Pada saat bayi menangis tekanan di paru-paru bayi meningkat begitu pula dengan
tekanan intraabdominalnya. Hal tersebut menyebabkan tekanan balik vena-vena
yang bermuara di atrium dextra menjadi lebih tinggi,tekanan atrium dextra pun
naik dan akibatnya tekanan pada ventrikel dextra juga menjadi lebih tinggi. Darah
dari ventrikel dextra hanya sedikit yang mengalir ke pulmo karena tekanan di
pulmo tinggi. Akibatnya terjadi R-L shunt lewat septum interventricularis yang
mengalami defek. Darah kaya O2 di ventrikel dextra bercampur dengan darah
miskin O2 dari ventrikel dextra. Kadar O2 sangat rendah. Timbul gangguan perfusi
O2 pada peredaran darah sistemik. Akibatnya akan tampak kebiruan pada daerah
yang mengandung banyak kapiler (mukosa mulut, bibir, lidah dan ujung jari)
[LBM 4,MODUL 10,SGD 10] AFRINA LUSIA
Jika terjadi defek septum ventrikel yang besar maka akan terjadi pirau dari
ventrikel sinistra ke ventrikel dextra, akibatnya aliran ke pulmo meningkat dan
tekanan a. pulmonalis pun akan meningkat. Sebagai kompensasinya maka
pembuluh darah pada pulmo akan berdilatasi dan pori-porinya melebar.
Tekanan Hidrostatis yang tinggi di intravaskuler bisa menyebabkan pembuluh
kapiler pecah atau plasma dari intravaskuler masuk ke interstitial akibat dilatasi
pembuluh darah tadi dan terjadilah oedem.
Karena adanya oedem, INFEKSI Saluran nafas berulang iritasi saluran nafas(
alveoli, bronkioli, bronkus, faring dan nasal ada reseptor lapisan epitel
pseudocomplex bersilia pada bronkus tidak bias bekerja secara normal cairan
yang ada di daerah silia akan mengalir ke alveoliterbentik cairan berlebih
hipersekresi cairan sehingga partikel atau kotoran akan sulit untuk dikeluarkan
dan meyebabkan bayi menjadi batuk dan kadang sesak nafas.
[LBM 4,MODUL 10,SGD 10] AFRINA LUSIA
Karena O2 yang diinspirasi berkadar jauh lebih tinggi lebih banyak terikat
dengan Hb di eritrosit yang tersedia bisa terdistribusiikan ke jaringan
dengan lancar CO2 juga bisa dibuang dengan lancar (didesak oleh
oksigen yang masuk) kebiruan teratasi.
Kongenital bermaksud wujud semasa atau sebelum kelahiran atau semasa dalam
kandungan. Ia selalunya dikaitkan dengan sesuatu keadaan yang tidak normal.
[LBM 4,MODUL 10,SGD 10] AFRINA LUSIA
Oleh itu, penyakit jantung kongenital bermaksud kecacatan jantung yang wujud
semasa kelahiran walaupun, kesan segeranya tidak begitu ketara. PJK merupakan
kecacatan semasa lahir yang paling biasa berlaku. Ia telah menyebabkan hampir
separuh dari kematian akibat kecacatan kongenital.
PDA
Fisiologis
Pada saat janin, pulmo masih kolaps tahanan terhadap aliran darah yg ke paru
tinggi tek a. pulmonalis tinggi
Tahanan yg rendah terhadap aliran darah aorta tek aorta lebih rendah dari a.
pulmonalis darah dari a. pulmonalis lewat ductus arteriosus
Pada neonates aterm normal , kontriksi awal ductus arteriosus terjadi pada 10-15
jam pertama kehidupan, penutupan secara fungsional pada 72jam postnatal.
Disusul proses thrombosis, proliferasi intimal dan fibrosis setelah 3-4 minggu
postnatal terjadi penutupan secara anatomis
Pada premature, penutupan bisa sampai usia 4—12 bulan.
Komplikasi
[LBM 4,MODUL 10,SGD 10] AFRINA LUSIA
- Gagal jantung
Pada bayi baru lahir dg PDA kadang tidak ditemukan adanya bunyi jantung
abnormal karena jumlah aliran darah yang mengalir balik melalui duktus belum
cukup untuk menimbulkan suara murmur. Tetapi pada usia 1-3 tahun mulai
terdengar murmur kasar yang disebut murmur suara mesin.
