Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program Kesehatan Kerja mempunyai tujuan utama yaitu memberikan
perlindungan kepada pekerja dari bahaya kesehatan yang berhubungan dengan
lingkungan kerja dan promosi kesehatan pekerja. Lebih jauh lagi adalah menciptakan
kerja yang tidak saja aman dan sehat, tetapi juga nyaman serta meningkatkan
kesejahteraan dan produktivitas kerja. Manajemen risiko kesehatan adalah proses
yang bertahap dan berkesinambungan. Tujuan utama manajemen risiko kesehatan
adalah menurunkan risiko pada tahap yang tidak bermakna sehingga tidak
menimbulkan efek buruk terhadap kesehatan pekerja.1 Tujuan tersebut hanya akan
tercapai melalui kerja sama antara profesional kesehatan dan keselamatan kerja yang
membantu manajemen dalam mengembangkan dan mengimplementasikan program
kesehatan kerja, dengan pengusaha yang bertanggung jawab
dalam menjamin kesehatan dan keselamatan perusahaan pada tingkat yang setinggi
tingginya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Healt Risk assesment ?
2. Apa saja konsep identifikasi dan evaluasi bahaya dan risiko ?
3. Bagaimana bagan manajemen risiko ?
4. Bagaimana Menilai Risiko dan seleksi prioritas ?
5. Bagaimana evaluasi bahaya dan risiko ?
6. Bagaimana analisa derajat risiko bahaya Kerja ?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian healt risk assesment
2. Mengetahui konsep identifikasi dan evaluasi bahaya dan risiko
3. Memahami bagan manajemen risiko
4. Memahami Bagaimana Menilai Risiko dan seleksi prioritas
5. Memahami Pemantauan evaluasi bahaya dan risiko
6. Dapat Menganalisis Derajat Risiko Bahaya Kerja

2
BAB II
PEMBAHASAN

A . Health Risk Assessment (HRA)

HRA adalah sebuah langkah penilaian risiko di tempat kerja yang dapat
menimbulkan dampak/gangguan pada kesehatan pada pekerja Dalam upaya
K3.Kemudian dalam pendekatan terhadap risiko potensi yang terjadi pada safety,
yang diidentifikasi adalah ‘cedera atau injury’ yang muncul bersifat akut
sedangkan pada kesehatan, yang diidentifikasi adalah ‘gangguan fungsi atau
munculnya suatu penyakit’

B. Konsep identifikasi dan evaluasi bahaya risiko


a. Pengertian bahaya dan risiko
Risiko adalah sesuatu yang berpeluang untuk terjadinya kematian,
kerusakkan, atau sakit yang dihasilkan karena bahaya.sedangkan Manajemen
risiko yaitu organisasi yang dapat menerapkan metode pengendalian risiko
apapun sejauh metode tersebut mampu mengidentifikasi, mengevaluasi,
memilih prioritas dan mengendalikan risiko dengan melakukan pendekatan
jangka pendek dan jangka panjang.
Identifikasi bahaya dan risiko merupakan langkah awal dan penting dalam
penerapan K3. Dengan melakukan identifikasi bahaya dan risiko ditempat kerja
akan membantu dalam menyusun dan mengembangkan program K3 yang
diperlukan hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
1. Jenis pekerjaan
2. Bahan-bahan yang digunakan
3. Mesin dan peralatan yang digunakan
4. Jumlah pekerja
5. Karakteristik bangunan dan gedung
6. Cara dan pola kerja

3
Tujuan Identifikasi Bahaya dan Risiko

1. Untuk mengetahui jenis bahaya dan risiko


2. Untuk mengetahui sumber bahaya dan risiko
3. Untuk mengetahui pekerja yang terpajan bahaya dan risiko
4. Untuk mengetahui besaran bahaya dan tingkat risiko
5. Untuk mengetahui pengendalian yang sudah dilakukan
6. Untuk mengetahui program yang diperlukan

C. Bagan Manajemen Risiko


a. Identifikasi Bahaya
1 Pertimbangan :
 Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan bahaya
 Jenis kecelakaan yang mungkin dapat terjadi
2 Aktifitas yang digunakan dalam idenifikasi bahaya:
 Konsultasi dengan pekerja
 Konsultasi dengan tim K3
 Melakukan pertimbangan
 Melakukan savety audit
 Melakukan pengujian
 Evaluasi Teknis dan keilmuan
 Analisis rekaman data
 Mengumpulkan informasi dari desaigner, konsumen. Supplier dan
organisasi
 Pemantauan lingkungan dan kesehatan
 Melakukan survey terhadap karyawan

4
Tiga pertanyaan dasar untuk identifikasi bahaya :
1. Apakah ada suatu sumber celaka / bahaya ?
2. Siapa / Apa yang dapat celaka ?
3. Bagaimana dapat terjadi

cara melakukan identifikasi bahaya


1. Mengidentifikasi seluruh proses/area yang ada dalam segala kegiatan.
2. Mengidentifikasi sebanyak mungkin aspek K-3 pada setiap proses/area yg
telah diidentifikasi sebelumnya.
3. Identifikasi K-3 dilakukan pada suatu proses kerja baik pada kondisi normal
,abnormal,emergency dan maintenance

