Anda di halaman 1dari 9

Menumbuhkan Sikap Kreatif pada Peserta

Didik
Posted September 20, 2016 in Opini

Oleh : Hasrian Rudi Setiawan MPdI


Siapa yang tidak senang memiliki anak yang kreatif, tentunya setiap orang menginginkan
anaknya menjadi sosok seseorang yang kreatif. Untuk menciptakan genrasi yang kreatif tentu
tidaklah mudah, butuh proses baik itu pembiasaan dan latihan. Pada diri peserta didik salah satu
potensi yang diharapkan berkembang melalui kegiatan pembelajaran di sekolah adalah
kreatifitas.

Dari berbagai hasil penelitian yang dilakukan bahwa salah satu kunci keberhasilan seseorang
baik itu pada dunia kerja maupun lainnya adalah terletak pada daya kreatifits yang dimiliki oleh
seseorang. Karena itu, antara kreativitas dan kesuksesan yang diraih oleh seseorang adalah dua
hal yang tidak terpisahkan.

Pada umumnya orang yang paling kreatif adalah orang yang paling sukses, sebab semakin kreatif
seseorang maka semakin meningkatnya potensi untuk melakukan pekerjaan, maka akan
semangkin besar kesempatan untuk mendapatkan kesuksesan. Karena itu, mengembangkan
kreatifitas pada peserta didik adalah suatu hal yang dinilai sangat penting untuk dapat bersaing
pada dunia kerja di masa yang akan datang.

Menurut Hassan Shadily dan John M. Echols, kreatif diartikan sebagai sebuah daya cipta.
Sedangkan menurut Hurlock kreatif merupakan suatu yang menghasilkan sesuatu yang baru,
baik itu suatu gagasan atau suatu objek tertentu dalam suatu bentuk atau susunan yang baru.

Ada beberapa karakteristik peserta didik dikatakan kreatif, diantaranya adalah memiliki daya
imajinasi yang kuat, memiliki motivasi dan minat yang tinggi, memiliki inisiatif, memiliki rasa
ingin tahu, percaya pada diri sendiri, ingin selalu mendapatkan pengalaman baru, berani
mengambil resiko dan berani mengemukakan pendapat dan saran.

Dalam membentuk anak yang kreatif seorang guru memiliki peranan yang besar, sebab salah
satu tugas guru adalah mempengaruhi dan membentuk peserta didik sebagai generasi yang
memiliki kreatifitas yang tinggi.

Pengembangan kratifitas peserta didik merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan proses
belajar mengajar di kelas hal ini sangat terlihat sejak bergesernya peran guru, dari yang
dahulunya guru sering mendominasi kelas, berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, namun
guru saat ini lebih dituntut untuk memberikan kesempatan kepada peserta didiknya untuk
berperan aktif dan kreatif dalam proses belajar mengajar.
Dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berperan aktif dan mengekspesikan
diri mereka di kelas, diharapkan kreatifitas peserta didik akan dapat tumbuh dan berkempang
dengan optimal.

Langkah yang dapat dilakukan oleh guru untuk merangsang terbentuknya sikap kreatifitas dalam
diri peserta didik, yaitu dengan menyiapkan desain pembelajaran yang dapat memberi
kesempatan bagi peserta didik seluas-luasnya untuk mengeksplorasikan kemampuan mereka
dalam belajar.

Dalam hal ini diperlukan strategi agar peserta didik mampu menghasilkan gagasan yang baru,
cara baru, desain baru, model baru atau sesuatu yang lebih baik daripada yang sudah ada
sebelumnya.

Karena itu, peserta didik pada saat ini harus diarahkan dalam proses belajar mengajar dengan
menggunakan pendekatan student centered learning, yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik. Dengan pendekatan tersebut diharapkan dapat mendorong peserta
didik untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku.

Dalam mengembangkan kreatifitas peserta didik tentu tidak harus mengajarkan pada satu mata
pelajaran tertentu, namun harus dilakukan secara terintegrasi pada setiap mata pelajaran yang
diajarkan pada peserta didik di sekolah. Sebab setiap mata pelajaran apapun sesungguhnya dapat
dimanfaatkan untuk dapat mengembangkan kreatifitas peserta didik.

