Peneliti :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perempuan memiliki peran penting dalam berbagai aspek kehidupan. Dewasa ini,
perannya semakin menonjol seiring dengan peningkatan kesempatan dan potensi yang
dimiliki. Untuk menunjang keberhasilan menjalankan perannya, kesehatan perempuan perlu
mendapatkan perhatian. Salah satu masalah kesehatan yang dihadapai perempuan adalah
masalah kesehatan reproduksinya. Upaya menjaga kesehatan reproduksi seyogyanya dimulai
sejak dini dan secara terus menerus seiring dengan meningkatnya risiko berbagai penyakit
yang menyerang reproduksi perempuan. Penelitian yang dilakukan di 15 negara menyatakan
bahwa pekerja perempuan merupakan kategori yang penting untuk diperhatikan dari sudut
pandang kesehatan kerja (kogi, 1997)
Terdapat banyak penyakit yang dapat menyerang reproduksi perempuan. Salah satu
penyakit yang menyerang reproduksi perempuan adalah kanker leher rahim (serviks).
Berdasarkan data dari badan kesehatan dunia (WHO), kanker serviks merupakan kanker
nomor dua terbanyak pada perempuan berusia 15–45 tahun setelah kanker payudara. Tidak
kurang dari 500.000 kasus baru dengan kematian 280.000 penderita terjadi setiap tahun
diseluruh dunia. Bisa dikatakan, setiap dua menit seorang perempuan meninggal akibat kanker
serviks. Di Wilayah Asia Pasifik dan Timur Tengah ada 1,3 milyar perempuan berusia 13
tahun ke atas yang beresiko terkena kanker serviks. WHO memperkirakan ada lebih dari
265.000 kasus kanker serviks dengan kematian 140.000 penderita setiap tahun di wilayah ini.
Menurut data Globocan 2002, terdapat lebih dari 40.000 kasus baru kanker serviks dengan
sekitar 22.000 kematian karenanya pada perempuan di Asia Tenggara.
Terkait dengan kesehatan reproduksi yang secara periodik dihadapi perempuan adalah
higienitas pada saat menstruasi. Bagaimana perilaku perempuan, khususnya dalam
penggunaan pembalut terkait dengan mengatasi masalah pada masa menstruasi juga dapat
mempengaruhi kesehatan reproduksinya.
Wanita yang memasuki usia remaja akan mengalami suatu masa yang disebut
menstruasi. Menstruasi merupakan proses terjadinya penglepasan dinding rahim
(endometrium) yang disertai dengan pendarahan. Rata-rata menstruasi dimulai saat wanita
berusia sekitar 10-16 tahun dan biasanya berhenti sekitar usia 45-55 tahun (Novita, 2010).
Pembalut wanita adalah alat kesehatan yang digunakan untuk menyerap darah haid
(BSN, 2000). Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin, implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan
meringankan penyakit,, merawat orang sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia dan
atau untuk membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh (UU.No 23, 1992).
Salah satu cara mengecek keamanan produk adalah dengan melihat daftar bahan
dikemasan produk. (Risa,2012) Namun berdasarkan pengamatan yang saya lakukan, pada
pembalut wanita menyertakan bahan dasar dan komposisi dalam kemasannya (berbeda
dengan produk lain seperti sampo, pasta gigi, dan sabun yang masih mencantumkan bahan
komposisi dalam kemasannya).
Klorin (Cl2) yaitu Klor berbentuk gas berwarna kuning kehijauan. Klorin Banyak
digunakan di dalam pembuatan kertas, antiseptik, bahan pewarna, makanan, insektisida, cat
lukisan, produk- produk minyak bumi, plastik, obat-obatan, tekstil, pelarut, dan banyak produk
pengguna yang laindimana seiring dengan kemajuan teknologi dalam pembuatan pembalut
dari bahan daur ulang menggunakan bahan-bahan kimia untuk membersihkannya dan juga
menggunakan bahan klorin agar pembalut tersebut berwarna putih bersih (Faiz, 2012).
Menurut Permenkes No. 472/ Menkes/ Per/V/1996. Bahan berbahaya adalah zat, bahan
kimia dan biologi, baik dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membayakan
kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung yang mempunyai sifat
racun, karsinogenik, teratogenik, mutagenik. korosif dan iritasi. Di dalam Permenkes No.
