Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

ENZIM DAN KROMATOGRAFI


MODUL SEL GENETIKA DAN BIOLOGI
MOLEKULER

Kelompok 1 :
1. Alespal Suanda
2. Annisa A.G
3. Arsy Zahwa
4. Aulia Mahardika
5. Here Trianda
6. Khoiriah Rizka Fadila

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS


KEDOKTERAN
DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU 2019
PENGARUH KADAR ENZIM TERHADAP AKTIVITAS ENZIM
1. Tujuan
Membuktikan bahwa kecepatan reaksi enzimatik berbanding lurus dengan
konsentrasi enzim
2. Prinsip Kerja
a. Spektrofotometer
Prinsip kerja spektrofotometri UV-Vis adalah interaksi yang terjadi antara
energy yang berupa sinar monokromatis dari sumber sinar dengan materi berupa
molekul. Besar energy yang diserap tertentu dan menyebarkan electron tereksitasi dari
ground state ke keadaan terekstasi yang memiliki energy lebih tinggi. Serapan tidak
terjadi seketika pada daerah UV-Vis untuk semua struktur elektronik tetapi hanya
pada system system terkonjugasi.
Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hukum Lambert Beer, bila cahaya
monokromatis melalui suatu media, maka sebagian cahaya diserap, sebagian
dipantulkan dan sebagian dipancarkan.
Berdasarkan teori tersebut, prinsip keja dari spekrtofotometri adalah suatu
cahaya monokromatis akan melalui suatu media yang memiliki suatu konsentrasi
tertentu, maka akan membentuk spectrum cahaya, namun ketika melewati
monokromator, cahaya yang keluar hanya akan terdapat satu cahaya yaitu sesuai
dengan settingan awal, misalnya warna hijau. Setelah keluar dan monokromator,
cahaya akan menembus sampel yang kemudian akan terbaca hasil pada read out
(monitor).
Sinar dari sumber cahaya akan dibagi menjadi dua berkas oleh cermin yang
berputar pada bagian dalam spektrofotometer. Berkas pertama akan melewati kuvet
berisi blanko, sementara berkas kedua akan melewati kuvet berisi sampel. Blanko dan
sampel akan diperiksa secara bersamaan. Adanya blanko, berguna untuk menstabilkan
absorbsi akibat perubahan voltase dari sumber cahaya.
3. Dasar Teori

Enzim adalah sekelompok protein yang berperan sebagai pengkatalisdalam


reaksi-reaksi biologis. Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organikyang
dihasilkan oleh sel yang berfungsi meningkatkan laju reaksi dalam jaringantersebut.
Suatu enzim dapat bekerja 108 sampai 1011 kali lebih cepat dibandingkan laju reaksi
tanpa katalis. Enzim bekerja dengan menurunkan energi aktifasisehingga laju reaksi
meningkat. Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatusubstrat tertentu. Oleh
karena itu, enzim merupakan elemen penting dalam tubuhyang sangat banyak
membantu dalam reaksi enzimatik seperti dalam prosessintesis dan reparasi DNA,
pembentukan energi, dan sintesis protein. Enzim akan mampu mengkatalis suatu
reaksi biologis bila berada dalam kondisi nyamannya. Banyak faktor yang
mempengaruhi kerja enzim seperti suhu,keasaman (pH), konsentrasi enzim dan
substrat, penyinaran, inhibitor, serta aktivator. Faktor-faktor tersebutlah
yang menyebabkan terkadang enzim mampu mempercepat reaksi atau bahkan
menghambat reaksi yang berlangsung .Adanya enzim juga sangat spesifik baik tempat
sintesis maupun reaksiyang dapat dikatalisisnya. Secara umum enzim digolongkan
menjadi enam kelompok sesuai dengan jenis reaksi yang dikatalisisnya yaitu :
oksidoreduktase, transferase, hidrolase, liase, isomerase, dan ligase. Salah satu enzim
yang bereperan penting dalam tubuh adalah enzim amilase. Enzim amilase berfungsi
dalam proses pencernaan makanan khususnya ketika berada di dalam mulut. Enzim
amilase berfungsi untuk memecah molekul karbohidat menjadi senyawa yang lebih
sederhana sehingga memudahkan untuk proses pencernaan berikutnya. Enzim amilase
dapat bekerja maksimal pada suhu, pH, serta konsentrasi yang optimum. Mengetahui
suhu, pH, serta konsentrasi optimum menjadi hal penting dalam mempelajari enzim
karena terkait dengan kemampuannya dalam mempercepat reaksi dalam tubuh. Cepat
lambatnya reaksi dalam tubuh berpengaruh besar dalam penyerapan zat gizi.