Namun dalam mengembangkan kreatifitas peserta didik melalui pembelajaran di kelas


dibutuhkan strategi dan metode yang jitu dan tentunya kreatif juga. Untuk dapat membuat
pembelajaran yang kreatif tentu membutuhkan pemikiran yang kreatif dari pendidik, hal ini
dapat diartikan pendidik yang kreatif akan dapat menghasilkan peserta didik yang kreatif. Karena
itu, jika seorang guru menginginkan peserta didiknya menjadi kreatif maka, guru harus
merancang pembelajaran terlebih dahulu dengan kreatif dan inovatif.

Penutup
Karena itu, untuk mengembangkan dan menumbuhkan kreatifitas peserta didik guru memiliki
peranan yang besar dalam mewujudkanya. Dengan tumbuhnya sikap kreatif pada diri pesera
didik maka peserta didik akan memiliki skill dan dapat bersaing di dunia kerja dimasa yang akan
datang.
*)Penulis Dosen FAI UMSU

Teknik Meningkatkan Kemandirian Peserta Didik dengan Strategi Pembelajaran yang


Tepat

Prima Deli, S.Pd.

Guru MTsN Pauh kambar


A. Pendahuluan

Naluri belajar mandiri sebenarnya sudah ada pada setiap orang. Namun perlu digali kembali
melalui sistem pendidikan formal. Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh
secara kumulatif selama perkembangan di mana individu akan terus belajar untuk bersikap
mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan sehingga individu pada akhirnya akan
mampu berpikir dan bertindak sendiri. Dengan kemandirian seseorang dapat meningkatkan
prestasi dan berkembang dengan lebih mantap dan optimal..

Dalam sebuah pembelajaran, peserta didik merupakan sasaran yang paling utama (student
center). Untuk itu, peserta didik dituntut untuk belajar secara mandiri. Mandiri bukan berarti
mengenyampingkan guru tetapi mandiri yang di,maksud adalah peserta didik berusaha belajar
sendiri dari apa saja yang bisa dijadikan sumber untuk belajar. Artinya, dalam individu peserta
didik harus tertanam sikap kemandirian guna menjadi insan yang berguna bagi masayarakat
dengan kemampuan sendiri sebagai penggerak bangsa masa depan. Terealisasinya kemandirian
tersebut perlu perencanaan yang maksimal oleh guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Hal ini tidak terlepas dari pemilihan strategi pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran.

B. Kemandirian Peserta Didik dalam Pembelajaran

Kemandirian merupakan keadaan seseorang yang dapat berdiri sendiri yang tumbuh dan
berkembang karena disiplin dan komitmen sehingga dapat menentukan diri sendiri yang
dinyatakan dalam tindakan dan perilaku yang dapat dinilai. Kemandirian peserta didik dalam
belajar salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk mencapai hasil belajar yang baik.

Kemandirian belajar merupakan kondisi aktivitas belajar yang mandiri tidak tergantung orang
lain, memiliki kemampuan, serta bertanggung jawab sendiri dalam menyelesaikan masalah
belajarnya. Kemandirian belajar akan tewujud apabila peserta didik aktif mengontrol sendiri
segala sesuatu yang dikerjakan dalam proses pembelajaran. Pendidik mengarahkan peserta didik
agar berperan serta dalam memilih dan menentukan apa yang akan dipelajarinya dan cara serta
jalan apa yang akan ditempuhnya dalam belajar. Dengan demikian, tugas pendidik yang
cenderung mengarahkan secara berangsur-angsur dapat dikurangi. Namun dibalik itu, tugas
pendidik yang penting sesungguhnya adaah merencanakan dan mempersiapkan situasi belajar
mandiri sehingga apa yang dicapai peserta didik sebenarnya sesuai dengan yang direncanakan
dan diinginkan oleh pendidik dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuatnya.

