service
from the tax staff, tax law, tax payers’ rational attitude to private tax payer’s compliance in Surabaya.
From this multiple linear regression analysis, it can be concluded that tax awareness, service from
the tax staff, tax law, tax payer’s rational attitude simultaneously and partially give significant effect to
taxpayer’s compliance in Surabaya.

Keywords: tax awareness, service from the staff, tax law, taxpayer’s rational attitude, tax payer
compliance.

PENDAHULUAN dalam pemungutan pajak di Indonesia,


maka di berikan kepercayaan penuh kepada
Pajak ialah suatu iuran atau kewajiban WP untuk mendaftarkan diri ke Kantor
menyerahkan sebagian kekayaan Pelayanan Pajak (KPP) untuk
(pendapatan) kepada negara yang bersifat mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak
wajib, dan jika tidak dilakukan maka bisa (NPWP), menghitung sendiri, menyetorkan,
terjadi pemaksaan dengan kekerasan dan melaporkan sendiri kewajiban pajaknya
seperti surat paksa dan sita. Karena melalu Surat Pemberitahuan (SPT) yang
banyaknya jumlah penduduk yang ada di diberikan oleh DJP. Dengan sistem self
Indonesia, maka Direktorat Jenderal Pajak assessment, fungsi pemerintah, dalam hal
(DJP) tidak mungkin melakukan penarikan ini DJP, hanya memfasilitasi agar sistem
pajak kepada wajib pajak (WP) satu- self assessment berjalan dengan baik,
persatu, sehingga DJP memberlakukan sedangkan pelaksanaannya sangat
sistem self assessment (Pasal 12 UU KUP). tergantung pada kepatuhan WP.
Dari sistem self assessment yang diterapkan
42 TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL.1, NO.1, 2013

Hal yang terpenting dari self assessment diri atau identitas WP dalam melaksanakan
adalah kesadaran pajak. Masyarakat hak dan kewajiban perpajakannya, untuk
Indonesia yang jumlah penduduknya dicantumkan dalam setiap dokumen
banyak dan terdiri dari daerah yang perpajakan, dan menjaga ketertiban dalam
berbeda-beda membuat DJP harus cerdik pembayaran pajak dan pengawasan
untuk menghimbau masyarakat agar patuh administrasi perpajakan. Sehingga dalam
dalam membayar pajak. Sebagaimana rangka memberikan kepastian hukum
diungkapkan dari penelitian Jatmiko (2006) kepada wajib pajak dalam rangka
di kota Semarang yang memperoleh hasil melaksanakan kewajiban perpajakannya,
bahwa kesadaran pajak berpengaruh positif undang-undang mengatur secara tegas hak
terhadap kepatuhan WP. dan kewajiban wajib pajak dalam satu
Faktor petugas pajak dalam hukum pajak formal.
memberikan pelayanan kepada WP
memiliki pengaruh, hal tersebut dibuktikan Wajib Pajak Efektif
dalam penelitian Maria (2009) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa Dalam Surat Edaran Dirjen Pajak
pelayanan petugas pajak berpengaruh Nomor 26/PJ.2/1988 sebagaimana telah
positif dan signifikan terhadap kepatuhan diganti dengan Surat Edaran Dirjen Pajak
WP. Faktor hukum pajak adalah hal yang Nomor 89/PJ/ 2009 mengenai kriteria WP
mengikat WP untuk memenuhi efektif dan WP Non efektif, adapun kriteria
kewajibannya, karena jika WP tidak wajib pajak efektif adalah:
memenuhi kewajibannya bisa terkena 1. Menyampaikan SPT Masa atau SPT
sanksi perdata bahkan pidana. Ternyata hal Tahunan;
itu terbukti dari penelitian Agustiono (2012) 2. Melakukan pembayaran pajak;
yang menyatakan bahwa hukum pajak 3. Diketahui adanya kegiatan usaha
berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan dari wajib pajak;
WP, tetapi berbeda dari penelitian Maria 4. Diketahui alamat Wajib Pajak.