Pada konsentrasi tertentu, penambahan enzim dengan konsentrasi bertingkat akan


meningkatkan pembentukan kompleks enzim - substrat, sehingga jumlah produk yang
terbentuk akan meningkat. Peningkatan konsentrasi enzim akan meningkatkan
kecepatan reaksi enzimatik. Dapat dikatakan bahwa kecepatan reaksi enzimatik (v)
berbanding lurus dengan konsentrasi enzim [E]. Makin besar konsentrasi enzim,
reaksi makin cepat. Dari pengamatan tersebut dapat dikatakan bahwa konsentrasi
enzim berbanding lurus dengan kecepatan enzim.Jadi, makin besarkonsentrasi enzim,
maka makin cepat laju reaksi.
4. Bahan dan Pereaksi
 Liur, sebagai sumber amilase. Tampunglah 2 ml liur kedalam gelas kimia atau
tabung reaksi yang bersihdan kering
 Larutan pati 0,4 mg/dL
 Larutan iodium

5. Cara Kerja
A. Encerkan liur 100x, 200x, 300x, 400x, dan 500x dengan air suling.
B. Siapkan 5 pasang tabung reaksi yang bersih dan kering. Tiap pasangan
tabung diberi tanda B untuk blanko dan U untuk uji.
C. Pipetkan ke dalam tiap- tiap tabung.

Larutan Tabung B Tabung U

Larutan pati 1 ml 1 ml

Keram pada suhu 37°C paling sedikit 5 menit

Liur (diencerkan 100x - - 200 ml


500x)

Campurkan baik- baik, keram tepat 1 menit

Larutan iodium 1 ml 1 ml

Air suling 8 ml 8 ml

D. Segera baca serapan (A) pada panjang gelombang 680 nm. Hitung
selisih serapan antara tabung B (A pada t = 0 menit) dengan tabung U
dari tiap pengenceran enzim.
E. Buatlah tabel sebagai berikut :

Pengenceran enzim AB AU ∆A / menit (v)

500x

400x

300x

200x

100x

F. Buatlah kurva yang menggambarkan hubungan antara kecepatan reaksi


enzimatik (v = ∆A/ menit) dengan konsentrasi atau pengenceran enzim.
6. Hasil
Pengenceran enzim AB AU ΔA / menit
500 x 0,000 -0,003 -0,003
400 x 0,000 0,001 0,001
300 x 0,000 -0,010 -0,010
200 x 0,000 -0,003 -0,003
100 x 0,000 -0,010 -0,010

Gambar 1 : Pengaruh konsentrasi enzim terhadap kecepatan reaksi enzimatik


7. Pembahasan
Pada percobaan ini akan menguji kerja enzim amilase yang bekerja untuk
memecahkan atau merombak pati menjadi glukosa yaitu dengan sampel yang digunakan
adalah saliva. Saliva merupakan suatu enzim yang membantu mencerna makanan
dengan cara melicinkan dan membasahai rongga mulut dari sisa - sisa makanan dan
kuman. Dalam percobaan dilakukan pada suhu 37°C, yang kemudian ditambahkan
larutan pati dan ditambahkan larutan iodium.
Konsentrasi enzim yang tinggi akan mempengaruhi kecepatan reaksi secara linear
(kecepatan bertambah secara konstan). Dapat dikatakan bahwa hubungan antara
konsentrasi enzim dengan kecepatan reaksi enzimatis berbanding lurus. Kecepatan reaksi
suatu enzim satu dengan yang lain berbeda-beda, meskipun mempunyai konsentrasi
enzim yang sama. Konsentrasi enzim yang sangat tinggi dalam suatu sistem yang
kompleks akan berpengaruh terhadap kecepatan reaksi. Tetapi pada percobaan kali ini
kecepatan reaksi enzimatik tertinggi pada konsentrasi 500x seharusnya pada konsentrasi
100x. Karena pada konsentrasi 100x enzim masih aktif dan masih kuat karena enzim
masih banyak, sedangkan pada pengenceran 500x enzim tinggal sedikit.