Kategori besarnya bahaya


Untuk membantu proses identifikasi bahaya dapat dikatagorikan, sbb:
1. Mechanical
2. Electrical
3. Radiation
4. Chemical
5. Fire and explosion

Daftar potensi bahaya


a. Terpleset / Jatuh
b. Jatuh dari ketinggian
c. Kejatuhan benda asing
d. Ruang untuk kepala yang kurang
e. Bahaya dari Mesin
f. Bahaya dari Kendaraan
g. Kebakaran & Ledakan
h. Zat yang terhirup

5
i. Zat yg mencederai Mata
j. Zat yg melukai kulit
k. Bahaya listrik
l. Radiasi
m. Getaran
n. Bising
o. Pencahayaan
p. Lingkungan terlalu Panas
q. Kegiatan Kontraktor
r. Huru hara

D. Menilai Risiko dan Seleksi Prioritas


Merupakan proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat
risiko kecelakaan akibat kerja. Tujuannya, menentukan prioritas untuk tindak
lanjut karena tidak semua aspek bahaya potensial dapat ditindak lanjuti.

Sasaran penilaian risiko adalah: mengidentifikasi bahaya sehingga tindakan dapat


diambil untuk menghilangkan, mengurangi atau mengendalikanya sebelum
terjadi kecelakaan atau cidera atau kerusakan.

a. Metode Penilaian Risiko

1. Untuk setiap risiko : - Menghitung setiap insiden


- Menghitung konsekuensi
- Kombinasi penghitungan keduannya

2. Menggunakan rating setiap resiko, mengembangkan daftar prioritas risiko


kerja

6
.
b. Menentukan Peluang besarnya risiko
Faktor yang mempengaruhi terjadinya peluang sebuah insiden :

 Frekuensi situasi terjadinya


 Berapa orang yang terpapar
 Keterampilan dan pengalaman orang yang terkena
 Karakteristik yang terlibat
 Durasi paparan
 Pengaruh posisi terhadap bahaya
 Distraksi
 Jumlah material atau tingkat paparan
 Kondisi lingkungan
 Kondisi peralatan
 Efektivitas pengendalian yang ada
c. Menentukan Konsekuensi
Faktor yang mempengaruhi konsekuensi :
 Potensi pada reaksi berantai
 Konsentrasi substansi
 Volume material
 Kecepatan proyektil dan pergerakkan bagiannya
 Ketinggian benda
 Jarak pekerja dari bahaya potensial
 Berat pekerja
 Tingkat gaya dan energy

7
d. Metode Pengendalian Risiko

1. Pengendalian teknis/rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi, isolasi,


ventilasi, higiene dan sanitasi
2. Pendidikan dan pelatihan
3. Pembangunan kesadaran motivasi
4. Evaluasi melalui internal audit
5. Penegakan hukum

e. Hirarki pengendalian risiko


Pada ANSI Z10: 2005, hirarki pengendalian dalam sistem manajemen
keselamatan, kesehatan kerja antara lain:
1. Eliminasi.
Hirarki teratas yaitu eliminasi/menghilangkan bahaya dilakukan pada saat
desain, tujuannya adalah untuk menghilangkan kemungkinan kesalahan
manusia dalam menjalankan suatu sistem karena adanya kekurangan pada
desain. Penghilangan bahaya merupakan metode yang paling efektif sehingga
tidak hanya mengandalkan prilaku pekerja dalam menghindari resiko, namun
demikian, penghapusan benar-benar terhadap bahaya tidak selalu praktis dan
ekonomis.
Contoh-contoh eliminasi bahaya yang dapat dilakukan misalnya: bahaya jatuh,
bahaya ergonomi, bahaya ruang terbatas, bahaya bising, bahaya kimia.

2. Substitusi
Metode pengendalian ini bertujuan untuk mengganti bahan, proses, operasi
ataupun peralatan dari yang berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya. Dengan
pengendalian ini menurunkan bahaya dan resiko minimal melalui disain sistem
ataupun desain ulang. Beberapa contoh aplikasi substitusi misalnya: Sistem
otomatisasi pada mesin untuk mengurangi interaksi mesin-mesin berbahaya

8
dengan operator, menggunakan bahan pembersih kimia yang kurang berbahaya,
mengurangi kecepatan, kekuatan serta arus listrik, mengganti bahan baku padat
yang menimbulkan debu menjadi bahan yang cair atau basah.

3. Pengendalian tehnik/engineering control


Pengendalian ini dilakukan bertujuan untuk memisahkan bahaya dengan
pekerja serta untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia. Pengendalian ini
terpasang dalam suatu unit sistem mesin atau peralatan.
Contoh-contoh implementasi metode ini misal adalah adanya penutup
mesin/machine guard, circuit breaker, interlock system, start-up alarm,
ventilation system, sensor, sound enclosure.

