Anda di halaman 1dari 4

KENAPA DAGING BABI HARAM?

Mungkin bagi umat Muslim di dunia, masih bertanya-tanya Kenapa BABI itu haram?
Padahal, hewan ini sama seperti makhluk hidup lainnya.

Kenapa Tuhan menciptakan BABI? Kalau soal minuman keras itu haram wajar karena
mengudang bahaya dan itu buatan manusia. Tolong di jawab.

Pertanyaan itu sering sekali masih berseliweran walau itu sudah ada sejak zaman Nabi dan
sudah lebih dari puluhan masehi sebelumnya.

Beberapa hal perlu diterangkan untuk menjawab hal di atas.

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (memakan) bangkai, darah, daging


babi dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah; tetapi barang siapa
yang terpaksa memakannya dengan tidak menganiaya dan tidak pula melampaui batas,
maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl: 115).

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Begitu juga dilarang memakan daging babi baik yang mati
dengan cara disembelih atau mati dalam keadaan tidak wajar. Lemak babi pun haram
dimakan sebagaimana dagingnya karena penyebutan daging dalam ayat cuma
menunjukkan keumuman (aghlabiyyah) atau dalam daging juga sudah termasuk pula
lemaknya, atau hukumnya diambil dengan jalan qiyas (analogi).” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim,
2: 36)

Yang jelas haramnya babi adalah berdasarkan ijma’ atau kata sepakat ulama sebagaimana
dikatakan oleh Ibnul ‘Arabi rahimahullah.

Penyusun Ahkam Al-Qur’an ini berkata, “Umat telah sepakat haramnya daging babi dan
seluruh bagian tubuhnya. Dalam ayat disebutkan dengan kata ‘daging’ karena babi adalah
hewan yang disembelih dengan maksud mengambil dagingnya. … Dan lemak babi
termasuk dalam larangan daging babi.” (Ahkam Al-Qur’an, 1: 94).

Hikmah Diharamkannya Babi

Hewan yang diharamkan pasti akan memberikan pengaruh bagi orang yang memakannya.
Dan ini berlaku untuk makanan haram secara umum.

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Diharamkan darah yang dialirkan karena darah seperti
itu dapat membangkitkan syahwat dan menimbulkan amarah. Jika terus dikonsumsi, maka
akan membuat seseorang bersikap melampaui batas. Saluran darah inilah tempat
mengalirnya setan pada badan manusia. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Setan itu bisa menyusup dalam diri manusia melalui saluran darahnya.” (HR.
Bukhari, no. 3281; Muslim, no. 2175).” (Disebutkan oleh Al-Qasimi dalam tafsirnya, 3: 41-42.
Dinukil dari Tafsir Syaikhil Islam Ibni Taimiyah, 1: 405.)
Begitu pula orang yang memakan binatang buas yang bertaring bisa mendapat pengaruh
sombong dan congkak di mana sifat tersebut termasuk watak hewan buas. Ada juga hewan
yang diharamkan karena sifatnya yang khobits (menjijikkan) seperti babi yang kita bahas kali
ini. Maka orang yang gemar memakan babi akan punya sifat khobits pula. Juga yang
memakan hewan ini bisa mewarisi sifat sombong dan angkuh sebagaimana babi.

Jika ada pengaruh jelek seperti di atas, kenapa dalam keadaan darurat masih dibolehkan
untuk dimakan?

Jawabnya, karena kebolehannya dalam keadaan darurat seperti itu mengingat bahwa
mengambil maslahat dengan dipertahankannya jiwa lebih didahulukan daripada menolak
bahaya seperti yang disebutkan.

Karena bahaya di atas tidak diwarisi ketika dalam keadaan hajat yang besar seperti yang
disebutkan. (Lihat kitab Al-Ath’imah karya guru kami, Syaikh Shalih Al-Fauzan, hlm. 39-40.
Lihat penjelasan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Al-Fatawa, 21: 585 dan 20:
340)

Kenapa Babi Diciptakan?

Jika memakan babi itu haram, kenapa Allah menciptakan babi?

Moga pertanyaan ini bukan mengetes dan bukan bercanda. Namun benar ingin bertanya.

Pertanyan itu sama saja maksudnya, kenapa sampai Allah menciptakan sesuatu yang
buruk?

