Anggota :
Kelas : A
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, kami selaku penulis dapat menyelesaikan Laporan
Teknik Lalu Lintas dengan baik serta tepat waktu.
Laporan ini dapat terselesaikan dengan berbagai macam observasi serta
bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan
hambatan selama penyusunan karya ilmiah ini. Maka dari itu, pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Wimpy Santosa, Ir., M.Eng., MSCE., Ph.D. selaku dosen mata
kuliah Teknik Lalu Lintas yang telah membimbing penulis, sehingga laporan
ini dapat disusun sesuai yang diharapkan.
2. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Kami selaku penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan mendasar
dalam penulisan laporan ini. Oleh karena itu, penulis mengundang para pembaca
untuk memberikan kritik dan saran yang membangun. Kiranya laporan ini dapat
bermanfaat dalam menambah wawasan para pembaca mengenai bagaimana cara
mendapatkan kecepatan rata-rata ruang dan kecepatan rata-rata waktu.
Akhir kata, semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua. Terima kasih.
Bandung, April 2019
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... 2
5.2 Saran................................................................................................................................... 24
3
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Laporan ini memiliki tujuan sebagai berikut :
- Mengetahui derajat kejenuhan di Jalan Ciumbuleuit.
- Mengetahui kapasitas di Jalan Ciumbuleuit.
- Mengetahui besarnya volume dan arus lalu lintas di Jalan Ciumbuleuit.
4
1.4 Batasan Masalah
Pengamatan ini memiliki batasan masalah sebagai berikut :
- Jalan yang diamati merupakan bagian dari Jalan Ciumbuleuit.
- Jalan yang diamati relatif landai.
- Pengamatan dibatasi pada jarak dua ratus meter.
- Pengamatan dilakukan selama satu jam.
- Kendaraan yang diamati adalah kendaraan ringan.
- Kendaraan hambatan samping yang dimaksud adalah kendaraan yang
berhenti di jalan, kendaraan lambat, kendaraan keluar masuk jalan, dan pejalan
kaki.
1.5 Manfaat
Penelitian ini memiliki manfaat untuk mengetahui volume lalu lintas, kapasitas, dan
derajat kejenuhan di Jalan Ciumbuleuit pada waktu tertentu.
5
BAB II LANDASAN TEORI
Arus lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melalui suatu “titik” di jalan yang
waktu pencatatannya kurang dari satu satuan waktu tertentu tapi hasilnya dinyatakan
untuk satu satuan waktu tersebut.
Volume dan arus lalu lintas memiliki perbedaan, yaitu volume lalu lintas
merupakan hasil pengamatan di lapangan secara real, sedangkan arus lalu lintas
belum tentu terjadi secara real. Contohnya adalah jika tercatat dalam lima belas menit
terdapat 500 kendaraan, maka arus lalu lintasnya adalah 2000 kendaraan/jam,
sedangkan volume lalu lintasnya adalah 500 kendaraan/15 menit.
Untuk menentukan volume dan arus lalu lintas, kendaraan tersebut harus diubah
terlebih dahulu menjadi smp (satuan mobil penumpang). Satuan untuk arus lalu-lintas
dimana arus berbagai tipe kendaraan diubah menjadi arus kendaraan ringan
(termasuk mobil penumpang) dengan menggunakan emp. emp atau ekuivalen mobil
penumpang adalah Faktor yang menunjukkan berbagai tipe kendaraan dibandingkan
dengan kendaraan ringan sehubungan dengan pengaruhnya terhadap kecepatan
kendaraan ringan dalam arus lalu-lintas (untuk mobil penumpang dan kendaraan
ringan yang sisanya mirip, emp = 1.0). emp kendaraan dapat diperoleh dari tabel di
bawah ini :
6
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997)
Menurut MKJI 1997, jalan dalam kota (urban roads) terdiri atas :
7
- 4-lajur 2-arah terbagi (4/2 D)
- 6-lajur 2-arah terbagi (6/2 D)
dengan,
C = Kapasitas (smp/jam)
FCsf = Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan atau kereb
Kapasitas dasar adalah kapasitas segmen jalan pada kondisi geometri, pola arus
lalu lintas, dan faktor lingkungan yang ditentukan sebelumnya. Kapasitas dasar
dinyatakan dalam satuan (smp/jam). Kapasitas dasar dapat ditentukan berdasarkan
tipe jalannya berdasarkan MKJI 1997.