Rencana yang dibuat pendidik untuk meningkatkan kemandirian peserta didik dalam sebuah
pembelajaran bukanlah hal yang gampang bagi seorang pendidik. Hanya seorang pendidik yang
profesional yang dapat mewujudkan kemandirian tersebut. Pendidik harus menyadari, bahwa
peserta didik merupakan makhluk yang unik yang mempunyai perbedaan yang khas, seperti
perbedaan intelegensi, minat, bakat, hobi, tingkah laku maupun sikap. Di samping itu, berbeda
mereka juga disebabkan dalam hal latar belakang sosial, ekonomi, dan asuhan keluarga. Untuk
itu, pendidik harus memahami perbedaan peserta didik secara individu agar dapat melayani
pendidikan yang sesuai dengan perbedaannya tersebut. Adanya pengetahuan guru tetang
perbedaan peserta didik akan mengantarkan perkembangan dan potensi peserta didik secara
optimal. Artinya, pendidik yang memberikan pembelajaran sesuia perkembangan dan kebutuhan
peserta didik sesuai dengan perkembangan peserta didik tidak terlepas dari strategi yang
digunakan dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi peserta
didik dan kreativitas pendidik. Peserta didik yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan
pendidik yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan
pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan
peserta didik melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang
memadai, ditambah dengan kreativitas pendidik akan membuat peserta didik lebih mudah
mencapai target belajar secara mandidri.

Dalam belajar mandiri, menurut Wedemenyer (1983) dalam Rusman (2011: 353), peserta didik
yang belajar secara mandiri mempunyai kebebasan untuk belajar tanpa harus menghadiri
pembelajaran yang diberikan pendidik di kelas. Peserta didik dapat mempelajari pokok materi
tertentu dengan membaca modul atau melihat dan mengakses program e-learnig tanpa bantuan
terbatas dari orang lain. Di samping itu, peserta didik mempunyai otonomi dalam
belajar. Belajar mandiri berarti belajar secara berinisiatif dengan ataupun tanpa pendidik. Sesuai
dengan konsep belajar mandiri, seorang peserta didik diharapkan dapat mengetahui hal berikut.

1. Menyadari bahwa hubungan antara pendidik dengan dirinya tetap ada, namun hubungan
tersebut diwakili oleh bahan ajar atau media belajar;

2. Mengetahui konsep belajar mandiri;

3. Mengetahui kapan harus ia minta tolong, membutuhkan bantuan atau dukungan;

4. Mengetahui kepada siapa dan dari mana ia dapat atau harus memperoleh bantuan/dukungan.

Berdasarkan pandangan di atas, salah satu prinsip belajar mandiri adalah mampu mengetahui
kapan membutuhkan bantuan atau dukungan pihak lain, termasuk kapan perlu bertemu atau
berdiskusi dengan siswa lain, membentuk kelompok belajar, ataupun saling bertukar informasi
dengan teman yang sekolah di sekolah lain. Bantuan dapat diperoleh dari berbagai sumber atau
literatur pendukung, seperti surat kabar, berita radio atau televisi, perpustakaan, dan hal yang
tidak berhubungan dengan orang.

Di samping itu, tugas pendidik dalam proses belajar mandiri adalah menjadi fasilitator, yaitu
menjadi orang yang siap memberikan bantuan kepada peserta didik bila diperlukan. Bantuan
tersebut terutama dalam menentukan tujuan belajar, memilih bahan dan media belajar, serta
dalam memecahkan kesulitan yang tidak dapat dipecahkan peserta didik sendiri.

Peserta didik yang mempunyai kemandirian belajar dapat dilihat dari kegiatan belajarnya, ia
tidak perlu disuruh bila belajar dan kegiatan belajar dilaksanakan atas inisiatif sendiri. Untuk
mengetahui apakah peserta didik itu mempunyai kemandirian belajar, maka perlu diketahui ciri-
ciri kemandirian belajar. Menurut Anton Sukarno (1999: 64), ciri-ciri kemandirian belajar
sebagai tersebut sebagai berikut.