Terapi pembedahan pada pasien PDA dapat dilakukan dengan cara mengikat
duktus yang terbuka atau memotongnya dan menjahit kedua ujungnya.
VSD
[LBM 4,MODUL 10,SGD 10] AFRINA LUSIA
HEMODINAMIK
defek DSV besar
↑ ↑ aliran paru
↑ tekanan a.pulmonalis
Hipertensi pulmonal
tahanan paru tinggi pada
neonatus s/d umur 8-12 ↑ tahanan paru
minggu manifestasi pirau baru
nampak saat bayi mulai besar
umur, ketinggian,
Ht, tk aktivitas
pirau
Volume overload
Stroke volume
Dilatasi & hipertrofi Kontraksi kuat
kelelahan
Preload
afterload
Curah jantung Gagal jantung kiri
(Resistensi vaskular)
Pada VSD besarnya aliran darah ke paru ini selain tergantung pada besarnya
lubang, juga sangat tergantung pada tingginya tahanan vaskuler paru. Makin
rendah tahanan vaskuler paru makin besar aliran pirau dari kiri ke kanan. Pada
bayi baru lahir dimana maturasi paru belum 2
sempurna, tahanan vaskuler paru umumnya masih tinggi dan akibatnya aliran
pirau dari kiri ke kanan terhambat walaupun lubang yang ada cukup besar. Tetapi
saat usia 2–3 bulan
Pada VSD besarnya aliran darah ke paru ini selain tergantung pada besarnya
lubang, juga sangat tergantung pada tingginya tahanan vaskuler paru. Makin
rendah tahanan vaskuler paru makin besar aliran pirau dari kiri ke kanan. Pada
bayi baru lahir dimana maturasi paru belum 2
sempurna, tahanan vaskuler paru umumnya masih tinggi dan akibatnya aliran
pirau dari kiri ke kanan terhambat walaupun lubang yang ada cukup besar. Tetapi
saat usia 2–3 bulan dimana proses maturasi paru berjalan dan mulai terjadi
penurunan tahanan vaskuler paru dengan cepat maka aliran pirau dari kiri ke
kanan akan bertambah. Ini menimbulkan beban volum langsung pada ventrikel
kiri yang selanjutnya dapat terjadi gagal jantung. Pada VSD yang kecil umumnya
asimptomatik dengan riwayat pertumbuhan dan perkembangan yang normal,
sehingga adanya PJB ini sering ditemukan secara kebetulan saat pemeriksaan
rutin, yaitu terdengarnya bising pansistolik di parasternal sela iga 3 – 4 kiri. Bila
[LBM 4,MODUL 10,SGD 10] AFRINA LUSIA
lubangnya sedang maka keluhan akan timbul saat tahanan vaskuler paru
menurun, yaitu sekitar usia 2–3 bulan. Gejalanya antara lain penurunan toleransi
aktivitas fisik yang pada bayi akan terlihat sebagai tidak mampu mengisap susu
dengan kuat dan banyak, pertambahan berat badan yang lambat, cenderung
terserang infeksi paru berulang dan mungkin timbul gagal jantung yang biasanya
masih dapat diatasi secara medikamentosa. Dengan bertambahnya usia dan berat
badan, maka lubang menjadi relatif kecil sehingga keluhan akan berkurang dan
kondisi secara umum membaik walaupun pertumbuhan masih lebih lambat
dibandingkan dengan anak yang normal. VSD tipe perimembranus dan muskuler
akan mengecil dan bahkan menutup spontan pada usia dibawah 8–10 tahun.
