Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

VESIKOLITHIASIS

A. Anatomi dan Fisiologis


1. Anatomi

Vesika urinaria merupakan kantong muscular yang berfungsi untuk


menampung sementara urine, terletak didalam cavum pelvis, tepat
dorsal os pubis. Vesika urinaria dengan os pubis dipisahkan adanya
spatium rotropubic cavum retzii. Di dorsal vesika urinaria, pada laki-
laki terdapat rectum dan pada wanita ada uterus, portio supravaginalis
dan vagina. Bentuk dan ukuran vesika urinaria dipengaruhi oleh derajat
pengisian dan organ di sekitarnya. Vesika urianaria inferior pad wanita
berhadapan dengan diafragma pelvis dan pada laki-laki berhadapan
dengan prostate.
Pada permukaan dalam vesika urinaria terdapat dua osteum
uorteris dan satu ostium urethrae. Di antara ke tiga trigonum visicae
licin, rata dan melekat erat dengan banguan yang ada di superficialnya.
Di lantai trigonum visicae terdapat musculus trigonalis, muculus ini
merupakan lanjutan tunika muscularis ureter. Musculus trigonalis ke
anterior, mengadakan kondensasi membentuk uvula visicae pada tepi
otium medius prostate, atau oleh kedua bangunan tersebut secara
bersamaan. Di antara kedua ostium ureteris terdapat plica interuretica
yang ditimbulkan oleh lanjutan stratum longitudinale tunika muscularis
ureter.
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot
yang kuat, berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis medius.
Bagian vesika urinaria terdiri dari :
a. Fundus yaitu bagian yang menghadap ke belakang dan
bawah. Bagian ini terpisah dari rectum oleh spatium rectovesikale
yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan
prostate.
b. Korpus yaitu bagian antara verteks dan fundus.
c. Verteks, bagian yang ke arah muka dan berhubungan
dengan ligamentum vesika umbilikalis.Mukosa kandung kemih
terdiri atas lapisan epitel transitional yang tebal (5-8 lapis sel)
dengan sel-sel basal yang berbentuk torak. Permukaan mukosa
lumen kandung kemih ini mensekresi suatu lapisan
clicosaminoglycans, yang merupakan suatu protein yang melindungi
kandung kemih dari infiltrasi bakteri atau zat-zat yang bersifat
karsinogenik..

Di bawah lapisan mukosa terdapat lapisan tunika propia yang


longgar, di sini sering dijumpai serbukan tunika muskularis yang terdiri
atas otot-otot polos yang tersebar merata dimana pada muara ureter dan
uretra otot ini lebih padat dan membentuk spingter. Lapisan paling luar
adalah lapisan sorosa, yang berupa selaput tipis dan hanya terdapat pada
bagian kandung kemih yang berhubungan dengan peritoneum.
Peritoneum dapat digerakan membentuk lapisan dan menjadi lurus
apabila kandung kemih berisi penuh.

2. Fisiologis
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis sepertti balon
karet, terletak di belakang simpisis pubis di dalam rongga pangul.
Memiliki 2 fungsi yaitu sebagai tempat penyimpanan kemih sebelum
meninggalkan tubuh dan dibantu oleh urethra kandung kemih berfungsi
mendorong kemih keluar tubuh.
Proses miksi (rangsangan berkemih) yaitu distensi kandung kemih,
oleh air kemih akan merangsang stress dengan jumlah ± 250 cc sudah
cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan
terjadi refleks kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang
sama terjadi relaksasi spinter internus, segera diikuti oleh relaksasi
spinter eksterus, akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan
relaksasi spinter internus. Dihantarkan melalui serabut-serabut saraf
para simpatis. Kontraksi spinter eksternus secara volunter bertujuan
untuk mencegah atau menghentikan miksi, control volunter ini hanya
mungkin bila saraf-sarat yang menangani kandung kemih urethra,
medulla spinalis dan otak masih utuh. Bila ada kerusakan pada saraf-
saraf tersebut maka akan terjadi inkontensia urine (urine keluar terus-
menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).