(2009), faktor sanksi perpajakan atau
hukum pajak tidak berpengaruh signifikan Sedangkan definisi wajib pajak non
terhadap kepatuhan WP. Menurut hasil efektif adalah wajib pajak yang tidak
penelitian dari Anisa (2012) faktor sikap melakukan pemenuhan kewajiban
rasional berpengaruh positif terhadap perpajakannya baik berupa pembayaran
kepatuhan WP dalam membayar pajak, baik maupun penyampaian Surat
secara parsial maupun simultan. Pemberitahuan Masa (SPT Masa) dan/atau
Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT
Definisi Wajib Pajak Tahunan) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Dalam undang-undang No. 28 tahun perpajakan, yang nantinya dapat diaktifkan
2007 tentang Undang Undang Ketentuan kembali.
Umum dan tata cara Perpajakan (KUP) Variabel wajib pajak yang digunakan
yang baru, definisi WP adalah orang pribadi dalam penelitian ini adalah WP orang
atau badan, meliputi pembayar pajak, pribadi dengan status aktif melakukan
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang penyetoran dan/atau pelaporan SPT
mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sehingga memiliki pengaruh terhadap
sesuai dengan ketentuan peraturan kepatuhan WP.
perundang-undangan perpajakan.
Wajib pajak dibedakan menjadi dua Kepatuhan Wajib Pajak
yaitu wajib pajak orang pribadi dan wajib
pajak badan. WP Orang Pribadi adalah Definisi patuh menurut Kamus Besar
subjek pajak yang memiliki penghasilan Bahasa Indonesia Online Edisi IV tahun
atas usaha sendiri atau memiliki pekerjaan 2008 adalah suka menurut (perintah); taat
tidak bebas (karyawan) yang (kepada perintah, aturan); berdisiplin.
penghasilannya di atas pendapatan tidak Sedangkan kepatuhan memiliki definisi
kena pajak (PTKP), yaitu Rp 15.840.000,00. sifat patuh, ketaatan. Dengan demikian,
Di Indonesia, setiap orang wajib kepatuhan adalah motivasi seseorang,
mendaftarkan diri dan mempunyai NPWP kelompok, atau organisasi untuk berbuat
yang berguna untuk sarana dalam atau tidak berbuat sesuai dengan aturan
administrasi perpajakan, tanda pengenal yang telah ditetapkan. Perilaku patuh
43

seseorang merupakan interaksi perilaku Menurut Keputusan Menteri Keuangan


individu, kelompok dan organisasi. Nomor 544/KMK.04/2000 sebagaimana
Menurut Menteri Keuangan diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
No.544/KMK.04/2000 dalam Sony dan Siti Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007
(2006) menyatakan bahwa “Kepatuhan tentang tata cara penetapan dengan kriteria
perpajakan adalah tindakan WP dalam tertentu dalam rangka pengembalian
pemenuhan kewajiban perpajakannya pendahuluan kelebihan pembayaran pajak
sesuai dengan ketentuan peraturan terdapat beberapa kriteria tertentu untuk
perundang-undangan dan peraturan disebut sebagai wajib pajak patuh. Hal ini
pelaksanaan perpajakan yang berlaku dikemukakan dalam pasal 1 di mana dapat
dalam suatu negara” disebut wajib pajak patuh apabila
Ada pula kepatuhan WP dikemukakan memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Norman D.Nowak dalam Zain (2004) 1. Tepat waktu dalam menyampaikan
sebagai suatu iklim kepatuhan dan Surat Pemberitahuan;
kesadaran pemenuhan kewajiban 2. Tidak mempunyai tunggakan pajak
perpajakan, tercemin dalam situasi di untuk semua jenis pajak, kecuali
mana: tunggakan pajak yang telah
1. WP pajak paham atau berusaha untuk memperoleh izin mengangsur atau
memahami semua ketentuan peraturan menunda pembayaran pajak;
perundang-undangan perpajakan 3. Laporan Keuangan diaudit oleh
2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap Akuntan Publik atau lembaga
dan jelas pengawasan keuangan pemerintah
3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan pendapat Wajar Tanpa
dengan benar Pengecualian selama 3 (tiga) tahun
4. Membayar pajak yang terutang tepat berturut-turut; dan
pada waktunya 4. Tidak pernah dipidana karena
Jadi kesimpulan kepatuhan WP adalah melakukan tindak pidana di bidang
sikap taat, disiplin, dan patuh yang perpajakan berdasarkan putusan
dilakukan individu atau kelompok terhadap pengadilan yang telah mempunyai
perundang-undangan perpajakan dalam hal kekuatan hukum tetap dalam jangka
pemenuhan kewajiban perpajakannya. waktu 5 (lima) tahun terakhir.