1. Peserta didik merencanakan dan memilih kegiatan belajar;

2. Peserta didik berinisiatif dan memacu diri untuk belajar secara terus-menerus;

3. Peserta didik dituntut bertanggung jawab dalam belajar;

4. Peserta didik belajar secara kritis,logis dan penuh keterbukaan;

5. Peserta didik belajar dengan penuh percaya diri.

Untuk mewujudkan peran peserta didik dalam ciri-ciri tersebut di atas, perlu adanya pemilihan
strategi pembelajaran yang tepat oleh peserta didik. Menurut Wina Sanjaya (2008: 126), strategi
pembelajaran adalah sebuah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dalam hal ini, pelaksanaan pembelajaran yang
diinginkan pendidik adalah menciptakan kemandirian peserta didik sehingga dapat mencapai
tujuan pendidikan yang diinginkan. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menegaskan fungsi dan tujuan pendidikan
sebagai berikut.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta


peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan fungsi dan tujuan yang ditegaskan dalam Undang-Undang di atas, maka untuk
mencapai tujuan tersebut perlu dirancang strategi pembelajaran yang yang berpusat pada peserta
didik sehingga potensi peserta didik dapat berkembangkan sebagaimana yang diharapkan Salah
satu pengembangan potensi peserta didik yaitu mencipatakan kemandirian peserta didik dalam
belajar. Strategi pembelajaran yang mampu menciptakan kemandirian peserta didik
yaitu strategi pembelajaran yang dikemukakan oleh ahli berikut.

1. Dave Meier dengan Model SAVI

Dave Meier menyajikan suatu sistem lengkap untuk melibatkan kelima indera dan emosi dalam
proses belajar yang merupakan cara belajar secara alami dengan model SAVI, yaitu Somatis,
Auditori, Visual, dan Intelektual. Somatis artinya belajar dengan bergerak dan berbuat. Auditori,
belajar dengan berbicara dan mendengar. Visual, artinya belajar mengamati dan
menggambarkan. Intelektual, artinya belajar dengan memecahkan masalah dan menerangkan.
Strategi pendekatan SAVI ini dilaksanakan dalam siklus pembelajaran empat tahap sebagai
berikut..

a. Somatis
Somatis berarti bangkit dari tempat duduk dan bertindak aktif secara fisik selama proses belajar.
Berdiri dan bergerak ke sana ke mari meningkatkan sirkulasi dalam tubuh dan oleh karena itu
mendatangkan energi segar ke dalam otak. Jadi belajar somatis berarti belajar dengan indra
peraba, kinetesis, praktis melibatkan fisik dan menggunakan tubuh sewaktu belajar.

b. Auditori

Pikiran auditori lebih kuat dari pada yang kitasadari. Kita membuat suara sendiri dengan
berbicara, maka beberapa area penting pada otak kita menjadi aktif. Dalam merancang
pembelajaran yang menariksaluran auditori yang kuat dalam diri peserta didik, pendidik harus
mencari cara untuk mengajak mereka membicarakan apa yang sedang dipelajari.

c. Visual

Visual mencakup melihat, menciptakan, dan mengintegrasikan segala macam citra. Dalam otak
lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain.
Pada belajar visual psesrta didik belajar dengan melihat contoh pada dunia nyata dan gambaran
dari segala hal ketika sedang belajar.

d. Intelektual

Intelektual menunjukanapa yang dilakukan peserts disik dalam pikiran mereka secara internal
menggunakan kecerdsan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan
hubungan,makna,rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Jadi belajar intelaetual yaitu
belajar dengan memecahkan masalah dan merenung.

Dengan model SAVI tersebut, kreativita pembelajaran akan berlangsung optimal karena
aktivitas intelektual dan semua alat indera digabungkan dalam suatu kinerja pembelajaran. Di
samping itu, ada beberapa tahapan yang dilalui dalam pembelajaran tersebut, yaitu sebagai
berikut.

a. Pertama, persiapan. Tujuan tahap persiapan adalah menimbulkan minat para pembelajar,
memberi mereka perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang,dan
menempatkan mereka dalam situasi optimal untuki belajar.

b. Kedu, penyampaian.Tujuan tahap ini adalah membantu peserta didik menemukan materi
belajar yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindera,
dan cocok untuk semua gaya belajar.

c. Ketiga, pelatihan. Tujuan tahap ini adalah membantu peserta didik mengintegrasikan dan
menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara.