B. Pengertian
Batu perkemihan dapat timbul pada berbagai tingkat dari system
perkemihan (ginjal, ureter, kandung kemih), tetapi yang paling sering
ditemukan ada di dalam ginjal (Basuki, 2009).
Vesikolithiasis merupakan batu yang menghalangi aliran air kemih
akibat penutupan leher kandung kemih, maka aliran yang mula-mula
lancar
secara tiba-tiba akan berhenti dan menetes disertai dengan rasa nyeri
(Effendi, 2010).

C. Etiologi
Menurut (Basuki, 2009) bahwa, batu kandung kemih disebabkan
infeksi, statis urin dan periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan
perubahan metabolisme kalsium). Faktor- faktor yang mempengaruhi
menurut batu kandung kemih (Vesikolithiasis) adalah
1. Hiperkalsiuria
Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan karena,
hiperkalsiuria idiopatik (meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan
tinggi natrium, kalsium dan protein), hiperparatiroidisme primer,
sarkoidosis, dan kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium.
2. Hipositraturia
Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air
kemih, khususnya sitrat, disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal
tipe I (lengkap atau tidak lengkap), minum Asetazolamid, dan diare dan
masukan protein tinggi.
3. Hiperurikosuria
Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat memacu
pembentukan batu kalsium karena masukan diet purin yang berlebih.
4. Penurunan jumlah air kemih

Dikarenakan masukan cairan yang sedikit.

5. Jenis cairan yang diminum

Minuman yang banyak mengandung soda seperti soft drink, jus apel
dan jus anggur.

6. Hiperoksalouria

Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini


disebabkan oleh diet rendah kalsium, peningkatan absorbsi kalsium
intestinal, dan penyakit usus kecil atau akibat reseksi pembedahan yang
mengganggu absorbsi garam empedu.
7. Ginjal Spongiosa Medula

Disebabkan karena volume air kemih sedikit, batu kalsium idiopatik


(tidak dijumpai predisposisi metabolik).

8. Batu Asan Urat

Batu asam urat banyak disebabkan karena pH air kemih rendah, dan
hiper urikosuria (primer dan sekunder).

9. Batu Struvit

Batu struvit disebabkan karena adanya infeksi saluran kemih dengan


organisme yang memproduksi urease.

Kandungan batu kemih kebayakan terdiri dari :


1. 75 % kalsium.
2. 15 % batu tripe/batu struvit (Magnesium Amonium Fosfat).
3. 6 % batu asam urat.
4. 1-2 % sistin (cystine).

D. Manifestasi Klinis

1. Kencing kurang lancar tiba-tiba terhenti sakit yang menjalar ke penis


bila pasien merubah posisi kencing lama, pada anak-anak mereka akan
berguling-guling dan menarik penis.

2. Kalau terjadi infeksi ditemukan tanda : sistitis, kadang-kadang terjadi


hematuria.

3. Adanya nyeri tekan suprasimpisis karena infeksi / teraba adanya urine


yang banyak (retensi).

4. Hanya pada batu besar yang dapat diraba secara bimanual.

5. Pada pria di atas 50 tahun bisanya ditemukan pembesaran prostat.


6. Demam akibat obstruksi saluran kemih memerlukan dekompensasi
segera.

7. Koliks.
8. Rasa terbakar pada saat ingin kencing dan setelah kencing.

E. Patofisiologi
Kelainan bawaan atau cidera, keadan patologis yang disebabkan
karena infeksi, pembentukan batu disaluran kemih dan tumor, keadan
tersebut sering menyebabkan bendungan. Hambatan yang menyebabkan
sumbatan aliran kemih baik itu yang disebabkan karena infeksi, trauma
dan tumor serta kelainan metabolisme dapat menyebabkan penyempitan
atau struktur uretra sehingga terjadi bendungan dan statis urin. Jika sudah
terjadi bendungan dan statis urin lama kelamaan kalsium akan mengendap
menjadi besar sehingga membentuk batu (Syaifudin, 2009).
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang kemudian dijadikan dalam beberapa teori (Muttaqin, 2012) :
1. Teori Supersaturasi
Tingkat kejenuhan komponen-komponen pembentuk batu ginjal
mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap
menyebabkan terjadinya agregasi kristal dan kemudian menjadi batu.