4. Sistem peringatan/warning system


Adalah pengendian bahaya yang dilakukan dengan memberikan peringatan,
instruksi, tanda, label yang akan membuat orang waspada akan adanya bahaya
dilokasi tersebut. Sangatlah penting bagi semua orang mengetahui dan
memperhatikan tanda-tanda peringatan yang ada dilokasi kerja sehingga mereka
dapat mengantisipasi adanya bahaya yang akan memberikan dampak
kepadanya. Aplikasi di dunia industri untuk pengendalian jenis ini antara lain
berupa alarm system, detektor asap, tanda peringatan (penggunaan APD
spesifik, jalur evakuasi, area listrik tegangan tinggi, dll).

5. Pengendalian administratif/ administratif control


Kontrol administratif ditujukan pengandalian dari sisi orang yang akan
melakukan pekerjaan, dengan dikendalikan metode kerja diharapkan orang
akan mematuhi, memiliki kemampuan dan keahlian cukup untuk
menyelesaikan pekerjaan secara aman.

9
Jenis pengendalian ini antara lain seleksi karyawan, adanya standar operasi
baku (SOP), pelatihan, pengawasan, modifikasi prilaku, jadwal kerja, rotasi
kerja, pemeliharaan, manajemen perubahan, jadwal istirahat, investigasi dll

6. Alat pelindung diri


Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri merupakan merupakan hal yang
paling tidak efektif dalam pengendalian bahaya,dan APD hanya berfungsi
untuk mengurangi seriko dari dampak bahaya. Karena sifatnya hanya
mengurangi, perlu dihindari ketergantungan hanya menggandalkan alat
pelindung diri dalam menyelesaikan setiap pekerjaan.
Alat pelindung diri Mandatory adalah antara lain: Topi keselamtan (Helmet),
kacamata keselamatan, Masker, Sarung tangan, earplug, Pakaian (Uniform) dan
Sepatu Keselamatan. Dan APD yang lain yang dibutuhkan untuk kondisi
khusus, yang membutuhkan perlindungan lebih misalnya: faceshield, respirator,
SCBA (Self Content Breathing Aparatus),dll.
Pemeliharaan dan pelatihan menggunakan alat pelindung diripun sangat
dibutuhkan untuk meningkatkan efektifitas manfaat dari alat tersebut.
Dalam aplikasi pengendalian bahaya, selain kita berfokus pada hirarkinya
tentunya dipikirkan pula kombinasi beberapa pengendalian lainnya agar
efektifitasnya tinggi sehingga bahaya dan resiko yang ada semakin kecil untuk
menimbulkan kecelakaan. Sebagi misal adanya adanya unit mesin baru yang
sebelumnya memiliki kebisingan 100 dBA dilberikan enclosure (dengan
metode engineering control) sehingga memiliki kebisingan 90 dBA, selain itu
ditambahkan pula safety sign dilokasi kerja, adanya preventive maintenance
untuk menjaga keandalaann mesin dan kebisingan terjaga, pengukuran
kebisingan secara berkala, diberikan pelatihan dan penggunaan earplug yang
sesuai.

10
D. Penerapan Langkah Pengendalian
Tahapan – Tahapan Pengendalian

1. Mengembangkan Prosedur Kerja


Tujuannya, sebagai alat pengatur dan pengawas terhadap bentuk pengendalian
bahaya yang kita pilih.
2. Komunikasi
Menginformasikan pada pekerja tentang penggunaan alat pengendali bahaya
dan alasan penggunaannya.
3. Menyediakan Pelatihan
Agar pekerja dan personel lainnya lebih mengenal alat pengendali yang
diterapkan
4. Pengawasan
Memastikan alat pengendali bahaya potensial digunakan secara benar.

monitor dan tinjauan


a. Pemantauan dan tinjauan risiko merupakan langkah terakhir dalam proses
dan harus dilakukan pada interval waktu sesuai dengan yang ditetapkan
dalam organisasi.
b. Untuk menentukan periode monitoring dan tinjauan risiko tergantung pada
1. Sifat dari bahaya
2. Magnitude risiko
3. Perubahan Operasi
4. Perubahan dari metode kerja
5. Perubahan peraturan dan organisasi.

11
Kunci mengidentifikasi risiko
1. Kapan, kenapa, dimana, bagaimana kemungkinan terjadinya risiko & siapa
tenaga yang dilibatkan.
2. Apakah Sumber & akibat masing - masing risiko ?
3. Apakah banyak waktu yg terbuang, biaya dan gangguan pemakai masing -
masing risik ?
4. Apakah pengawasan yang ada dapat mengurangi risiko ?
5. Apakah dibutuhkan penelitian mendalam pada risiko tertentu ?
6. Apakah lingkup penelitian ?
7. Apakah sumber yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian ?
8. Apakah informasi yang diperoleh dapat dipercaya ?

E. Evaluasi bahaya dan risiko


Evaluasi risiko dilakukan sebagai tindak lanjut dari proses analisis risiko untuk
memutuskan tindakan selanjutnya (Pengendalian Risiko)
a. Tindak lanjut dapat berupa:
b. Apakah risiko yang ada memerlukan pengendalian.
c. Tindakan apa saja yang harus dilakukan.
d. Prioritas risiko yang akan dikendalikan.
e. Nilai risiko yang diperoleh dari hasil analisis dibandingkan
f. dengan kriteria yang ditetapkan tentang batasan risiko yang bisaditolerir dan
tidak.

