VESIKOLITHIASIS
2. Fisiologis
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis sepertti balon
karet, terletak di belakang simpisis pubis di dalam rongga pangul.
Memiliki 2 fungsi yaitu sebagai tempat penyimpanan kemih sebelum
meninggalkan tubuh dan dibantu oleh urethra kandung kemih berfungsi
mendorong kemih keluar tubuh.
Proses miksi (rangsangan berkemih) yaitu distensi kandung kemih,
oleh air kemih akan merangsang stress dengan jumlah ± 250 cc sudah
cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan
terjadi refleks kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang
sama terjadi relaksasi spinter internus, segera diikuti oleh relaksasi
spinter eksterus, akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan
relaksasi spinter internus. Dihantarkan melalui serabut-serabut saraf
para simpatis. Kontraksi spinter eksternus secara volunter bertujuan
untuk mencegah atau menghentikan miksi, control volunter ini hanya
mungkin bila saraf-sarat yang menangani kandung kemih urethra,
medulla spinalis dan otak masih utuh. Bila ada kerusakan pada saraf-
saraf tersebut maka akan terjadi inkontensia urine (urine keluar terus-
menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).
B. Pengertian
Batu perkemihan dapat timbul pada berbagai tingkat dari system
perkemihan (ginjal, ureter, kandung kemih), tetapi yang paling sering
ditemukan ada di dalam ginjal (Basuki, 2009).
Vesikolithiasis merupakan batu yang menghalangi aliran air kemih
akibat penutupan leher kandung kemih, maka aliran yang mula-mula
lancar
secara tiba-tiba akan berhenti dan menetes disertai dengan rasa nyeri
(Effendi, 2010).
C. Etiologi
Menurut (Basuki, 2009) bahwa, batu kandung kemih disebabkan
infeksi, statis urin dan periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan
perubahan metabolisme kalsium). Faktor- faktor yang mempengaruhi
menurut batu kandung kemih (Vesikolithiasis) adalah
1. Hiperkalsiuria
Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan karena,
hiperkalsiuria idiopatik (meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan
tinggi natrium, kalsium dan protein), hiperparatiroidisme primer,
sarkoidosis, dan kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium.
2. Hipositraturia
Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air
kemih, khususnya sitrat, disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal
tipe I (lengkap atau tidak lengkap), minum Asetazolamid, dan diare dan
masukan protein tinggi.
3. Hiperurikosuria
Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat memacu
pembentukan batu kalsium karena masukan diet purin yang berlebih.
4. Penurunan jumlah air kemih
Minuman yang banyak mengandung soda seperti soft drink, jus apel
dan jus anggur.
6. Hiperoksalouria
Batu asam urat banyak disebabkan karena pH air kemih rendah, dan
hiper urikosuria (primer dan sekunder).
9. Batu Struvit
D. Manifestasi Klinis
7. Koliks.
8. Rasa terbakar pada saat ingin kencing dan setelah kencing.
E. Patofisiologi
Kelainan bawaan atau cidera, keadan patologis yang disebabkan
karena infeksi, pembentukan batu disaluran kemih dan tumor, keadan
tersebut sering menyebabkan bendungan. Hambatan yang menyebabkan
sumbatan aliran kemih baik itu yang disebabkan karena infeksi, trauma
dan tumor serta kelainan metabolisme dapat menyebabkan penyempitan
atau struktur uretra sehingga terjadi bendungan dan statis urin. Jika sudah
terjadi bendungan dan statis urin lama kelamaan kalsium akan mengendap
menjadi besar sehingga membentuk batu (Syaifudin, 2009).
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang kemudian dijadikan dalam beberapa teori (Muttaqin, 2012) :
1. Teori Supersaturasi
Tingkat kejenuhan komponen-komponen pembentuk batu ginjal
mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap
menyebabkan terjadinya agregasi kristal dan kemudian menjadi batu.
2. Teori Matriks
Matriks merupakan mikroprotein yang terdiri dari 65 % protein, 10 %
hexose, 3-5 hexosamin dan 10 % air. Adanya matriks menyebabkan
penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.