2. Teori Matriks
Matriks merupakan mikroprotein yang terdiri dari 65 % protein, 10 %
hexose, 3-5 hexosamin dan 10 % air. Adanya matriks menyebabkan
penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.
3. Teori Kurangnya Inhibitor
Pada individu normal kalsium dan fosfor hadir dalam jumlah yang
melampaui daya kelarutan, sehingga membutuhkan zat penghambat
pengendapan. Fosfat mukopolisakarida dan fosfat merupakan
penghambatpembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka
akan mudah terjadi pengendapan.
4. Teori Epistaxy
Merupakan pembentuk batu oleh beberapa zat secara bersama-sama.
Salah satu jenis batu merupakan inti dari batu yang lain yang
merupakan
pembentuk pada lapisan luarnya. Contoh ekskresi asam urat yang
berlebih dalam urin akan mendukung pembentukan batu kalsium
dengan bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium.
5. Teori Kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari bermacam-macam teori diatas.

F. Pathway

Dehidrasi Pe↑ bahan organik Pe↑ kalsium, Pe↑


akibat ISK / urine oksalat, Pe↑ekresi
Pe↑ konsentrasi statis asam urat, Pe↑ ureum
larutan urine

Pembentukan batu

Ginjal

Ureter
Vesika Urinaria

Vesikolithiasis

obstruksi

Pengeluaran urine terganggu

Retensi urin

Dx Kep : Perubahan Eliminasi Urine Vesika Urinaria penuh

Otot detrusor berkontraksi

Urine tidak dapat


dikeluarkan karena
adanya obstruksi
Kontraksi meningkat

Menekan saraf

Nyeri

Dx Kep: Dx Kep: Dx Kep: Bising usus me

Intoleransi Gangguan Nyeri


Distensi abdominal
Aktivitas Pola Tidur Akut

Mual muntah

Dx Kep:
Kekurangan
G. Pemeriksaan Penunjang Volume Cairan
Menurut Muttaqin (2012) pemeriksaan penunjangnya dilakukan meliputi
pemeriksaan:
1. Urine
a. pH, Lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area
splitting, organisme dapat berbentuk batu magnesium amonium
phosphat, pH yang rendah menyebabkan pengendapan batu asam
urat.
b. Sedimen, sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita
dengan batu, bila terjadi infeksi maka sel darah putih akan
meningkat.
c. Biakan urin, Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi
dalam proses pembentukan batu saluran kemih.d Ekskresi kalsium,
fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah terjadi
hiperekskresi.
2. Darah
a. Akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.

b. Lekosit terjadi karena infeksi.

c. Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.

d. Kalsium, fosfat dan asam urat.

3. Radiologis

a. Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi
bendungan atau tidak.

b. Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada
keadaan ini dapat dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan
dengan antegrad pielografi tidak memberikan informasi yang
memadai.

4. USG (Ultra Sono Grafi)


Untuk mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan ginjal.

H. Komplikasi
Komplikasi yang disebabkan dari vesikolithiasis adalah sebagai berikut
(Muttaqin, 2012) :
1. Sistem Pernafasan
Atelektasis bias terjadi jika ekspansi paru yang tidak ade kuat karena
pengaruh analgetik, anestesi, dan posisi yang dimobilisasi yang
menyebabkan ekspansi tidak maksimal. Penumpukan secret dapat
menyebab kan pnemonia, hipoksia terjadi karena tekanan oleh agens
analgetik dan anestesi serta bias terjadi emboli pulmonal.
2. Sistem Sirkulasi
Dalam system peredaran darah bias menyebabkan perdarahan karena
lepasnya jahitan atau lepasnya bekuan darah pada tempat insisi yang
bias menyebabkan syok hipovolemik. Statis vena yang terjadi karena
duduk atau imobilisasi yang terlalu lama bias terjadi trombo flebitis,
statis vena juga bisa menyebabkan trombus atau karena trauma
pembuluh darah.
3. Sistem Gastrointestinal
Akibat efek anestesi dapat menyebabkan peristaltic usus menurun
sehingga bias terjadi distensi abdomen dengan tanda dan gejala
meningkatnya lingkar perut dan terdengar bunyi timpani saat diperkusi.
Mual dan muntah serta konstipasi bisa terjadi karena belum normalnya
peristaltik usus.
4. Sistem Genitourinaria
Akibat pengaruh anestesi bias menyebabkan aliran urin involunter
karena hilangnya tonus otot.
5. Sistem Integumen
Perawatan yang tidak memperhatikan kesterilan dapat menyebabkan
infeksi, buruknya fase penyembuhan luka dapat menyebabkan dehisens
luka dengan tanda dan gejala meningkatnya drainase dan penampakan
jaringan yang ada dibawahnya. Eviserasi luka/kelurnya organ dan
jaringan internal melalui insisi bias terjadi jika ada dehisens luka serta
bisa terjadi pula surgical mump (parotitis).
6. Sistem Saraf
Bisa menimbulkan nyeri yang tidak dapat diatasi.

I. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)
Atau Litrottipsi gelombang kejut ekstrokoproreal adalah prosedur
non infasif yang digunakan untuk menghancurkan batu di koliks
ginjal. Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil, seperti
pasir sisa-sisa batu tersebut dikeluarkan secara spontan.
b. Metode endourologi pengangkatan batu
Bidang endourologi mengembangkan ahli radiologi dan urologi
untuk mengangkat batu renal tanpa pembedahan.
c. Uretroskopi
Uretroskopi mencangkup visualisasi dan akses ureter dengan
memasukan suatu alat uretroskop melalui sistokop. Batu dapat
dihancurkan dengan mengunakan laser, lithotrispsi elektrohidrolik
atau ultrasound kemudian diangkat.
d. Pelarutan batu
Infus cairan kemolitik (misal : agen pembuat basa (acylabina) dan
pembuat asam (acydifyng). Untuk melarutkan batu dapat dilakukan
sebagai alternatif penanganan terapi pasien kurang beresiko terhadap
terapi lain dan menolak metode lain atau mereka yang memiliki batu
yang mudah larut (struvit)
e. Pengangkatan batu pada kandung kemih
Dengan cara : vesikolitotomi (pengangkatan batu pada kandung
kemih).

2. Keperawatan
a. Penanganan nyeri
Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau reteral adalah untuk
mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan : morfin
diberikan untuk mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang luar
biasa. Mandi air panas atau air hangat di area panggul dapat
bermafaat.
b. Terapi nutrisi dan medikasi
Terapi nutrisi berperan penitng dalam mencegah batu renal. Masukan
cairan yang adekuat dan menghindari makanan tertentu dalam diet
yang merupakan bahan utama pembentuk babtu (misal : kalsium)
efektif untuk mencegah pembentukan batu atau lebih jauh
meningkatkan ukuran batu yang telah ada.
Beberapa terapi medikasi menurut jenis batunya, antara lain :
1) Batu kalsium dapat diturunkan dengan diet rendah kalsium,
amonium klorida atau asam asetohidroksemik (lithostat)
2) Batu fosfat dapat diturunkan dengan jeli aluminium hidroksida
3) Batu urat / asam urat dapat diturunkan dengan allofurinol
(zyloprime).
4) Batu osksalat bisa diturunkan dengan pembatasan pemasukan
oksalat, terapi gelombang kejut ekstrokoproreal, pengangkatan
batu perkutan atau uretroskopi .

J. Pengkajian Keperawatan yang Diperlukan


1. Demografi
a. Usia
Paling sering didapatkan pada usia 30 sampai 50 tahun
b. Jenis kelamin
Banyak ditemukan pada pria dibandingkan wanita
c. Suku/bangsa
Banyak ditemukan pada bangsa Asia dan Afrika.
d. Pekerjaan
Orang yang pekerjaan banyak duduk / kurang aktivitas (sedentary
life)
2. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama yang se ring terjadi pada Pasien dengan batu kandung
kemih adalah nyeri pada kandung kemih yang menjalar ke penis, berat
ringannya tergantung pada lokasi dan besarnya batu, dapat terjadi
nyeri/kolik renal. Pasien dapat juga mengalami gangguan
gastrointestinal dan perubahan dalam eliminasi urine.
3. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh penderita
yuang mungkin berhubungan dengan batu saluran kemih antara lain
infeksi kemih, hiperparatirodisme, penyakit inflamasi usus, gout,
keadaan-keadaan yang mengakibatkan hiperkaslemia, immobilisasi
lama dan dehidrasi.
4. Riwayat penyakit keluarga
Beberapa penyakti atau kelainan yang sifatnya herediter dapat menjadi
penyebab terjadinya batu ginjal antara lain riwayat keluarga dengan
renal
tubular acidosis (RTA), cystinuria, xanthinuria, dan
dehidroxinadeninuria.
5. Pola fungsional