12
1. Tujuan Evaluasi Bahaya dan Risiko

 Untuk mengetahui level dan prioritas bahaya dan risiko di tempat kerja
 Mengetahui tindakan pengendalian/program K3 yang diperlukan
 The purpose of risk evaluation is to make decisions, based on the
outcomes of risk analysis, about which risks need treatment and treatment
priorities.
Dalam melakukan evaluasi terhadap bahaya dan risiko diperlukan kriteria
untuk menentukan prioritasTingkat risiko yang bisa di terima (tolerable risk)
merupakan salah satu kriteria yang umum digunakan dalam mengevaluasi
bahaya dan risiko

Metode Identifikasi Bahaya dan Risiko


Identifikasi bahaya dan risiko merupakan langkah awal dan penting dalam
penerapan K3. Dengan melakukan identifikasi bahaya dan risiko di tempat kerja akan
membantu dalam menyusun danmengembangkan program K3 yang diperlukan. Hal-
hal uang perlu diperhatikan dalam mengidentifikasi bahya dan risiko dalam
pekerjaan, antara lain:
a. Jenis pekerjaan
b. Bahan-bahan yang digunakan
c. Mesin dan peralatan yang digunakan
d. Jumlah pekerja
e. Karakteristik bangunan dan gedung
f. Cara dan pola kerja
Adapun tujuan identifikasi bahaya dan risiko ialah :
a. Untuk mengetahui jenis bahaya dan risiko
b. Untuk mengetahui sumber bahaya dan risiko

13
c. Untuk mengetahui pekerja yang terpajan bahaya dan
risiko
d. Untuk mengetahui besaran bahaya dan tingkat risiko
e. Untuk mengetahui pengendalian yang sudah dilakukan
f. Untuk mengetahui program yang diperlukan

Proses identifikasi bahaya dan penilaian resiko harus mempertimbangkan:


a. Aktifitas rutin dan non rutin
b. Aktifitas dari semua indifidu yang memilii akses ke tempat kerja
termasukkontraktor, Perilaku masnusia,kemampuan dan factor
manusia lainya
c. Identifikasi semua bahaya yang berasal dari luar tempat kerja yang
dapat menimbulkan efek terhadap kesehatan dan keselematan manusia
yang berada dalam perlindungan organisasi di dalam tempat kerja
d. Bahaya yang timbul di sekitar tempat kerja dariaktifitas yang berkaitan
dengan pekerja yang berada di bawah kendali organisasi
Instruktur,peralatan dan material di tempat kerja ,apakah yang di
sediakan organisasi atau pihak lain
e. Perubahan atau rencana perubahandalam kegiatan organisasi,
f. Modifikasi pada system manajeman K3,termasuk perubahan
sementara dan dampaknya terhadap organisasi,proses dan aktifitas
g. Setiap persyaratan legal yang dapat di berlakuakan berkaitan dengan
penegendalaian resiko dan implementasi dari penegendalaian yang di
perlukanRancangandarilingkungankerja,proses,instalasi,permesianan/p
eralatan,prosedur operasi dan organisasi kerja,termasuk adaptasi
terhadap kemampuan manusia

14
Teknik identifikasi bahaya dan risiko
Banyak teknik identifikasi yang salah satunya dapat dipilih sebagai yang
paling efektif di organisasi tertentu atau yang dapat menyediakan informasi yang
dibutuhkan dalam proses tertentu. Teknik-teknik tersebut meliputi :

a. Survei keselamatan kerja

1. Kadang dinamakan inspeksi keselamatan kerja


2. Inspeksi umum terhadap seluruh area kerja
3. Cendrung kurang rinci dibanding teknik-teknik lainnya
4. Memberikan gambaran yang menyeluruh tentang keadaan pencegahan
kecelakaan di seluruh area kerja tertentu
b. Patroli Keselamatan Kerja
1. Inspeksi terbatas pada rute yang ditentukan terlebih dahulu
2. Perlu merencanakan rute berikutnya untuk memastikan cakupan
menyeluruh atas area kerja
3. Mempersingkat waktu setiap inspeksi

c. Pengambilan Sampel Keselamatan Kerja

1. Melihat pada satu aspek kesehatan atau keselamatan kerja saja


2. Fokuskan perhatian untuk mengerjakan identifikasi lebih rinci
3. Perlu merencanakan serangkaian pengambilan sampel untuk mencakup
seluruh aspek kesehatan dan keselamatan kerja

d. Audit Keselamatan Kerja

1. Inspeksi tempat kerja dengan teliti


2. Lakukan pencarian untuk mengidentifikasi seluruh jenis bahaya
3. Jumlah seluruh jenis bahaya yang teridentifikasi harus dicatat

