Anda di halaman 1dari 8

1

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG


NOMOR 13 TAHUN 2008

TENTANG
PEDOMAN USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C
DALAM KABUPATEN ACEH TAMIANG

BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM
DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BUPATI ACEH TAMIANG,

Menimbang : a. bahwa kegiatan usaha pertambangan Bahan Galian Golongan C


merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam rangka
menunjang pembangunan daerah;

b. bahwa untuk tertib dan lancarnya kegiatan usaha pertambangan Bahan


Galian Golongan C dalam Kabupaten Aceh Tamiang, perlu diatur
ketentuan bagi penyelenggaraan kegiatan usaha pertambangan Bahan
Galian Golongan C dalam Kabupaten Aceh Tamiang;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a


dan huruf b, perlu membentuk Qanun tentang Pedoman Usaha
Pertambangan Bahan Galian Golongan C dalam Kabupaten Aceh
Tamiang;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan


Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2831);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara 1997 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);
3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran
Negara 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara 2004 Nomor 86,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);
4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten
Aceh Barat Daya, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Jaya,
Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Aceh Tamiang di Propinsi
Nanggroe Aceh Darussalam (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4179);
5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4389);
2

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
sebagaimana telah diubah untuk keduakalinya dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
8. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1969 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2816);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang Pengelolaan
Bahan-bahan Galian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1980 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Repuiblik Indonesia
Nomor 3174);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1986 tentang Penyerahan
sebagian Urusan Pemerintah di Bidang Pertambangan kepada
Pemerintah Daerah Tingkat I (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1986 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Repuiblik
Indonesia Nomor 3340);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL) (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3838);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2001 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2001 Nomor 141, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4154);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2003 tentang Tarif atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Energi
dan Sumber Daya Mineral (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2003 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4314);
15. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor :
03/P/M/Pertamben/1981 tentang Pedoman Pemberian Surat Izin
Pertambangan Daerah untuk Bahan Galian yang bukan Strategis dan
bukan Vital (Bahan Galian Golongan C);
16. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 458/ Kpts/1986 tentang
Pengamanan Sungai dalam Hubungan dengan Pertambangan Bahan
Galian Golongan C;
17. Qanun Aceh Nomor 3 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan
Qanun (Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2007
Nomor 03, Tambahan Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam
Nomor 03);
3

18. Keputusan Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 19


Tahun 1999 tentang Arahan Fungsi Hutan Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam;

Dengan Persetujuan Bersama,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN ACEH TAMIANG


Dan
BUPATI ACEH TAMIANG

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : QANUN TENTANG PEDOMAN USAHA PERTAMBANGAN BAHAN


GALIAN GOLONGAN C DALAM KABUPATEN ACEH TAMIANG.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Qanun ini yang dimaksud dengan :


1. Kabupaten adalah Kabupaten Aceh Tamiang;
2. Pemerintah Daerah Kabupaten yang selanjutnya disebut Pemerintah Kabupaten adalah
unsur penyelenggara pemerintahan daerah kabupaten yang terdiri atas Bupati dan
Perangkat Daerah Kabupaten Aceh Tamiang;
3. Bupati adalah Bupati Aceh Tamiang;
4. Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten selanjutnya disingkat DPRK adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Kabupaten Aceh Tamiang;
5. Satuan Kerja Perangkat Kabupaten yang selanjutnya disingkat SKPK adalah Satuan
Kerja Perangkat Kabupaten yang membidangi urusan Pertambangan dan Energi
Kabupaten Aceh Tamiang;
6. Kepala SKPK adalah Kepala SKPK yang membidangi urusan Pertambangan dan
Energi Kabupaten Aceh Tamiang;
7. Bahan Galian Golongan C adalah bahan galian yang tidak termasuk Bahan Galian
Golongan A (strategis) dan Bahan Galian Golongan B (vital) sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967, Juncto Peraturan Pemerintah Nomor 37
Tahun 1986;
8. Usaha Penggalian Bahan galian Golongan C adalah segala kegiatan usaha
pertambangan yang meliputi eksplorasi, eksploitasi, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan;
9. Wilayah Pertambangan adalah wilayah untuk melakukan kegiatan usaha pertambangan
penggalian bahan galian golongan C;
10. Eksplorasi adalah segala penyelidikan geologi/pertambangan untuk menetapkan lebih
teliti atau seksama adanya sifat letakan bahan galian;
11. Eksploitasi adalah kegiatan usaha pertambangan dengan maksud untuk menghasilkan
dan memanfaatkan bahan galian;
12. Pengolahan dan pemurnian adalah pekerjaan untuk mempertinggi mutu bahan galian
serta untuk memanfaatkan dan memperoleh unsur-unsur yang terdapat pada bahan
galian;
13. Pengangkutan adalah segala usaha pemindahan galian dan hasil
pengolahan/pemurnian bahan galian dalam wilayah eksplorasi, atau tempat
pengolahan/pemurnian;
14. Penjualan adalah segala usaha penjualan bahan galian dan hasil pengolahan
/pemurnian bahan galian;
15. Reklamasi adalah setiap pekerjaan yang bertujuan memperbaiki , mengembalikan
kemanfaatan atau meningkatkan daya guna lahan yang diakibatkan oleh usaha
pertambangan;
16. Konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam yang menjamin
pemanfaatannya secara bijaksana dan menjamin keseimbangan persediaannya
dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya;
4

17. Surat Izin Pertambangan Daerah untuk selanjutnya disingkat SIPD adalah Surat Izin
Kuasa Pertambangan Daerah yang berisikan wewenang untuk melakukan semua
kegiatan atau sebagian tahap usaha pertambangan bahan galian Golongan C.