8. Kesimpulan
1 Kecepatan reaksi enzimatik dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu suhu, pH, dan
konsentrasi enzim.
2 Konsentrasi enzim yang meningkat, akan mempercepat laju reaksi. Hal ini terjadi
karena konsentrasi enzim berbanding lurus dengan kecepatan reaksi enzim, hingga
enzim memperoleh kesetimbangan. Jika kesetimbangan telah terjadi, maka
penambahan konsentrasi enzim tidak akan berpengaruh lagi.
3 Konsentrasi substrat yang meningkat pada suhu dan konsentrasi enzim yang sama,
akan mempercepat laju reaksi. Hal ini terjadi hingga pada titik maksimum, dimana
enzim akan jenuh terhadap substrat.
Soewoto, Hafiz, dkk. 2000. BiokimiaEksperimenLaboratorium.Jakarta: WidyaMedika.

Murray, Robert K, dkk. 2017. Biokimia Harper. Jakarta : EGC.

Poedjiadi, A. 2006. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta (ID): UI Press.

Sadikin, M. 2002. Biokimia Enzim. Jakarta (ID): Widya Medika.


PRAKTIKUM KROMATOGRAFI KERTAS

1. Tujuan

Tujuan pratikum untuk:


a. Memahami prinsip dasar kromatografi kertas
b. Mampu melakukan pemisahan campuran menjadi komponennya dengan
kromatografi kertas

2. Dasar Teori
Teknik kromatografi kertas diperkenalkan oleh ilmuan Consden, Gordon, dan
Martin pada tahun 1944 adalah teknik dengan menggunakan kertas saring sebagai
penunjang fase diam dan fase bergerak berupa cairan yang terserap di antara struuktur
pori kertas.
Kromatografi digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya menjadi
komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi bekerja berdasarkan prinsip yang
sama. Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau cairan yang
didukung pada padatan) dan fase gerak (cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui
fase diam dan membawa komponen-komponen dari campuran bersama-sama.
Komponen-komponen yang berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda pula. Dalam
kromatografi kertas, fase diam adalah kertas serap yang sangat seragam. Fase gerak
adalah pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.
Kertas adalah selulosa murni yang memiliki afinitas terhadap air atau pelarut
polar lainnya. Bila air diadsorbsikan pada kertas, maka akan membentuk lapisan tipis
yang dapat dianggap analog dengan kolom. Lembaran kertas berperan sebagai penyangga
dan air bertindak sebagai fase diam yang terserap di antara struktur pori kertas. Cairan
fase bergerak yang biasanya berupa campuran dari pelarut organik dan air, akan mengalir
membawa noda cuplikan yang didepositkan pada kertas dengan kecepatan yang berbeda.
Pemisahan terjadi berdasarkan partisi masing-masing komponen di antara fase diam dan
fase bergeraknya. Kromatografi kertas digunakan baik untuk analisis kualitatif maupun
kuntitatif. Senyawa - senyawa yang dipisahkan kebanyakan bersifat sangat polar,
misalnya asam amino, gula - gula, dan pigmen - pigmen alam.
Kromatografi kertas merupakan salah satu alat yang sering dipakai untuk
memisahkan dan meneliti komponen dalam suatu campuran. Kromatografi kertas hanya
menggunakan satu jenis fase diam yaitu selulosa yang bersifat polar. Kromatografi kertas
dapat diubah polaritasnya dengan cara inpregnasi atau pembaceman antara lain dengan
asetilasi, fosfolirasi, fomilasi atau dengan senyawa yang bersifat lififilik seperti para
paraffin, vaselin, undekan dengan cara tersebut kromatografi kertas dapat digunakan
sebagai kromatografi fase terbalik.
Kromatogram yang dihasilkan diuraikan dan zona zona dicirikan dengan nilai nilai Rf.
Nilai Rf didefinisikan dengan hubungan
𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒎𝒑𝒖𝒉 𝒌𝒐𝒎𝒑𝒐𝒏𝒆𝒏
Rf = 𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒎𝒑𝒖𝒉 𝒆𝒍𝒖𝒆𝒏

