Anda di halaman 1dari 7

Tenaga Ahli Madya Kedeputian I Kantor Staf Presiden

Revolusi Industri 4.0 sebagai perkembangan peradaban modern telah kita rasakan dampaknya pada
berbagai sendi kehidupan, penetrasi teknologi yang serba disruptif, menjadikan perubahan semakin
cepat, sebagai konsekuensi dari fenomena Internet of Things (IoT), big data, otomasi, robotika,
komputasi awan, hingga inteligensi artifisial (Artificial Intelligence).

Fenomena disrupsi yang mewarnai perkembangan peradaban Revolusi Industri 4.0, dengan dukungan
kemajuan pesat teknologi, akan membawa kita pada kondisi transisi revolusi teknologi yang secara
fundamental akan mengubah cara hidup, bekerja, dan relasi organisasi dalam berhubungan satu sama
lain.

Perubahan lanskap ekonomi politik dan relasi organisasi sebagai konsekuensi Revolusi Industri 4.0
menjadikan transformasi organisasi pemerintah sebagai suatu keniscayaan dalam berbagai skala ruang
lingkup, dan kompleksitasnya. Transformasi organisasi pemerintah ini menjadi kata kunci yang harus
terus diupayakan sebagai instrumen bagi aparat pemerintah agar responsif terhadap perubahan.

Transformasi organisasi pemerintah ini semakin relevan untuk dipacu percepatannya bila kita merujuk
pendapat Klaus Schwab, Executive Chairman World Economic Forum, yang memberikan hipotesa saat
ini miliaran orang telah terhubung dengan perangkat mobile, penemuan kecepatan pemrosesan byte
demi byte data internet, yang telah meningkatkan kapasitas pengetahuan manusia melebihi sistem
konvensional.

Hal ini menjadikan akses terhadap ilmu pengetahuan begitu terbuka secara nyata, tidak terbatas dan
belum pernah terjadi sebelumnya. Semua ini bukan lagi mimpi, melalui terobosan teknologi baru di
bidang robotika, Internet of Things, kendaraan otonom, percetakan berbasis 3-D, nanoteknologi,
bioteknologi, ilmu material, penyimpanan energi, dan komputasi kuantum.

Seperti kita ketahui bersama, dampak dari revolusi industri keempat salah satunya adalah otomatisasi
dan berkurangnya jumlah tenaga kerja manusia dalam produksi. Seperti dicatat oleh Klaus Schwab,
Industri IT di Lembah Silicon tahun 2014 menghasilkan pendapatan sebesar AS$1,09 triliun hanya
mempekerjakan 137,000 orang. Sementara tahun 1990an, Detroit yang menjadi pusat tiga perusahaan
otomotif besar dunia mempekerjakan sepuluh kali lebih banyak untuk menghasilkan pendapatan yang
sama (Scwab 2017).
Dengan berbagai fenomena kemajuan teknologi serta dampaknya tersebut di atas, menjadi nyatalah
urgensi transformasi organisasi pemerintah untuk menjawab tuntutan akuntabilitas publik dan
transparansi yang semakin tinggi dewasa ini akibat perkembangan era Revolusi Industri 4.0.

Perkembangan era Revolusi Industri 4.0 yang membawa konsekuensi meningkatnya tuntutan
akuntabilitas dan transparansi dari organisasi pemerintah serta responsif yang tinggi dan cepat, hal ini
membawa perubahan paradigma desain organisasi.

Ukuran besarnya organisasi dengan struktur organisasi dan rentang kendali yang besar, tidaklah
menjamin efektifitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi, yang lebih berperan adalah
seberapa sukses transformasi organisasi dilakukan agar adaptif terhadap perubahan yang sedemikian
cepat guna menjawab fenomena tomorrow is today.

Pada era Revolusi Industri 4.0 daya adaktif lah yang menjadi kunci keberhasilan meraih prestasi dan
mencapai visi dan misi organisasi. Pada organisasi bisnis, fenomena ini dapat kita cermati dari fenomena
Uber yang mengancam pemain-pemain besar pada industri transportasi di seluruh dunia atau Airbnb
yang mengancam pemain-pemain utama di industri jasa pariwisata.

Dari sisi retail, disrupsi yang dilakukan Tokopedia, Buka Lapak, telah memberikan sumbangsih turunnya
omset mall dan ditutupnya banyak lapak lapak kecil dipusat pusat perbelajaan, hal ini membuktikan
bahwa yang cepat dapat memangsa yang lambat dan bukan yang besar memangsa yang kecil.

Bercermin dari survival organisasi bisnis sudah sepatutnya organisasi pemerintah peka dan melakukan
instrospeksi diri, sehingga mampu mendeteksi posisinya di tengah perkembangan peradaban Revolusi
Industri 4.0 guna tetap survive dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya dengan lebih efesien dan
efektif sebagai responsit terhadap meningkatnya tuntutan akuntabilitas dan transparasi publik.