472/Menkes/Per/V/1996 klorin termasuk bahan berbahaya yang sifat bahayanya racun dan
menyebabkan iritasi.
Pembalut mengandung bahan klorin, dan klorin dikatakan berbahaya bagi kesehatan.
Selain itu bahan lain dalam pembalut yang terbuang menjadi sampah anorganik yang sulit
terurai. Dalam pemakaiannya, konsumsi pembalut setiap bulan pada wanita menjadi
pengeluaran rutin wanita yang artinya menambah beban ekonomi pada keluarga.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti dampak pemakaian
pembalut wanita terhadap kesehatan reproduksi, kesehatan lingkungan dan ekonomi keluarga.
B. Rumusan Masalah
Pembalut mengandung bahan klorin, dan klorin dikatakan berbahaya bagi kesehatan.
Selain itu bahan lain dalam pembalut yang terbuang menjadi sampah anorganik yang sulit
terurai dan menampung banyak kuman di lingkungan terbuka.. Dalam pemakaiannya,
konsumsi pembalut setiap bulan pada wanita menjadi pengeluaran rutin wanita yang artinya
menambah beban ekonomi pada keluarga.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti dampak
pemakaian pembalut wanita terhadap kesehatan reproduksi, kesehatan lingkungan dan
ekonomi keluarga.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi dampak pemakaian pembalut wanita terhadap kesehatan reproduksi,
kesehatan lingkungan dan ekonomi keluarga
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi dampak pemakaian pembalut wanita terhadap kesehatan reproduksi.
b. Mengidentifikasi dampak pemakaian pembalut wanita terhadap kesehatan lingkungan.
c. Mengidentifikasi dampak pemakaian pembalut wanita terhadap ekonomi keluarga
D. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya dampak dampak
pemakaian pembalut wanita terhadap kesehatan reproduksi, kesehatan lingkungan dan
ekonomi keluarga Apabila penelitian ini terbukti terdapat dampak negatif, maka perlu
dilakukan penyuluhan dan sosialisasi tentang dampak pemakaian pembalut wanita terhadap
kesehatan reproduksi, kesehatan lingkungan dan ekonomi keluarga. Dan melakukan penelitian
selanjutnya untuk pembuatan pembalut herbal untuk mengurangi dampak buruknya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembalut Wanita
Berbagai macam bahan yang digunakan untuk pembalut wanita seperti rumput kering, wol,
kapas, kain bekas, maupun serat sayuran. Caranya dengan dimasukkan ke dalam kantong dan
diselipkan di antara kedua kaki. Pada tahun 1867 ditemukan menstrual cup (mangkuk
menstruasi). Mangkuk ini diletakan kedalam kantong kain yang dihubungkan dengan belt yang
diikat di pinggang. Pada tahun 1876, bahan dari mangkuk menstruasi tersebut diganti bahannya
menjadi bahan karet yang memungkinkan dapat menampung darah haid, lalu terus mengalir
melalui selang menuju ke kantong penampungan yang digunakan di luar badan. Namun, yang
menggunakan menstrual cup hanya orang-orang tertentu saja. Orang miskin masih
menggunakan kain yang bisa dicuci sehingga bisa dipakai berulang kali, karena mereka tidak
sanggup membeli menstrual cup (Aditrock, 2009). Pembalut wanita sekali pakai awalnya
terbuat dari wol, katun, atau sejenisnya, berbentuk persegi dan diberi lapisan penyerap. Lapisan
penyerapnya diperpanjang di depan dan belakang agar bisa dikaitkan pada sabuk khusus yang
dipakai di bawah pakaian dalam. Desain model ini merepotkan karena sering selip ke depan
atau belakang. Kemudian, desainer pembalut mempunyai ide memberikan perekat pada bagian
bawah pembalut untuk dilekatkan pada pakaian dalam. Pada pertengahan 1980-an pembalut
bersabuk lenyap dari pasaran digantikan pembalut berperekat. Sejalan dengan perkembangan
ergonomika, desain pembalut juga ikut berkembang sejak tahun 1980-an sampai sekarang. Di
masa lampau pembalut tebalnya bisa mencapai dua sentimeter dan bahan penyerapnya kurang
efektif sehingga sering bocor. Untuk mengatasinya, berbagai variasi diterapkan, misalnya
menambahkan sayap, mengurangi ketebalan dengan memakai bahan tertentu dan sebagainya.