8
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997)
9
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997)
Faktor penyesuaian untuk kapasitas dasar akibat pemisahan arah lalu lintas (hanya
jalan dua arah tak terbagi) dapat diperoleh dari tabel MKJI 1997.
10
terlebih dahulu menjadi frekuensi bobot, lalu hambatan samping tersebut
diklasifikasikan dalam kelas tertentu. Frekuensi bobot dapat dihitung dengan
menggunakan faktor bobot sebagai berikut :
Jumlah frekuensi kejadian berbobot dapat menjadi tolak ukur kelas hambatan
samping, dan terdapat pada tabel di bawah ini :
11
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997)
Faktor penyesuaian untuk kapasitas dasar akibat ukuran kota dapat diperoleh dari
tabel MKJI 1997 dengan mencari jumlah penduduk pada suatu kota tertentu.
Ukuran kota adalah jumlah penduduk di dalam kota (juta). Lima kelas ukuran kota
ditentukan dengan :
Ukuran kota (juta pend.) Kelas ukuran kota CS
< 0,1 Sangat kecil
0.1-0.5 Kecil
0.5-1.0 Sedang
1.0-3.0 Besar
>3.0 Sangat Besar
12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Lajur
menuju
Utara
13
Lajur
menuju
Selatan
14
BAB IV PEMBAHASAN
Eeeeeeeeeeeeee Eeeeeeeeeeeeee
eeeeeeeeeeeeee Eeeeeeeeeeeeee
eeeeeeeeeeeeee Eeeeeeeeeeeeee
eeeeeeeeeeeeee Eeeeeeeeeeeeee
eeeeeeeeeeeeee Eeeeeeeeeeeeee
eeaa Eeeeeeeeeeeeee
Eeeeeeeeeeeeee
Eeeeeeeeeeeeee
Eeeeeeeeeeeeee
Eeeeeeeeeeeeee
Eeeeeeeeeeeeee
15
Eeeeeeeeeeeeee
Eeeeeeeeeeeeee
Eeeeeeeeeeeeee
Eeeeeeeeeeeeee
Eeeeeeeeeeeeee
Eeeeeeeeeeeeee
Eeeeeeeeeeeeee
Eeeeeeeeeeeeee
Eeeeeeeeeeeeee
Eeeeeeeeeeeeee
Eeeeeeeeeeeeee
eeeeeeeea
362 kendaraan 1581 kendaraan
Berikut adalah hasil pencatatan kendaraan ringan pada lajur menuju Utara.
Pencatatan dilakukan pada hari Jumat, 26 April 2019 pada pukul 08:00 sampai
dengan pukul 09:00.
Mobil Motor
Eeeeeeeeeeeeee Eeeeeeeeeeeeee
eeeeeeeeeeeeee Eeeeeeeeeeeeee
eeeeeeeeeeeeee Eeeeeeeeeeeeee
eeeeeeeeeeeeee Eeeeeeeeeeeeee
eeeeeeeeeeeeee Eeeeeeeeeeeeee
eeeeeeeeeeeaaa Eeeeeeeeeeeeee
16
Eeeeeeeeeeeeee
Eeeeeeeeeeeeee
Eeeeeeeeeeeeee
Eeeeeeeeeeeeee
Eeeeeeeeeeeeee
Eeeeeeeeeeeeee
Eeeeeeeeeeeeee
Eeeeeeeeeeeeee
Eeeeeeeeeeeeee
Eeeeeeeeeeeeee
Eeeeeeeeeeeeee
Eeeeeeeeeeeeee
Eeeeeeeeeeeeee
Eeeeeeeeeeeeee
Eeeeeeeeeeeeee
Eeeeeeeeeeeeee
eeeeeeba
408 kendaraan 1573 kendaraan
17
Berikut adalah hasil pencatatan hambatan samping pada lajur menuju Utara.