Urgensi Tranformasi Organisasi Pemerintah


Dinamika perkembangan relasi organisasi bisnis dalam tetap survive di tengah derasnya arus globalisasi
dan Revolusi Industri 4.0, tampaknya perlu menjadi pelajaran bagi organisasi pemerintah untuk terus
bertransformasi diri kebentuk ideal agar dapat menghadapi ancaman dan memanfaatkan peluang yang
ada, meskipun terdapat perbedaan misi yang diemban, namun transformasi organisasi pemerintah
merupakan salah satu alternatif yang dapat ditempuh dalam rangka mewujudkan organisasi yang
berorientasi layanan publik.

Transformasi organisasi pemerintah perlu terus diarahkan kedalam perubahan dari desain lama yang
kurang kondusif ke desain baru yang lebih kondusif untuk terus mengembangkan inovasi, manajemen
inovasi dan mengelola risiko serta integrasi organisasi dalam membangun kolaborasi dan sinergitas.

Inovasi tingkat organisasi menjadikan pertumbuhan dan berkembangnya kreativitas yang tidak
terkungkung oleh hirarki yang ketat, hal ini memerlukan adanya perubahan struktur organisasi, proses
komunikasi dan koordinasi dan menghilangkan hambatan-hambatan struktural.

Struktur organisasi pemerintah yang selama ini mekanistis, hierarkis birokratis, departementalisasi yang
kaku, formalisasi tinggi dan dan sentralistis perlu terus ditransformasi ke arah organisasi yang organik,
yang ditandai dengan informasi yang mengalir bebas, formalisasi rendah dan tim lintas fungsi, guna
menjawab ketidakpastian yang tinggi dan lingkungan strategis organisasi pemerintah yang semakin
dinamis dan kompleksitas yang tinggi.

Transformasi organisasi pemerintah harus ditandai dengan pengembangan kepemimpinan transformasi


dengan visioner yang terukur pada berbagai level kepemimpinan dalam organisasi pemerintah, hal ini
sangat diperlukan guna memastikan setiap inovasi yang dikembangkan dapat memberikan nilai tambah
kualitas pelayanan, menyelaraskan visi dan lingkungan internal yang diimbangi dengan kemampuan
merespons perubahan lingkungan eksternal yang bergerak cepat dalam era Revolusi Industri 4.0 ini.

Transformasi organisasi pemerintah tersebut tidak hanya sekedar downsizing dan prosedural semata,
namun lebih fundamental pada pola kerja, budaya organisasi dan nilai-nilai strategis yang
dikembangkan. Transformasi organisasi pemerintah memainkan peran strategis dalam peningkatan daya
saing bangsa, di dalam pendekatan institusional (kelembagaan), ‘lalu-lintas’ administrasi negara dari
eksekutif ‘turun’ ke Kebijakan Administrasi, dimana transformasi organisasi dengan budaya kerja dan tata
kelolanya menjadi faktor determinan yang menentukan keberhasilannya.
Pengembangan kelembagaan organisasi birokrasi melalui transformasi yang terencana dan terukur,
sangat dibutuhkan dalam menjawab problem statement yang menjadi ciri kelemahan organisasi
pemerintah pada umumnya, yang dipandang perlu meningkatkan responsivitas, transparansi,
membangun sistem dan mekanisme yang accessible sehingga memungkinkan adanya “checks and
balances”.

Transformasi organisasi pemerintah sangat dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan, budaya kerja, proses
kerja kekuatan kerja, dan struktur organisasi yang dikembangkan sehingga adaktif terhadap perubahan
dan dapat meningkatkan kecepatan birokrasi dalam perizinan, melayani investasi-investasi serta
meningkatkan daya saing bangsa.

Transformasi organisasi pemerintah perlu terus diikuti dengan perubahan mindset dalam pengelolaan
keuangan negara, pada berbagai K/L organisasi pemerintah, dengan mengedepankan pengukuran kinerja
berbasis value for money, dan semakin meningkatkan azas Performance Based Bugeting yang fokus
pada sasaran, outcome dan output, dengan pemanfaatan teknologi dalam membangun dashboard
kepemimpinan pada berbagai level kepemimpinan, sehingga dapat mengontrol mulai dari tahapan
perencanaan pelaksanaan pengawasan dan pelaporan.

Revolusi Industri 4.0 sejatinya memberikan peluang besar dalam mengefektifkan fungsi dan peran
organisasi pemerintah dalam menjalankan tugas-tugasnya sehari-hari, perkembangan IT yang cepat
dapat menjadi peluang dalam percepatan penerapan e-governance, sebagai digitalisasi data dan
informasi seperti e-budgeting, e-project planning, system delivery, penatausahaan, e-controlling, e-
reporting hingga e-monev serta apllikasi custom lainnya.

Pilihan strategis pemanfaatan IT dalam berbagai organisasi pemerintah sangat diperlukan dalam
membangun mental self-driving, self-power, kreativitas dan inovasi, ketika mesin dibuat menjadi lebih
pandai dari manusia, maka pintar saja tidak cukup. Perlu dibangun teamwork yang mengedepankan
kolaborasi dan sinergi bukan kompetesi, disamping itu diperlukan adanya kesepahaman dalam pola pikir
dan cara bertindak dalam menghadapi era digitalisasi teknologi di semua lini.