Selain itu pada pasal 2 Peraturan
Kepatuhan ada dua macam yaitu Menteri Keuangan ini menjelaskan lebih
kepatuhan formal dan kepatuhan material. rinci mengenai WP patuh yang
Kepatuhan formal adalah suatu keadaan di dimaksudkan pada pasal 1. Berikut adalah
mana wajib pajak memenuhi kewajiban penjelasannya :
perpajakan secara formal sesuai dengan 1. Tepat waktu dalam menyampaikan
ketentuan dalam Undang-Undang Surat Pemberitahuan meliputi
Perpajakan. Misalnya ketentuan batas penyampaian Surat Pemberitahuan
waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan tepat waktu dalam 3 (tiga)
Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan tahun terakhir; penyampaian Surat
tanggal 31 Maret. Apabila wajib pajak telah Pemberitahuan Masa yang terlambat
melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak dalam tahun terakhir untuk Masa Pajak
Penghasilan Tahunan sebelum atau pada Januari sampai November tidak lebih
tanggal 31 Maret maka wajib pajak telah dari 3 (tiga) Masa Pajak untuk setiap
memenuhi ketentuan formal, akan tetapi jenis pajak dan tidak berturut-turut;
isinya belum tentu memenuhi ketentuan Surat Pemberitahuan Masa yang
material, yaitu suatu keadaan di mana WP terlambat sebagaimana dimaksud pada
memenuhi semua ketentuan material point ke 2 pasal 1 telah disampaikan
perpajakan. Kepatuhan material dapat tidak lewat dari batas waktu
meliputi kepatuhan formal. Wajib Pajak penyampaian Surat Pemberitahuan
yang memenuhi kepatuhan material adalah Masa Masa Pajak berikutnya.
Wajib Pajak yang mengisi dengan jujur, 2. Tidak mempunyai tunggakan pajak
lengkap dan benar Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
(SPT) sesuai ketentuan dan point ke 2 adalah keadaan pada tanggal
menyampaikannya ke KPP sebelum batas 31 Desember tahun sebelum penetapan
waktu berakhir sebagai WP Patuh dan tidak termasuk
44 TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL.1, NO.1, 2013

utang pajak yang belum melewati batas tidak etisnya jika menganggap setiap orang
akhir pelunasan. yang tertib berlalulintas sekedar karena
3. Laporan Keuangan yang diaudit oleh takut pada polisi.
Akuntan Publik atau lembaga Oleh karena itu penulis ingin meneliti
pengawasan keuangan tentang faktor kesadaran perpajakan WP
pemerintah sebagaimana dimaksud yang ada di Surabaya, karena Surabaya
dalam Pasal 1 point ke 3 harus disusun adalah salah satu kota dengan ekonomi
dalam bentuk panjang (long form yang maju di Indonesia, tetapi apakah
report) dan menyajikan rekonsiliasi laba seiring dengan majunya ekonomi di kota
rugi komersial dan fiskal bagi WP yang Surabaya, kesadaran perpajakannya juga
wajib menyampaikan Surat ikut naik.
Pemberitahuan Tahunan. Indikator kesadaran perpajakan
4. Selain itu Pendapat Akuntan atas ditunjukan dengan:
Laporan Keuangan yang diaudit oleh 1. Mengetahui fungsi pajak
Akuntan Publik ditandatangani oleh 2. Kesadaran membayar pajak
Akuntan Publik yang tidak sedang
dalam pembinaan lembaga pemerintah 2. Faktor Petugas Pajak
pengawas Akuntan Publik.
Dari pengertian di atas dapat Dirjen Pajak Ahmad Fuad Rahmany
disimpulkan bahwa kepatuhan ada 2 mengatakan bahwa petugas pajak adalah
macam yaitu, kepatuhan formal dan pihak yang seharusnya menegakan aturan
material. Seorang WP yang patuh adalah perpajakan. Petugas pajak diharapkan
WP yang tepat waktu dalam penyampaian simpatik, bersifat membantu, mudah
SPT, serta mengisi SPT dengan jujur, baik, dihubungkan dan bekerja jujur. Salah satu
dan benar sesuai dengan undang-undang. faktor yang mempengaruhi baik atau
tidaknya motivasi Wajib Pajak dipengaruhi
Faktor-faktor yang Mempengaruhi oleh sikap petugas pajak, dimana sesuai
Kepatuhan Wajib Pajak dengan peraturan yang berlaku bahwa
setiap petugas pajak hendaknya harus
1. Faktor Kesadaran Perpajakan mempunyai sikap jujur, bertanggung jawab,
penuh pengertian, objektif, sopan/ tidak
Kesadaran pajak ini tidak sama dengan arogan, serta wajib menghindarkan diri dari
sikap patuh tanpa sikap kritis. Semakin perbuatan tercela.