3. Teori Kurangnya Inhibitor
Pada individu normal kalsium dan fosfor hadir dalam jumlah yang
melampaui daya kelarutan, sehingga membutuhkan zat penghambat
pengendapan. Fosfat mukopolisakarida dan fosfat merupakan
penghambatpembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka
akan mudah terjadi pengendapan.
4. Teori Epistaxy
Merupakan pembentuk batu oleh beberapa zat secara bersama-sama.
Salah satu jenis batu merupakan inti dari batu yang lain yang
merupakan
pembentuk pada lapisan luarnya. Contoh ekskresi asam urat yang
berlebih dalam urin akan mendukung pembentukan batu kalsium
dengan bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium.
5. Teori Kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari bermacam-macam teori diatas.
F. Pathway
Pembentukan batu
Ginjal
Ureter
Vesika Urinaria
Vesikolithiasis
obstruksi
Retensi urin
Menekan saraf
Nyeri
Mual muntah
Dx Kep:
Kekurangan
G. Pemeriksaan Penunjang Volume Cairan
Menurut Muttaqin (2012) pemeriksaan penunjangnya dilakukan meliputi
pemeriksaan:
1. Urine
a. pH, Lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area
splitting, organisme dapat berbentuk batu magnesium amonium
phosphat, pH yang rendah menyebabkan pengendapan batu asam
urat.
b. Sedimen, sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita
dengan batu, bila terjadi infeksi maka sel darah putih akan
meningkat.
c. Biakan urin, Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi
dalam proses pembentukan batu saluran kemih.d Ekskresi kalsium,
fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah terjadi
hiperekskresi.
2. Darah
a. Akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.
3. Radiologis
a. Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi
bendungan atau tidak.
b. Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada
keadaan ini dapat dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan
dengan antegrad pielografi tidak memberikan informasi yang
memadai.
H. Komplikasi
Komplikasi yang disebabkan dari vesikolithiasis adalah sebagai berikut
(Muttaqin, 2012) :
1. Sistem Pernafasan
Atelektasis bias terjadi jika ekspansi paru yang tidak ade kuat karena
pengaruh analgetik, anestesi, dan posisi yang dimobilisasi yang
menyebabkan ekspansi tidak maksimal. Penumpukan secret dapat
menyebab kan pnemonia, hipoksia terjadi karena tekanan oleh agens
analgetik dan anestesi serta bias terjadi emboli pulmonal.
2. Sistem Sirkulasi
Dalam system peredaran darah bias menyebabkan perdarahan karena
lepasnya jahitan atau lepasnya bekuan darah pada tempat insisi yang
bias menyebabkan syok hipovolemik. Statis vena yang terjadi karena
duduk atau imobilisasi yang terlalu lama bias terjadi trombo flebitis,
statis vena juga bisa menyebabkan trombus atau karena trauma
pembuluh darah.
3. Sistem Gastrointestinal
Akibat efek anestesi dapat menyebabkan peristaltic usus menurun
sehingga bias terjadi distensi abdomen dengan tanda dan gejala
meningkatnya lingkar perut dan terdengar bunyi timpani saat diperkusi.
Mual dan muntah serta konstipasi bisa terjadi karena belum normalnya
peristaltik usus.
4. Sistem Genitourinaria
Akibat pengaruh anestesi bias menyebabkan aliran urin involunter
karena hilangnya tonus otot.
5. Sistem Integumen
Perawatan yang tidak memperhatikan kesterilan dapat menyebabkan
infeksi, buruknya fase penyembuhan luka dapat menyebabkan dehisens
luka dengan tanda dan gejala meningkatnya drainase dan penampakan
jaringan yang ada dibawahnya. Eviserasi luka/kelurnya organ dan
jaringan internal melalui insisi bias terjadi jika ada dehisens luka serta
bisa terjadi pula surgical mump (parotitis).
6. Sistem Saraf
Bisa menimbulkan nyeri yang tidak dapat diatasi.
I. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)
Atau Litrottipsi gelombang kejut ekstrokoproreal adalah prosedur
non infasif yang digunakan untuk menghancurkan batu di koliks
ginjal. Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil, seperti
pasir sisa-sisa batu tersebut dikeluarkan secara spontan.
b. Metode endourologi pengangkatan batu
Bidang endourologi mengembangkan ahli radiologi dan urologi
untuk mengangkat batu renal tanpa pembedahan.
c. Uretroskopi
Uretroskopi mencangkup visualisasi dan akses ureter dengan
memasukan suatu alat uretroskop melalui sistokop. Batu dapat
dihancurkan dengan mengunakan laser, lithotrispsi elektrohidrolik
atau ultrasound kemudian diangkat.
d. Pelarutan batu
Infus cairan kemolitik (misal : agen pembuat basa (acylabina) dan
pembuat asam (acydifyng). Untuk melarutkan batu dapat dilakukan
sebagai alternatif penanganan terapi pasien kurang beresiko terhadap
terapi lain dan menolak metode lain atau mereka yang memiliki batu
yang mudah larut (struvit)
e. Pengangkatan batu pada kandung kemih
Dengan cara : vesikolitotomi (pengangkatan batu pada kandung
kemih).
2. Keperawatan
a. Penanganan nyeri
Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau reteral adalah untuk
mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan : morfin
diberikan untuk mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang luar
biasa. Mandi air panas atau air hangat di area panggul dapat
bermafaat.
b. Terapi nutrisi dan medikasi
Terapi nutrisi berperan penitng dalam mencegah batu renal. Masukan
cairan yang adekuat dan menghindari makanan tertentu dalam diet
yang merupakan bahan utama pembentuk babtu (misal : kalsium)
efektif untuk mencegah pembentukan batu atau lebih jauh
meningkatkan ukuran batu yang telah ada.
Beberapa terapi medikasi menurut jenis batunya, antara lain :
1) Batu kalsium dapat diturunkan dengan diet rendah kalsium,
amonium klorida atau asam asetohidroksemik (lithostat)
2) Batu fosfat dapat diturunkan dengan jeli aluminium hidroksida
3) Batu urat / asam urat dapat diturunkan dengan allofurinol
(zyloprime).
4) Batu osksalat bisa diturunkan dengan pembatasan pemasukan
oksalat, terapi gelombang kejut ekstrokoproreal, pengangkatan
batu perkutan atau uretroskopi .
Tujuan :
pasien berkemih dengan jumlah normal dan pola biasa /tidak ada
gangguan
KH :
a. Jumlah urine 1500 ml/24jam dan pola biasa,
b. Tidak ada distensi kandung kemih dan edema
Intervensi :
a. Monitor pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik
urine
Rasional : Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya
komplikasi, contoh infeksi dan pendarahan.
b. Tentukan pola berkemih norml pasien dan perhatikan
variasi
Rasional : Kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang
menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera.
c. Dorong pasien untuk meningkatkan pemasukan cairan
Rasional : peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah dan debris
dan dapat membantu lewatnya batu.
d. Periksa semua urine, catat adanya keluaran batu dan kerem
ke laboratorium untuk dianalisa.
Rasional : penemuan batu meningkatkan identifikasi tipe batu dan
mempengaruhi pilihan terapi.
e. Selidiki keluhan kandungan kemih penuh : palpasi untuk
distensi suprapubik.
Rasional : retensi urin dapat terjadi, menyebabkan distensi jaringan
(kandung kemih atau ginjal), dan potensial resiko infeksi, gagal
ginjal.
f. Kolaborasi berikan obat sesuai indikasi : alupurenol (ziloprim),
asetazolamid (diamox)
Rasional : meningkatkan pH urine (alkalinitas), untuk menurunkan
batu asam.
Tujuan :
KH :
DAFTAR PUSTAKA
Pambudi, Buyung. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Post Operasi
Vesikolithiasis Di Ruang Dahlia Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas.
repository.ump.ac.id/1367/1/BUYUNG%20PAMBUDI%20COVER.pdf.
Diakses pada 21 Mei 2018.
Pemana, Tatat. Diposting pada 18 April 2010. “Askep Vesikolithiasis”.
https://id.scribd.com/doc/30102142/askep-vesikolithiasis. Diakses pada
21 Mei 2018.