BAB II
JENIS BAHAN GALIAN GOLONGAN C

Pasal 2

Bahan galian yang termasuk Bahan Galian Golongan C adalah :


a. Nitrat;
b. Phospat;
c. Garam batu;
d. Asbes;
e. Talk;
f. Mika;
g. Magnesit;
h. Grafit;
i. Larosit;
j. Tawas (alum);
k. Leusit;
l. Oker;
m. Kwarsa;
n. Pasir Kwarsa;
o. Kaolin;
p. Feldspar;
q. Gips;
r. Bentonit;
s. Batu Apung;
t. Tras;
u. Obsidian;
v. Perlit;
w. Diatome;
x. Scrap;
y. Marmer.
aa. Batu Tulis;
ab. Batu Kapur;
ac. Batu Gamping;
ad. Batu koral;
ae. Dolomit;
af. Kalsit;
ag. Granit;
1. bubuk/pecah, andesit, basalt, trakhit, bahan bangunan;
2. blok.
ah. Berbagai jenis tanah :
1. tanah liat (clay);
2. tanah urug (slit).
ai. Pasir;
aj. Kerikil;
ak. Zeolit;
al. Sepanjang bahan galian yang ditetapkan sebagai Bahan Galian Golongan C berdasarkan
peraturan perundang-undangan.

BAB III
WILAYAH PERTAMBANGAN

Pasal 3

(1) Bupati menetapkan wilayah pertambangan Bahan Galian Golongan C setelah


mendapat analisa teknis dari Kepala SKPK yang membidangi urusan pertambangan
dan energi.
5

(2) Bupati menentukan lokasi yang tertutup untuk pertambangan Bahan Galian Golongan C
setelah mendapat analisa teknis dari Kepala SKPK yang membidangi urusan
pertambangan dan energi.

Pasal 4

Penentuan lokasi tertutup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) dapat berupa
penutupan sebagian atau seluruh kawasan pertambangan.

BAB IV
WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB

Pasal 5

Wewenang dan tanggung jawab usaha pertambangan Bahan Galian Golongan C dilakukan
oleh Bupati melalui Kepala SKPK yang membidangi urusan pertambangan dan energi.
.
Pasal 6

Wewenang dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 meliputi:


a. Membina dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan usaha pertambangan Bahan Galian
Golongan C yang mempunyai Surat Izin;
b. Melakukan penertiban seluruh kegiatan pertambangan Bahan Galian Golongan C yang
tidak mempunyai SIPD dan berkoordinasi dengan instansi terkait;
c. Melakukan pengendalian dan pengawasan atas kegiatan usaha pertambangan sesuai
ketentuan yang berlaku;
d. Memberikan Izin Penambangan Bahan Galian Golongan C;
e. Melakukan pemungutan retribusi dan/atau pajak usaha pertambangan Bahan Galian
Golongan C.

BAB V
PERIZINAN

Pasal 7

(1) Setiap usaha pertambangan Bahan Galian Golongan C hanya dapat dilaksanakan
setelah mendapat SIPD.

(2) SIPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :


a. SIPD Eksplorasi;
b. SIPD Eksploitasi;
c. SIPD Pengangkutan;
d. SIPD Pengolahan/Pemurnian;
e. SIPD Penjualan.

(3) Khusus untuk badan usaha yang menggunakan fasilitas penanaman modal, SIPD
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan.

Pasal 8

(1) Untuk memperoleh SIPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1), harus terlebih
dahulu mengajukan permohonan kepada Bupati melalui Kepala SKPK yang membidangi
urusan pertambangan dan energi dengan melampirkan syarat-syarat :
a. Peta wilayah skala 1 : 1000 (satu banding seribu) diikat pada titik pengikat yang tetap
dengan batas-batas dan koordinat yang berlaku dibidang pertambangan;
b. Bukti pelunasan Pajak Eksploitasi Bahan Galian Golongan C.
c. Salinan Akte Pendirian Perusahaan (kecuali usaha perorangan).
d. Rekomendasi tidak keberatan dari Camat setempat.
e. Rekomendasi tidak keberatan dari Datuk Penghulu setempat.
f. Izin Lingkungan;
g. Rencana Kerja.
6

h. Fotocopy KTP.
i. Pas Foto warna ukuran 3 x 4 sebanyak 2 (dua) lembar.
j. Foto lokasi pertambangan dari tiga sudut pandang.