Maka pertanyaan itu sama juga dengan, kenapa Allah menciptakan setan?

Bukankah semau Allah, memerintah apa saja dan melarang apa saja? Tugas kita sebagai
hamba-Nya adalah, sami’naa wa atho’naa, yaitu dengar dan taat.

Kalau mau dinyatakan sebagai orang beriman yang benar,

‫ّللاِ ِإلَى ُدعُوا ِإذَا ْال ُمؤْ مِ نِينَ قَ ْو َل َكانَ ِإنَّ َما‬ ُ ‫سمِ ْعنَا َيقُولُوا أ َ ْن َب ْينَ ُه ْم ِل َيحْ ُك َم َو َر‬
َّ ‫سو ِل ِه‬ َ َ ‫ْال ُم ْف ِلحُونَ ُه ُم َوأُولَئِكَ َوأ‬
َ ‫ط ْعنَا‬

“Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-
Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar,
dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. An-Nuur: 51)
KENAPA DAGING ANJING HARAM?

Setiap yang Allah perintahkan atau larang pasti terdapat hikmah atasnya. Jika Allah
mengharamkan sesuatu pasti terdapat keburukan di dalamnya, jika Allah menghalalkan
sesuatu pasti ada kebaikan di dalamnya untuk kelangsungan hidup manusia di bumi ini. Kali
ini, kita akan membahas mengapa daging anjing diharamkan? adakah sebab ilmiah yang
dapat kita ketahui? Berikut penjelasannya.

Prof. Thabârah dalam kitab Rûh ad-Dîn al-Islâmi menyatakan, “Di antara hukum Islam bagi
perlindungan badan adalah penetapan najisnya anjing. Ini adalah mu’jizat ilmiyah yang
dimiliki Islam yang mendahului kedokteran modern. Kedokteran modern menetapkan bahwa
anjing menyebarkan banyak penyakit kepada manusia, karena anjing mengandung
cacing pita yang menularkannya kepada manusia dan menjadi sebab manusia
terjangkit penyakit yang berbahaya, bisa sampai mematikan. Sudah ditetapkan bahwa
seluruh anjing tidak lepas dari cacing pita sehingga wajib menjauhkannya dari semua yang
berhubungan dengan makanan dan minuman manusia. [Taudhîhul-Ahkam, Syaikh Ali
Bassâm, 1/137].

Benarlah sabda Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

َ ُ ‫ِإذَا َولَ َغ ْالك َْلبُ فِي ِإنَاءِ أ َ َح ِد ُكم فَ ْلي ُِر ْقه ُ ث ُ َّم ِل َي ْغس ِْله‬
‫س ْب َع مِ َرار‬

Bila seekor anjing minum dari wadah milik kalian, maka tumpahkanlah, lalu cucilah 7 kali.
[HR al-Bukhâri no 418, Muslim no. 422.]

Dalam riwayat lain:

‫ب‬ َ ُ‫رو ُر ِإنَاَءِ أ َ َح ِد ُك ْم إذَا َولَ َغ ِف ْي ِه ْالك َْلبُ أ َ ْن َي ْغ ِسلَه‬


ِ ‫س ْب َع َم َّرات ا ُ ْوالَه َُّن ِبالت ُّ َرا‬ َ
ْ ‫ط ُه‬

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, ” Sucinya bejana kalian yang dimasuki mulut anjing adalah dengan mencucinya 7
kali, salah satunya dengan tanah” [HR Muslim no. 420 dan Ahmad 2/427]

ُ‫ع َم ِل ِه كُ َّل يَ ْو ِم قِي َْراط‬


َ ‫ص مِ ْن‬
َ َ‫صيْد نَق‬ َ ‫ب َما ِشيَة أ َ ْو ك َْل‬
َ ‫ب‬ َ ‫َم ِن ا ْقتَنَى كَمبًا إِالَّ ك َْل‬

Barangsiapa memelihara anjing selain anjing untuk menjaga binatang ternak dan anjing
untuk berburu, maka amalannya berkurang setiap harinya sebanyak satu qirâth (satu qirâth
adalah sebesar gunung Uhud).” [HR. Muslim no. 2941].