d. Keempat, penampilan hasil.Tujuan tahap ini membantu peserta didik menerapkan dan
memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan, sehingga hasil belajar
akan melekat dan terus meningkat.
Di samping model SAVI, strategi pembelajaran lain yang mampu menciptakan kemandirian
belajar adalah model yang dikemukakan oleh Rose dan Nicholl, yaitu model MASTER

2. Rose dan Nicholl dengan Model MASTER

Rose dan Nocholl memperkenalkan satu model belajar yang dikenal dengan M-A-S-T-E-R.
Model MASTER diterapkan untuk membuat suasana belajar lebih menyenangkan dan jauh dari
kesan kaku. Artinya, pembelajaran dengan model MASTER adalah sebuah usaha yang dilakukan
peserta didik sehingga sebuah konsep dapat dipahami dengan cepat dan baik.

Model ini meliputi Mind, artinya mendapatkan keadaan pikiran yang benar dan menjelaskan
kepada peserta didik tentang kerja otak dan gaya belajar dengan cara melihat relevansi,
memvisualisasikan hasil yang bermutu, memberi siswa kontrol diri, menciptakan motto kelas,
dan melibatkan orang tua peserta didik untuk kesuksesan pembelajaran. Acquire, artinya
memperoleh informasi yang terdiri dari gagasan inti. Search Out, artinya mencari makna melalui
pembimbing mereka, membantu membuat kerangka visual pemikiran mereka, berpikir
mendalam dan melibatkan kecerdasan kinestetik dengan cara imajinasi pembimbing, pertanyaan
menantang, dan belajar interpersonal. Trigger, artinya memicu memori. Exhibit, memamerkan
apa yang diketahui melalui teknik tantanglah persaingan, penilaian personal, catatan perstasi,
dan nilai. Reflect, artinya merefleksikan cara belajar. Secara rinci dapat diuraikan sebagai
berikut.

a. M - Motivating your mind (memotivasi pikiran)

Seorang pelajar yang mau belajar memerlukan keadaan pikiran yang” kaya akal”, yaitu ia harus
rileks, percaya diri dan mempunyai motivasi. Jika ini tidak ada pada diri peserta didik, maka
pelajaran tidak dapat berlangsung dengan baik. Menurut Meyer (2002) dalam Rusman (2011),
bahwa dalam belajar peserta dididk dapat mendekati situasi belajar dengan segala macam
rintangan yang disadari atau tidak dapat mengganggu belajar. Hal ini penting, jika tidak
akan dapat menyebabkan peserta didik stres dan kemerosotan dalam belajar.

Agar peserta didik dapat memperoleh keadaan pikiran yang benar dalam belajar, maka perlu
motivasi dari pendidik. Salah satu cara untuk memotivasi peserta didik adalah dengan
menanamkan kepada mereka apa manfaatnya mempelajari suatu konsep. Sugesti positif ini akan
mmenjadikan peserta didik menjadi semangat dalam belajar sehingga proses pembelajaran akan
terasa menyenangkan. Pendidik berusaha untuk memanfaatkan waktu untuk membangun
hubungan baik dengan peserta didik sehingga peserta didik memperoleh keadaan yang terbuka
dan tidak merasa tertekan.

b. A - Acquiring the information (memperoleh informasi)

Artinya guru harus memberikan perhatian secara khusus kepada peserta didik. Ketika pendidik
memberikan informasi baru kepada peserta didik, maka secara alamiah mereka akan mulai
memproses itu dalam dirinya. Ada beberapa tahapan untuk memperoleh informasi sebagai
berikut.
(1) Memberikan tekanan pada pemahaman gagasan dari setiap subyek

(2) Kemampuan bekerjasama secara efektif dalam suatu kelompok

c. S - Searching out the meaning (menyelidiki makna)

Setelah memperoleh informasi, maka langkah selanjutnya adalah membimbing peserta didik agar
dapat menyelidiki makna untuk pemahaman yang lebih mendalam. Tujuannya bukan hanya
mengalihkan pengetahuan kepada para peserta didik tersebut tetapi agar mereka bisa membuat
makna bagi mereka sendiri untuk benar-benar memahami subjek itu. Menggunakan sebanyak
mungkin kecerdasan secara praktis, dengan cara mengalami dan menghayati apa yang telah
dipelajari secara utuh merupakan cara efektif dalam belajar.