rakyat maju dan pemerintahannya juga Dari beberapa penelitian diatas terdapat
maju, rakyat akan semakin tinggi adanya perbedaan hasil penelitian, seperti
kesadaran pajaknya namun di pihak lain dari penelitian Novitasari (2007) yang
rakyat akan semakin kritis, tapi bukan memperoleh hasil bahwa faktor sikap fiskus
mengritisi keberadaan pajak itu sendiri tidak berpengaruh terhadap kepatuhan WP,
sebagai sebuah instrumen, seperti sedangkan penelitian dari Jatmiko (2006)
sebelumnya, melainkan kritis terhadap menyatakan bahwa faktor sikap fiskus
materi kebijakan di bidang perpajakannya, berpengaruh terhadap kepatuhan WP.
yakni tarif, dan perluasan subjek dan Indikator sikap fiskus ditunjukan dengan:
objeknya. 1. Sikap
Sampai kapanpun tidak akan pernah 2. Profesionalisme
terjadi keadaan di mana seluruh rakyat
memiliki kesadaran membayar pajak, pasti 3. Faktor Hukum Pajak
akan masih tersisa sebagian kecil yang
tidak mau membayar pajak, sama dengan Menurut Nurmantu (2003), hukum
tidak pernah ada di negara manapun, pajak merupakan keseluruhan dari
kapanpun, semua rakyatnya memiliki peraturan-peraturan yang meliputi
kesadaran tinggi untuk tertib berlalulintas, kewenangan pemerintah untuk mengambil
pasti ada saja yang masih selalu melanggar kekayaan seseorang dan menyerahkannya
atau melawan hukum. Atas pelanggaran ini kembali kepada masyarakat dengan melalui
pasti dikenakan sanksi sebagai kas negara. Menurut pengertian hukum,
hukumannya. Namun secara normatif tidak bahwa setiap warga masyarakat dianggap
etis dilakukan generalisasi bahwa orang mengetahui hukum, termasuk hukum yang
membayar pajak motif utamanya mengatur tentang masalah perpajakan.
menghindari sanksi atau hukuman. Sama Untuk mengetahui peraturan perpajakan,
45

dapat meminta keterangan informasi dan diharapkan dari kegiatan kriminal dan
penjelasan kepada pihak fiskus atau bukan kriminal, dan kemudian memilih
petugas pajak sebagai bagian dari fungsi alternative yang mempunyai penghasilan
pembinaan dan pelayanan. yang lebih besar.
Secara teoritis untuk menumbuhkan Dari penelitian Novitasari (2007),
sikap positif tentang suatu hal harus diperoleh hasil bahwa sikap rasional tidak
bermula dari adanya pengetahuan tentang berpengaruh terhadap kepatuhan WP.
hal tersebut. Di negara maju yang Tetapi seiring dengan kenyataan yang ada
partisipasi rakyatnya sudah tinggi dalam di media, dengan gencarnya DJP
membayar pajak, upaya pemberitahuan menyuluhkan kepada masyarakat akan
tentang pajak dilakukan dengan gencar, pentingnya membayar pajak. Maka penulis
baik melalui media masa, brosur, buku ingin mengetahui apakah masyarakat di
panduan, informasi telepon dan saran Surabaya telah mengalami perubahan
lainnya. Informasi pajak yang disampaikan dalam cara pandang sikap rasional mereka
sedapat mungkin harus menghindari jargon tentang membayar pajak. Dan hasil
pajak, dan bahasa hukum yang sulit untuk penelitian dari Anisa (2012) mendukung
dipahami oleh orang awam. Pengetahuan juga bahwa faktor sikap rasional
masyarakat yang terbatas terhadap berpengaruh terhadap kepatuhan WP di
peraturan perpajakan, ditambah lagi kota Semarang.