a. Pola persepsi dan pemerliharaan kesehatan

Pasien bisanya tinggal pada lingkungan dengan temperatur panas


dan lingkungan dengan kadar kalsium yang tinggi pada air. Terdapat
riwayat penggunan alkohol, obat-obatan seperti antibiotik, anti
hipertensi, natrium bikarbonat, alupurinol dan sebagainya. Aktivitas
olah raga tidak penah dilakukan.

b. Pola nutrisi dan metabolisme


Adanya asupan dengan diit tinggi purin, kalisum oksalat, dan fosfat.
Terdapat juga ketidakcukupan intake cairan. Pasien dengan batu
kandung kemih dapat mengalami mual/muntah, nyeri tekan
abdomen.
c. Pola eliminasi
Pada Pasien dengan batu kandung kemih terdapat riwayat adanya
ISK kronis, adanya obtruksi sebelumnya sehingga dapat mengalami
penurunan haluaran urine, kandung kemih terasa penuh, rasa
terbakar saat berkemih, sering berkemih dan adanya diare.
d. Pola istirahat tidur
Pasien dengan batu kandung kemih dapat mengalami gangguan pola
tidur apabila nyeri timbul pada malam hari/saat tidur.
e. Pola aktivitas
Adanya riwayat keterbatasan aktivitas, pekerjaan monoton ataupun
imobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya (contoh
penyakit tak sembuh, cedera medulla spinalis).
f. Pola hubungan dan peran
Didapatkan riwayat pasien tentang peran dalam keluarga dan
masyarakat. Interaksi dengan keluarga dan orang lain serta hubungan
kerja, adakah perubahan atau ganguan.
g. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien dapat melaporkan adanya keresahan gugup atau kecemasan
yang dirasakan sebagai akibat kurangnya pengetahuan tentang
kondisi, diagnosa dan tindakan operasi.
h. Pola kognitif-perseptual
Didapatkan adanya keluhan nyeri, nyeri dapat akut ataupun kolik
tergantung lokasi batu.
i. Pola repdoduksi dan seksual
Dikaji tentang pengetahuan fungsi seksual, adakah perubahan dalam
hubungan seksual karean perubahan kondisi yang dialami.
j. Pola koping dan penanganan stress
Dikaji tentang mekanisme pasien terhadap stress, penyebab stressnya
yang mungkin diketahui, bagaimana mengambil keputusan.
k. Pola tata nilai dan kepercayan
Bagaimana praktek religius pasien (type, frekuensi) dengan apa
(siapa) pasien mendapat sumber kekuatan/makna.
6. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital
Peningkatan tekanan dan nadi, peningkatan suhu bila dijumpai
infeksi
b. Kulit
Hangat dan kemerahan, pucat
c. Abdomen
Adanya nyeri tekan abdomen, distensi abdominal, penurunan atau
tidak adanya bising usus.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Urinalisa
Warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah : secarea umum
menunjukkan SDM, SDP, kristal (sistin, asa, urat, kalsium osakat),
serpihan, mineral, bakteri, PUS : pH mungkin asam (peningkatan
magnesium, fosfat ammonium / batu kalsium fosfat.
b. Urine 24 jam
Kreatinin, asam urat, kalisum, fosfat, oksalat/sistin mungkin
meningkat.
c. Kusltur urine
Mungkin menunjukkan ISK ((Stapylococcus Aureus, proteus,
klebseila, pseudomonas)
d. Survei biokimia
Peningkatan kadar magnesium, kalisum, asam urat, protein,
elektrolit.
e. BUN/kreatinin serum dan urine
Abnormal (tinggi pada serum / rendah pada urine) sekunder
tingginya batu osbtruksi pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
f. Kadar klorida dan bikarbonat serum
Peningkatan kadar klorida dan penurunan kadar bikarbinat
menunjukkan tarjadinya asidosis tubulus ginjal
g. Hitung darah lengkap
1) Sel darah putih, mungkin meningkat menunjukkan infeksi /
septilumia.
2) Se; darah merah biasanya normal
h. Hb/Ht
Abnormal bila pasien dehidrasi berat / polisitenia terjadi (mendorong
presipitasi pemadatan) /anemia (peradarahan, disfungsi/gagl ginjal)
i. Hormon paratiroid
Mungkin meningkat jika gagal ginjal (PTH merangsang reabsorbsi
kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine
j. Foto rotgen KUB
Menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomic pada area
ginjal dan sepanjang ureter.
k. IVP
Memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri
abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur
anatomic (distensi ureter) dan garis bentuk kalkuli.
l. Sistouterkopi
Visualisasi langsung kandung kemih dapat menunjukkan batu /efek-
efek obtruksi.