Desain pembalut yang awalnya hanya bentuk persegi dikembangkan menjadi lebih berlekuk-
lekuk. Akibatnya, jenis pembalut pun menjadi beragam seiring perkembangan zaman.
Meskipun pembalut sekali pakai telah banyak digunakan, pembalut dari kain kembali muncul
sekitar tahun 1970-an dan cukup populer pada tahun 1980-an sampai 1990-an. Wanita memilih
memakai kain dengan alasan kenyamanan, kesehatan, dampak lingkungan, dan lebih murah
karena memungkinkan untuk dicuci dan digunakan berulang (Lusia, 2011).
B. Kesehatan Reproduksi
1. Pengertian Kesehatan Reproduksi
Menurut WHO (1992), sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan
fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas dari penyakit atau kelemahan. Hal ini
diharapkan adanya keseimbangan yang serasi dalam interaksi antara individu dengan
masyarakat dan makhluk hidup lain serta lingkungannya (Mubarak, 2009). Menurut WHO
(1994), kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan kesejahteraan fisik, emosional, mental dan
sosial yang utuhberhubungan dengan reproduksi, bukan hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan namun dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi
serta prosesnya. Individu yang sehat secara reproduksi memiliki cara pendekatan yang positif
dan penuh rasa hormat terhadap seksualitas dan hubungan seksual, mereka juga berpotensi
untuk merasakan kesenangan dan pengalaman seksual yang aman, bebas dari paksaan,
diskriminasi dan kekerasan (Potter & Perry, 2009).
Kesehatan reproduksi ialah suatu kondisi sehat dari sistem, fungsi, dan proses alat
reproduksi yang dimiliki oleh seseorang, yang tidak semata- mata bebas dari penyakit atau
kecacatan, melainkan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi
dan prosesnya. Tujuan dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu
remaja agar memahami dan menyadari ilmu tersebut, sehingga memiliki sikap dan perilaku
sehat dan tentu saja bertanggung jawab kaitannya dengan masalah kehidupan reproduksi
(Widyastuti, 2009).
Alat atau organ reproduksi wanita dibagi atas dua bagian yaitu genitalia eksterna dan organ
genitalia interna. Organ genitalia eksterna terdiri dari vulva, mons pubis, labia mayora, labia
minora, klitoris, vestibulum, bulbus vestibuli, introitus vagina dan perineum. Sedangakan
organ genitalia interna yaitu uterus, tuba fallopi dan ovarium. Evaluasi terhadap fungsi alat
reproduksi wanita lebih rumit dibandingkan dengan laki-laki (Wiknjosastro, 2007).
Organ reproduksi merupakan alat dalam tubuh yang berfungsi untuk suatu proses
kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya atau reproduksi.
Agar dapat menghasilkan keturunan yang sehat dibutuhkan pula kesehatan dari organ
reproduksi. Salah satu yang menjadi faktor utama terciptanya kesehatan yaitu selalu menjaga
kebersihan diri atau personal hygiene (Hurlock, 2001).
2. Organ Reproduksi Wanita
organ genitalia eksterna. Organ genitalia interna terdiri dari Uterus, Tuba
Falopii, dan Ovarium. Dan organ genitalia eksterna terdiri dari Vulva,
dibagian tubuh yang tertutup dan lipatan-lipatan kulit seperti didaerah alat
vagina. berikut adalah cara menjaga hygiene organ intim pada wanita
setelah Buang Air Besar (BAB) dan buang air kecil. Cara membasuh
alat kelamin wanita yang benar adalah dari arah depan (vagina) ke
katun. Hindari memakai celana dalam atau celana jeans ketat karena
dan jamur. Oleh karena itu gantilah pembalut setiap kali terasa basah
alat cukur dan busa sabun yang lembut. Rambut di daerah kewanitaan
C. Kesehatan Lingkungan
1. Paradigma Kesehatan Lingkungan
memiliki potensi bahaya penyakit dikenal sebagai proses kejadian penyakit atau
Media transmisi
penyakit melalui kontak secar langsung atau melalui media perantara (yang juga
kompenen lingkungan).
tersebut di atas.