Pada VSD yang besar, gejala akan timbul lebih awal dan lebih berat. Kesulitan
mengisap susu, sesak nafas dan kardiomegali sering sudah terlihat pada minggu
ke 2–3 kehidupan yang akan bertambah berat secara progresif bila tidak cepat
diatasi. Gagal jantung timbul pada usia sekitar 8–12 minggu dan biasanya infeksi
paru yang menjadi pencetusnya yang ditandai dengan sesak nafas, takikardi,
keringat banyak dan hepatomegali. Bila kondisi bertambah berat dapat timbul
gagal nafas yang membutuhkan bantuan pernafasan mekanik. Pada beberapa
keadaan kadang terlihat kondisinya membaik setelah usia 6 bulan, mungkin
karena pirau dari kiri ke kanan berkurang akibat lubang mengecil spontan, timbul
hipertrofi infundibuler ventrikel kanan atau sudah terjadi hipertensi paru. Pada
VSD yang besar dengan pirau dari kiri ke kanan yang besar ini akan timbul
hipertensi paru yang kemudian diikuti dengan peningkatan tahanan vaskuler paru
dan penyakit obstruktif vaskuler paru. Selanjutnya penderita mungkin menjadi
sianosis akibat aliran pirau terbalik dari kanan ke kiri, bunyi jantung dua
komponen pulmonal keras dan bising jantung melemah atau menghilang karena
aliran pirau yang berkurang. Kondisi ini disebut sindroma Eisenmengerisasi. Bayi
dengan VSD perlu dievaluasi secara periodik sebulan sekali selama setahun
mengingat besarnya aliran pirau dapat berubah akibat resistensi paru yang
menurun. Bila terjadi gagal jantung kongestif harus diberikan obat-obat anti gagal
jantung yaitu digitalis, diuretika dan vasodilator. Bila medikamentosa gagal dan
tetap terlihat gagal tumbuh kembang atau gagal jantung maka sebaiknya
dilakukan tindakan operasi penutupan VSD secepatnya sebelum terjadi penyakit
obstruktif vaskuler paru. Indikasi operasi penutupan VSD adalah bila rasio aliran
[LBM 4,MODUL 10,SGD 10] AFRINA LUSIA
darah yang ke paru dan sistemik lebih dari 1,5. Operasi paliatif Pulmonary Artery
Banding (PAB) dengan tujuan mengurangi aliran ke paru hanya dilakukan pada
bayi dengan VSD multipel atau dengan berat badan yang belum mengijinkan
untuk tindakan operasi jantung terbuka.
ASD
ASD sekundum
Defek yerjadi pada fossa ovalis
ASD dengan defek sinus venosus superior
Defek terjadi dekat muara VCS, sehingga terjadi koneksi biatrial. Vena
pulmonalis sering mengalami anomaly dan bermuara di VCS. Dapat juga
terjadi defek sius venosus tipe VCI dengan lokasi di bawah foramen ovale
dan bergabung dengan dasar VCI
Defek septum atrium primum
Merupakan bagian dari defek septum atrium ventricular dan pada bagian
atas berbatas dengan fossa ovalis sedangkan bagian bawahnya dengan
katup atrioventriular.
[LBM 4,MODUL 10,SGD 10] AFRINA LUSIA
Hemodinamik
Akibat yang ditimbulkan karena ASD sangat tergantung dari besar dan
lamanya pirau serta resistensi vascular paru. Ukuran defek sendiri tidak
banyak berperan dalam menentukan besaran dan arah pirau.
Tidak terdapat gradient antara atrium dextra dan sinistra, maka aliran
darah akan tergantung dengan besarnya resistensi. Oleh karena ventrikel
dextra lebih tipis, akan terjadi pirau dari atrium sinistra ke atrium dextra
kemudian ke ventrikel dextra. Terjadi beban volume yang berlebihan pada
atrium dan ventrikel dextra dan terjdi perubahan konfigurasi diastole ke
ventrikel kiri, karena septum ventrikel akan mencembung ke arah kiri.
[LBM 4,MODUL 10,SGD 10] AFRINA LUSIA
[LBM 4,MODUL 10,SGD 10] AFRINA LUSIA
Koarktasio Aorta
Paad pemerikasaan fisik tekanan darah sistolik lebih tinggi pada lengan
dibandingkan pada tungkai tetapi tekanan diastolic sama. Pulsasi arteri femoralis
akan lebih lemah dan terlambat dibandingkan a. redialis. Dapat teraba thrill
sistolik pada daerah suprasternal.