15
4. Dapat dikembangkan menjadi system peringkat untuk mengukur derajat
‘kesehatan dan keselamatan kerja’ di perusahaaan
5. Audit ulang perlu dilaksanakan untuk menilai perbaikan-perbaikan apa
saja yang sudah dilakukan
6. Bisa menyita waktu

e. Pemeriksaan Lingkungan

1. Dilakukan berdasarkan pengukuran kosentrasi zat-zat kimia diatmosfer


2. Dapat mengidentifikasi kemungkinan bahaya terhadap kesehatan di
tempat kerja
3. Mencatat pembacaan secara berturut-turut dapat menunjukkan
peningkatan atau kebalikannya
4. Pemeriksaan dengan ‘sampel kasar’ sangat tidak akurat dan bisa sangat
mahal
5. Instrumen elektronik memang mahal namun memberikan pembacaan tepat
dan akurat
6. Insrtumen elektronik dapat digunakan terus menerus dalam jangka waktu
panjang

f. Laporan Kecelakaan

1. Dibuat setelah kecelakaan


2. Kecelakaan kecil perlu dicatat dan juga kerugian berupa kehilangan waktu
3. Informasi yang diperoleh dari laporan kecelakaan
4. Laporan harus dapat mengidentifikasi tindakan pencegaha yang perlu
dilakukan

16
g. Laporan Kecelakaan yang Nyaris Terjadi

1. Laporan insiden-insiden dalam keadaan yang sedikit berbeda data


menyebabkan kecelakaan
2. Memerlukan budaya keselamatan kerja yang tepat agarefektif

h. Masukan dari Para Karyawan

1. Secara formal dapat diperoleh melalui komite keselamatan keja


2. Membutuhkan budaya ‘tidak saling menyalahkan’ untuk memberanikan
pekerja melaporkan masalah
3. Para pekerja sering lebih mengetahui dan dapat menyampaikan apa yang
perlu dilakukan
4. Perlu umpan balik ke pekerja dalam bentuk tindakan untuk
mempertahankan redibilitas manajemen
a. Pemilihan metode yang digunakan bergantung pada jenis dan
besarnya potensi kerugian yang mungkin terjadi bila metode
tersebut dilaksanakan.
b. Penggunaan metode identifikasi yang membutuhkan waktu dan
biaya yang besar biasanya digunakan untuk bahaya yang berisiko
tinggi. Perbedaan tingkat konsekuensi dan probabiliti suatu risiko
akan memerlukan metode yang berbeda. Untuk mengetahui
besaran bahaya dan risiko tertentu diperlukan pengukuran dengan
menggunakan alat ukur
5. menurut jenis bahaya dan risiko yang ada.
Contoh:
Tingkat kebisingan, getaran, radiasi, pencahayaan, temperatur
Konsentrasi gas/uap kimia di udara lingkungan kerja

17
Metode yang digunakan dalam mengidentifikasi bahaya dan risiko:
a. Metode proaktif
Metoda terbaik untuk mengidentifikasi bahaya adalah cara proaktif, atau mencari
bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak yang
merugikan.
Tindakan proaktif memiliki kelebihan:
1. Bersifat preventif karena bahaya di kendalikan sebelum menimbulkan
kecelakaanataucedera
• Bersifat peningkatan berkelanjutan(continual improvement) karena
dengan mengenal bahaya dapat di lakukan upaya perbaikan
2. Meningkatkan “awareness” semua pekerja setelah mengetahui dana
mengenal adanya bahaya di sekitar tempat kerjanya,dan
3. Mencegah pemborosan yang tidak diinginkan, karena adanya bahaya
dapat menimbulkan kerugian.misalanya ada katub yang bocor tanpa di
ketahui maka akan terus menerus mengeluarkan bahan /bocoran
sehinggga dapat mrnimbulkan kerugian.

a. Terdapat berbagai teknik identifikasi bahaya yang bersifat proaktif anatara


lain:
Data kejadian
a. Daftar periksa
b. Brainstorming
c. What is analysis
d. Hazops(Hazard and Operability Study)
e. Analisa Moda Kegagalan dan Efek(Falure Mode and Effect Analysis)
f. Task Analysis
g. Event Tree Analysis
h. Analisa Pohon Kegagalan(faul Tree Analysis)
i. Analisa Keselamatan Pekerja(Job Safety Analysis)

18
Masih banyak teknik lainya yang di kembangkan oleh para ahli K3.Berbagai
teknik ini dapat di terapkan sepanjang daur hidup organisasi mulai dari tahap
pengembangan sampai ke operasi
b. Metode semi proaktif

Teknik ini di sebut juga teknik belajar dari pengalaman orang lain karena kita
tidak perlu mengalaminya sendiri.Teknik ini lebih baik karena tidak perlu mengalami
sendiri setelah itu baru mengetahui adanya bahaya. Namun tekni ini juga kurang
efektif karena:

• Tidak semua bahaya telah di ketahui atau pernah menimbulkan dampak


kejadian kecelakaan

• Tidak semua kejadian di laporkan atau di informasikan kepada pihak lain


untuk di ambil sebagai bahan pelajaaran

• Kecelakaaan telah terjadi yang berarti tetap menimbulkan kerugian,


walaupun menimpa pihak lain

Sejalan dengan hal ini, OHSAS 18001 mensyratkan untuk melakukan


penyelidikan kecelakaan sebagai Lesson Learning agar kejadian serupa tidak telung
kembali.Akan tetapi, masih ada aggapan bahwa kecelakaan merupakan aib bagi
perusahaan, sehinggga data-data dan informasi tentang kejadian sulit di peroleh.Jika
di ekspose.Mungkin kejadianya sudah di poles sedemikan rupa sehinga tidak sesuai
lagi dengan fakta kejadian sebenarnya.