Adal lima komponen lingkungan yang lazim kita kenal sebagai media
lain, masuk ke dalam tubuh melalui satu proses yang kita kenal dengan
penduduk berikut perilakunya, dapat diukur dalam konsep yang disebut sebagai
1) Sistem pernafasan
2) Sistem pencernaan
Seseorang dikatakan sakit kalau salah satu maupun bersama mengalami kelainan
2. Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah,
pencemaran udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air
pollution dan out door air pollution. Indoor air pollution merupakan problem
perumahan/pemukiman serta gedung umum, bis kereta api, dll. Masalah ini
Diduga akibat pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga lainnya
merupakan salah satu faktor resiko timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi
anak balita. Mengenai masalah out door pollution atau pencemaran udara di luar
dibanding pedesaan. Besar resiko relatif tersebut adalah 12,5 kali lebih besar.
Keadaan ini, bagi jenis pencemar yang akumulatif, tentu akan lebih buruk di
masa mendatang. Pembakaran hutan untuk dibuat lahan pertanian atau sekedar
diambil kayunya ternyata membawa dampak serius, misalnya infeksi saluran
D. Ekonomi Keluarga
1. Status Ekonomi Keluarga
permasalahan kaya dan miskin, keluarga berarti ibu bapak dan anak-anaknya
Status sosial pada ekonomi keluarga ini pada setiap lingkungan masyarakat
dengan sengaja atau tidak sengaja terbentuk dengan sendirinya dalam kontek ini
terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat dan
Mengatakan bahwa sistim lapisan merupakan ciri yang tetap dan umum bagi
masyarakat yang hidup teratur. Barangsiapa yang memiliki barang yang
berharga dalam jumlah yang sangat banyak di angap dalam masyarakat
kelasa atasan. Mereka yang hanya sedikit memiliki sesuatu yang berharga
dalam pandangan masyarakat mempunyai kedudukan yang rendah. Di
antara lapisan yang atasan dan
lapisan yang rendah ada lapisan yang jumlahnya dapat di tentukan sendiri
oleh mereka yang hendak mempelajari sistem lapisan masyarakat itu.
proses pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang disusun dengan sengaja
untuk mengejar tujuan bersama. Secara teoritis semua manusia dianggap sama
sosial halnya tidak demikian. Perbedaan atas lapisan merupakan gejala unifersal
yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat. Untuk meneliti terjadinya
pedoman:
Sistem tersebut mempunyai arti yang khusus bagi masyarakat tertentu yang
b. Sistem lapisan yang dapat di analisis dalam ruang lingkup unsur-unsur sebagai
berikut:
sosial akan tetapi tetap menggunakan istilah kelas dalam semua lapisan. Adanya
kelas yang bersifat ekonomis di baginya lagi dalam sub-sub kelas yang bergerak
Dengan demikian mau tidak mau ada sistem lapisan masyarakat, akan
tetapi wujudnya dalam masyarakat juga berlainan. Karena tergantung pada bentuk
bahkan mungkin hanya segolongan kecil dalam masyarakat. Maka oleh sebab itu
pada umunya warga lapisan atas (Upper-class) tidak terlalu bayak apabila di
bandingkan dengan lapisan menengah ( middle class) dan lapisan bawah ( lower
class).
dan jumlahnya dalam masyarakat tergantung dari penyelidik yang meneliti suatu
masyarakat tertentu.
berbeda yaitu ekonomi mampu, ekonomi sedang dan ekonomi keluarga tidak
mampu.
bawahnya.
Marx mengatakan:
Salah satu fungsi keluarga adalah fungsi ekonomi, yaitu suatu keadaan
bahwa keluarga merupakan suatu sosial yang mandiri, yang di situ anggota
Status mereka dapat berkomunikasi baik dengan status di atasnya juga dapat
wajar paling sedikit dialami oleh anak-anak yang berlatar belakang sosial
berkomunikasi dengan baik denga status ekonomi yang lain hal ini
status- status yang ada di atasnya di sebabkan status ini terlalu banyak di
status ini dapat dikatakan status ekonomi keluarga tidak mampu (miskin)
biasanya status ini kebayakan berasal dari pedesaan dan juga daerah
mengemukakan:
lemah sangatlah tidak menguntungkan bagi kehidupan keluarga. Maka dari itu
kemiskinan harus segera di tangani dengan serius, agar masa depan kehidupan
dan kurangnya kesehatan dan etos kerja yang buruk, semuanya merupakan
faktor internal. Dan faktor external yaitu kesehatan yang buruk, rendahnya
Ada sejumlah teori yang yang di kolaborasi berkaitan dengan kemiskinan dan
kelas sosial, Teori teori tersebut ringkasanya dapat di kelompokkan dalam dua
kategori yaitu yang berfokus dalam pada tingkah laku individu daan teori
mengarah pada atuktur sosial. Teori tingkah laku merupakan teori tentang
pilihan, harapan, sikap, motiasi, dan kapital manusia. Secara keseluruhan teori
dalam kategori ini tersajikan dengan baik dalam teori ekonomi neoklasik.