Teralogy of Fallot
[LBM 4,MODUL 10,SGD 10] AFRINA LUSIA
-VSD
-overriding aorta aorta menerima darah dari ventrikel kanan atau dari lubang
pada septum
Stenosis pulmonal darah dari VCS & VCI tertampung di ventrikel dextra
masuk ke aorta tanpa ke ventrikel sinistra hipertrofi ventrikel dextra adanya
VSD menimbulkan shunt kanan ke kiri sianosis
[LBM 4,MODUL 10,SGD 10] AFRINA LUSIA
[LBM 4,MODUL 10,SGD 10] AFRINA LUSIA
Ada 2 macam :
karena itu transposisis ini dikenal sebagai transposisi lengkap dan secara
fisiologis tak terkoreksi.
2. Transposisi pembuluh darah besar terkoreksi
Terjdi atrioventricular dan ventricular discordance. Posisis ventrikel
terbalik, ventrikel yang secara morfologis ventrikel kanan berada di kiri,
begitu juga sebaliknya.
Terapi :
Bila anak sudah cukup besar biasanya pada umur antara 3-6 tahun,
dilakukan operasi koreksi, biasanya dipakai cara Mustard, yaitu operasi
membalik atrium. Sekarang banyak dipakai prosedur pemutaran arteri,
yang pertama dilakukan dengan berhasil oleh Jatene.
[LBM 4,MODUL 10,SGD 10] AFRINA LUSIA
Sumber : Buku Ajar Kardiologi Anak, Ikatan Dokter Indonesia Anak,1994 dan
Leman, Saharman.2007.’Demam Rematik dan Penyakit Jantung Rematik’, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV Jilid III. Jakarta: Penerbitan FKUI Pusat
patofisiologi
manifestasi
Sianosis adalah manifestasi klinis tersering dari PJB simptomatik pada
neonatus. Sianosis tanpa disertai gejala distres nafas yang jelas
hampir selalu akibat PJB, sebab pada kelainan parenkhim paru yang
sudah sangat berat saja yang baru bisa memberikan gejala sianosis
dengan demikian selalu disertai gejala distres nafas yang berat.
ringan akibat PJB. Sianosis perifer bila disertai bising inoccent dapat
menyesatkan dugaan adanya PJB sianotik.
Non Sianotik
Pada neonatus dengan PJB non sianotik, selama tahanan arteri
pulmonalis masih tinggi,
defek jantung yang ada belum menimbulkan perubahan aliran darah
dari sistemik ke paru. Setelah 4-12 minggu postnatal, pada saat
terjadi penurunan tahanan arteri pulmonalis sampai menuju nilai
normal, defek jantun yang dan akan menimbulkan perubahan aliran
darah yaitu yang seharusnya ke sistemik berubah menuju ke paru.
Pada saat inilah baru terjadi pirau kiri ke kanan disertai
gejala klinis berupa mulai terdengarnya bising sampai gagal jantung
dengan gejala utama takipnea.
2. Pemeriksan Fisik :
• Auskultasi : harus dilakukan pertama kali sebelum bayi menangis
Frekuensi meningkat dan irama denyut jantung tidak teratur,
suara jantung II mengeras atau tidak terdengar, terdengar bising
jantung (kualitas, intensitas, timing, lokasi), gallop. Tidak semua
bising jantung pada
4 neonatus adalah PJB dan tidak semua neonatus dengan PJB
terdengar bising jantung.
• Sianosis sentral, penurunan perfusi perifer, hiperaktivitas
prekordial, thrill, pulse dan tekanan darah ke 4 ekstremitas berbeda
bermakna, takipnea, takikardia, edema.
Tidak semua gejala tersebut timbul pada masa neonatus dan tidak
semua neonatus dengan gejala tersebut memerlukan tindakan
spesifik yang harus segera dilaksanakan tapi memerlukan
pemeriksaan tambahan, yaitu :
3. Pemeriksaan tambahan :
• Foto polos dada : adanya kelainan letak, ukuran dan bentuk
jantung, vaskularisasi paru, edema paru, parenkim paru, letak gaster
dan hepar.