Pencatatan dilakukan pada hari Jumat, 26 April 2019 pada pukul 08:00 sampai
dengan pukul 09:00.
Kendaraan Parkir Kendaraan Masuk Kendaraan
Pejalan Kaki
dan Berhenti dan Keluar Lambat
Berikut adalah hasil pencatatan hambatan samping pada lajur menuju Selatan.
Pencatatan dilakukan pada hari Jumat, 26 April 2019 pada pukul 08:00 sampai
dengan pukul 09:00.
Kendaraan Parkir Kendaraan Masuk Kendaraan
Pejalan Kaki
dan Berhenti dan Keluar Lambat
18
ed Eeeeee
Eeeeee
Eeeeee
Eeeeee
Ee
23 149 42 250
19
4.2 Analisis Data
Berikut adalah gambar potongan memanjang segmen jalan dan potongan melintang
segmen jalan yang diamati.
Untuk menentukan volume dan arus lalu lintas, maka perlu dilakukan perubahan
kendaraan menjadi smp (satuan mobil penumpang) dengan menggunakan emp
(ekuivalensi mobil penumpang). Berikut adalah hasil perhitungan untuk mengubah
kendaraan menjadi smp :
20
Arah utara
Jenis Kendaraan Jumlah emp smp
Mobil Penumpang 408 1 408
Motor 1573 0,25 393,25
Arah Selatan
Jenis Kendaraan Jumlah emp smp
Mobil Penumpang 362 1 362
Motor 1581 0,25 395,25
Dalam perhitungan, digunakan emp motor sebesar 0,25 karena lebar jalur lebih besar
dari 6 meter dan total arus kendaraan pada jam tersebut lebih besar dari 1800
kendaraan/jam. Dari tabel di atas, dapat diketahui total kendaraan yang melaju ke
arah utara adalah 801,25 smp dan total kendaraan yang melaju ke arah selatan
adalah 757,25 smp, sehingga diperoleh volume dan arus lalu lintas ke arah utara
adalah 801,25 smp/jam dan volume dan arus lalu lintas ke arah selatan adalah
752,25 smp/jam. Oleh karena itu, maka total volume dan arus lalu lintas dua arah
pada jam tersebut adalah 1558,5 smp/jam.
Setelah mendapatkan volume dan arus lalu lintas, dilakukan analisis terhadap
hambatan samping pada ruas jalan yang diamati. Berikut adalah hasil analisis data
kendaraan ringan pada ruas jalan menuju Utara.
21
Berikut adalah hasil analisis data kendaraan ringan pada ruas jalan menuju Selatan.
Arah Menuju Selatan
Frekuensi Faktor Frekuensi
Kejadian Hambatan Samping Simbol
Kejadian Bobot Bobot
Pejalan Kaki PED 23 0,5 11,5
Kendaraan Parkir dan Berhenti PSV 149 1 149
Kendaraan Masuk dan Keluar EEV 42 0,7 29,4
Kendaraan Lambat SMV 250 0,4 100
∑ 289,9
Dari hasil data di atas, dapat diketahui bahwa jumlah frekuensi kejadian berbobot
pada Jalan Ciumbuleuit adalah 564,7, sehingga jika dilihat pada Tabel MKJI 1997,
maka hambatan samping pada Jalan Ciumbuleuit memiliki kelas hambatan
samping tinggi (H).
Kapasitas jalan dapat diperoleh dengan rumus :
𝐶 = 𝐶𝑜 𝑥 𝐹𝐶𝑤 𝑥 𝐹𝐶𝑠𝑝 𝑥 𝐹𝐶𝑠𝑓 𝑥 𝐹𝐶𝑐𝑠
Co dapat diperoleh dari Tabel Kapasitas Jalan Perkotaan, sehingga dari tabel
didapatkan Co untuk dua lajur tak terbagi sebesar 2900 untuk total dua arah.