d. Triggering the memory (memicu memori)

Siklus pengulangan materi sangat penting dalam belajar karena dengan pengulangan maka
informasi yang diperoleh dapat disimpan dalam memori jangka panjang. Tahapan yang
dilakukan yaitu dengan merangkum materi bersama peserta didik diakhir pembelajaran. Dalam
hal ini, pendidik dan peserta didik dapat mengulang butir-butir materi utama yang dipelajari baik
dalam bentuk dari pendidik maupun dalam bentuk tes. Dengan adanya pengulangan dapat
memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini”. Jadi,
pengulangan harus dilakukan secara multimodalitas dan multikecerdasan yang lebih, dalam
konteks yang berbeda dari asalnya.

e. E - Exhibiting what you know (memamerkan apa yang diketahui)

Untuk mengetahui bahwa peserta didik telah paham dengan apa yang mereka pelajari, berikan
kesempatan kepada peserta didik agar mereka dapat membuktikan bahwa mereka betul-betul
paham dengan apa yang mereka pelajari dan betul-betul paham terhadap konsep yang diberikan.
Pada tahap ini peserta didik diberi kertas selembar dan diminta untuk membuat soal sendiri.
Kemudian kertas berisi soal tadi ditukar dengan teman sebelah dalam satu kelompok untuk
dijawab. Kertas digilir kembali ke teman yang lain untuk diperiksa. Setelah selesai guru
mengumpulkan dan memberi penilaian.

f. R - Reflecting how you have learned (merefleksikan bagaimana anda belajar)

Seorang peserta didik selalu berpikir apa usaha terbaik untuk memperoleh hasil yang terbaik
pula. Hal ini dapat dilakukan dengan selalu mengevaluasi cara belajar setiap hari. Dengan kata
lain kecerdasan intrapersonal dituntut dalam hal ini, agar kajian terhadap kelebihan dan
kekurangan diri dalam belajar lebih mendalam.

Dengan menggunakan model MASTER, peserta didik tidak hanya menguasai konsep yang
diajarkan, tetapi juga menjadi kreatif, memiliki rasa percaya diri yang tinggi karena motivasi
yang diberikan, suasana belajar menjadi menyenangkan dan jauh dari kesan membosankan.
Selain itu peserta didik juga dibimbing untuk lebih berani dalam membuktikan bahwa mereka
telah menguasai konsep yang didapat.
C. Kesimpulan

Model pembelajaran mandiri yang diterapkan secara tepat akan memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk ikut berperan dalam menentukan tujuan, memilih isi pelajaran sendiri dan
cara mempelajarinya. Di samping itu, peserta didik juga diberi kesempatan untuk ikut
menentukan cara dan kriteria evaluasinya. Semakin besar peran aktif peserta didik dalam
berbagai kegiatan pembelajaran, mengindikasikan bahwa peserta didik tersebut memiliki
kemandirian belajar yang tinggi. Namun, dalam praktik tidak seluruh kemandirian itu diterapkan.
Untuk mewujudkan pembelajaran mandiri, ada dua model yang dikemukakan ahli, yaitu model
SAVI dan MASTER. Model tersebut mengurangi peran aktif pendidik karena yang terlibat
dalam pembelajaran adalah peserta didik, pendidik hanya sebagai fasilitator dan motivator dalam
pembelajaran.

Dalam belajar mandiri, peserta didik harus berusaha untuk memahami isi pelajaran, mencari
sumber informasi sendiri, serta memecahkan kesulitan sendiri. Dalam belajar, peserta didik
harus lebih banyak berinisiatif untuk melakukan kegiatan belajar sendiri. Proses kemandirian
belajar membuat peserta didik menjadi mandiri, menjadi seorang pemikir cerdas yang
menggunakan pertimbangan sambil berbuat sesuatu untuk membentuk lingkungan kehidupan
mereka. Mewujudkan kemandirian belajar membutuhkan kesabaran dan ikhtiar yang tak kenal
lelah oleh pendidik. Karena upaya ke arah kemandirian belajar sama halnya dengan meletakkan
kerangka pondasi kemandirian bangsa di masa akan datang.

Anda mungkin juga menyukai