Metode Evaluasi Bahaya dan Risiko


Evaluasi bahaya kerja adalah suatu proses yang dilaksanakan untuk dapat
menetapkan seberapa besar risiko bahaya kerja yang ditemukan di tempat kerja.
Pengukuran objektif dosis bahaya kerja yang diterima oleh pekerja merupakan
komponan penting pada manajemen evaluasi bahaya kerja. Akan tetapi sebaiknya
pada awal tahap ini, tindakan pengendalian pada bahaya kerja serius , yang

19
ditemukan pada tahap identifikasi bahaya kerja, sudah harus dilaksanakan tanpa
menunggu hasil pengukuran yang objektif.
Evaluasi dan pengelolaan risiko adalah langkah lebih lanjut dari proses
manajemen risiko. Dimana tahapan manajemen risiko sesungguhnya mulai dari
identifikasi risiko yang terdiri dari pembuatan daftar kategorisasi risiko,lalu
mendeskripsikan risiko.
Berdasarkan hasil pengukuran objektif yang telah disimpulkan, pada tahap
berikutnya dapat diperkirakan akibat yang ditimbulkan oleh bahaya kerja yang
ditemukan, besarnya kemungkinan dan frekuensi terjadinya ganguan
kesehatan.kecelakaan kerja, serta derajat pajanan bahaya kerja yang terjadi.
Selanjutnya adalah pengelolaan risiko yang terdiri dari estimasi awal risiko, yaitu
mempertimbangkan akibat yang mungkin terjadi bila risiko terjadi dengan
menggunakan system scoring misalnya cara NHS. Kemudian evaluasi terhadap risiko
yang telah diestimasi dengan toleransi skor risiko yang disarankan oleh NHS adalah
6. Bila skornya lebih besar dari 6 mitigation cukup dimasukkan kedalam daftar risiko
saja. Namun bila skor risiko kurang dari 6 selain dimasukkan dalam daftar juga harus
dibuatkan rencana tindak lanjutnya.
Langkah berikutnya memutuskan tindakan untuk mengelola risiko. Dengan
cara memilih dan menerapkan kegiatan yang sesuai lalu mengontrol atau
memodifikasi risiko. Pilihan kegiatannya dapat berupa: mengambil kesempatan untuk
kondisi ada kemungkinan keuntungan lebih besar dibanding kerugiannya,
mentoleransi risiko secukupnya dalam level yang masih dapat ditoleransi,
mentransfer risiko kepada pihak ketiga seperti asuransi atau yang terakhir bisa dengan
menghentikan aktivitas yang menimbulkan risiko.
Eskalasi risiko terjadi bila pada proses mendefinisian dan memasukkan
kedalam register membuat terjadinya perubahan level risiko. Hal ini akan menekan
manajemen untuk mengambil tindakan yang memungkinkan, diantaranya; menerima
risiko apa adanya, merubah atau memodifikasi risiko atau menolak eskalasi risiko.

20
Beberapa kejadian yang mungkin menjadi risiko dalam kegiatan sehari-hari dirumah
sakit adalah adverse event dan risiko klinis. Adverse incident adalah kejadian atau
kondisi yang dapat membawa kerugian yang tidak disengaja dan tidak diharapkan
pada orang, property atau organisasi. Risiko klinis adalah kejadian yang tidak pasti
atau sekelompok kejadian yang bila itu terjadi akan memberikan efek negative
kepada layanan pasien.

Pemantauan Bahaya Potensial Lingkungan Kerja


Tiga langkah utama dalam pemantauan bahaya lingkungan kerja terhadap
kesehatan seorang pekerja yaitu :

1. Pengenalan atau penemuan bahaya/masalah potensial di lingkungan kerja.


2. Evaluasi dari faktor-faktor bahaya potensial di lingkungan kerja.
3. Pengendalian/Penanggulangan dari bahaya/masalah potensial yang ada.

Dari ketiga langkah tersebut perlu dilaksanakan secara berurutan dan kontinu
(berkelanjutan). Berikut penjelasannya :

1. Pengenalan/penemuan bahaya potensial di lingkungan kerja


Pengenalan dari berbagai bahaya potensial dan risiko kesehatan di lingkungan
kerja biasanya dilakukan pada waktu survey pendahuluan dengan cara melihat atau
mengobservasi dan mengenal (walk through survey) yang merupakan langkah
awal yang harus dilakukan dalam upaya kesehatan lingkungan kerja. Pada waktu
survey pendahuluan, beberapa masalah yang mudah dikenali biasanya masalah
bahaya potensial fisik seperti kebisingan, bau, suhu, getaran, sedangkan bahaya
potensial seperti zat kimia, radiasi, gas dan bahaya potensial biologi sulit untuk
dikenali.
Sebelum dilakukan survey pendahuluan hendaknya diupayakan mendapat
informasi mengenai segala sesuatu keterangan yang menggambarkan bahan baku,
bahan tambahan, proses produksi, hasil antara, hasil akhir dan hasil sampingan

21
berupa limbah, jalur pengangkutan, cara kerja, peralatan kerja, dan data pekerja
meliputi jumlah dan status kesehatan.