dengan seringnya diadakan perubahan
terhadap peraturan pajak, sehingga Hipotesa Penelitian
menimbulkan kesalahpahaman bagi wajib
pajak. Hal tersebut dimaksudkan sebagai Melihat dari faktor-faktor penelitian
komplektisitas dari peraturan perpajakan yang penulis ambil, yaitu faktor kesadaran
guna lebih memberikan kejalasan dan perpajakan, faktor sikap fiskus, faktor
kepastian hukum pada setiap masalah hukum pajak, dan faktor sikap rasional.
perpajakan. Namun prosedur administrasi Oleh karena itu hipotesisnya adalah:
perpajakan selama ini sering dikritisi H01: kesadaran perpajakan, sikap fiskus,
masyarakat terlalu birokratis bagi hukum pajak, dan sikap rasional tidak
Direktorat Jenderal Pajak dalam berpengaruh positif terhadap
melakukan perubahan. kepatuhan WP dalam memenuhi
Faktor hukum pajak adalah dasar kewajiban pajak.
pengetahuan dari WP untuk melakukan H11: kesadaran perpajakan, sikap fiskus,
kepatuhan perpajakan. Hasil penelitian hukum pajak, dan sikap rasional
Novitasari (2007) menunjukkan bahwa berpengaruh positif terhadap
faktor hukum pajak tidak memiliki kepatuhan WP dalam memenuhi
pengaruh terhadap kepatuhan WP. kewajiban pajak.
Indikator Hukum Pajak ditunjukan Penilaian positif masyarakat wajib
dengan: pajak terhadap pelaksanaan fungsi Negara
1. Adil oleh pemerintah akan menggerakan
2. Equality masyarakat untuk mematuhi kewajibannya
3. Daya pikul membayar pajak. Faktor kesadaran
4. Peraturan perpajakan pengaruhnya bersifat positif
terhadap kepatuhan. Maka hipotesisnya
adalah:
4. Faktor Sikap Rasional H02: faktor kesadaran perpajakan (X1) tidak
Sikap rasional adalah pertimbangan berpengaruh positif terhadap
wajib pajak atas untung ruginya memenuhi kepatuhan WP (Y) dalam memenuhi
kewajiban pajaknya, ditunjukan dengan kewajiban pajak.
pertimbangan wajib pajak terhadap H12: faktor kesadaran perpajakan (X1)
keuangan apabila tidak memenuhi berpengaruh positif terhadap
kewajiban pajaknya dan resiko yang akan kepatuhan WP (Y) dalam memenuhi
timbul apabila membayar dan tidak kewajiban pajak.
membayar pajak Hadi (2004). Hadi (2004) Faktor sikap fiskus bersifat positif
mengatakan bahwa perilaku kejahatan apabila sikap fiskus mencari-cari kesalahan,
telah dipandang oleh ilmuwan sosial sebagai sewenang-wenang menggunakan peraturan
tindakan yang rasional ketika seseorang perpajakan untuk mengancam dan menekan
mempertimbangkan keuangan yang
46 TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL.1, NO.1, 2013

WP dengan tujuan menerima imbalan, Sumber data yang digunakan dalam


maka hipotesisnya adalah: penelitian ini berasal dari sumber internal
H03: faktor sikap fiskus (X2) tidak dan merupakan data primer, yaitu data
berpengaruh positif terhadap yang diperoleh dari sumber asli. Data
kepatuhan WP (Y) dalam memenuhi primer tersebut diperoleh dengan cara
kewajiban pajak. menyebarkan kuesioner kepada para
H13: faktor sikap fiskus (X2) berpengaruh pemilik toko. Jenis data yang dikumpulkan
positif terhadap kepatuhan WP (Y) bersifat kuantitatif.
dalam memenuhi kewajiban pajak. Instrumen penelitian berupa kuisioner
Faktor hukum pajak bersifat positif yang merupakan suatu alat untuk
apabila WP merasa hukum pajak adil, dan mengukur fenomena alam maupun sosial
mudah diterapkan, maka hipotesisnya yang diteliti. Pengumpulan data yang
adalah: digunakan dalam penelitian ini adalah
H04: faktor hukum pajak (X3) tidak daftar pertanyaan berupa kuisioner yang
berpengaruh positif terhadap akan disebarkan kepada para pemilik toko
kepatuhan WP (Y) dalam memenuhi atau pengusaha kecil dengan metode
kewajiban pajak. penyebaran secara langsung.