3. Prinsip Kerja
a. Bahan yang akan dipisahkan atau fase bergerak dilewatkan pada media tetap atau fase
stasioner.
b. Molekul-molekul berbeda yang terkandung dalam bahan akan mempunyai interaksi
yang berbeda dengan media tetap.
c. Molekul yang mempunyai interaksi kuat dengan fase stasioner akan lewat lebih
lambat dibandingkan dengan molekul yang mempunyai interaksi lebih lemah
d. Dengan menggunakan metode ini, jenis molekul yang berbeda dapat dipisahkan
selagi molekul tersebut bergerak atau melewati fase stasioner.
4. Alat dan bahan
Alat yang digunakan :
a. Kertas saring whatman
b. Penggaris
c. Gelas ukur
d. Pensil
e. Spidol
Bahan yang digunakan :
a. Akuades
b. Metanol
c. Kloroform
5. Cara Kerja
langkah - langkah menggunakan kromatografi kertas sebagai berikut :
1. Siapkan tiga gelas ukur, kemudian gelas ukur pertama diisi aquades, gelas
ukur kedua diisi metanol, gelas ukur ketiga diisi dengan kloroform.
2. Siapkan 3 kertas berukuran 2 x 12 cm
3. Memberi garis menggunakan pensil pada 2 cm dari ujung kertas bawah.
4. Totolkan tinta spidol pada garis tepi bawah kertas.
5. Masukkan kertas saring ke dalam gelas ukur dengan posisi totolan tinta berada
di bawah. (totolan tinta jangan sampai masuk kedalam pelarut aquades)
6. Biarkan sampai terjadi elusi.
7. Mengeluarkan kertas saring dari chamber setelah terjadi elusi.
6. Hasil Percobaan

7. Pembahasan
Pada percobaan ini menggunkan metode kromatografi kertas, dengan
menggunkan 3 kertas saring whatman dengan ukuran kertas 2 x 12cm. lalu diberikan
jarak 2 cm pada ujung bawah diberikan jarak ujung bawah agar antara totolan warna dan
pelarut memiliki jarak sehingga totolan tidak langsung berinteraksi dengan pelarut. Jarak
pun digambar menggunakan pensil, karena pensil tidak berinteraksi dengan pelarut tidak
seperti pena dan spidol. Kemudian spidol ditotolkan pada garis bawah.
Totolan pun tidak boleh terlalu banyak tetapi hanya sekali totolan, hal ini bertujuan agar
komponen warna yang mau dideteksi tidak meluap.
Kertas yang telah ditotolkan dengan spidol kemudian dimasukkan ke dalam
pelarut. Untuk volume pelarut yang digunakan harus memiliki volume kurang dari batas
bawah kertas (jarak bawah kertas 2 cm, maka pelarut tidak boleh lebih dari 2 cm wadah).
Kertas pun diletakkan tegak lurus (horizontal).
Pada waktu 20 menit pertama pergerakan dari komponen spidol di fase gerak
aquades, etanol, ataupun kloroform belum tampak. Setelah 60 menit sudah terjadi
pergerakan. Pada fase gerak kloroform spidol memiliki 1 komponen yaitu merah muda
(belum terlihat terpisah warna). Pada fase gerak aquades spidol memiliki 5 komponen
yaitu pink, orange, hijau, biru dan hitam. Sedangkan pada metanol spidol memiliki 3
komponen hitam, coklat, dan biru.
Sampel Pink(Rf) Orange(RF) Hijau(Rf) Biru(Rf) Coklat(Rf) Hitam(Rf)
Kloroform 0 - - - - -
Aquades 0,69 0,85 0.9 0.95 - 0.98
Metanol - - - 0.73 0.46 0

8. Kesimpulan
Kromatografi kertas merupakan teknik pemisahan dengan adsorben adalah kertas.
Kertas ini atau sampel yang akan dianalisis ditotolkan ke ujung kertas yang kemudian
digantung dalam gelas ukur.kemudian dasar kertas dicelupkan ke dalam pelarut yang ada
digelas ukur. Ada 3 mekanisme dalam kromatografi yaitu penotolan,pengembangan dan
pengidentifikasian pada komponen warna pada spidol. Komponen warna pada spidol
akan terurai bersamaan dengan penyerapan eluen pada kertas, dengan begitu akan terihat
apa saja komponen warna dari masing-masing spidol
Tinggi penyerapan dan kepolaran setiap komponen mempengaruhi tinggi
rendahnya gambaran komponen pada kertas yang terlihat, jadi hasil dari percobaan ini,
pada sampel yang diuji aquades dapat bergerak dengan cepat di kertas tersebut sedangkan
sampel dengan metanol bergerak tetapi tidak secepat pergerakan aquades. Pada sampel
kloroform bergerak tetapi belum terlihat terpisahnya warna.
9. Daftar pustaka
Rubiyanto, Dwiarsono.Teknik Dasar Kromatografi.ed 11.yogyakarta di akses juli 2019
Kristianingrum, Susila.kromatografi kertas staffnew.uny.ac.id di akses juli 2019

Anda mungkin juga menyukai