Disamping itu, perlu dipertimbangkan zat-zat kimia/gas yang kemungkinan dapat


terbentuk pada proses produksi serta efek yang kemungkinan akan terjadi akibat
pengaruh dari bahaya potensial terhadap kesehatan pekerja.

2. Evaluasi dari faktor-faktor bahaya potensial pada lingkungan kerja


Merupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi bahaya yang
mungkin dapat ditimbulkan dari lingkungan kerja. Olehnya itu, kegiatan evaluasi
ini dapat digunakan untuk menentukan prioritas dalam mengatasi permasalahan
yang dapat timbul.

Kegiatan evaluasi terhadap tingkat pemajanan dan bahaya potensial di lingkungan


kerja dilakukan melalui pengamatan langsung yang ditentukan secara kualitatif
dan kuantitatif melalui berbagai teknik pengukuran, misalnya pengukuran tingkat
kebisingan, penentuan indeks tekanan panas, kuat cahaya, analisis patikel udara di
tempat kerja, dll. Hasil yg diperoleh kemudian dibandingkan dengan aturan yang
berlaku yaitu Nilai Ambang Batas (NAB).

3. Pengendalian Bahaya Potensial di Lingkungan Kerja

Kegiatan pengendalian lingkungan kerja merupakan uapaya untuk mengurangi


atau menghilangkan pajanan terhadap zat/bahaya yang berbahaya di lingkungan
kerja. Hal ini bisa dijelaskan dengan Teori Simpul Pengamatan/Pengendalian oleh
Prof.dr. Umar Fahmi Achmadi,Ph.D yaitu :

o ———– o ———— o ———— o

A B C D

SIMPUL A = Sumber potensi bahaya

SIMPUL B = Zat berbahaya berada di lingkungan

22
SIMPUL C = Zat mulai masuk tubuh

SIMPUL D = Zat mulai mempengaruhi kesehatan manusia dengan kemungkinan :

1. Tidak Menyebabkan gangguan kesehatan


2. Menimbulkan gangguan Kesehatan dengan kemungkinan individu jelas
sakit atau Gejalanya Samar-samar/subklinis.

Simpul – Simpul diatas merupakan simpul pengamatan sekaligus merupakan simpul


pengendalian, misalnya :

1. Pada Simpul A, tindakan yang perlu dilakukan, idealnya adalah menghilangkan


sumber, bila tak mungkin dengan cara substitusi bahan yang kurang berbahaya.
2. Pada Simpul B, misalnya uap berbahaya yang berada di ruangan dihilangkan
dengan jalan menghisap keluar (exhauster ventilation) / menggunakan ventilasi yg
baik.
3. Pada Simpul C yakni pada saat akan memasuki tubuh manusia, misalnya dapat
dicegah dengan pakaian pelindung/alat pelindung diri.
4. Pada Simpul D, bila zat yang berbahaya terlanjur masuk tubuh maka dilakukan
Bio marker (Penanda biologis, misalnya : darah, urine, dsb) untuk monitoring
dengan standart NAB, kalau perlu dengan pemberian antagonisnya.

Pengendalian pada Simpul A dan Simpul B adalah PENGENDALIAN


LINGKUNGAN, Sedangkan Pengendalian Pada Simpul C dan Simpul D
merupakan PENGENDALIAN PERORANGAN.

23
Upaya-Upaya yang dapat dilakukan dalam Pengendalian Lingkungan Kerja yaitu :

1. Desain dan tata letak yg adekuat (konstruksi bangunan dan tata letak
peralatan/material yang baik dan sesuai) sehingga pekerja dpt bekerja efisien &
efektif serta dapat memberikan perlindungan yang optimal dan tidak
menimbulkan gangguan kesehatan bagi pekerja.
2. Penghilangan atau pengurangan bahan berbahaya pada sumbernya, antara lain :
penghentian proses, substitusi, isolasi, ventilasi, metode basah dan tata
kerumahtanggaan yang baik

Upaya-Upaya yang dapat dilakukan dalam Pengendalian Perorangan yaitu Melalui


peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku serta disiplin kerja para pekerja dengan

1. Cara kerja yang baik dan benar.


2. Tersedianya Alat Pelindung Diri dan ketaatan dalam pemakaiannya.
3. Pembatasan waktu pajanan (Jam Kerja, Cuti, dll)
4. Kebersihan perorangan.
5. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja dan secara berkala untuk penemuan
dini gangguan kesehatan.
6. Penerapan prinsip K3 dan ergonomi.

Selain pengendalian Lingkungan dan Perorangan, maka dalam menghadapi bahaya


yang timbul ditempat kerja perlu diadakan Program Pelayanan Kesehatan kerja yang
meliputi Pelayanan Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif.