• Elektrokardiografi : adanya kelainan frekuensi, irama, aksis
gelombang P dan QRS, voltase di sandapan prekordial.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
1. Penempatan pada lingkungan yang nyaman dan fisiologis (suhu 36,5-37o C dan
kelembaban sekitar 50%).
2. Pemberian oksigen
Oksigen sering diberikan pada neonatus yang dicurigai menderita PJB tanpa
mempertimbangkan tujuan dan dampak negatifnya. Pemberian oksigen
pada neonatus mengakibatkan vasokonstriksi arteria sistemik dan
vasodilatasi arteria pulmonalis, hal ini memperburuk PJB dengan pirau kiri
ke kanan. Pemberian oksigen pada neonatus ductus dependent sistemic
circulation atau ductus dependent pulmonary circulation malah
mempercepat penutupan duktus dan memperburuk keadaan. Pada kedua
kondisi tersebut lebih baik mempertahankan saturasi oksigen tidal lebih
dari 85% dengan udara kamar (0,21% O2).
Saturasi oksigen neonatus dengan PJB sianotik selalu rendah dan tidak akan
meningkat secara nyata dengan pemberian oksigen. Namun demikian, pada
neonatus yang mengalami distres, akan mengganggu ventilasinya dan
gangguan ini dapat akan berkurang dengan pemberian oksigen yang
dilembabkan dengan kecepatan 2-4 liter per menit dengan masker atau
kateter nasofaringeal. Pada neonatus dengan distres nafas yang berat maka
bantuan ventilasi mekanik sangat diperlukan.
Harus dipertahankan dalam status normovolemik sesuai umur dan berat badan.
Pada neonatus yang dengan distres ringan dengan pertimbangan masih dapat
diberikan masukan oral susu formula dengan porsi kecil tapi sering. Perlu
perhatian khusus pada PJB kritis terhadap gangguan reflex menghisap dan
pengosongan lambung serta risiko aspirasi. Pemberian melalui sonde akan
menambah distres nafas dan merangsang reflex vagal. Pada kondisi shock,
pemberian cairan 10 – 15 ml/kgBB dalam 1-2 jam, kemudian dilihat respons
terhadap peningkatan tekanan darah, peingkatan produksi urine dan tanda vital
yang lain. Disfungsi miokard akibat asfiksia berat memerlukan pemberian
dopamin dan dobutamin.
[LBM 4,MODUL 10,SGD 10] AFRINA LUSIA
4. Pemberian prostaglandin E1
Setiap bayi umur kurang dari 2 minggu yang dicurigai dengan PJB sianosis
(ductus dependent pulmonary circulation). Tujuan : meningkatkan aliran
darah ke paru (Atresia pulmonal, pulmonal stenosis yang berat, atresia
trikuspid) atau meningkatkan tekanan atrium kiri agar terjadi pirau kiri ke
kanan sehingga oksigenasi sistemik menjadi lebih baik (transposisi
pembuluh darah besar).
Setiap bayi umur kurang dari 2 minggu yang disertai syok, pulsasi perifer
lemah atau tak teraba, kardiomegli dan hepatomegali (ductus dependent
systemic circulation). Tujuan : meningkatkan aliran darah ke arteri sistemik
(aorta stenosis yang kritis, koartasio aorta, transposisi pembuluh darah
besar, interrupted arkus aorta atau hipoplastik jantung kiri).
Bila keadaan sudah stabil kembali maka dapat dimulai lagi dosis awal, bila tidak
terjadi efek samping pada pemberian dosis 0,05 mikrogram/kgBB/menit tersebut,
maka dosis dapat diturunkan sampai 0,01 mikrogram/kgBB/menit atau lebih
rendah sehingga tercapai dosis minimal yang efektif dan aman. Selama pemberian
prostaglandin E1 perlu disiapkan ventilator dan pada sistem infusion pump tidak
boleh dilakukan flushed. Harus dipantau ketat terhadap efek samping lainnya
yaitu : disritmia, diare, apnea, hipoglikemia, NEC, hiperbilirubinemia,
trombositopenia dan koagulasi intravaskular diseminata, perlu juga diingat
kontraindikasi bila ada sindroma distres nafas dan sirkulasi fetal yang persisten.