H14: faktor hukum pajak (X3) berpengaruh
positif terhadap kepatuhan WP (Y) HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
dalam memenuhi kewajiban pajak.
Apabila sikap rasional wajib pajak lebih Jumlah kuesioner yang dibagikan
mementingkan keuangan dan kepentingan adalah 50 lembar. Dan dari ke-50 kuesioner,
diri sendiri bertambah, maka wajib pajak didapati identitas Wajib Pajak yang menjadi
tersebut lebih tidak patuh dalam memenuhi responden berdasarkan jenis kelamin
kewajiban pajak. Apabila pelanggaran- adalah 30 laki-laki dan 20 perempuan.
pelanggaran mengenai pajak dianggap tidak
menimbulkan resiko berat oleh Wajib Pajak, Persamaan Regresi
maka sikap rasional wajib pajak untuk Persamaan regresi yang dihasilkan
menguntungkan diri sendiri bertambah dan adalah sebagai berikut:
kepatuhan wajib pajak berkurang, maka Y = 0.776 + 0.181 X1 + 0.165 X2 + 0.223
sikap rasional WP bersifat positif. Dan X3 + 0.167 X4
hipotesisnya adalah: Dari persamaan regresi di atas dapat
H05: faktor sikap rasional (X4) tidak diperoleh penjelasan sebagai berikut:
berpengaruh positif terhadap 1. Nilai konstanta = 0.776, menunjukkan
kepatuhan WP (Y) dalam memenuhi besarnya kepatuhan Wajib Pajak
kewajiban pajak. pemilik toko di Mulyosari Surabaya
H15: faktor sikap rasional (X4) berpengaruh yang tidak dipengaruhi oleh kesadaran
positif terhadap kepatuhan WP (Y) perpajakan, sikap fiskus, hukum pajak,
dalam memenuhi kewajiban pajak. dan sikap rasional.
2. Nilai koefisien regresi kesadaran
METODE PENELITIAN perpajakan (X1) = 0.181, menunjukkan
adanya arah pengaruh positif kesadaran
Model Analisis perpajakan terhadap kepatuhan Wajib
Pajak pemilik toko di Mulyosari
Penelitian ini menggunakan pendekatan Surabaya. Apabila kesadaran
kuantitatif dengan menggunakan data perpajakan mengalami peningkatan
primer. Dari hasil penelitian ini akan sebesar satu satuan (semakin tinggi),
dianalisa paakah ada pengaruh variabel maka kepatuhan Wajib Pajak pemilik
independen yang meliputi kesadaran toko di Mulyosari Surabaya akan
perpajakan, sikap fiskus, hukum pajak, dan mengalami peningkatan sebesar 0.165,
sikap rasional terhadap kepatuhan wajib dengan asumsi variabel bebas lain
pajak. dalam keadaan konstan (tetap).
Penelitian ini menggunakan skala 3. Nilai koefisien regresi sikap fiskus (X2) =
pengukuran untuk menunjukan intensitas 0.165, menunjukkan adanya arah
jawaban dalam bentuk no (1) “Sangat Tidak pengaruh positif sikap fiskus terhadap
Setuju” sampai (4) “Sangat Setuju” untuk kepatuhan Wajib Pajak pemilik toko di
mengukur pengaruh faktor-faktor yang Mulyosari Surabaya. Apabila sikap
akan diteliti. fiskus mengalami peningkatan sebesar
47

satu satuan (semakin baik), maka pembiayaaan Negara dan membayar dengan
kepatuhan Wajib Pajak pemilik toko di kesungguhan hati. Hasil ini bertentangan
Mulyosari Surabaya akan mengalami dengan hasil penelitian Novitasari (2007)
peningkatan sebesar 0.165, dengan yang menyatakan bahwa faktor kesadaran
asumsi variabel bebas lain dalam perpajakan tidak berpengaruh terhadap
keadaan konstan (tetap). kepatuhan WP.