24
F. Analisis Derajat Risiko Bahaya Kerja
Agar dapat mendahulukan pengendalian bahaya kerja yang dapat berakibat
paling buruk atau bahaya kerja yang paling sering terjadi, tahap evaluasi bahaya kerja
selanjutnya adalah menganalisis derajat risiko bahaya kerja untuk menentukan
beratnya risiko dan besarnya kemungkinan bahaya kerja yang mungkin terjadi.

1. Klasisfikasi berat risiko bahaya kerja yang terjadi:


a. Sangat berat (catastrophic) – dapat mengakibatkan kematian atau khancuran
seluruh property berserta fasilitas yang ada di dalamnya.
b. Berat (critical) – dapat mengakibatkan ganguan kesehtan akibat kerja yang
berat atau kerusakan property dalam skala besar.
c. Sedang (marginal) – dapat mengakibatkan gangguan kesehatan akibat kerja
yang ringan, biasanya mengakibatkan pekerja tidak dapat masuk kerja untuk
beberapa hari, atau kerusakan property dalam skala kecil.
d. Ringan (negligible) – kemungkinan tidak berpengaruh dalam kesehatan dan
keselamatan pekerja, tetapi jalas dalam kondisi yang menyalahi syarat-syarat
kesehatan kerja yang baik.

2. Klasifikasi kemungkinan dan frekuensi risiko terjadinya bahaya kerja.


a. Kemungkinan terjadi dalam waktu yang sangat pendek setelah terpajan
pada suatu bahaya kerja.
b. Kemungkinan besar akan terjadi pada suatu waktu
c. Ada kemungkinan untuk terjadi apda suatu waktu.
d. Sangat tidak mungkin terajadi.

25
Penilaian Hasil Evaluasi Bahaya Kerja
Penilaian hasil evauasi bahaya kerja merupakan hasil rangkuman
peninjauan semua factor yang mengakibatkan bahaya kerja pada
manusia.penilaian ini akan memberikan fakta dan kemungkinan ayang relevan
sehingga, memudahakan penetapan langkah berikutnya dalam pengendalian risiko
bahaya kerja.
Dengan mempertimbangan criteria risiko masing-masing bahaya kerja, dapat
ditetapkan prioritas risiko bahya kerja sebagai berikut:
1. Risiko ringan: kemungkinannya kecil untuk terjadi serta akibat yang
ditimbulkannya ringan maka bahaya kerja ini dapat diabaikan.
2. Risiko sedang: kemungkinannya kecil untuk terjadi akan tetapi akibat yang
ditimbulkannya cukp berat, atau sebaliknya, maka perlu pelaksanaan
manajemen risiko khusus.
3. Risiko berat: sangat mungkin terjadi dan akan berakibat sangat buruk, maka
harus dilaksanakan penganggulangan sesegara mungkin.

26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen Resiko Merupakan kegiatan manajemen yang dilakukan pada
tingkatan, tingkat pimpinan pelaksana . yaitu kegiatan penemuan dan analisis
sistimatis atas kerugian kerugian yang mungkin dihadapi oleh badan usaha,akibat
suatu resiko serta metode yang paling tepatuntuk menaggani kerugian tersebut yang
dihubungkan dengan tingkat profitabilitas badan usaha. Analisa Risiko/Risk Analysis
merupakan kegiatan analisa suatu risiko dengan cara menentukan besarnya
kemungkinan/probability dan tingkat keparahan dari akibat/consequences suatu
risiko. Penilaian Risiko/Risk Assessment adalah penilaian suatu risiko dengan cara
membandingkannya terhadap tingkat atau karena risiko yang telah ditetapkan.
Manajemen Risiko merupakan penerapan secara sistematis dari kebijakan
manajemen, prosedur dan akitivitas dalam kegiatan identifikasi bahaya, analisa,
penilaian, penanganan dan pemantauan serta review risiko.

B. Saran
Manajemen risiko dan bencana berguna untuk mengambil keputusan dalam
menangani masalah-masalah yang rumit, sehingga ada baiknya kita menggunakan
konsep ini, agar masalah-masalah yang datang dan yang akan datang dapat kita atasi,
sesuai dengan konsep yang telah ada.

27
DAFTAR PUSTAKA

HENDRA.2010. identifikasi dan evaluasi bahaya dan risiko.

Sesi5IdentifikasidanEvaluasiBahayadanRisiko.pdf. Diakses pada tanggal 25 Januari

2012 pukul 14:35 WIB

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/09/manajemen-resiko-definisi-dan-

manfaat.html. Diakses pada tanggal 18 Februari 2012. Pukul 19.00 Bung ‘okles.

2008. Pengenalan Bahaya Di Lingkungan Kerja

John ridley. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. 2008. Jakarta : Erlangga..

http://okleqs.wordpress.com/2008/05/23/pengenalan-bahaya-di-lingkungan-

kerja/.Aria Gusti. 7 Januari 2011 Manajemen Risiko dalam Keselamatan dan

Kesehatan Kerja.

28

Anda mungkin juga menyukai