FCw dapat diperoleh dari tabel penyesuaian kapasitas untuk pengaruh lebar jalur lalu
lintas untuk jalan perkotaan. Dengan lebar jalur lalu lintas efektif total dua arah
sebesar 6,6 meter, diperoleh FCw sebesar 0,948 dengan menggunakan interpolasi.
FCsp dapat diperoleh dari tabel faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisahan arah.
Karena jalan merupakan dua lajur tak terbagi, maka dianggap bahwa pemisahan arah
50%-50%, sehingga didapatkan FCsp sebesar 1.
FCsf dapat diperoleh dari faktor penyesuaian kapasitas untuk pengaruh hambatan
samping dan lebar bahu pada jalan perkotaan dengan bahu. Lebar bahu efektif yang
diperoleh adalah 0,75 meter, sehingga dengan kelas hambatan samping tinggi (H),
diperoleh FCsf sebesar 0,84.
FCcs dapat diperoleh dengan faktor penyesuaian kapasitas untuk ukuran kota pada
jalan perkotaan, sehingga dengan jumlah penduduk Kota Bandung sebesar 2.497.938
penduduk, FCcs yang diperoleh adalah sebesar 1.
22
Dari penjabaran di atas, besar faktor – faktor untuk menghitung kapasitas dapat
disimpulkan sebagai berikut :
- Co = 2900 smp/jam
- Fcw = 0,948
- FCsp = 1
- FCsf = 0,84
- FCcs = 1
Dari faktor yang diketahui di atas, maka dapat dihitung kapasitas jalan untuk total dua
arah sebesar :
𝐶 = 𝐶𝑜 𝑥 𝐹𝐶𝑤 𝑥 𝐹𝐶𝑠𝑝 𝑥 𝐹𝐶𝑠𝑓 𝑥 𝐹𝐶𝑐𝑠
𝐶 = 2309,328 𝑠𝑚𝑝/𝑗𝑎𝑚
Dengan ini, maka diperoleh kapasitas jalan Jalan Ciumbuleuit untuk total dua arah
adalah 2309,328 smp/jam
Setelah mengetahui volume/arus lalu lintas dan kapasitas jalan, maka derajat
kejenuhan dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
𝑠𝑚𝑝
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑙𝑎𝑙𝑢 𝑙𝑖𝑛𝑡𝑎𝑠 ( 𝑗𝑎𝑚 )
𝐷𝑆 = 𝑠𝑚𝑝
𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 ( 𝑗𝑎𝑚 )
1558,5
𝐷𝑆 =
2309,328
𝐷𝑆 = 0,675
Derajat kejenuhan untuk bagian Jalan Ciumbuleuit adalah 0,675.
23
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dan hasil perhitungan yang telah dilakukan oleh
penulis pada hari Jumat, 26 April 2019 pukul 08.00 s.d. 09.00 dengan cuaca yang
cerah, Jalan Ciumbuleuit berada dalam kondisi ramai lancar dan tidak termasuk dalam
jam sibuk.
Volume dan arus lalu lintas di Jalan Ciumbuleuit yang mengarah ke utara
adalah 801,25 smp/jam dan volume dan arus lalu lintas yang mengarah ke selatan
adalah 752,25 smp/jam, sehingga total volume dan arus lalu lintas dua arah yang
didapatkan selama pengamatan adalah 1558,5 smp/jam. Selain itu, didapatkan
besarnya kapasitas pada segmen Jalan Ciumbuleuit adalah 2309.328 smp/jam.
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, derajat kejenuhan pada
pengamatan segmen jalan Ciumbuleuit adalah 0,675.
5.2 Saran
Pengamatan pada suatu segmen jalan akan menghasilkan data yang
berbeda, apabila dilakukan pada waktu, tempat, dan kondisi yang berbeda. Oleh
karena itu, perlu dilakukan pengamatan lebih lanjut untuk mengetahui nilai derajat
kejenuhan yang mewakili Jalan Ciumbuleuit. Selain itu, diusahakan pengamat tidak
memiliki keterbatasan pandangan, agar dapat mengurangi kesalahan dalam proses
pengamatan.
24
DAFTAR PUSTAKA
25