Juga sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

‫ان‬
ِ ‫ط‬َ ‫ع َم ِل ِه ْم ُك َّل يَ ْوم قِي َْرا‬
َ ‫ص مِ ْن‬
َ َ‫صا ئِد نَق‬ َ ‫أَيُّ َما أَه ِل َدار ات َّ َخذُواك َْلبُا إِالَّ ك َْلب َما ِشيَة أ َ ْو ك‬
َ ‫َلب‬

Penghuni rumah mana saja yang memelihara anjing selain anjing untuk menjaga binatang
ternak atau anjing untuk berburu, maka amalannya berkurang setiap harinya sebanyak dua
qirâth.[HR. Muslim no. 2945].
Demikian juga Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

َ ‫ع َم ِل ِه قِي َْراطُ ِإالَّ ك َْل‬


‫ب َح ْرث ا َ ْو َما ِشيَة‬ ُ ُ‫سكَ َك ْلبًا فَإِنَّهُ يَ ْنق‬
َ ‫ص كُ َّل يَ ْوم م ِْن‬ َ ‫َم ْن أ َ ْم‬

Barang siapa memelihara anjing, maka amalan shalehnya akan berkurang setiap harinya
sebesar satu qirâth, selain anjing untuk menjaga tanaman atau hewan ternak. [HR Muslim
no. 2949].

Dari Abu Mas’ûd Radhiyallahu ‘anhu beliau berkata:

‫ان ْالكَا ه ِِن‬


ِ ‫ي َو ُح َلو‬ِِّ ‫ب َو َم ْه ِر ْالبَ ِغ‬
ِ ‫ع ْن ث َ َم ِن ْالك َْل‬
َ ‫سلَم نَ َهى‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَى‬
َ ُ‫َّللا‬ ُ ‫أ َ َّن َر‬
َ ِ‫سو َال ََّّلل‬

Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang hasil penjualan anjing, mahar (hasil)
pelacur, dan upah dukun. [Diriwayatkan oleh Imam, Ahmad 4/118-119, 120, al-Bukhâri 7/28
dan Muslim no. 1567.]

Hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu yang berbunyi, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam telah bersabda:

‫سبَاعِ فَأ َ ْكلُه ُ َح َرا ُم‬ ْ ‫ُك ُّل ذِينَاب‬


ِّ ِ ‫مِن ال‬

Semua yang memiliki gigi taring dari hewan buas maka memakannya haram. [HR Muslim
1933]

Meskipun demikian, bukan berarti apa yang Allah ciptakan adalah sia-sia atau tidak ada
manfaatnya. Karena Allah menciptakan alam semesta ini dengan tujuan yang haq (benar),
dan Allah hendak menguji dari hamba-hambaNya siapa yang terbaik perbuatannya, dan
Allah menguji siapa yang benar-benar beriman dan siapa yang masih ragu-ragu.

Lalu apa manfaat anjing? binatang yang satu ini dapat dimanfaatkan untuk menjaga hewan
ternak atau juga bisa dijadikan hewan pemburu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

َ ‫ع َم ِل ِه كُ َّل يَ ْوم ق‬
‫ِيراط‬ َ ‫ص مِ ْن‬
َ َ‫صيْد نَق‬ َ ‫ب َما ِشيَة أ َ ْو ك َْل‬
َ ‫ب‬ َ ‫َم ِن ا ْقتَنَى ك َْلبًا إِالَّ ك َْل‬

“Barangsiapa memelihara anjing selain anjing untuk menjaga binatang ternak dan anjing
untuk berburu, maka amalannya berkurang setiap harinya sebanyak satu qiroth (satu qiroth
adalah sebesar gunung uhud).” [HR. Muslim]. ‘Abdullah mengatakan bahwa Abu Hurairah
juga mengatakan, “Atau anjing untuk menjaga tanaman.“

Jadi anjing dapat dimanfaatkan untuk menjaga binatang ternak dan khusus untuk berburu
setelah dilatih terlebih dahulu. “Jika kamu melepas anjingmu, maka sebutlah asma’ Allah
atasnya (Bissmillah), maka jika anjing itu menangkap untuk kamu dan kamu dapati dia
masih hidup, maka sembelihlah.” [HR. Bukhari dan Muslim]

Anda mungkin juga menyukai