(2) Peta wilayah kerja dan peta situasi menyesuaikan luas dengan batas-batas koordinat
sesuai kaidah kartografi;

Pasal 9

Pengusahaan pertambangan Bahan Galian Golongan C dapat dilakukan oleh :


a. Badan Usaha Milik Negara (BUMN);
b. Badan Usaha Milik daerah (BUMD) / Perusahaan Daerah;
c. Koperasi;
d. Badan Hukum Swasta yang didirikan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan,
berkedudukan di Indonesia, mempunyai pengurus yang berkewarganegaraan Indonesia
serta bertempat tinggal di Indonesia dengan mengutamakan mereka yang bertempat
tinggal di daerah dan mempunyai lapangan usaha di bidang pertambangan;
e. Perorangan yang berkewarganegaraan Indonesia dan bertempat tinggal di Indonesia,
dengan mengutamakan mereka yang bertempat tinggal di daerah terdapatnya Bahan
Galian Golongan C yang bersangkutan;
f. Perusahaan dengan modal bersama antara Negara/Badan Usaha Milik Negara di satu
pihak dengan Pemerintah Provinsi dan/atau Pemerintah Kabupaten atau Perusahaan
Daerah dipihak lain;
g. Perusahaan dengan modal bersama antara Negara/Badan Usaha Milik Negara,
Pemerintah Provinsi dan/atau Pemerintah Kabupaten di satu pihak dengan Koperasi,
badan hukum swasta atau perorangan dipihak lain.

BAB VI
INVENTARISASI DATA WILAYAH PERTAMBANGAN

Pasal 10

(1) Kepala SKPK yang membidangi urusan pertambangan dan energi berdasarkan
pelimpahan wewenang Bupati melakukan inventarisasi dan pemetaan atas pemanfaatan
dan penggalian Bahan Galian Golongan C serta potensi Bahan Galian Golongan C yang
belum dimanfaatkan.

(2) Inventarisasi dan pengukuran potensi atas usaha pertambangan Bahan Galian Golongan
C dilakukan terhadap orang/badan usaha yang sudah mempunyai SIPD maupun
terhadap wilayah pertambangan yang belum diusahakan.

BAB VII
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN

Pasal 11

(1) Pengendalian dan pengawasan pengusahaan pertambangan Bahan Galian Golongan C


dilaksanakan oleh Bupati melalui SKPK yang membidangi urusan pertambangan dan
energi.

(2) Tata cara pengendalian dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.

(3) Untuk kepentingan pengendalian dan pengawasan, setiap orang, instansi dan/atau badan
usaha yang mengusahakan pertambangan Bahan Galian Golongan C wajib memberikan
kesempatan kepada petugas untuk melakukan pemeriksaan, penelitian baik yang bersifat
administratif maupun bersifat teknis operasional.
7

BAB VIII
KETENTUAN PIDANA

Pasal 12

(1) Setiap orang/badan hukum yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 7
ayat (1) dan Pasal 11 ayat (3), diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan
atau denda paling tinggi Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
(2) Pelanggaran terhadap Qanun ini merupakan tindak pidana pelanggaran.

BAB IX
KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 13
(1) Penyidikan terhadap tindak pidana pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
ayat (1), selain dilakukan oleh Pejabat Penyidik Umum dapat juga dilakukan oleh Pejabat
Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah yang diberi wewenang
khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara
Pidana yang berlaku.

(2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), berwenang :
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang mengenai adanya tindak pidana
atas pelanggaran Qanun;
b. Melakukan tindakan pertama dan pemeriksaan ditempat kejadian ;
c. Menyuruh berhenti seseorang dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;
d. Melakukan penyitaan benda atau surat;
e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ;
g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan
perkara ;
h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik bahwa
tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan
selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum,
tersangka atau keluarganya.;
i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

(3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan
dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum
melalui penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

BAB X
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 14
Biaya untuk inventarisasi wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) dan
pengendalian dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dibebankan
pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten (APBK) Aceh Tamiang.

BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 15

(1) SIPD yang dimiliki oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Koperasi,
Badan Hukum Swasta dan perorangan yang memperoleh hak berdasarkan peraturan
yang ada sebelum berlakunya Qanun ini dinyatakan tetap berlaku sampai habis masa
berlakunya.
8

(2) Dengan berlakunya Qanun ini, segala ketentuan yang bertentangan dengan Qanun ini
dinyatakan tidak berlaku.

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 16

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Qanun ini, sepanjang mengenai peraturan
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 17

Qanun ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Qanun ini dengan


penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Aceh Tamiang.

Ditetapkan di Karang Baru


pada tanggal 24 Desember 2008 M
26 Dzulhijjah 1429 H

BUPATI ACEH TAMIANG,


Diundangkan di Karang Baru
pada tanggal 24 Desember 2008 M
26 Dzulhijjah 1429 H

SEKRETARIS DAERAH ABDUL LATIEF


KABUPATEN ACEH TAMIANG,

SYAIFUL ANWAR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2008 NOMOR 13

Anda mungkin juga menyukai