4. Nilai koefisien regresi hukum pajak (X3)
= 0.223, menunjukkan adanya arah Faktor Petugas Pajak Berpengaruh
pengaruh positif hukum pajak terhadap Signifikan Terhadap Kepatuhan Wajib
kepatuhan Wajib Pajak pemilik toko di Pajak
Mulyosari Surabaya. Apabila hukum
pajak mengalami peningkatan sebesar Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas
satu satuan (semakin adil dan sesuai), maka dapat disimpulkan bahwa faktor
maka kepatuhan Wajib Pajak pemilik petugas pajak berpengaruh signifikan
toko di Mulyosari Surabaya akan terhadap kepatuhan WP. Hal ini juga
mengalami peningkatan sebesar 0.223, didukung dari jawaban responden yang
dengan asumsi variabel bebas lain berada di interval 2.73 yang berarti setuju
dalam keadaan konstan (tetap). bahwa faktor petugas pajak berpengaruh
5. Nilai koefisien regresi sikap rasional terhadap keatuhan WP. Hasil penelitian
(X4) = 0.167, menunjukkan adanya penulis mendukung hasil penelitian yang
arah pengaruh positif sikap rasional sebelumnya sudah dilaksanakan oleh Maria
terhadap kepatuhan Wajib Pajak (2009) di mana dalam penelitiaanya
pemilik toko di Mulyosari Surabaya. menyatakan bahwa pelayanan petugas
Apabila sikap rasional mengalami pajak berpengaruh positif dan signifikan
peningkatan sebesar satu satuan terhadap WP. Selain itu uji t antara sikap
(semakin tinggi), maka kepatuhan fiskus terhadap kepatuhan Wajib Pajak
Wajib Pajak pemilik toko di Mulyosari menghasilkan t hitung sama dengan 2.050
Surabaya akan mengalami lebih besar dari t tabel sama dengan 2.014
peningkatan sebesar 0.167, dengan (df=45, α/2=0.025), dengan nilai signifikansi
asumsi variabel bebas lain dalam sama dengan 0.046 lebih kecil dari 0.05.
keadaan konstan (tetap). Perilaku adil dan profesionalisme dari
petugas pajak membuat WP patuh dalam
Faktor Kesadaran Perpajakan membayar pajak. Hasil ini bertentangan
Berpengaruh Signifikan Terhadap dengan hasil penelitian Fatcullah (2011)
Kepatuhan Wajib Pajak yang menyatakan bahwa faktor petugas
pajak mempunyai pengaruh yang tidak
Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas signifikan terhadap kepatuhan WP.
maka dapat disimpulkan bahwa faktor
kesadaran perpajakan berpengaruh Faktor Hukum Pajak Berpengaruh
signifikan terhadap kepatuhan WP. Hal ini Signifikan Terhadap Kepatuhan Wajib
juga didukung dari jawaban responden yang Pajak
berada di interval 2.89 yang berarti setuju
bahwa kesadaran perpajakan berpengaruh Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas
terhadap kepatuhan WP. Hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa faktor
penulis mendukung hasil penelitian hukum pajak berpengaruh signifikan
sebelumnya yang dilakukan oleh Jatmiko terhadap kepatuhan WP. Hal ini juga
(2006) di kota Semarang, yang memperoleh didukung dari jawaban responden yang
hasil bahwa kesadaran perpajakan berada di interval 3.03 yang berarti setuju
berpengaruh positif terhadap kepatuhan bahwa faktor petugas pajak berpengaruh
WP. Selain itu uji t antara kesadaran terhadap keatuhan WP. Hasil penelitian
perpajakan terhadap kepatuhan Wajib penulis mendukung hasil penelitian
Pajak menghasilkan t hitung sama dengan Agustiono (2012) yang menyatakan bahwa
2.065 lebih besar dari t tabel sama dengan hukum pajak berpengaruh signifikan
2.014 (df=45, α/2=0.025), dengan nilai terhadap kepatuhan WP. Selain itu uji t
signifikansi sama dengan 0.045 lebih kecil antara hukum pajak terhadap kepatuhan
dari 0.05. Masyarakat Mulyosari memiliki Wajib Pajak menghasilkan t hitung sama
kesadaran perpajakan, karena merasa dengan 2.241 lebih besar dari t tabel sama
bahwa membayar pajak itu perlu untuk dengan 2.014 (df=45, α/2=0.025), dengan
48 TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL.1, NO.1, 2013

nilai signifikansi sama dengan 0.030 lebih sikap rasional terbukti berpengaruh positif
kecil dari 0.05. Hasil penelitian ini sesuai terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam
dengan teori yang dikemukakan oleh memenuhi kewajibannya dalam membayar
Nurmantu (2003), hukum pajak merupakan pajak bagi wajib pajak pemilik toko di
keseluruhan dari peraturan-peraturan yang daerah Mulyosari Surabaya
meliputi kewenangan pemerintah untuk
mengambil kekayaan seseorang dan DAFTAR PUSTAKA
menyerahkannya kembali kepada
masyarakat dengan melalui kas Negara. Anisa, Nirmala Santi. (2012). Analisis
Karena itu hukum pajak merupakan bagian Pengaruh Kesadaran Perpajakan, Sikap
dari hukum publik, yang mengatur Rasional, Lingkungan, Sanksi Denda
hubungan hukum antara Negara dan orang- dan Sikap Fiskus Terhadap Kepatuhan
orang atau badan-badan (hukum) yang Wajib Pajak. Thesis. Universitas
berkewajiban membayar pajak. Sehingga Diponegoro.