kedudukan dan peranan. Ada beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi
dari komunitasnya. Dalam hal ini uraiannya dibatasi hanya 4 faktor yang
i. Tingkat Pendidikan
tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk
(pikir, cipta, rasa, dan hati nurani) serta jasmani (panca indera dan
keterampilan- keterampilan).
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan,
formal) dan jalur pendidikan luar sekolah (pendidikan non formal). Jalur
a. Pendapatan
anggota keluarga lainnya yang diwujudkan dalam bentuk uang dan barang.
dua yaitu:
regular dan biasa, akan tetapi tidak selalu berupa balas jasa dan diterimakan
dalam bentuk barang atau jasa. Barang dan jasa yang diterima/diperoleh
transaksi uang oleh yang menikmati barang dan jasa tersebut. Demikian juga
harta subsidi atau reduksi dari majikan merupakan pendapatan berupa barang.
adalah segala penghasilan baik berupa barang atau uang yang bersifat regular
dan diterimakan biasanya balas jasa atau kontrasepsi di sektor formal yang
terdiri dari pendapatan berupa uang, meliputi: gaji, upah dan hasil infestasi
barang maupun uang yang diterima sebagai balas jasa atau kontraprestasi di
sektor informal yang terdiri dari pendapatan dari hasil infestasi, pendapatan
yang diperoleh dari keuntungan sosial, dan pendapatan dari usaha sendiri,
yaitu hasil bersih usaha yang dilakukan sendiri, komisi dan penjualan dari
1) Barang-barang berharga
2) Kondisi fisik bangunan, dapat berupa rumah permanen, kayu dan bambu.
permanen.
3) Besarnya rumah yang ditempati, semakin luas rumah yang ditempati pada
METODOLOGI PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep – konsep atau
variabel – variabel yang akan diamati melalui penelitian yang dimaksud
(Notoatmojo,2012).
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kesehatan
Penyakit
Reproduksi
Kespro
Fisik
Mental
Sosial
Air
Udara
Ekonomi Keluarga
Mampu
Ekonomi
Ekonomi Keluarga
Keluarga
Sedang
Pendidikan
Jumlah
tanggunan
Status Sosial
dalam
Masyarakat
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara itu apakah betul – betul terjadi pada sample
yang diteliti apa tidak (Notoatmojo, 2012)
C. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
2. Variabel terikat
D. Definisi Operasional
1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian
atau yang diteliti (Kuntoro, 2010).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita di Kabupaten Kediri yang
seluruhnya berjumlah ................... orang.
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Kuntoro, 2010).
n = (N −1).d 2 + Z 2 .P(1− P)
147,9016
n=
2,4904
n = 59,9 ≈
Dalam penelitian teknik wawancara digunakan untuk mengumpulkan data primer yaitu
dengan mengisi kuesioner tentang “pemakaian pembalut” dan “ekonomi keluarga” yang telah
disediakan.
Abad Badruzaman, Lc, m.Ag, Teologi kaum tertindas, (Yokyakarta, Pustaka Belajar, 2007)
Azwar, 1983. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Mutiara. Jakarta
Achmadi, Umar Fahmi, 1991. Transformasi Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja di
Indonesia, Jakarta : UI Press.
Irwin, C., E., & Millstein, S., G. 1982. Emerging Pattern of Tampon Use in the
Adolescent Female: The Impact of Toxic Shock Syndrome, AJPH, Vol. 72, No.
5, 464- 467.
Novita, M. 2010. Menstruasi (Studi Kasus Pada Siswi SMP Negeri 2 Girsang Simpangan
Bolon Parapat. Medan). Universitas Sumatra Utara.
Thadjudin Noer Efendi, Sumber Daya Manusia Peluang Kerja Dan Kemiskinan (Yogyakarta
Tiara WacanaYogya. 1993)
Sarasvati. 2010. Cara Holistik dan Praktis Atasi Gangguan Khas pada Kesehatan Wanita. PT.
Bhuana Ilmu Populer. Jakarta