K. Diagnosa Keperawatan yang Muncul Berdasarkan NANDA


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
2. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi
kandung kemih oleh batu, obtruksi mekanik, inflamasi.
3. Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan
mual/muntah.
4. Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor internal :proses
penyakit, stres psikologis, ketidakaktifan.
L. Rencana Keperawatan Meliputi Tujuan Keperawatan dan
Intervensi berdasarkan NOC dan NIC
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis
Tujuan :
Rasa nyeri berkurang/hilang
KH :
a. Menunjukan nyeri berkurang sampai hilang
b. Ekspresi wajah rileks
c. Skala nyeri 3
Intervensi :
a. Catat lokasi, lamanya intensitas nyeri (skala nyeri 0 – 10)
dan penyebarannya
Rasional : membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan
gerakan kulkus. Nyeri panggul sering menyebar, nyeri tiba-tiba dan
hebat dapat mencetuskan ketakutan, gelisah dan ansietas sampai
tingkat berat/panic.
b. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke
perawat terhadap perubahan kejadian/karakteristik nyeri
Rasional : memberikan kesempatan untuk pemberian analgesic
sesuai waktu (membantu meningkatkan koping pasien dan dapat
menurunkan ansietas.
c. Berikan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan seperti
pijatan punggung, lingkungan, dan istirahat.
Rasional : memberikan relaksasi, menurunkan ketegangan otot dan
meningkatkan koping.
d. Bantu/dorong penggunaan nafas berfokus, bimbingan
imajinasi dan aktivitas terapeutik
Rasional : mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam
relaksasi otot
e. Kolaborasi, berikan obat sesuai indikasi
Rasional : biasanya diberikan pada episode akut untuk menurunkan
kolik uretral dan meningkatkan relaksasi otot.

2. Perubahan eleminasi berhubungan dengan stimulasi kandung kemih


oleh batu, obstruksi mekanik, inflamasi.

Tujuan :

pasien berkemih dengan jumlah normal dan pola biasa /tidak ada
gangguan

KH :
a. Jumlah urine 1500 ml/24jam dan pola biasa,
b. Tidak ada distensi kandung kemih dan edema
Intervensi :
a. Monitor pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik
urine
Rasional : Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya
komplikasi, contoh infeksi dan pendarahan.
b. Tentukan pola berkemih norml pasien dan perhatikan
variasi
Rasional : Kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang
menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera.
c. Dorong pasien untuk meningkatkan pemasukan cairan
Rasional : peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah dan debris
dan dapat membantu lewatnya batu.
d. Periksa semua urine, catat adanya keluaran batu dan kerem
ke laboratorium untuk dianalisa.
Rasional : penemuan batu meningkatkan identifikasi tipe batu dan
mempengaruhi pilihan terapi.
e. Selidiki keluhan kandungan kemih penuh : palpasi untuk
distensi suprapubik.
Rasional : retensi urin dapat terjadi, menyebabkan distensi jaringan
(kandung kemih atau ginjal), dan potensial resiko infeksi, gagal
ginjal.
f. Kolaborasi berikan obat sesuai indikasi : alupurenol (ziloprim),
asetazolamid (diamox)
Rasional : meningkatkan pH urine (alkalinitas), untuk menurunkan
batu asam.

3. Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan mual, muntah

Tujuan :

Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan adekuat

KH :

a. tekanan darah 120/85 mmHg


b. nadi 60-100x/menit
c. BB dalam rentang normal
d. Membran mukosa lembab
e. Turgor kulit baik
Intervensi :
a. Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan
Rasional : membantu dalam evaluasi adanya atau derajat statis atau
kerusakan ginjal.
b. Catat insiden muntah, diare. Perhatikan karakteristik dan
frekuensi muntah/diare, jaga kejadian yang menyertai/mencetuskan
Rasional : pencatatan dapat membantu mengesampingkan kejadian
abdominal lain yang menyebebabkan nyeri atau menunjukkan
kalkulus.
c. Tingkatkan pemasukan cairan sampai 3-4 L/hari dalam
toleransi jantung.
Rasional : mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostatis
juga tindakan “mencuci” yang dapat membilas batu keluar.
d. Awasi tanda vital, evaluasi nadi, pengisian kapiler, turgor
kulit dan membrane mukosa.
Rasional : indikator hidrasi atau volume sirkulasi dan kebutuhan
intervensi.
e. Berikan obat sesuai dengan indikasi : antiemetik, contoh :
proklorperazin (compazin)
Rasional : menurunkan mual muntah
4. Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
Tujuan :
Pola aktivitas terpenuhi
KH :
Pasien menunjukkan pola aktivitas
Intervensi :
a. Kaji kemempuan pasien untuk melakukan tugas
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi atau bantuan
b. Berikan lingkungan tenang, pertahankan tirah baring bila
diindikasikan.
Rasional : meningkatkan istirahat dan ketenangan
c. Berikan bantuan dalam aktivitas atau ambulasi bila perlu,
memungkinkan pasien untuk melakukannya sebanyak mungkin.
Rasional : membantu bila perlu harga diri ditingkatkan bila pasien
melakukan sesuatu sendiri.
d. Tingkatkan tingkat aktivitas sesuai toleransi
Rasional : meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas sampai
normal dan memperbaiki tonus otot atau stamina tanpa kelemahan.
e. Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila nyeri.
Rasional : untuk menurunkan rasa nyeri saat aktivitas
5. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan nyeri abdomen
Tujuan :
Pasien dapat tidur dan istirahat dengan nyaman
KH :
a. Pasien tidur kurang lebih 6-8 jam
b. Raut muka segar
Intervensi :
a. Mengkaji kebutuhan tidur dan penyebab kurang tidur
Rasional : mengetahui permasalahan pasien dalam pemenuhan
kebutuhan istirahat tidur
b. Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik
pribadi bantal, guling
Rasional : meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis
atau psikologis.
c. Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur misal, mandi
hangat dan masase.
Rasional : meningkatkan efek relaksasi
d. Intruksikan tindakan relaksasi
Rasional : membantu dalam menginduksi tidur
e. Dorong posisi nyaman, bantu dalam mengubah posisi
Rasional : perubahan posisi mengubah area tekanan dan
meningkatkan istirahat.

DAFTAR PUSTAKA

I. Bulecheck, Glria M dkk. 2008. Nursing Interventions Classifications


(NIC) Edisi 6. USA : Elsevier.

II. Heather, Herdman T. 2015. DIAGNOSIS KEPERAWATAN Definisi &


Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta : EGC.

III. Moorhead, Sue dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC)


Edisi 5. USA : Elsevier.

Pambudi, Buyung. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Post Operasi
Vesikolithiasis Di Ruang Dahlia Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas.
repository.ump.ac.id/1367/1/BUYUNG%20PAMBUDI%20COVER.pdf.
Diakses pada 21 Mei 2018.
Pemana, Tatat. Diposting pada 18 April 2010. “Askep Vesikolithiasis”.
https://id.scribd.com/doc/30102142/askep-vesikolithiasis. Diakses pada
21 Mei 2018.

Anda mungkin juga menyukai