masyarakat percaya bahwa dengan Agustiono, Dwi. (2012). Analisis Faktor-
membayar pajak mereka dapat memperoleh faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
timbal balik dari Negara. Hasil ini Wajib Pajak Orang Pribadi. Thesis
bertentangan dengan hasil penelitian Maria Universitas Diponegoro.
(2009) yang menyatakan bahwa faktor Evadiar, Lizha. (2009). Analisis Faktor-
hukum pajak tidak berpengaruh signifikan faktor yang Mempengaruhi Tingkat
terhadap kepatuhan WP dan penelitian dari Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Novitasari (2007) yang menyatakan bahwa di Kota Batu. Thesis. Universitas
faktor hukum pajak juga tidak berpengaruh Muhamadiyah Malang.
terhadap kepatuhan WP. Fatchullah (2011). Analisis Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib
Faktor Sikap Rasional Berpengaruh Pajak. Thesis. Universitas
Signifikan Terhadap Kepatuhan Wajib Pembangunan Nasional “Veteran”.
Pajak Hadi, Tiono Kesuma. (2004). Determinan
yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib
Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas Pajak dalam Menerapkan Akuntansi
maka dapat disimpulkan bahwa faktor Pajak. Thesis. Universitas Airlangga.
sikap rasional berpengaruh signifikan Jatmiko, Agus Nugroho. (2006). Pengaruh
terhadap kepatuhan WP. Hal ini juga Sikap Wajib Pajak pada Pelaksanaan
didukung dari jawaban responden yang Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan
berada di interval 2.79 yang berarti setuju Kesadaran Perpajakan terhadap
bahwa faktor petugas pajak berpengaruh Kepatuhan Wajib Pajak. Thesis
terhadap keatuhan WP. Selain itu uji t Universitas Diponegoro.
antara sikap rasional terhadap kepatuhan Maria (2009), Analisis Pemahaman Self
Wajib Pajak menghasilkan t hitung sama Assessment, Tingkat Pendidikan,
dengan 2.055 lebih besar dari t tabel = 2.014 Tingkat Penghasilan dan Variable
(df=45, α/2=0.025), dengan nilai signifikansi Pelayanan Informasi terhadap
sama dengan 0.046 lebih kecil dari 0.05. Kepatuhan Wajib Pajak. Thesis
Masyarakat daerah Mulyosari memiliki Universitas Diponegoro
sikap rasional yang bagus karena mereka Nurmantu, Safri (2003). Pengantar
berpikir bahwa membayar pajak itu tidak Perpajakan. (edisi kedua). Jakarta:
perlu dipertimbangkan untung ruginya. Granit.
Hasil ini bertentangan dengan hasil Novitasari, Fin Fin. (2007). Analisis Faktor-
penelitian Fatcullah (2011) yaitu faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
penelitiannya menunjukan bahwa faktor Wajib Pajak dalam Memenuhi
sikap rasional tidak berpengaruh terhadap Kewajiban Pajak. Skripsi. Universitas
kepatuhan wajib pajak. Kristen Petra.
Supriyati dan Hidayati (2008). Pengaruh
KESIMPULAN Pengetahuan Pajak dan Persepsi Wajib
Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Dari hasil pengujian hipotesis terhadap Thesis. STIE Perbanas Surabaya.
kuesioner yang terkumpulkan, dapat
disimpulkan bahwa faktor kesadaran
perpajakan, sikap fiskus, hukum pajak, dan

Anda mungkin juga menyukai