Bila ternyata hasil konfirmasi diagnosis tidak menunjukkan PJB maka pemberian
prostaglandin E1 segera dihentikan.
[LBM 4,MODUL 10,SGD 10] AFRINA LUSIA
Telah dicoba pemakaian prostaglandin E2 per oral, mempunyai efek yang hampir
sama dengan prostaglandin E1, lebih praktis dan harganya lebih murah. Pada
awalnya diberikan setiap jam, namun bila efek terapinya sudah tercapai, maka
obat ini dapat diberikan tiap 3-4 jam sampai 6 jam. Dapat mempertahankan
terbukanya duktus dalam beberapa bulan, namun duktus akan menutup bila
pemberiannya dihentikan.
Untuk neonatus usia 2-4 minggu, walaupun angka kesuksesan rendah , masih
dianjurkan pemberian prostaglandin E1 . Bila dalam 1-2 jam setelah pemberian
dosis maksimum (0,10 mikrogram/kgBB/menit) ternyata tidak terjadi reopen
duktus, maka pemberiannya harus segera distop dan direncanakan untuk urgent
surrgical intervention.
Bila gagal jantung telah dapat ditegakkan, maka obat pertama yang harus
diberikan adalah diuretik dan pembatasan cairan, biasanya furosemid dengan
dosis awal 1 mg/kgBB yang dapat diberikan intravena atau per oral, 1 sampai 3
kali sehari.
Disritmia jantung sering menyertai hipoksemia berat, bila hipoksemia berat telah
dikurangi dan kelainan metabolik lainnya dikoreksi, maka disritmianya biasanya
akan menghilang dengan sendirinya. Tidak dianjurkan memberikan obat anti
disritmia tanpa memperbaiki hipoksemia dan kelainan metabolik lainnya yang
menyertai, selain tidak bermanfaat juga malah menimbulkan disritmia jenis lain
yang lebih membahayakan.
10.Sirkulasi jantung
[LBM 4,MODUL 10,SGD 10] AFRINA LUSIA
Sekat jantung utama terbentuk antara hari ke-27 dan ke-37 perkembangan
mudigah, ketika mudigah mengalami pertumbuhan panjang dari 5 mm
hingga kurang lebih 16-17 mm. Sekat jantung dapat terbentuk melalui dua
cara,
yang pertama adalah dengan cara dua massa jaringan yang sedang
tumbuh aktif saling mendekat hingga menjadi satu, bisa hanya satu massa
sel saja yang aktif ataupun keduanya. Pembentukan semacam ini
tergantung pada sintesis dan desposisi matriks-matriks ekstraseluler dan
proliferasi sel. Dan terdapat massa yang tumbuh di daerah
atrioventrikuler dan konotrunkal yang disebut dengan bantal-bantal
endokardium.
Cara pembentukan yang kedua adalah dengan tidak melibatkan bantal-
bantal endokardium jika segaris kecil jaringan di dinding atrium atau
ventrikel gagal bertumbuh sedangkan daerah di kanan kirinya meluas
kemudian terbentuk sebuah rigi yang sempit di antara kedua bagian yang
sedang meluas tersebut. Sekat semacam ini terbentuk untuk memisahkan
sebagian atrium dan ventrikel. (Suyono, 1997)
Septum Atrium
Pertumbuhan septum primum dari dinding dorsal rongga atrium komunis kea rah bantalan
endokardium (yang memisahkan antara atrium dengan ventrikel) pertumbuhan berhenti
sejanak (belum tertutup sempurna Ostium Primum Apoptosis septum atrium bagian atas
bentuk celah/lubang Ostium Secundum muncul septum secundum di sebelah kanan
septum primum;juga dari arah bantalan endocardium mengelilingi ostium secundum
foramen ovale Ostoum primum menutup sempurna.
Septum primum berfungsi sebagai katup satu-arah yang memungkinkan darah terus memngalir
dari kanan ke kiri selama kehidupan intrauterus.
Lahir resistensi vascular paru turun tekanan arteri sistemik meningkat (karena tingginya
kadar O2 saat bernapas pertama kali) fusi sempurna antara septum primum dengan
secundum fossa ovalis
[LBM 4,MODUL 10,SGD 10] AFRINA LUSIA