Spirit sharing economy dengan pemanfaatan fenomena Internet of Things (IoT), big data, otomasi,
robotika, komputasi awan, hingga inteligensi artifisial (Artificial Intelligence) perlu terus dikembangkan
sebagai perubahan paradigma dari owning economy.
Perubahan pola pikir bekerja sendiri, memiliki, menguasai sebagai mindset-nya birokratik, dengan dalih
mitigasi risiko atau compliance, perlu ditransformasi menuju sharing economy pada berbagai unit kerja
di lingkup internal organisasi dan K/L yang berbeda, bekerjasama bukan sama-sama bekerja, efesiensi
resources sangat dibutuhkan tanpa mengurangi KPI dari masing-masing K/L.

Dengan adanya sharing economy, unit kerja, K/L tidak lagi diminta untuk berkompetisi, melainkan
berkolaborasi untuk saling menutupi celah kekurangan dan mengantisipasi perubahan yang berlangsung
cepat. Transformasi organisasi pemerintah ditandai dengan masing-masing bagian atau biro ditantang
untuk menjadi yang paling banyak bersinergi dan kolaborasi dengan bagian atau biro lainnya, demikian
pula organisasi kerja satu dengan organisasi kerja lainnya, masing-masing staf mesti ditantang untuk
menjadi yang paling banyak bersinergi dan berkolaborasi, bukan berkompetisi.

Secara kongkrit sharing economy dapat diwujudkan dengan membangun Sistem yang terintegrasi (Sispan
Pengendalian, One big data, Situation Room bersama dll) sebagai single system yang dapat dimanfaatkan
sebagai tool atau instrumen kerja, sehingga tiap-tiap unit kerja dalam internal organisasi pemerintah dan
K/L yang berbeda dapat berkonstribusi dalam updating dan pemanfaatannya, sehingga pengendalian
dan output serta outcome organisasi pemerintah dapat terintegrasi dengan mengedepankan sinergitas
antar K/L dalam satu platform mengedepankan efesiensi dan kecepatan.

Fenomena dilakukannya pemantauan dan pelaporan satu objek program pembangunan dengan objek
dan spasial yang sama oleh berbagai K/L yang berbeda-beda sangat tidak efesien dan menghabiskan
sumber daya, integrasi data melalui sharing economy ini akan sangat bermanfaat untuk menekan
efesiensi dan integrasi output pelaporan dan membantu pencapaian outcome.

Kita tentunya berharap dengan akselerasi transformasi organisasi pemerintah diharapkan dapat
menjadi jawaban terhadap tuntutan akuntabilitas dan transparansi publik yang semakin tinggi, sekaligus
menjawab berbagai tantangan yang dihadapi dalam perjalanan pembangunan nasional.

Optimisme perlu terus digelorakan pada berbagai level kepemimpinan di pemerintahan, agar dapat
memberikan sumbangsih konkret dalam akselerasi transformasi organisasi pemerintah pada organisasi
kerjanya masing-masing, sebagai prasyarat perbaikan tata kelola pemerintahan guna mendukung
pencapaian strategi pembangunan nasional 2015-2019 dan menjadikan transformasi organisasi
pemerintah sebagai salah satu pilar menuju Indonesia World Class Government pada tahun 2025.
Semoga.

Revolusi industri 4.0 membawa distruksi perubahan yang sangat radikal dan memporak-porandakan
standar yang sudah ada. Kalau tidak siapkan SDM sangat berbahaya bagi sebuah negara," ungkap Jokowi.

Jokowi menyebut, menghadapi revolusi industri 4.0 harus diikuti pembangunan SDM yang besar-besaran
dan tidak boleh nanggung. Untuk itu, pertama dibutuhkan pemimpin yang open mind.

"Kita butuh pemimpin yang open mind, pemimpin terbuka dari paling bawah seperti kepala desa, camat,
tingkat kota, nasional hingga di tingkat perusahaan,
Kedua, kata Jokowi, hadirnya revolusi industri 4.0 membutuhkan pemimpin yang terbuka yang siap
menghadapi keterdugaan. Karena perubahan sangat cepat sekali, jangan sampai pemimpin itu terkaget-
kaget saja sehingga harus siap menghadapinya.

Ketiga, lanjut Jokowi, pemimpin harus bereaksi cepat terhadap perubahan yang ada. Pasalnya perubahan
sangat cepat sekali.

"Setiap kita hadir dan konfensi besar omongannya hanya ini saja bagaimana merespons dan antisipasi
karena regulasi terlambat," ujar Jokowi.

Keempat pemimpin harus result oriented bukan procedure oriented. Terakhir pemimpin harus bisa
berkolaborasi.

"Tidak bisa pemimpin tertutup. Harus bisa bicara dengan pengusaha dan bicara UKM Apa kesulitan dan
problem karena perubahan ke depan sangat cepat," kata Jokowi.

Anda mungkin juga menyukai